Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si."— Transcript presentasi:

1 Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si.
Cara Berfikir Etis Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si.

2 Kasus Parlin Parlin meminta ijin kepada ayah dan ibunya untuk pergi ke pesta ulang tahun seorang temannya.

3 Orangtuanya mengijinkan dengan satu syarat: Parlin sudah harus kembali di rumah sebelum jam 11 malam. Parlin berjanji, lalu pergi.

4 Tetapi apa yang terjadi? Ia baru kembali pukul 2.00 pagi.

5 Parlin mengatakan, ia tidak ingin melanggar janjinya, tetapi ia tidak mempunyai pilihan lain.
Di Pesta, tidak ada seorangpun temannya yang pulang sebelum pukul 11. Ketika ia pamit, semua teman menertawakan dan mengejek dia. Karena itu, ia tidak jadi pulang. Ia tidak mau jadi malu.

6 Dan sesudah itu, walau ia tahu bahwa ia sudah terlambat, ia masih harus mengantar dua teman wanitanya pulang. Maklum rumah mereka jauh dan hanya Parlin yang yang membawa mobil.

7 Parlin berkata: “Saya mengakui salah, tetapi saya tidak bisa berbuat lain”.

8 Mendengar itu, ayah Parlin berkata: “Parlin, aku memahami keadaanmu
Mendengar itu, ayah Parlin berkata: “Parlin, aku memahami keadaanmu. Tetapi ketahuilah, bahwa janji adalah janji. Dan janji harus ditepati. Apapun alasannya, engkau tetap bersalah. Dan karena itu, engkau harus dihukum.

9 Ibu Parlin protes. “Aku tahu, bahwa si Parlin memang bersalah
Ibu Parlin protes. “Aku tahu, bahwa si Parlin memang bersalah. Ia sudah mengakuinya. Tetapi mengapa ia harus dihukum. Parlin toh tidak berbuat jahat. Maksudnya baik. Ia malah mengantar teman-teman wanitanya pulang. Ini kan perbuatan luhur?

10 Parlin, Ayah, atau Ibunya?
Siapa yang paling etis? Parlin, Ayah, atau Ibunya?

11 Parlin, kamu salah karena
Cara Berfikir Etis: Ayah Benar atau salah Tindakan benar jika sesuai dengan hukum atau aturan, dan salah jika melanggarnya Aturan / Hukum / Norma Parlin, kamu salah karena Tidak menepati janji

12 Disebut: Deontologis Cara Berfikir Etis: Ayah
Prinsip atau hukum mesti berlaku dalam keadaan apapun. Menaati prinsip berarti benar, melanggar prinsip berarti salah. Tidak ada kompromi. Cara berfikir deontologis memberi pegangan yang tegas dan jelas.

13 Pemikir Deontologis Bertindaklah atas dalil bahwa apa yang anda lakukan itu sebagai hukum yang universal Immanuel Kant

14 Persoalan dalam cara berfikir Deontologis: Bagaimana membuat hukum bagi setiap kemungkinan tindakan? Mis: Tindakan Membunuh Hukum “jangan membunuh”  Bagaimana: ketika perang?

15 Hukum “Jangan Membunuh”: Bagaimana dengan Hukuman Mati bagi pelaku kejahatan besar? atau bela diri jika mendapat ancaman?

16 Persoalan lain: Misalnya tentang Perjanjian Bisnis  Bagaimana diaturnya?

17 Berfikir Deontologis bisa memunculkan Ekses negatif yaitu: Sikap Legalistik
Hukum tidak melayani manusia, tetapi manusia melayani hukum. Perhatikan kasus berikut ini: LEGALISME:

18 Kasus Nenek yang tergelincir di salju

19 Kasus “safety belt”

20 Cara Berfikir Etis: Ibu Tujuan & Akibat. Baik atau Jahat
Tindakan dinilai sebagai baik jika tujuannya baik, atau jahat jika tujuannya jahat. Parlin memang salah, tapi tidak jahat. Tujuannya baik. Tujuan & Akibat.

21 Cara Berfikir Etis: Ibu Disebut: Teleologis
Hukum bukan diabaikan atau diacuhkan, tetapi itu bukan ukuran terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibatnya. Suatu tindakan baik, jika bertujuan dan berakibat baik. Sebaliknya, suatu tindakan jadi jahat, jika bertujuan dan berakibat jahat. Kategorinya, buka “benar” atau “salah”, tetapi “baik” atau “jahat”.

22 Pemikir Teleologis The greatest good for the greatest number (Sebuah tindakan baik jika bertujuan dan berakibat membawa kebaikan paling besar bagi sebanyak mungkin orang) John Stuart Mill

23 Persoalan dalam berfikir secara Teleologis Bagaimana menentukan ukuran obyektif tentang tujuan yang baik atau jahat. Keputusan USA untuk berperang? Dikatakan itu keputusan baik, tetapi buat siapa?

24 Berfikir Teleologis juga bisa memunculkan Ekses negatif, yaitu: Sikap Hedonistik
Hedonisme adalah sikap yang lebih mengutamakan kesenangan diri sendiri. Sikap Hedonistik: Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (yaitu kebaikan bagi diri sendiri saja) Perhatikan kasus dibawah ini: HEDONISME:

25 Kasus Robin Hood.

26 Kasus Kekerasan agama

27 Tapi tidak bisa berbuat lain.
Cara Berfikir Etis: Parlin Tepat atau Tidak Tindakan disebut tepat atau tidak tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Situasi & Kondisi Saya mengakui salah, Tapi tidak bisa berbuat lain.

28 Cara Berfikir Etis: Parlin Disebut: Kontekstual
Meletakkan situasi dan kondisi tertentu sebagai pertimbangan pokok. Yang penting ditanyakan sebelum melakukan tindakan, bukanlah apa yang secara universal “benar” ataupun apa yang secara universal “baik”, tetapi apa yang secara kontekstual paling “bertanggungjawab”. Perhatikan kasus dibawah ini:

29 Kasus wanita yang terpaksa jadi pelacur karena dijerat oleh Germo

30 Kasus orang yang terpaksa membunuh sopir yang ngebut

31 Pemikir Kontekstual Yang paling penting bukanlah “apa yang secara universal benar atau baik”, tetapi apa yang secara kontekstual paling “bertanggung-jawab” Richard H. Niebhur

32 Persoalan pada cara berfikir Kontekstual yaitu: sangat subyektif
Situasi dan kondisi (yang disebut memaksa) itu bersifat subyektif, (apakah sama sekali tidak ada pilihan tindakan?) jadi bagaimana menentukan ukuran obyektif pada tindakan.

33 Berfikir Kontekstual pun bisa memunculkan ekses negatif, yaitu: Sikap Situasional
Situasional, berarti sepenuhnya tergantng pada situasi dan kondisi. Situasional sama dengan merelatifkan semua norma(relativisme) dan menempatkan pertimbangan diri sendiri secara mutlak(subyektivisme) Perhatikan kasus dibawah ini: SITUASIONAL

34 Kasus pembuatan SIM / Tilang.

35 Kasus pengurusan pajak

36 Jadi Bagaimana?

37 Tidak ada cara berfikir yang “paling etis” karena masing-masing punya kekuatan dan kelemahan.
Pilihannya tidak mudah (seperti memilih jalan selamat atau celaka).

38 Seseorang bisa saja (seharusnya
Seseorang bisa saja (seharusnya!) untuk suatu masalah menggunakan beberapa cara berfikir yang berbeda-beda

39 Yang perlu diusahakan adalah tindakan apa yang paling benar, baik dan tepat.


Download ppt "Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google