Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

ROEDHY POERWANTO Pengembangan Riset Dalam Rangka Peningkatan

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "ROEDHY POERWANTO Pengembangan Riset Dalam Rangka Peningkatan"— Transcript presentasi:

1 ROEDHY POERWANTO Pengembangan Riset Dalam Rangka Peningkatan
Daya Saing Hortikultura Indonesia pada Era Perdagangan Bebas ASEAN-China

2 ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
Kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China Untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas Menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif Peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi Peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan china.

3 Tujuan FTA FTA ini antara lain bertujuan untuk meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa serta menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi

4 Early havest programe Program percepatan penurunan tarif :
sayuran dikonsumsi buah-buahan dikonsumsi termasuk nut Sejak 1 Januari 2010, tarif komoditas tersebut menjadi 0% Harga sayuran dan buah-buahan yang dimpor dari China menjadi jauh lebih murah meningkatnya permintaan pasar. Harga buah-buahan dan sayuran Indonesia di pasar China juga turun tajam.

5 Peluang China: GDB: $4,984,730,000,000 GNI/Kapita: $3,590
Jumlah penduduk (2009) 1,331,460,000 orang: Miskin: 2.8% Sangat prospektif sebagai pasar produk hortikultura Indonesia. China memberlakukan standar tertentu terhadap produk hortikultura yang dipasarkan, walaupun persyaratan konsumen di China juga tidak seketat Jepang. Peluang besar ini harus dimanfaatkan untuk mengekspor sebanyak mungkin produk hortikultura kita, dengan tetap memperhatikan kebutuhan dalam negeri.

6 Tantangan Murahnya sayuran dan buah dari China dengan kualitas yang ‘relatif baik’, terutama dari mutu visual, akan menyaingi buah dan sayuran produksi dalam negeri. Meluasnya buah-buahan asal China di pasar semakin tak terbendung. Peneliti hortikultura Indonesia dituntut untuk menghasilkan : varietas, teknologi produksi dan pasca panen, sistem pemasaran agar hortikultura Indonesia: lebih produktif, aman dikonsumsi, lebih berkualitas, tersedia tepat waktu harga yang lebih murah dibandingkan produk asal China

7 Tantangan Produk Olahan

8 Trend Perkembangan Impor Hortikultura
(26%) (21%) (23%) Trend Perkembangan Impor Hortikultura

9 Import Hortikultura Kenaikan impor produk hortikultura selama lima tahun terakhir meningkat rata-rata 21,63% untuk buah dan 14,97% untuk sayur Rata-rata persentase volume impor terhadap produksi nasional selama lima tahun terakhir sebesar 2,49% untuk buah dan 5,37% untuk sayur Tantangan untuk meningkatkan produksi dan mutu buah dan sayur nasional

10 Ekspor Buah Indonesia KOMODITAS VOLUME EKSPOR (Ton) 2006 2007 2008
2009 2010 Manggis 5 698 9 093 9 466 11 319 11 388 Mangga 1 182 1 198 1 908 1 616 998 Pepaya 140 36 143 111 Nenas 473 215 54 67 Pisang Segar 4 443 9 1 970 701 11 Jeruk Segar 180 94 16 3 Mandarin Segar 8 2 10 Buah Anggur Kering 1 32 - Apel 38 35 25 56 Pir dan Kwini 28 18 TOTAL 11 853 10 996 13 603 13 910 12 578

11 Volume Impor Buah Indonesia
KOMODITAS VOLUME IMPOR (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010 Apel Mandarin Segar 68 535 89 125 Pir dan Kwini 80 658 94 518 86 755 90 390 Jeruk Segar 26 151 23 566 28 048 19 586 31 345 Pisang Segar 124 9 3 328 2 780 Buah Anggur Kering 1 955 1 156 1 774 1 979 1 471 Mangga 966 1 088 969 821 1 129 Pepaya 73 57 163 300 580 Nenas 8 188 193 46 84 Manggis 14 2 10 13 TOTAL

12 Volume Ekspor Sayuran KOMODITAS VOLUME EKSPOR (Ton) 2006 2007 2008
2009 2010 Kubis/Kol Segar atau Dingin 30 045 42 912 36 175 40 332 29 607 Kentang Segar 85 922 9 652 7 958 6 320 6 771 Bawang Merah Segar 15 701 9 357 12 297 12 822 3 234 Kubis Segar atau Dingin Lainnya 2 605 2 317 1 942 1 585 2 326 Kacang Kapri 327 918 815 317 2 205 Cabai 1 218 744 1 504 Bawang Putih Segar 17 102 13 186 869 Tomat Segar/Dingin 179 1 851 874 596 618 Jamur 1 012 1 693 1 638 1 093 425 Kentang Bibit 72 9 55 108 98 Bunga Kol dan Brokoli 1 696 2 029 791 2 181 90 Bawang Bombay Segar 2 922 280 373 81 27 TOTAL 71 120 64 149 66 365 47 774

13 Impor Sayuran KOMODITAS VOLUME IMPOR (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010
Bawang Putih Segar Bawang Merah Segar 78 462 67 330 73 270 Bawang Bombay Segar 21 228 25 449 38 838 33 862 52 545 Kentang Segar 4 211 5 559 5 345 11 727 24 204 Kacang Kapri 6 534 10 452 5 538 10 154 5 636 Kentang Bibit 1 487 1 393 2 944 2 280 2 726 Jamur 336 608 335 617 1 272 Kubis Segar atau Beku 170 256 294 185 1 058 Bunga Kol dan Brokoli 661 616 635 590 906 Cabai 1 501 905 891 Kubis Segar/beku Lain 192 201 267 183 Tomat Segar/Dingin 227 208 142 47 57 TOTAL

14 Kebijakan Pengentian Sementara Impor Hortikultura
Sementara: Januari – Juni 2013 Komoditas (13): Kentang, kubis, wortel, cabai Nenas, melon, pisang, mangga, pepaya, durian Krisan, anggrek, heliconia

15 Ekspor & Impor Sayur 2011

16 Ekspor & Impor Buah 2011

17 Ekspor & Impor Bunga 2011

18 Kecenderungan Perubahan
Perubahan gaya hidup &cara pandang terhadap pangan akan berubah: tuntutan konsumen terhadap keamanan, nilai gizi, cita rasa, dan ketersediaan pangan. Pada masa depan akan semakin banyak orang yang makan di luar rumah, dan semakin banyak makanan instan di rumah. Pasar modern (hypermarket, supermarket, minimarket) akan tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi sehingga keseimbangan kekuatan bergesar dari produsen/petani ke perusahaan multinasional. Kondisi ini akan menyebabkan adanya kompetisi antara produk pangan domestik dengan produk impor (yang sering kali lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah). Tuntutan konsumen terhadap produk pertanian pada masa depan akan semakin meningkat, yang mau tidak mau, HARUS DIANTISIPASI DENGAN PENELITIAN.

19 Tututan Konsumen (1) Produk buah dan sayurharus benar-benar aman, bebas dari cemaran, racun, pestisida, & mikroba berbahaya bagi kesehatan. MRL = maximum reside limit) pestisida Bebas dari kandungan zat berbahaya: termasuk logam berat dan racun: sianida Hg Pb Bahan pengawet dan pewarna yang tidak diperuntukkan untuk pangan Cemaran biologi, baik yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun bagi pertanian Sanitary and Phytosanitary Measures Peneliti Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi hal-hal tersebut.

20 Tututan Konsumen (2) Mutu tinggi
Nilai gizi tinggi dan mengandung zat berkhasiat untuk kesehatan: Konsumen menghendaki informasi mengenai kandungan fitokimia yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan dalam produk pangan. Karena itu penelitian mengenai manfaat produk-produk pertanian tanaman pangan Indonesia perlu mulai segera dilakukan. Pengetahuan indigenous mengenai manfaat produk pangan perlu dibuktikan secara ilmiah dan diketahui apa fitokimia yang terkandung di dalamnya. Mutu tinggi

21 Tututan Konsumen (4) Produk pertanian harus diproduksi dengan cara yang bertanggungjawab pada lingkungan. Tuntutan terhadap kelestarian lingkungan akan semakin ketat, padahal pada saat yang sama tekanan populasi terhadap sumberdaya lahan semakin kuat. Karena itu peneliti Indonesia perlu mengembangkan teknologi pertanian yang dapat: menjamin produksi pangan yang memenuhi tututan konsumen namun tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan, mencegah pencemaran tanah dan air, mencegah erosi mencegah hal-hal lain yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.

22 Tututan Konsumen (5) keselamatan petani dan pekerja
Produk pertanian juga harus diproduksi dengan tanggungjawab sosial: keselamatan petani dan pekerja kesejahteraan petani dan pekerja. Mempunyai tanggung jawab pada konsumen  traceability. Cara produksi pangan harus dapat dirunut dari pasar sampai kebun. Data-data harus transparan dan jujur. Karena itu catatan aktivitas di kebun dan rantai pasar harus menjadi perhatian.

23 Tututan Konsumen (6) Produk pangan harus tersedia dalam waktu yang tepat. Untuk produk pangan tertentu kontinyuitas penyediaan menjadi faktor yang sangat penting. Harga jual produk pertanian harus kompetitif. Untuk itu efisiensi dalam produksi, dalam delivery harus dilakukan. Harus dikembangkan “supply chain management (SCM)” yang berkeadilan dan berorientasi pada nilai produk.

24 Daya saing (6K+T) Kuantitas Kualitas Keamanan Kontinyuitas pasokan
Ketepatan delivery Harga kompetitif Traceability

25 Tiga masalah besar pertanian dituntut menghasilkan pangan yang lebih banyak, lebih bergizi, lebih bermutu dan aman dengan kondisi semakin berkurangnya lahan subur dan air irigasi, pertanian dituntut agar dapat mempertahankan kelestarian lingkungan hidup, menyelamatkan planet bumi dari kehancuran; yang ini berarti juga perluasan areal pertanian dibatasi oleh perlindung terhadap fungsi hutan sebagai paru-paru dunia”

26 Tantangan bagi Hortikulturis
Bagaimana menghasilkan produk hortikultura dengan harga yang wajar bagi populasi yang terus bertambah. Bagaimana meningkatkan hasil per satuan luas (produktivitas); karena perluasan areal sudah semakin sulit. Bagaimana menghasilkan lebih banyak produk hortikultura dengan menggunakan air lebih sedikit. Bagaimana menghasilkan produk hortikultura yang lebih aman, bermutu dan bernilai bagi konsumen. Bagaimana menghasilkan produk hortikultura tanpa menurunkan potensi sumberdaya lahan dan lingkungan. Bagaimana cara menjamin ketersediaan yang kontinyu produk hortikultura yang secara alami bersifat musiman. Bagaimana menghasilkan produk hortikultura yang mensejahterakan petani.

27 Tujuan Umum Penelitian Hortikultura
Kesejahteraan petani Jaminan menghasilkan produk berkualitas, Manajemen rantai pasokan yang efisien, Pemasaran yang baik Kelestarian lingkungan hidup

28 Jaringan Peneliti Hortikultura
Perlu ada jaringan peneliti hortikultura nasional Permasalahan hortikultura Indonesia terlalu besar untuk dihadapi oleh hanya sekelompok peneliti. Para peneliti hortikultura perlu secara bersama-sama dan terpadu menghadapinya  selayaknya sebuah orkestra yang sedang konser. Perlu dirumuskan bersama: lingkup penelitian dan pengembangan kunci, agar dalam waktu tidak terlalu lama hortikultura Indonesia bisa berjaya baik di pasar domestik maupun global.

29 Penelitian apa?

30 1. Menggali potensi komoditas hortikultura
Untuk ekspor ke China, Jepang, Korea dan Australia. Negara-negara ini adalah negara dengan penduduk besar, sehingga kebutuhan konsumsi buah dan sayuran sangat besar. Mempelajari persyaratan perdagangan hortikultura di negara-negara tersebut Uji apakah komoditas potensial kita memenuhi persyaratan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

31 2. Pengembangan teknologi pasca panen
Jarak dari pasar dan biaya pengiriman barang yang tinggi membuat pengangkutan dengan kapal ke pasar luar negeri alat ekspor penting, Perlu produk dengan selflife yang lebih panjang Penelitian dalam semua aspek interaksi pra-panen, pemanenan, penanganan pasca panen, grading, coolchain, coolstorage, controlled atmosphere storage, dan teknologi penyimpanan lain. Masalah hama dan penyakit dalam kaitannya dengan kualitas dan akses pasar. Penelitian mengenai tanggap buah dan sayur terhadap stres suhu dan stres oksidatif (O2 dan CO2), etilen, dan air, perubahan tekstur dan sifat dinding sel selama transportasi. Penelitian untuk memahami gangguan fisiologis dan untuk mengembangkan protokol mengurangi gangguan fisiologi.

32 3. Good Agricultural Practices
Penerapan GAP memerlukan dukungan hasil penelitian: Prosedur Operasional Standar beberapa tanaman buah yang disusun untuk implementasi GAP telah disusun, dalam penyusunannya ditemukan banyak kesulitan; langkah-langkah operasional dalam POS tersebut sebagian besar tidak berdasarkan pada hasil penelitian tetapi diperoleh dari praktek yang telah dilakukan oleh petani. Agar implementasi GAP memberikan hasil yang memenuhi persyaratan pasar, POS perlu didukung penelitian.

33 3. Good Agricultural Practices
Pemilihan varietas, Pemilihan rootstock yang tepat untuk tanaman buah, Jarak tanaman dan pengaturan tajuk pohon buah-buahan, Pemupukan yang tepat berdasarkan: kondisi tanah, kebutuhan tanaman, nilai ekonomi menghasilkan produk berkualitas, Pengendalian opt yang: tidak mencemari lingkungan, tidak meracuni petani tidak meninggalkan residu diatas MRL dapat diterapkan petani,

34 3. Good Agricultural Practices
Penelitian mengenai biokontrol, Pengairan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dan berkualitas, Teknik polinasi yang mendukung produksi buah yang sempurna dan berkualitas, Penentuan umur panen dan cara panen yang tepat yang bisa mempertahankan kualitas

35 4. Biosekuriti Biosekuriti perlu menjadi prioritas nasional untuk kepentingan strategis yang signifikan terhadap semua sektor pertanian. Keberlanjutan pertanian serta kawasan alam, sedang terkikis oleh semakin meningkatnya jumlah hama asing invasif. Kasus terbaru adalah meledaknya hama kutu putih pada pepaya dan tanamanan lain yang berasal dari tanaman hias yang diimpor dari Amerika. Cukup banyak organisme baru per tahun adalah memasuki Indonesia sehingga resiko biosekuriti meningkat, seiring dengan meningkatnya perdagangan global, pariwisata, rute perdagangan baru, dan perubahan iklim. Tingkat Invasi tidak akan berkurang di masa mendatang, Ada kebutuhan mendesak untuk menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan biosekuriti perbatasan dan pelabuhan-pelabuhan pintu masuk

36 5. Pengelolaan tanah dan air
Sistem hortikultura Indonesia perlu menciptakan produk hortikultura premium melalui produksi berkelanjutan yang memanfaatkan nilai modal alam berupa tanah dan sumber daya air. Peneliti hortikultura perlu mengembangkan strategi berkelanjutan untuk irigasi yang efisien, pemupukan tanaman dan manajemen agrokimia. Perlu dikembangkan: penggunaan sumber daya air yang efektif solusi-solusi untuk melindungi tanah dan air permukaan dari pupuk dan pestisida, mengingat penggunaan pupuk dan pestisida pada produksi hortikultura di Indonesia tergolong sangat tinggi

37 6. Pemuliaan Tanaman Indonesia mempunyai sumberplasma nutfah yang sangat banyak namun belum banyak yang dimanfaatkan. Kemajuan Thailand, Brazil, Israel, dan negara-negara penghasil utama hortikultura tropis lainnya antara lain karena kemampuannya menghasilkan varietas-varietas hortikultura yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan lingkungan tumbuhnya. Pemulia hortikultura Indonesia perlu memanfaatkan kekayaan plasma nutfah kita untuk menghasilkan varietas Hortikultura Indonesia yang Unggul.

38 7. Hortikultura sebagai Pangan Fungsional
Kesadaran baru global: “peran makanan sehat” Konsumen mencari pendekatan holistik untuk kesehatan, dan penekanan lebih besar pada pencegahan daripada mengobati. Konsumen yang sadar kesehatan: yang tidak hanya menuntut makanan lebih "Alam" - bebas pestisida, diproduksi secara berkelanjutan, "aman" – tetapi juga makanan fungsional yang menawarkan manfaat untuk kesehatan. Makanan fungsional yang merupakan bagian dari diet normal, namun: mempunyai fungsi fisiologis positif terhadap kesehatan secara keseluruhan mempunyai potensi untuk mengurangi resiko penyakit kronis.

39 7. Hortikultura sebagai Pangan Fungsional
Buah & sayuran mempunyai potensi sangat besar menjadi makanan fungsional. Penelitian mengenai fungsi kesehatan dan kandungan zat berkhasiat kesehatan dari buah-buahan tropika perlu diteliti. Pada tahap lebih lanjut meungkin perlu juga dilakukan penelitian mengenai formulasi zat berkhasiat tersebut untuk suplement pangan.

40 8. Genom Tanaman Hortikultura
(kalau ada dana lebih) Teknologi genom, transformasi gen, kloning DNA, Microarrays, Metabolomics, Bioinformatics, penelitian mengenai fungsi gen, interaksi tanaman dengan penyakit dan sebaginya.

41 TERIMA KASIH Thank You ありがとうございます


Download ppt "ROEDHY POERWANTO Pengembangan Riset Dalam Rangka Peningkatan"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google