Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING"— Transcript presentasi:

1 PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING
MEMANTAPKAN MUTU PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

2 HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Mendorong semangat peserta untuk melak-sanakan layanan bimbingan konseling di sekolah secara profesional bermutu. 2. Meningkatnya kemampuan peserta dalam menyusun program, melaksanakan program, dan mengevaluasi hasil pelak-sanaan program Bimbingam Konseling di sekolah masing-masing sesuai panduan yang berlaku, dengan memperhatikan perkembangn layanan Bimbingan Konseling di dunia internasional.

3 POKOK-POKOK MATERI 1. Makna Pelayanan BK profesional bermutu.
2. Akuntabilitas Profesi Bimbingan dan Konseling 3. Mengapa layanan Bimbingan Konseling menjadi tidak bermutu?

4 BAGAIMANA KARAKTERISTIK LAYANAN BK YANG BERMUTU

5 KARAKTERISTIK LAYANAN BK YANG BERMUTU-1
1. Layanan BK diprogramkan secara sistematis, dan spesifik disertai teknik pelaksanaannya serta mekanisme penilaian untuk menentukan tingkat efektivitasnya.

6 KARAKTERISTIK LAYANAN BK YANG BERMUTU-2
2. Mampu menunjang pencapaian program pendidikan di sekolah berupa: a. LULUSAN YANG TELAH BERKEMBANG OPTIMAL SECARA UTUH DALAM BIDANG PERSONAL, SOSIAL, AKADEMIK, DAN KARIR SESUAI POTENSI YANG DIMILIKI SERTA TUNTUTAN NILAI BUDAYA DAN LAPANGAN KERJA. b. LULUSAN YANG MAMPU HIDUP BERSAING DI TENGAH MASYARAKAT YANG TERUS BERKEMBANG DENGAN PESAT.

7 KERJA SAMA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING
THE COUNSELOR WORK CLOUSLY WITH TEACHERS, PARENTS, AND ADMINISTRATORS IN IDENTFYING AND ASSESSING A CHILD’S SPECIFIC STRENGHTS AND WEAKNESSES AND IN PROVIDING STUDENTS WITH THE BEST POSSIBLE RESOURCES AND SERVICES.

8 Program Bimbingan dan Konseling yang Bermutu-1
A program is characterized by specific plan, delivery system, and evaluation mechanism to determine effectiveness. The program should assist pupils with learning readiness, school achievement, career/vocational/ employability skill development, goal getting, decision making, and personal maturation. (Dep. of Public Instr.Wisconsin).

9 Program Bimbingan Konseling Bermutu-2
The program shall be: 1. Systematically planned by licensed school counselors in colaboration with other licenced pupil services staff, teachers, parents and community health and human service professionals. 2. Provided by licenced school coun-selors in collaboration with other licenced pupil services staff, teachers, parents and community health and human service professionals. (DPI – Wisconsin)

10 Program Bimbingan dan Konseling Bermutu-3
The program is intended to help students: 1. Demonstrate personal and academic growth; 2. Make appropriate educational and career decisions; and, 3. Develop interpersonal skills and attitudes necessary to be successful, responsible, and productive citizens. (HCPS).

11

12 Akuntabilitas Profesi Bimbingan dan Konseling-1
Dewasa ini isu tentang akunta-bilitas dalam profesi Bimbingan dan Konseling merupakan isu yang sangat penting seperti yang diungkapkan oleh Dahir & Stone, 2003; Gysbers & Henderson, 2000; Isaacs, 2003; Johnson & Johnson, 2003;Myric, 2003 (dalam Gysbers, 2004).

13 Akuntabilitas Profesi Bimbingan dan Konseling-2)
Konselor sekolah maupun konselor umum makin dituntut akuntabilitasnya sebagai wujud pertanggungjawabannya kepada semua pihak yang terkait, termasuk masyarakat umum tentang pelaksanaan tugas profesionalnya dalam bimbingan dan konseling.

14 Gylbers (2004) mengemu-kakan: School Counselors working within the framework of comprehensive guidance and counseling programs, increasingly are being asked to demonstrate that their work contributes to students success, particularly student academic achievement.

15 Not only are school coun-selors being asked to tell what they do, they also are being asked to demonstrate how what they do makes a difference in the lives of students. (Gybers, 2004)

16 MENGAPA LAYANAN BK MENJADI TIDAK BERMUTU? -1
1. Program yang disusun semata-mata dilatarbelakangi oleh kepentingan administratif. 2. Program tidak disusun berdasarkan analisis yang cermat terhadap kebu-tuhan siswa. 3. Program yang disusun kurang mem-pertimbangkan kondisi sekolah (tenaga, sarana, prasarana, dsb).

17 MENGAPA LAYANAN BK MENJADI TIDAK BERMUTU? -2
4. Program yang disusun hanya terba-tas pada program yang bersifat global (program tahunan). 5. Kurangnya wawasan dan komitmen guru pembimbing tentang profesi yang ditekuninya. 6. Kurangnya dilakukan evaluasi terhadap tingkat ketercapaian BK.

18 MENGAPA LAYANAN BK MENJADI TIDAK BERMUTU? -3
Evaluasi yang dilakukan seringkali hanya terbatas pada bukti-bukti fisik saja (format, grafik, data statistik) dan tidak secara menda-lam menyentuh pada proses dan hasilnya.

19 BAGAIMANA MENYUSUN PROGRAM BK YANG EFEKTIF?-1
1. Sebelum menyusun program, laku-kan terlebih dahulu antisipasi terhadap hasil yang diharapkan dicapai (dalam bidang akademik, pribadi, sosial, dan karir). (When providing guidance and counseling activities and services, always begin by first identifying the results anticipated).

20 BAGAIMANA MENYUSUN PROGRAM BK YANG EFEKTIF?-2
2. Supaya hasil yang diharapkan itu jelas dan mudah diukur, maka harapan-harapan itu hendaknya dirumuskan dalam bentuk standar kompetensi yang kemudian dirinci ke dalam kom-petensi-kompetensi dasar, dan seda-pat mungkin dilengkapi dengan indikator-indikatornya. Untuk itu tentu perlu silabus, dan cara penyaji-annya dalam bentuk pembelajaran.

21 BAGAIMANA MENYUSUN PROGRAM BK YANG EFEKTIF?-3
Program seperti ini telah diterapkan diberbagai negara maju di luar negeri sebagai upaya pembaharuan dalam bidang Bimbingan Konseling yang mereka sebut Comprehensive Guidance and Counseling Program. Dalam program ini dimasukkan Guidance Curriculum yang diberi alokasi waktu yang berkisar antara 15% - 40% dari layanan lainnya.

22 The Comprehensive Guidance and Counseling Program
The following states have implemented statewide comprehensive school counseling programs 1. Alabama 2. Alaska 3. Arkansas 4. Arizona 5. Connecticut 6. Delaware 7. Florida 8. Georgia 9. Idaho 10. Illinois 11. Indiana 12. Iowa 13. Knsas 14. Louisiana 15. Maine 16. Massachusetts 17. Michigan 18. Missouri 19. Montana 20. Nebraska 21. New Hampshire 22. New Jersey 23. New Mexico 24. New York 25.North Carolina 26. Oklahoma 27. Oregon 28. Rhode Island 29. South Dakota 30. Tennessee 31. Texas 32. Virginia 33. West Virginia 34. Wisconsin

23 Delivery System The Michigan Comprehensive Guidance and Counseling Program (MCGCP) is delivered to students through the four main components: 1. Guidance Curriculum 2. Individual Student Planning 3. Responsive Services 4. Systems Support All activities included in a school counseling program fit into one of the four components of the delivery system

24 Guidance Curriculum The Guidance Curriculum component provides a vehicle to systematically deliver knowledge and skills to every student . The Guidance Curriculum component consists of a written curriculum that is comprehensive, structured, sequential, developmental in design, and focuses on prevention. The purpose of the Guidance Curriculum is to guarantee that selected standards and benchmarks will be taught to all students, empowering them to learn to live, learn to learn, and learn to work over a lifetime .

25 STANDARDS, BENCHMARKS, AND INDICATORS
SBI

26 Delivery Strategies-1 The Guidance Curriculum is delivered through such strategies as: Classroom guidance lessons: School counselors provide instruction, team teach, or assist in teaching the school guidance curriculum, learning activities or units in classrooms, the career center, or other school facilities. Interdisciplinary curriculum development: School counselors participate on interdisciplinary teams to develop and refine guidance curriculum that integrates across the curri-culum. The scope and sequence of the guidance curriculum may include units deli-vered through other classroom disciplines.

27 Delivery Srtategies-2 Group activities: School counselors conduct planned small groups outside the classroom to respond to students’ identified needs or interests. Counselors plan and teach structured group activities to develop skills and to increase student knowledge. Many students will receive these services that are available to all. These group activities are counselor-initiated and should not be confused with small group work requested by specific students, i.e., divorce groups, grief groups, which fit into Responsive Services. While counselor responsibilities include the organization and implementation of the guidance curriculum, the support and cooperation of the entire school community is necessary for its successful implementation

28 BAGAIMANA MENYUSUN PROGRAM BK YANG EFEKTIF?-3
3. Program lain selain kurikulum BK disusun oleh masing-masing guru BK dengan memperhatikan kebutuhan atau kondisi siswa yang diasuhnya. Oleh karena itu sebelum menyusun program layanan, guru BK hendaknya mengumpul dan mengolah data tentang siswanya melalui aplikasi instrumentasi.

29 BAGAIMANA MENYUSUN PROGRAM BK YANG EFEKTIF?-2
Berdasarkan data yang telah diolah dapat diketahui bagaimana kondisi awal siswa sebelum diberikan layanan, kemudian tetapkan kondisi yang diharapkan akan terjadi pada akhir semester atau akhir tahun setelah diberikan layanan. Kondisi ini hendaknya dirumuskan secara kongkrit supaya dapat diukur dengan mudah tingkat pencapaiannya. Hasil yang dicapai menjadi ukuran keberha-silan atau kinerja dari guru BK.

30 JENIS PROGRAM-1 Program Tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah. Program Semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan. Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

31 JENIS PROGRAM-2 Program Mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan. Program Harian, yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.

32 BIDANG PELAYANAN KONSELING-1
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

33 Bidang Pelayanan Konseling-2
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/ madrasah dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

34 Fungsi Bimbingan Konseling
Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.. Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuhkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

35 JENIS LAYANAN KONSELING-1
Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

36 JENIS LAYANAN KONSELING-2
Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

37 Jenis Layanan-3 Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

38 Jenis Layanan-3 Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

39 Welcome to Bullock Creek Elementary
Bullock Creek Elementary staff assume the responsibility to provide an effective learning environment to educate all students in identified physical, social and academic skills enabling them to become positive contributing members of society.

40 Welcome to Bullock Creek Middle School
Mission Statement: In order to facilitate the transition from the elementary to the secondary level we the staff of the Bullock Creek Middle School accept the responsibility to teach the identified curriculum to all students as they strive to attain their maximum potential. In partnership with parents and the community, the staff will foster positive behaviors and attitudes that promote academic, social emotional and physical well-being. We believe that upon accomplishing our mission our students will demonstrate proficiency in study skills, patterns of attendance and work performance that will insure success at each subsequent level of education and success as members of society.

41 Welcome to Bullock Creek High School
Vission Statement : The staff of Bullock Creek High School, in cooperation with the administration, parents, support staff, and students, will provide an effective school so that students may learn identified competencies, enabling students to become contributing members of society.

42 Welcome to the Bullock Creek School District
                                         Our Mission: The Bullock Creek School District, in partnership with the community, provides a positive climate that supports excellence in teaching and learning, thereby enabling students to realize their full potential.

43 Welcome to the Bullock Creek School District
                                         Our Mission: The Bullock Creek School District, in partnership with the community, provides a positive climate that supports excellence in teaching and learning, thereby enabling students to realize their full potential.

44 Welcome to Floyd Elementary
Mission Statement: We, the staff of Floyd Elementary, share a commitment to provide an environment in which all students will develop their learning potential while fostering positive growth in social and emotional behaviors and attitudes.

45 SCHOOL GUIDANCE AND COUNSELING
A Guide for Program Development Comprehensive, Developmental Guidance and Counseling Program for Texas Public Schools All Grade Levels

46

47

48

49

50 KEDUDUKAN BK DALAM PROSES PENDIDIKAN
BIMBINGAN KONSELING ADALAH BAGIAN INTEGRAL DARI PROSES PEND. UNTUK MEMBANTU SISWA MENGEM-BANGKAN DIRI AGAR MENCA-PAI HASIL PERKEMBANGAN YANG OPTIMUM SESUAI PO-TENSI YANG DIMILIKINYA.

51 Guidance and Counseling Program
The program is an integral part of the total educational experience, and seeks to focus attention on individual students as they strive to make wise choices based on realistic concepts of them-selves and the world in which they live.(Harold Counrty Public School)

52

53 PROSES PENDIDIKAN ASP BK PEMBELAJARAN SASARAN : PERKEMBANGAN OPTI-
MUM SETIAP SISWA SE- SUAI BAKAT, MINAT,KE- MAMPUAN DAN NILAI BK

54 Pembelajaran Bidang Studi
Wilayah Manajemen & Kepemim-pinan Manajemen & Supervisi Tujuan: Wilayah Pembelajar-an yang Mendidik Perkembangan Optimal tiap Peserta Didik Pembelajaran Bidang Studi Wilayah Bimbingan & Konseling yang Memandiri-kan Bimbingan & Konseling BIMBINGAN & KONSELING 54

55

56 Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling para siswa dibantu dalam:
1. Mengembangkan perilaku dan keterampilan personal, sosial, komunikasi, emosional, akade-mik, berpikir kritis dan karir. 2. Meningkatkan pemahaman terhdp diri sendiri dan orang lain 3. Mengatasi masalah yang di-hadapi dlm bid. personal, sosial, akademik dan karir.

57 KONSEP INTERNASIONAL Konsep tentang kedudukan Layanan Bimbingan Konseling sebagai bagian integral dari program pendidikan di sekolah, secara internasional berlaku sejak dahulu dan masih tetap berlaku sampai sekarang. Negara-negara maju yang telah mela-kukan innovasi dalam program BK-nya yang dikenal dengan Comprehensive Guidance and Counseling Program tetap menempatkan BK sebagai bagian integral dari pendidikannya.

58 Michigan Comprehensive Guidance and Counseling Program 2005
School guidance and counseling programs are integral to the mission of the school. Similar to language arts, math, and other curricular areas, standards (and accompanying benchmarks and indicators) have been developed for school guidance and counseling programs that identify what students will know and be able to do as a result of their participation in the program.

59 Integral Part of the Total Educational Program
Michigan Comprehensive Guidance and Counseling Program 2005 support the school’s academic mission by promoting and enhancing the learning process for all students through an integration of academic, career and personal/ social development .

60 GUIDANCE AND COUNSELING VISSION
TO PROVIDE FOR SOCIAL, EMOTIONAL, CAREER, AND EDUCATIONAL DEVELOPMENT OF ALL STUDENTS

61 THE PURPOSE OF GUIDANCE AND COUNSELING IS TO IMPART SPECIFIC SKILLS AND LEARNING OPPORTUNITIES IN A PRODUCTIVE AND PREVENTIVE MANNER WHICH ENSURES THAT ALL STUDENTS CAN ACHIEVE SCHOOL SUCCESS THROUGH ACADEMIC, CAREER, AND PERSONAL/SOCIAL DEVELOPMENT (American School Couselor Assosiation, 1997)

62

63

64 The Goal of Counseling The goal of counseling is to enhance a student’s personal, social and educational development and to enable them to develop skills for effective living. The program is proactive and preventive in nature.

65 COMPREHENSIVE GUIDANCE AND COUNSELING PROGRAM
Comprehensive Guidance and Counseling Program assures that all students, over a lifetime, will: Learn to Learn Learn to Work Learn to Live

66 What is a Comprehensive Guidance and Counseling Program?-1
1. Comprehensive in Scope A comprehensive school counseling program focuses on what all students, from kindergarten through 12th grade, should know, understand and be able to do in these three domain areas: academic, career and personal/social development. The emphasis is on academic success for every student, not just those students who are motivated, supported and ready to learn. The school counseling program helps all students to achieve success in school and to develop into contributing members of our society.

67 What is a Comprehensive Guidance and Counseling Program?-2
2. Preventive in Design The purpose of the school counseling program is to impart specific skills and learning opportunities in a proactive, preventive manner, ensuring all students can achieve school success through academic, career and personal/social development experiences

68 What is a Comprehensive Guidance and Counseling Program?-3
3. Developmental in Nature School counselors design programs and services to meet the needs of students at various growth and developmental stages. School counseling programs establish goals, expectations, support systems and experiences for all students. They provide the rationale for school counselors, school administrators, faculty, parents or guardians, businesses, and the community to engage in conversations about expectations for students’ academic success and the role of counseling programs in enhancing student learning. Standards and benchmarks are public statements of what students should know and be able to do as a result of participating in a school counseling program.

69 Michigan Comprehensive Guidance and Counseling Program 2005-2
The Michigan Comprehensive Guidance and Counseling Program (MCGCP) has been revised to incorporate the National Standards for School Counseling Programs (1997) developed by the American School Counselor Association (ASCA).

70 Curriculum Domain The curriculum is organized around the three domains: Academic Development, Career Development, and Personal/Social Development. A needs assessment designed to identify and prioritize the selected benchmarks from each domain is recommended. Knowledge, skills, and attitudes are taught using a variety of curriculum activities and materials. Student mastery of these benchmarks is assessed using pre/post tests, product creation or activity completion

71 Topics Examples of topics within this component:
Appreciating diversity Decision-making skills Appropriate course selection Job preparation Bullying Peer resistance skills Career awareness Personal responsibility Career exploration Personal safety Conflict resolution Study skills Cooperative group work Substance abuse

72 Time Allocation Recommended time allocation for Guidance Curriculum*:
Elementary 30% to 40% Middle/Jr. High 20% to 30% High % to 25% *When calculating the time spent on Guidance Curriculum include lesson-planning time.

73 Sample Elementary School Guidance Curriculum Lesson Form
ESG

74 Individual Student Planning-1
Individual Student Planning consists of school counselors coordinating ongoing systematic activities designed to assist each student establish personal goals and develop future plans. School counselors coordinate activities that help all students plan, monitor, and manage their own learning as well as meet competencies in the areas of academic, career, and personal/social development

75 Individual Student Planning-2
Within this component, students evaluate their educational, occupational, and personal goals. School counselors assist students in making transitions. These advisement activities are generally delivered on an individual or small group basis. Parents, guardians, and other school personnel are often included in these activities. Systematic delivery of individual planning for every student includes a documented strategy for student success.

76 ISP Delivery Strategies-1
Individual Student Planning is implemented in individual, small group or classroom settings: Individual appraisal: School counselors work with students analyzing and evaluating their students’ abilities, interests, skills, and achievement. Test information and other data are often used as the basis for helping students develop and review Education Development Plans (EDPs).

77 ISP Delivery Strategies-2
Individual advisement: School counselors advise students using personal/social, educational, career and labor market information in planning personal, educational and career goals. The involvement of students, parents, guardians and school personnel is critical in planning students’ programs that meet their needs. Transitions: Counselors assist students in making the transition from school-to-school, school-to-work or school to higher education or career/technical training.

78 Topics Examples within this component:
Test score/interest inventory review, interpretation and analysis Career awareness, exploration, planning, and decision making Yearly course selection College financial aid planning Promotion and retention information Education Development Plan Higher education program selection Job shadowing Portfolios Career/technical planning Visiting the next level building Orientation programs for incoming students

79 Time Allocation Recommended time allocation for Individual Student Planning: Elementary 5% to 10% Middle/Jr. High 15% to 25% High 25% to 35%

80 Individual Student Planning Activity Format
ISP

81 Responsive Services Responsive Services consist of activities to meet the immediate needs and concerns of students, whether these needs or concerns require counseling, consultation, referral, peer facilitation or information. This component is available to all students and is often student initiated through self-referral. Teachers, parents, guardians, or others may refer students for assistance. Although school counselors have special training and skills to respond to these needs and concerns, the cooperation and support of the entire faculty and staff are necessary for successful implementation

82 RS Delivery Strategies-1
Responsive Services are delivered through such strategies as: Consultation: School counselors serve as student advocates and consult with parents, guardians, teachers, other educators, and community agencies regarding strategies to assist students and families. Individual and small group counseling: Counseling is provided in a small group or on an individual basis for students experiencing difficulties dealing with relationships, personal concerns, or normal developmental tasks. Individual and small group counseling help students identify problems, causes, alternatives, and possible consequences so they can take appropriate action. Small group counseling is provided to students based upon common identified needs. Such counseling is normally short- term in nature since school counselors do not provide long-term therapy. When necessary, referrals are made to appropriate community resources.

83 RS Delivery Strategies-2
Crisis counseling: Crisis counseling provides prevention, intervention, and follow-up. Counseling and support are provided to students and families facing emergency situations. Such counseling is normally short term and temporary in nature. When necessary, referrals are made to appropriate community resources. School counselors often provide a leadership role in the district’s crisis intervention team process. Referral: Counselors use referral sources to deal with crises such as suicide ideation, violence, abuse, depression, and family difficulties. These referral sources may include mental health agencies, employment and training programs, juvenile services and other social and community services.

84 RS Delivery Strategies-3
Peer facilitation: Many school counselors train students as peer mediators, conflict managers, tutors, and mentors. The techniques of peer mediation and conflict resolution are used to help students learn how to make changes in the way they get along with others. In peer mediation, students are trained in a system to use with fellow students who are having trouble getting along with each other. Mentors and tutors provide additional support.

85 Time Allocation Recommended time Allocation for Responsive Services:
Elementary 30% to 40% Middle/Jr. High 30% to 40% High 30% to 40%

86 Sample Responsive Services Activity Small Group Counseling
RS

87 Systems Support The Systems Support component enables the school counseling program to be effective through a variety of support activities including professional development, consultation, collaboration and teaming, and program management and operations. In addition, the Systems Support component provides appropriate support to other educational programs in the school (Gysbers & Henderson, 2000).

88 Sample Systems Support Activity
SSA

89 PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh: Drs. H. Husain Jusuf, M. Pd ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA PROVINSI GORONTALO A10

90 Perancuan Layanan B & K dalam KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Kegiatan Muatan Lokal Kelompok Mata Pelajaran Materi Pengembangan Diri Ekstra Ku-rikuler Perancuan Layanan B & K dalam KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 90

91 Pengembangan Diri dalam KTSP
KTSP adalah salah satu subsistem pendidikan formal yang harus bersinergi dengan komponen/subsitem lain yaitu manajemen dan bimbingan dan konseling dalam upaya memfasilitasi konseli mencapai perkem-bangan optimum yang diwujudkan dalam ukuran pencapaian standar kompetensi. Dengan demikian pengembangan diri tidak menggantikan fungsi bimbingan dan konseling melainkan sebagai wilayah komplementer di mana guru dan konselor memberi-kan kontribusi dalam pengembangan diri konseli.

92 Kedudukan BK dalam KTSP
Bimbingan Konseling tetap sebagai bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan (khususnya jalur pendidikan formal). Pelayanan pengembangan diri yang terkandung dalam KTSP merupakan bagian dari kurikulum. Sebagian dari pengembangan diri dilaksanakan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian pengembangan diri hanya merupakan sebagian dari aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan

93 Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP) dalam Jalur Pendidikan Formal

94 PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh: Drs. H. Husain Jusuf, M. Pd ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA PROVINSI GORONTALO

95 PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah

96 Landasan Pengembangan Diri
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan, pasal 4 ayat (4) tentang penyelenggaraan pembelajaran, pasal 12 ayat (1b) tentang pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan: Pasal 5 – 18 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang memuat pengembangan diri dalam struktur kurikulum, dibimbing oleh konselor, dan guru / tenaga kependidikan yang disebut pembina. Dasar standarisasi profesi konseling oleh Ditjen Dikti Tahun 2004 tentang arah profesi konseling di sekolah dan luar sekolah.

97 Pengertian Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

98 Tujuan Umum Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

99 Tujuan Khusus Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan : Bakat Minat Kreativitas Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan Kemampuan kehidupan keagamaan Kemampuan sosial Kemampuan belajar Wawasan dan perencanaan karir Kemampuan pemecahan masalah Kemandirian

100 Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal melalui penyelenggaraan : Layanan dan kegiatan pendukung Konseling Kegiatan Ekstra Kurikuler Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut : Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti : upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti : pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran). Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti : berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu

101 Konseling Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

102 Jenis Layanan-3 Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

103 Jenis Layanan-3 Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

104 Kegiatan Pendukung-1 Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.

105 Kegiatan Pendukung-2 Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

106 Format Kegiatan Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara perorangan. Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok. Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas. Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan. Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.

107 Penyusunan Program Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor

108 Perencnaan Kegiatan-1 1. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. 2. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat: a. Sasaran layanan/kegiatan pendukung b. Substansi layanan/kegiatan pendukung c. Jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan d. Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat e. Waktu dan tempat

109 Perencnaan Kegiatan-2 3. Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor. (Lampiran 1) 4. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. 5. Volume keseluruhan kegiatan pela-yanan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/ madrasah.

110 Pelaksanaan Kegiatan-1
1. Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. 2. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling a. Di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah: 1) Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.

111 Pelaksanaan Kegiatan-2
2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal 3) Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

112 Pelaksanaan Kegiatan-3
b. Di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah: 1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. 2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. 3) Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.

113 Penilaian Kegiatan-1 1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui: a. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani. b. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik. c. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.

114 Penilaian Kegiatan-2 MPD
2. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan. 3. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG (Lampiran 4). 4. Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif. (Lampiran 6 dan Lampiran 7) MPD

115 Pelaksana Kegiatan-1 1. Pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor sekolah/ madrasah. 2. Konselor pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah wajib: a. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling. b. Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/ madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua.

116 Pelaksana Kegiatan-2 c. Melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik. d. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan pelayanan profesional konseling. e. Mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan. (Rincian kewajiban konselor Lampiran 8). 3. Beban tugas wajib konselor ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya di sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

117 Pelaksana Kegiatan-3 4. Pelaksana pelayanan konseling
a. Pelaksana pelayanan konseling di SD/MI/SDLB pada dasarnya adalah guru kelas yang melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, dan penguasaan konten dengan menginfusikan materi layanan tersebut ke dalam pembelajaran, serta untuk peserta didik Kelas IV, V, dan VI dapat diselenggarakan layanan konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. b. Pada satu SD/MI/SDLB atau sejumlah SD/MI/SDLB dapat diangkat seorang konselor untuk menyelenggarakan pelayanan konseling. c. Pada satu SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dapat diangkat sejumlah konselor dengan rasio seorang konselor untuk 150 orang peserta didik.

118 Pengawasan Kegiatan-1 1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan. 2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara: a. interen, oleh kepala sekolah/ madrasah. b. eksteren, oleh pengawas sekolah/ madrasah bidang konseling.

119 Pengawasan Kegiatan-2 3. Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional konselor dan implementasi kegiatan pelayanan konseling yang menjadi kewajiban dan tugas konselor di sekolah/madrasah. 4. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. 5. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah.

120

121

122

123 SISWA SALAH MENGIRA BAHWA LAYANAN BK ITU HANYA UNTUK MENANGANI SISWA YANG NAKAL ATAU BERMASALAH UNTUK DIHUKUM, SEHINGGA MERE-KA MALU ATAU ENGGAN MEMANFAATKAN LAYANAN BK YANG DISEDIAKAN UNTUK MEREKA

124 Kesimpulan 1. Layanan BK memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan 2. Melalui layanan BK yang teren-cana dan terlaksana secara sitematis dan terpadu maka potensi siswa dapat berkembang secara optimal sesuai tuntutan peningkatan mutu pendidikan.

125 Kesimpulan (lanjutan)
3. Hanya dengan kerja sama sinergis dari semua unsur yang terkait, program Bimbingan dan Konseling dapat terlaksana secara efektif.

126 Referensi Gysbers, Norman C, Professional School Counseling, Oct, 2004
American School Counselor Assiciation, Georgia’s Comprehensive Guidance and Counseling Curriculum: A Framework for Developing and Implementing Asset Building Standards. us/pandp/ guidance/int-guid.htm. (accessed 21 March 2005). Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia, Profesionalisasi, Kompetensi, dan Pendidikan Konselor, Yokyakarta Gysbers, Norman C, Professional School Counseling,  Oct, 2004 Department of Public Instruction – Wisconsin. State Guidance and Counseling Requirements. dpi/dlsea/sspw/ pdf/standarde.pdf. (accessed 21 March 2005).

127 Referensi (Lanjutan) Kartadinata, Sunaryo, Standardisasi Profesi Konseling di Indonesia, Malang: Panitia Konvensi Nasional II Divisi-Divisi APKIN Kristinawati, Naniek Implementasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2004, Malang : Panitia Konvensi Nasional II Divisi-Divisi APKIN Munandir, Standardisasi Profesi Bimbingan dan Konseling dan Pengembangan Profesi, Malang : Panitia Konvensi Nasional II Divisi-Divisi APKIN

128 Referensi (Lanjutan) Natawijaya, Rochman, Reposisi Program Studi Konseling dalam Pembinaan Personal Konseling, Malang : Panitia Konvensi Nasional II Divisi-Divisi APKIN

129 Sekian Terima Kasih

130

131

132 PROFIL KEMAMPUAN GURU SAAT INI
TK QLF: (21.9%) UNQLF: (78.1%) SD QLF: (66.0%) UNQLF: (34.0%) SMK QLF: (66.6%) UNQLF: (33.4%) GURU SMA QLF: (53.4%) UNQLF: (46.6%) SLB QLF: (40.9%) UNQLF: (59.1%) SMP QLF: (28.8%) UNQLF: (71.2%) 132

133 KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru & Dosen
2. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen Diknas Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Pendidik Pendidikan Profesi (ditempuh pada saat pendi. S-1) Sertifikasi dalam jabatan Marthen Pali, 12 Juni 2008

134 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
INDIVIDUAL DIFFERENCIES Karakter ; Ciri-ciri; Sifat-sifat; Keunikan APA SAJA YANG BERBEDA? Kecerdasan, Bakat, Minat, Kebiasaan, Sikap, Gaya Belajar, Motivasi, Konsep Diri, Prestasi Belajar, Ekspektasi, Berbagai aspek kepribadian, Kecerdasan Majemuk, Kecerdasan Emosional BAGAIMANA CARA MEMAHAMI? Teknik Tes: Tes Inteligensi, Tes Kepribadian, Tes Bakat, Tes Minat Teknik Non Tes: berbagai Inventory, Wawancara, Angket, Observasi, Studi Kasus, Otobiografi, Sosiometri 134

135 Perkembangan Optimum Peserta didik
Pemenuhan Standar Kemandirian Peseta didik: perwujudan diri secara akademik, vokasional, sosial dan personal, melalui Bimbingan dan Konseling yang Memandirikan Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan: Penumbuhan karakter yang kuat serta penguasaan hard skills dan softskills, melalui Pembelajaran yang Mendidik Wilayah Layanan B & K yang Memandirikan Penghormatan kepada Keunikan dan Komplementaritas Layanan Wilayah Layanan Pembelajaran yang Mendidik 135

136 PROSPEK ABKIN KE DEPAN KEMBANGKAN “SPESIALISASI” Pendidikan
KEMBANGKAN “CORE” Mengembangkan dan memantapkan layanan konseling yang memandirikan pada seting pendidikan formal, non formal Mengembangkan layanan konseling yang memandirikan pada pendidikan informal KEMBANGKAN “SPESIALISASI” Pendidikan Marthen Pali, 12 Juni 2008

137 I S O M O R P H I C M I N D C O M P E T E N C E
PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK B & K YANG MEMANDIRIKAN PSIKOTERAPI YANG MEMULIHKAN VIA PENYETALAAN (FINE-TUNING) ANTARA KEPUTUSAN DAN TINDAKAN PSIKOTERAPIS DENGAN PERKEMBANGAN KEBUTUHAN PENATAAN DIRI YANG UNIK DARI TIAP PASIEN. KEGAGALAN MERAIH STANDAR YANG BERLAKU, SEGERA MEMPEROLEH SANKSI SOSIAL-VOKASIONAL. VIA PENYETALAAN (FINE-TUNING) ANTARA KEPUTUSAN DAN TINDAKAN GURU DENGAN PERKEMBANGAN KEBUTUHAN BELAJAR YANG UNIK DARI TIAP PESERTA DIDIK. KEGAGALAN MENCAPAI STANDAR YANG BERLAKU, MEMPEROLEH SANKSI SKOLASTIK. VIA PENYETALAAN (FINE-TUNING) ANTARA KEPUTUSAN DAN TINDAKAN KONSELOR DENGAN PERKEMBANGAN KEBUTUHAN PENGENALAN DIRI YANG UNIK DARI TIAP KONSELI. KEGAGALAN MERAIH STANDAR YANG BERLAKU, MEMPEROLEH SANKSI VOKASIONAL-SOSIAL JANGKA PANJANG. Marthen Pali, 12 Juni 2008 137

138 KONSELING YANG MEMANDIRIKAN
KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSELI EKSPLORASI MASALAH KONSELI KEMASLAHATAN UMUM PENGE- NALAN DIRI KONSELI TRANSAKSI KONSELING: MIND COMPETENCE EMPATI KEPUTUSAN KONSELI KESADARAN DIRI KONSELOR EKSPLORASI PILIHAN KONSELI KEMASLAHATAN KONSELI Sumber: Raka Joni, 2008; Hogan-Garcia, 2003 dan Sternberg, 2003 Marthen Pali, 12 Juni 2008

139

140

141

142

143 SISTEM AKREDITASI NASIONAL
Sekarang Alt. I A SISTEM AKREDITASI NASIONAL DEPDIKNAS BAN-PT PERGURUAN TINGGI A PERGURUAN TINGGI B AKREDITASI PS 1 PS 2 PS 3 PS 4 PS W PS X PS Y PS Z

144 SISTEM AKREDITASI NASIONAL ALTERNATIF II
DEPDIKNAS ASOSIASI PERGURUAN TINGGI PEMBENTUKAN BAN-PT AKREDITASI PERGURUAN TINGGI A PERGURUAN TINGGI B PS 1 PS 2 PS 3 PS 4 PS W PS X PS Y PS Z Alt. I B Akreditasi program studi

145 BADAN AKREDITASI PERGURUAN TINGGI (BAN-PT)
Alternatif II DEPDIKNAS MAJELIS BADAN AKREDITASI PERGURUAN TINGGI (BAN-PT) (MUTU/KELAYAKAN) (STANDARD) ORGANISASI PROFESI PEMBENTUKAN ORGANISASI PELAKSANA AKREDITASI PROGRAM STUDI (OPAPS) (AKREDITOR PS) ASOSIASI PROFESI ASOSIASI PROGRAM STUDI # ASOSIASI FAKULTAS KOMISI AKREDITASI INSTITUSI (KAI) PERGURUAN TINGGI (AKREDITOR INSTITUSI) AUDIT KAI PERGURUAN TINGGI UMUM/KEDINASAN : KAI UNIVERSITAS/INSTITUT KAI SEKOLAH TINGGI  KAI AKADEMI/POLITEKNIK KAI PERGURUAN TINGGI AGAMA : KAI PT AGAMA ISLAM KAI PT AGAMA KRISTEN KAI PT AGAMA KATOLIK KAI PT AGAMA HINDU & BUDHA AKREDITASI AUDIT UNIVERSITAS/INSTITUT SEKOLAH TINGGI  AKADEMI/POLITEKNIK PT AGAMA ISLAM PT AGAMA KRISTEN PT AGAMA KATOLIK PT AGAMA HINDU & BUDHA PROGRAM STUDI A PROGRAM STUDI B PROGRAM STUDI C DST

146 ASOSIASI PERGURUAN TINGGI ORGANISASI PROFESI
Alternatif IIA DEPDIKNAS ASOSIASI PERGURUAN TINGGI ORGANISASI PROFESI PEMBENTUKAN MAJELIS BADAN AKREDITASI PERGURUAN TINGGI (BAN-PT) (MUTU/ KELAYAKAN/STANDARD) PEMBENTUKAN AUDIT KOMISI AKREDITASI INSTITUSI (KAI) PERGURUAN TINGGI (AKREDITOR INSTITUSI) ORGANISASI PELAKSANA AKREDITASI PROGRAM STUDI (OPAPS) AKREDITASI PROGRAM STUDI SETELAH INSTITUSINYA LULUS AKREDITASI INSTITUSI AUDIT INSTITUSI PERGURUAN TINGGI A PERGURUAN TINGGI B PERGURUAN TINGGI C DST. PROGRAM STUDI A PROGRAM STUDI B PROGRAM STUDI C DST

147 Persiapan akreditasi institusi
BAN-PT Perguruan Tinggi Asosiasi profesi

148 Jadwal pelaksanaan BAN PT AP M U L A I 2004 2005 2006
Penyempurnaan sistem + sosialisasi Pengembangan sistem Uji coba + sosialisasi M U L A I 2004 2005 2006 PT Penyusunan sistem jaminan mutu internal 2004 2005 2006 AP Persiapan dan pembentukan tim akreditor profesi


Download ppt "PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google