Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Dosen Pengampu: Tri Wahyono, M.Pd.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MATA KULIAH BAHASA INDONESIA JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Dosen Pengampu: Tri Wahyono, M.Pd."— Transcript presentasi:

1 MATA KULIAH BAHASA INDONESIA JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Dosen Pengampu: Tri Wahyono, M.Pd.

2 TUJUAN UMUM DAN KHUSUS KULIAH BAHASA INDONESIA
Agar para mahasiswa memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia TUJUAN KHUSUS Agar para mahasiswa terampil menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar secara lisan dan terutama secara tertulis

3 PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DAN PETUNJUK PERKEMBANGAN
1. BAHASA INDONESIA BERASAL DARI BAHASA MELAYU Lingua franca (komunikasi antarsuku) Alat komunikasi perdagangang tempo dulu 2. KAPAN BAHASA MELAYU MULAI DIJADIKAN ALAT KOMUNIKASI: Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683 Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684 Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686 Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi tahun 688 Prasasti Gandasuli di Jateng tahun 832 Prasasti Bogor tahun 942

4 PERESMIAN NAMA BAHASA INDONESIA TANGGAL 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda)

5 ALASAN BAHASA MELAYU DIANGKAT SEBAGAI BAHASA INDONESIA
Bahasa melayu merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa Suku Jawa, suku Sunda dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.

6 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
1. Bahasa Nasional Tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 Fungsi sebagai bahasa nasional: Lambang kebanggaan bangsa Lambang identitas nasional Alat penghubung antarwarga Alat penyatuan suku bangsa

7 lanjutan 2. Sebagai bahasa Negara Tercantum di dalam UUD 1945 Bab XV, pasal 36) Fungsi sebagai bahasa negara: Bahasa resmi kenegaraan Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan Alat perhubungan perencanaan dan pelaksaan pembangunan Alat pengembangan kebudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi

8 RAGAM BAHASA INDONESIA
1. TULIS * Terikat struktur dan ejaan * Ragam tulis lebih pada pengembangan akademik dan ilmiah 2. LISAN (Retorika) * Menghendaki orang lain sebagai lawan bicara * Membutuhkan mimik, gerak, pandangan, dan intonasi 3. BAKU * Ditulis untuk kepentingan komunikasi tulis. * Diakui sebagai bahasa resmi (KBBI)

9 CABANG ILMU BAHASA FONOLOGI Berkaitan dengan bunyi bahasa MORFOLOGI Berkaitan dengan pembentukan kata SINTAKSIS Berkaitan dengan penyusunan kalimat SEMANTIK Berkaitan dengan pemahaman dan pengembangan makna

10 PERTEMUAN KE-2: TANDA BACA
A. Tanda Titik (.) 1. mengakhiri kalimat dipakai di belakang angka/ huruf dalam satu bagian, contoh: (A.), (1.) 3. memisahkan angka jam, menit, dan detik contoh: 4. menulis daftar pustaka contoh: Hirata, Andrea Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang. 5. menulis bilangan ribuan dan kelipatannya contoh: 6. menulis gelar akademik/nonakademik contoh: (S.E.), (S.H.), (S.Pd.), (Dr.), (Prof.), (Hj.) 7. menulis singkatan contoh: (No.), (Yth.), (Jend.), (s.d.)

11 B. Tanda Koma (,) 1. menulis rincian atau pembilangan
Cth: - Kami membutuhkan air, makanan, pakaian, dan tempat singgah. - Merah, biru, kuning, ataupun putih merupakan warna dasar. dipakai di belakang kata penghubung antarkalimat cth: (Jadi, …), (Oleh karena itu,…), (Dengan demikian,…) memisahkan petikan kalimat langsung cth: Mereka berkata, “ Kami membutuhkan bantuan media.” 4. memisahkan nama, alamat, dan tempat tinggal cth: Jaka Permana, Jalan Merdeka, Jakarta 5. memisahkan kata ekspresi atau emosi cth: (Amboi,…), (Wah, …), (Astaga, …)

12 C. Tanda Koma (,) memisahkan nama dan gelar
cth: (Faizal Akbar, S.H.), (Erni Fitria, S.E.), (Permana, S.Si.) menulisakan angka/ bilangan pecahan persepuluhan cth: (13,5), (10,5) menulis keterangan tambahan cth: Di sekolah kami, misalnya, masih banyak siswa yang sakit. 9. memisahkan anak kalimat dan induk kalimat jika anak kalimat berada di depan cth: Ketika hujan deras, semua buruh berteduh di tepi bangunan. 10. memisahkan antara bagian-bagian nama dalam daftar pustaka dan catatan kaki cth: (Ismail, Taufik. …), (Yogyakarta: Bentang. 2006), halm. 3

13 D. Tanda titik dua (:) memisahkan kata umum dan khusus
cth: Kami membawa alat tulis: pensil, penggaris, dan pena. menulis data cth: hari, tanggal: Senin, 21 Maret 2011 tempat : Lab. Bahasa menulis naskah dialog/ drama cth: Surya : “Wah, indah sekali pantai ini!” Reza : “Di sini juga tempat penjualan ikan.” memisahkan surat dan ayat, tahun dan hal. (dalam kutipan) cth: Yusuf: 15, (2006: 12), (Nurdiansyah,2011: 35)

14 E. Tanda titik koma (;) memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara cth: Hari sudah hampir pagi; tugas ini belum selesai. mengganti kata penghubung antarkalimat majemuk setara cth: Mereka mengerjakan tugas di kelas; kami mencari bahan materi di perpustakaan.

15 F. Tanda hubung (-) menyambung kata dasar yang terpisah karena pergantian garis cth: Tima SAR sedang mencari kor- ban bencana tsunami. memisahkan imbuhan dan kota cth: se-Jawa, se-Bali, se-Indonesia 3. memisahkan (singkatan, kata asing dan imbuhan) cth: KTP-nya, di-smash 4. memisahkan imbuhan dan angka Cth: ke-17, 90-an memperjelas pemenggalan bagian-bagian kata Cth: dua puluh lima-ribuan ( ) anak-istri saya (anak dan istri saya) menulis kata ulang Cth: makan-makan, jalan-jalan

16 G. Tanda pisah (–) menyatakan sampai cth: Jogja–Solo, 2010–2011
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar kalimat cth: Kesuksesan itu –mereka yakin– akan dapat diraih.

17 H. Tanda Kurung ((…)) mengapit tanda keterangan atau penjelasan singkatan cth: DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) 2. membuat perincian cth: Faktor pendidikan menyangkut masalah (a) sarana, (b) pendidik, dan (c) peserta didik mengapit keterangan atau penjelasan cth: Keterangan itu (lihat Tabel 13) menunjukkan faktor prestasi anak di pengaruhi oleh motivasi

18 I. Tanda Petik (“…”) mengapit petikan langsung
cth: “Kami sudah menunggu,” kata Rini, “Ya, tunggu sebentar!” mengapit judul cth: Kami sudah menonton “Sang Pemimpi”. Kalian sudah membaca buku “Pedoman Umum EYD”? 3. mengapit istilah atau kata yang mempunyai arti khusus cth: Ia sedang “sakau” hingga pingsan. mengapit julukan cth: Ia disebut sebagai pendekar “Si Pitung” dari Betawi.

19 J. Tanda Garis Miring (/)
menulis nomor surat pada surat resmi cth: No. :3/UR/007/03/2011 mengganti kata dan, atau, atau tiap cth: mahasiswa/mahasiswi, Bapak/Ibu Rp 500,00/lembar

20 PERTEMUAN KE-3: HURUF, HURUF KAPITAL, DAN HURUF MIRING
Huruf Vokal : a, i, u, e, o Huruf Konsonan: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z Huruf Diftong: a. ai, au, oi (diftong huruf vokal) di awal : aula, ain di tengah : syaitan, saudara, boikot di akhir : pandai, harimau, amboi b. kh, ng, ny, sy (diftong huruf konsonan) di awal : khusus, ngilu, nyata, syarat di tengah : akhir, bangun, hanyut, isyarat di akhir : tarikh, senang

21 B. Pemenggalan Kata Pemenggalan pada kata dasar
a. jika ada vokal berurutan cth: au-la, sau-dara, b. jika ada huruf vokal dan konsonan di tengah cth: ba-pak, de-ngan, mu-ta-khir c. jika ada dua huruf konsonan yang beruntun cth: man-di, som-bong, bang-sa d. jika ada tiga atau lebih konsonan cth: in-stru-men, in-fra, bang-krut, ikh-las

22 Pemenggalan kata berimbuhan cth: minum-an, mem-bawa, ambil-lah
Lanjutan … Pemenggalan kata berimbuhan cth: minum-an, mem-bawa, ambil-lah catatan: 1. imbuhan –i tidak dipenggal (mak-nai) 2. pemenggalan imbuhan sisipan dipisah (te-lun-juk, ge- ri-gi, ge-me-tar) 3. Jika satu kata terdiri dari satu unsur atau lebih (foto- grafi: fo-to-gra-fi, introspeksi: in-tro-spek-si)

23 C. Huruf Kapital atau Huruf Besar
dipakai pada huruf pertama awal kalimat cth: Kami tertidur. 2. dipakai pada huruf pertama petikan langsung cth: Ibu bertanya, “Kapan kamu pulang?” penulisan nama Tuhan, nabi, agama dan kitab suci cth: Allah, Isa, Budha, Al-Quran menulis gelar kehormatan cth: Sri Sultan Hamengku Buwono, Haji Ahmad Yusuf menulis nama jabatan (jika diikuti nama orang dan tempat menjabat) Cth: Presiden Indonesia, Gubernur Sulawesi Selatan

24 menulis nama suku, negara, dan bahasa
lanjutan menulis nama orang cth: Usman Hanafi menulis nama suku, negara, dan bahasa cth: suku Dayak, negara Indonesia, bahasa Mandarin 8. menulis nama hari, bulan, tahun cth: Senin, Maret, Masehi 9. menulis nama letak geografi (jika diikuti nama tempatnya) cth: Danau Toba, Selat Sunda, Jalan Proklamasi menulis nama negara, unsur pemerintahan, dan dokumen Cth: Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Presiden

25 menulis nama instansi/ surat kabar
lanjutan menulis nama instansi/ surat kabar cth: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kedaulatan Rakyat menulis judul (buku, film, lagu, dll) cth: Bom buku “Yahudi Militan” menulis nama gelar akademik cth: Prof., Dr., S.H. menulis kata sapaan (hubungan akrab) cth: Bapak, Ibu, Saudara, Anda, Paman, Nenek menulis singkatan cth: KPK, BNN

26 Singkatan dan Akronim Singkatan (gelar, instansi, umum, lambang)
cth: (S.H.), (PT), ((s.d.), (d.a.), (dsb.), (Yth.), (dst.)), (H2O) Akronim: gabungan deret huruf awal yang dapat dibaca seperti kata a. akronim nama diri cth: ABRI (Akademi Bersenjata Republik Indonesia) SIM (Surat Izin Mengemudi) b. akronim nama diri berupa gabungan suku kata cth: Bapenas (Badan Perencana Pembangunan Nasional) Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) c. akronim nama diri berupa gabungan huruf cth: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali) tilang (bukti pelanggaran)

27 D. HURUF MIRING menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip cth: buku Cermat Berbahasa Indonesia majalah Tempo harian Kompas menegaskan atau mengkhususkan huruf cth: Kami akan menipu, tetapi tertipu. menuliskan nama ilmiah cth: oryza sativa (nama latin padi), aurellia (nama latin cacing)

28 Imbuhan Imbuhan Asli: awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufik), awal+akhiran (konfiks) Imbuhan Asing: is, isme, isasi, man, wan, wati, i, wi, ah, pra, a Imbuhan Daerah: tuna, pasca, nara, swa, catur, sapta, panca, dasa, maha, para, a Klitik (possesive/milik): ku, mu, nya, kau

29 Imbuhan Asli Awalan (prefik): meN, ber, di, ter, peN, pe, se, per, ke
Sisipan (infiks): el, em, er Akhiran (sufiks): kan, an, i, nya, wan, wati, wi Awalan+akhiran (konfiks/simulfiks): ke- an, me-kan, di-kan, pe-an, me-i,

30 Pengembangan imbuhan Imbuhan meN: Imbuhan peN:
men: menulis, menunjuk, menanyakan mem: membawa, membuka, memberi meng: mengambil, menghukum, mengukur meny: menyapu, menyangka, menyuplai menge: mengecat, mengebom, mengebor Imbuhan peN: pen: penulis, penolong pem: pembajak, pemukul, pembasmi peng: penghasil, pengawal, penghalus peny: penyapu, penyabar, penyesalan penge: pengebor, pengecat, pengebom

31 Pengembangan Imbuhan Gabungan imbuhan di-i
di + tempat (dipisah)  di + ungkapan/idiom (digabung) di meja  dimejahijaukan di rumah  dirumahkan di Indonesia  diindonesiakan di dalam  didalami di belakang  dibelakangi di + tempat (dipisah)  di + kerja (digabung) di jalan  dijalankan di kantor  diambil di sungai  dibuang

32 Makna Imbuhan meN- Suatu perbuatan aktif: mencetak, menulis, memukul,
membaca, merundingkan Menjadi seperti: melebar, meluas, mengecil, menyempit, membatu, menguning, Menuju ke : menepi, melaut, mendarat Berlaku seperti: mengabdi, membujang Berfungsi sebagai/ menyerupai: menyupir, membukit, menyemut Menyatakan keadaan: mengantuk, menyendiri Membuat gulai : menggulai Mengeluarkan bunyi: mengeong, meraung Mencari/mengumpulkan: mendamar, merumput, merotan Makan/ minum: menyatai, mengopi,

33 Proses Peluluhan Pada awalan meN dan peN dapat mengalami proses peluluhan jika kedua imbuhan tersebut bertemu dengan kata yang berawalan huruf (K, T, S, P) cth: pukul, kurang, satu, tunjuk Jadi: me+ tunjuk= menunjuk, me+kurang= mengurang me+ pukul= memukul, me+satu = menyatu Kecuali: imbuhan tersebut tidak meluluhkan kata yang diawali dengan huruf (K, T, S, P) jika terdapat klaster, tetapi tetap. Klaster: kata yang diawalai dengan dua konsonan cth: praktik, traktir, sponsor, kritik Jadi: me+protes= memprotes, me+traktir= mentraktir me+kritik = mengkritik, me+sponsor+i= mensponsori

34 Imbuhan Asing is: nasionalis, patriotis, matrialis, sosialis,
isme: nasionalisme, patriotisme, organisme, isasi: nasionalisasi, organisasi, sosialisasi, imunisasi i: alami, abadi, akui, lukai wi: duniawi, maknawi, surgawi, kimiawi ah: alamiah, man: seniman, budiman wan: karyawan, wisudawan, jutawan, dermawan, wati: karyawati, wisudawati, santriwati, pra: pramusim, prasejarah, pranikah,

35 non: nonakademik, multi:multifungsi
lanjutan non: nonakademik, multi:multifungsi ekstra: ekstrakurikuler intra: intrasekolah infra: inframerah semi: semifinal bi: bilateral ultra: ultrasonik a: asusila Bahasa Arab at: muslimat in: muslimin 2. if: sportif al: musikal 3. ik: heroik

36 Imbuhan Daerah tuna: tunawisma, tunawicara, tunakarya
pasca: pascapanen, pascabencana, pascabanjir nara: narasumber, narapidana swa: swamitra, swalayan, swadaya sapta: saptamarga catur: caturwulan, dasa: dasawarsa,

37 Kata dan Kalimat Kata sebagai unsur pembentuk kata memiliki berbagai jenis fungsi dan makna untuk membentuk kalimat. Jenis kata: Kata benda Kata sifat Kata kerja Kata nominal Kata keterangan Kata ulang Kata depan Kata majemuk

38 Gabungan Kata: Frasa Frasa: gabungan kata yang menduduki satu fungsi atau unsur dalam kalimat Jenis Frasa: Frasa Eksosentrik: frasa yang terdiri dari gabungan kata dasar dan kata depan (preposisi) cth: di kebun, ke pasar, dari kampus, pada malam Frasa Endosenstrik: frasa yang terdiri dari unsur yang tidak dapat disubtisusikan oleh unsur lain - frasa koordinatif: frasa yang unsurnya tidak dapat diganti oleh unsur lain dan hanya dapat disisipi oleh unsur (dan) atau (atau) - frasa atributif: frasa yang terdiri dari unsur inti dan tambahan (atribut) - frasa apositif: frasa yang berupa istilah dan tidak bisa digantikan dengan unsur lain

39 Jenis Frasa Frasa Verba: sedang berbicara,
Frasa Nomina: sepeda baru, rumah makan Frasa Adjektifa: sangat cantik, paling tampan Frasa Adverbia: tadi malam, kemarin sore Frasa Preposisional: dari kantor, di rumah, ke kebun

40 Gabungan Kata (bukan Frasa)
Gabungan kata (kata majemuk) cth: duta besar, kambing hitam, kereta api, kelinci percobaan, orang tua, tangan kanan, memeras keringat, banting tulang Gabungan kata dirangkai cth: acapkali, adakalanya, barangkali, bilamana, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, kacamata, olahraga, radioaktif, saputangan, saripati, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, peribahasa,

41 Kata Baku Apotek Atlet Analisis Aktif Aktivitas Kreatif Kreativitas
Sportif Sportivitas Jadwal Kualitas Kuantitas Produktif Produktivitas Hakikat Formal Provinsi Ijazah Zaman Sistem Nasihat Teknik Terampil Ekstrem Praktik Izin November Teoretis Pikir Napas Risiko Sangsi Sanksi Pingsan Konkret Jumat Quran Doa Saksama Hikmat Mantap Sabtu Negeri

42 Klausa Klausa ada struktur atau gabungan kata yang memiliki struktur unsur kalimat tetapi belum menjadi kalimat. Cth: kami sedang mengamen mereka membutuhkan makanan Jenis Klausa: 1. Klausa atasan/inti: induk kalimat 2. Klausa bawahan/: anak kalimat

43 Kalimat Kami berlibur ke Paris.
Kalimat Tunggal Kalimat yang memiliki satu inti kalimat (klausa) contoh: Kami selalu menunggu hujan emas setiap hari. Kami berlibur ke Paris.

44 kalimat yang memiliki unsur klausa atau inti kalimat lebih dari satu.
lanjutan 2. Kalimat Majemuk kalimat yang memiliki unsur klausa atau inti kalimat lebih dari satu. Cth: Ia tidak sekolah karena ia sakit Kami tetap berangkat walaupun hari ini hujan lebat. Mereka tetap akan mendaki gunung meskipun di antara mereka ada yang tidak dapat ikut.

45 Pemuda itu membawa patung dan benda kerajinan di dalam mobilnya.
lanjutan 1. Kalimat Majemuk Setara Konjungsi: dan, atau, kemudian, lalu, Pemuda itu membawa patung dan benda kerajinan di dalam mobilnya.

46 lanjutan 2. Kalimat Majemuk bertingkat: Pemuda yang duduk di dekat pohon itu akan menyeberang dan membeli makanan ringan Petani itu membajak sawah dengan alat tradisional yang dibantu oleh kerbau.

47 3. Kalimat majemuk campuran:
lanjutan 3. Kalimat majemuk campuran: Mereka membawa surat dan mereka membawa hadiah ketika kami sedang rapat membahas lomba futsal di kampus. Para karyawan mengajukan gugatan kenaikan gaji dan perpanjangan kontrak ketika perusahaan sedang mengalami kenaikan pendapatan bulan ini.

48 lanjutan Konjungsi Korelasi Bukan … melainkan. Contoh: Bukan hanya mahasiswa yang menginginkan presiden mundur melainkan masyarakat DIY juga menginginkan hal yang sama.

49 lanjutan Tidak (hanya)… tetapi. Tidak hanya di Surabaya dan Jakarta tetapi di DIY juga sedang terserang wabah ulat bulu. Baik … maupun Baik siswa maupun guru semua harap menuju ke aula untuk menyaksikan pementasan drama dari siswa kelas IX.

50 lanjutan Antara … dengan/dan Antara persepakbolaan Indonesia dengan Amerika latin memiliki tipe dan gaya permainan yang sama karena sebagian pemain asing di Indonesia berasal dari Amerika latin.

51 Kalimat Aktif dan Pasif
lanjutan Kalimat Aktif dan Pasif Kalimat Aktif: melakukan aktivitas Contoh Kalimat aktif: Para mahasiswa sedang mengumpulkan koin untuk presiden. Mereka bermain layang-layang di lapangan.

52 Mobil itu diparkir di halaman kantor. Anak itu terjatuh dari sepeda.
lanjutan Kalimat pasif: dikenai aktivitas Boneka itu dibuat oleh perajin di desa wisata. (Perajin itu membuat boneka di desa wisata = aktif.) Mobil itu diparkir di halaman kantor. Anak itu terjatuh dari sepeda. Saya tertidur.

53 Kalimat Efektif Kalimat Efektif: Kalimat yang tidak berlebihan
Para mahasiswa berkumpul di aula Para mahasiswa berkumpul bersama di aula. 2. Mereka membicarakan (tentang=tidak perlu) permasalahan keuangan organisasi. 3. Kami berbicara tentang tujuan dan visi organisasi. 4. Wanita itu sangat cantik. 5. (Di mana= tidak penting) mereka cenderung menyanyikan lagu tersebut.

54 Paragraf Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan/menjelaskan gagasan atau topik tertentu. Syarat-syarat paragraf Kesatuan Paragraf (kohesi) Dalam satu paragraf hanya terdiri dari satu pokok pikiran. Kalimat-kalimat harus disusun secara cermat agar tidak menyimpang dari topik. Kepaduan Paragraf (koheren) Kalimat yang ditulis logis dan ada hubungan antarkalimat Ada gagasan utama/ ide pokok: inti tulisan (didapatkan dari kalimat utama) Kesimpulan : saran atau solusi kritis

55 Kata Penghubung Antaparagraf
Hubungan transisi Hubungan kata ganti Pengulangan kata kunci Hubungan Transisi - hubungan tambahan: selanjutnya, lebih lagi, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula - hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.

56 lanjutan Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan hal itu Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian, Hubungan tempat: berdekatan dengan itu

57 lanjutan Hubungan kata ganti orang: dengan menyebutkan nama dan kata ganti sebagai penghubung antarkalimat dalam sebuah paragrag. Cth: ia, dia, mereka, dan nama Hubungan kata kunci: dengan memberikan kata kunci yang diulang-ulang dalam sebuah paragraf

58 Jenis Paragraf Berdasar Letak Kalimat Utamanya
Deduktif: depan/ awal Induktif : belakang/ akhir Ineratif : tengah Variatif : awal dan akhir Deskriptif : tanpa kalimat utama

59 Jenis Paragraf Berdasar Isinya
Argumentatif : berisi opini/ pendapat Persuasif : berisi ajakan/ bujukan Eksposisi : berisi paparan/ penjelasan yang bersifat teknis/ proses Deskriptif: berisi gambaran tentang suatu tempat/ benda/ suasana Naratif : berisi cerita dengan kelengkapan peristiwa, tokoh, setting, dan alur

60 Pengembangan Paragraf
Generalisasi: pola pengembangan khusus- umum dengan penyimpulan di akhir paragraf Analogi : pola pengembangan dengan persamaan dua hal yang memiliki kesamaan sifat Klasifikasi ; pola pengembangan dengan pengelompokan Definisi : pola pengembangan dengan penjelasan instilah/ unsur Sebab-Akibat: pola klausul (sebab-akibat/ akibat-sebab)

61 Karya Tulis Ilmiah Karya tulis atau karangan ilmiah adalah karangan yang menyajikan gagasan atau argumen keilmuwan berdasarkan fakta. Gagasan keilmuwan itu harus dapat dipercaya dan diterima kebenarannya, sehingga perlu penyajian secara benar. Gagasan dalam karya tulis seharusnya disajikan dengan tidak mambuat pihak lain atau pembaca ragu untuk menerimanya. Penyajian karya tulis ilmiah harus dilakukan secara logis. Karya tulis yang ilmiah berarti karangan yang menyajikan argumen dengan menggunakan logika berpikir secara benar.

62 Mengenal karya tulis ilmiah
Kekhususan karya tulis ilmiah Mengupas dan mempermasalahkan pengetahuan. Membuktikan kebenaran ilmiah dan disajikan dengan metode ilmiah. Menerapkan kebenaran ilmiah dan disajikan dengan metode ilmiah.

63 Pengguna Karya Tulis Ilmiah
Para ilmuwan dan peneliti Praktisi dan profesional akademik (pendidik) Pelajar dan Mahasiswa Semua pihak yang terlibat dan mengembangkan karya tulis ilmiah seharusnya memiliki kemampuan menyusun karya tulis ilmiah

64 Karya tulis ilmiah dan nonilmiah
Karya Tulis Nonilmiah Fakta umum Fakta pribadi Metodologi penulis ilmiah (prosedural) Model penulisan beragam Kebenaran dapat dibuktikan (objektif) Bersifat subjektif

65 Jenis Karya Tulis Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Nonilmiah Makalah
Artikel/ opini (nonfiksi) Laporan penelitian Berita/ features (nonfiksi) Skripsi Cerpen (fiksi) Diktat Novel (fiksi) Buku teks Puisi (fiksi)

66 Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
Menyajikan fakta Menyajikan pengertian/ definisi tentang permasalahan Menguraikan permasalahan Menerapkan teori Membahas, memecahkan, dan menyimpulkan masalah

67 KARANGAN ILMIAH Karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis dengan metodologi penulisan yang baik dan benar. Harus ditulis dengan jujur, akurat berdasarkan kebenaran yang objektif berdasarkan data dan fakta di lapangan, bukan kebenaran normatif

68 Laporan. Laporan merupakan sebuah tulisan yang dibuat setelah seseorang melakukan pengamatan, kunjungan, wawancara, pembacaan buku/literatur, percobaan, dan lain-lain. Laporan dapat berisi informasi yang beraneka ragam, misalnya kemajuan suatu peristiwa, penyelesaian tugas, hasil wawancara, hasil pengkajian masalah, atau pengungkapan hasil penelitian. Sebagai karya ilmiah, laporan harus ditulis atas dasar aturan yang berlaku dalam penyusunan karya ilmiah.

69 Makalah Pada umumnya makalah disebut pula paper. Menurut Parera (1983:25), makalah adalah karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Makalah dapat disajikan dalam pertemuan ilmiah, seperti seminar, lokakarya, simposium, diskusi ilmiah, dan sebagainya. Apabila suatu makalah akan dimuat dalam majalah ilmiah, seperti jurnal, sebagai sebuah artikel, penulis perlu memodifikasi baik isi maupun bentuk penulisannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada majalah yang akan memuatnya. makalah yang dibuat oleh mahasiswa sering disebut term paper atau paper. Makalah yang dibuat mahasiswa ini merupakan jenis tugas tertulis pada suatu mata kuliah tertentu. Hal ini dapat berupa kajian suatu buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi.

70 Kertas kerja Seperti makalah tetapi analisisnya lebih serius.
Biasanya makalah yang dibuat oleh seseorang atau pejabat dan dibawakan dalam suatu pertemuan atau rapat sering disebut kertas kerja. Ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya.

71 Skripsi Karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat didukung data dan fakta empiris-objektif, baik lewat penelitian langsung atau tak langsung. Ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana yang penyusunannya dibimbing oleh seorang dosen atau tim yang ditunjuk oleh lembaga perguruan tinggi

72 Tesis Lebih mendalam daripada skripsi
Mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih dan ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana

73 Disertasi Mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dan analisis yang terinci Dipertahankan dihadapan senat guru besar/ penguji dari perguruan tinggi Berisi temuan penulis sendiri yang berupa temuan orisinil.

74 Karya ilmiah Mengetengahkan masalah dalam bidang/ cabang ilmu tertentu
Mengetengahkan persoalan secara utuh, meliputi bagian pendahuluan, isi dan bagian penutup Objektif, tidak memihak kepada seorang atau kelompok tertentu Pembahasan secara rasional tidak emosional Didukung data dan fakta Alur sistemik dan runtut

75 Manfaat tulisan ilmiah
Penulis terlatih mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif. Terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang. Akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan. Dapat meningkatkan ketrampilan mengorganisir dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis. Memperoleh kepuasan intelektual Turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

76 Tujuh macam sikap ilmiah
Ingin tahu dengan selalu bertanya tentang bergabagai hal. Mengapa demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat utnuk ditulis Terbuka, selalu mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain. Objektif, menyatakan apa adanya tanpa perasaan pribadi. Rela menghargai karya orang lain - mengutip, menyatakan terima kasih dan menganggapnya sebagai karya orisinil milik pengarangnya. Berani mempertahankan kebenaran - membela fakta atas hasil penelitiannya. Menjangkau ke depan - “futuristik” berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun teori baru.

77 LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH
Pilih PILIH TOPIK Pokok bhsn tertentu & tent ruang lingkup tetapkan TENTUKAN JUDUL Judul menarik dan terbatas Sesuaikan OUTLINE Bentuk & jenis krgn dgn metode penulisan laksanakan KUMPUL DATA Studi pustaka, wawancara, observasi Klasifikasikan ORGANISASIR Data lalu susun jadi wacana Suntinglah EDITING Kaidah bhs, ejaan, diksi, alinea PENULISAN AKHIR

78 PEMILIHAN TOPIK/ MASALAH
Topik adalah pokok permasalahan, apa yang akan ditulis Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan topik Berada di sekitar kita (pengalaman/ pengetahuan) Menarik perhatian kita Terpusat pada lingkup yang sempit Punya data dan fakta yang objektif, jangan subjektif Diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walau serba sedikit, jangan terlalu baru, teknis dan kontroversial Punya sumber acuan, sumber pustaka.

79 Pembatasan topik Supaya lebih terfokus, sehingga ketika menulis penuh keyakinan dan kepercayaan karena topik sudah dikuasai benar. Penelitian menjadi lebih intensif, penulis lebih mudah memilih hal yang mudah untuk dikembangkan.

80 Penentuan Judul Melontarkan pertanyaan Masalah apa? Mengapa?
Bagaimana? Di mana? Kapan? Siapa? Dsb, tergantung kondisi

81 Masalah apa? Industri metanol Kekuatan tarik rendah Korosi permukaan
Harga BBM Nilai kalor bakar Bom

82 Mengapa? Mengembang------ Pengembangan Melayani- ---------- Pelayanan
Bermanfaat Manfaat Meningkat Meningkatnya Meningkat Upaya Meningkatkan Meledak Ledakan Judul harus dalam bentuk Frasa

83 Manfaat Penggunaan Biooil atau Memanfaatkan Penggunaan Biooil
Judul harus dalam bentuk frasa, dapat pula berupa kata kerja asal bukan merupakan kalimat Pengembangan Industri Metanol atau Upaya Mengembangkan Industri Metanol Meningkatnya Mutu Pelayanan Rumah Sakit atau Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Manfaat Penggunaan Biooil atau Memanfaatkan Penggunaan Biooil

84 Di mana? Di Pulau Bunyu------ Pengembangan Industri Metanol di Pulau Bunyu Di RSDK  Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Dokter Kariadi Di Semarang  Manfaat Penggunaan Kondom di Semarang Di Bali Ledakan Bom Terjadi Lagi di Bali

85 Kapan? Tahun 90-an -- Pengembangan Industri Metanol di Pulau Bunyu Tahun 90-an Semester I tahun  Pelayanan Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang Semester I tahun 2005

86 Untuk apa/ siapa? Manfaat Penggunaan Kondom dalam Mencegah Penularan Penyakit HIV/ AIDS di Semarang Manfaat Desain Interior Rumah Sakit dalam Mendukung Pelayanan kepada Masyarakat

87 Pembicaraan atas Novel “ Harry Potter” : Analisis Struktural
Pembatasan dan penjelasan dengan pemberian anak judul Antara Judul dan Anak judul dipisahkan dengan : Mutu Pendidikan Perawat di Indonesia tahun : Studi Kasus di Politekkes Semarang Manfaat Penggunaan Kondom bagi Pencegahan HIV/ AIDS: Studi Kasus pada PSK Sunan Kuning Semarang Pembicaraan atas Novel “ Harry Potter” : Analisis Struktural

88 Pembatasan Topik Menurut tempat
Indonesia ---- Jawa --- Jawa Tengah -- Semarang ---- Tembalang Pulau Jawa Sebelum Indonesia Merdeka --  Semarang sebelum Indonesia Merdeka Menurut Waktu/ Periode/ Zaman Kebudayaan Indonesia -- Seni Patung di Zaman Kerajaan Hindu Hubungan Sebab Akibat Dekadensi Moral di Kalangan Remaja -- Pokok Pangkal Timbulnya Dekadensi Moral di Kalangan Remaja

89 Ruang Lingkup Kesehatan --- Rumah Sakit --- Perawat Agama ---- Islam ---- Syariat --- Puasa Aspek Khusus – Umum, Individual – Kolektif Pengaruh Siaran TV terhadap Masyarakat Jawa Tengah --- Pengaruh Siaran Televisi bagi Perkembangan Anak di Jawa Tengah Objek material dan objek formal Keluarga Berencana Ditinjau dari Segi Agama

90 TEMA Adalah pokok pemikiran yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya Pengungkapan maksud dan tujuan. Tema perlu dirumuskan secara eksplisit dalam bentuk kalimat panjang untuk memudahkan penyusunan kerangka

91 Topik: Belajar mengemukakan pendapat yang efektif
Tujuan : Menjelaskan bagaimana cara mengemukakan pendapat secara tertulis, logis dan sistematis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

92 Struktur Karya Tulis Ilmiah
Struktur Utama KTI Pendahuluan : latar belakang permasalahan dan maksud penulisan Isi : uraian pengembangan gagasan utama masalah, sajian pengertian/definisi, sajian fakta, sajian teori yang berkaitan, pembahasan masalah dengan teori dan fakta yang ada untuk memecahkan masalah Penutup : simpulan atau jawaban atas masalah dan saran atau rekomendasi dari hasil pembahasan Referensi/sumber : daftar kepustakaan

93 Struktur KTI (Makalah)
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan dan Maksud Penulisan (dapat ditambahkan asumsi dasar dalam makalah) Bab II Landasan Teori (Berisi argumen yang diperkuat oleh teori yang berhubungan dengan topik yang dibahas) Bab III Metode Penulisan Metode dan Prosedur Kajian Bab IV Pembahasan Hasil analisis dan pembahasan Bab V Simpulan dan Saran (disajikan simpulan untuk menjawab rumusan permasalahan dan membuktikan kajian yang dilakukan)

94 Struktur KTI (Skripsi)
Bab I. Pendahuluan Latar Belakang (alasan penulisan) Identifikasi Masalah (spesifikasi masalah) Rumusan Masalah (masalah yang akan dikaji) Pembatasan Masalah (batasan masalah) Tujuan Penulisan (maksud penulisan) Hipotesis penelitian (dugaan sementara)

95 Lanjutan (format Skripsi)
Bab II. Landasan Teori (Berisi argumen yang diperkuat oleh teori yang berhubungan dengan topik yang dibahas) Bab III. Metode Penelitian Metode Penelitian Desain Penelitian Variabel Penelitian (objek kajian) Prosedur Penelitian Sumber data Tempat dan waktu penelitian Teknik dan instrumen Penelitian Teknik pengolahan data Validasi penelitian

96 Lanjutan (format Skripsi)
Bab IV Pembahasan Deskripsi data hasil penelitian Pengolahan data (teknik analisis data) Pembahasan Implikasi penelitian (implementasi hasil kajian) Pengujian hipotesis (pembuktian hipotesis)

97 Lanjutan (format Skripsi)
Bab V Simpulan dan Saran (berisi simpulan untuk menjawab rumusan masalah atau membuktikan argumen berdasarkan kajian yang dilakukan dan diikuti dengan rekomendasi yang disajikan

98 FORMAT PENULISAN KARYA ILMIAH
Skripsi, paper/makalah, laporan penelitian, dan lain sebagainya, memiliki format penulisan tertentu untuk bisa disebut sebagai sebuah karya ilmiah. Uraian di bawah ini membahas format penulisan karya ilmiah berupa skripsi pada Program S-1 Teknik Mesin FT UMY. Namun beberapa poin penting dalam format penulisan dimaksud bisa dipakai sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah selain skripsi, seperti paper/makalah, artikel dalam jurnal ilmiah, dan lain sebagainya.

99 Komponen-komponen karya ilmiah yang berupa skripsi, tesis, dan disertasi pada prinsipnya hampir sama. Komponen-komponen tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut. (1) Bagian Awal: (a) Halaman sampul/judul. (b) Halaman pengesahan. (c) Kata Pengantar (d) Daftar Isi (e) Daftar Tabel (jika ada) (f) Daftar Gambar (jika ada) (g) Abstrak. (2) Bagian Pokok/Utama: (a) Pendahuluan (Latar belakang dan permasalahan) (b) Kerangka teoritik dan pengajuan hipotesis (jika diperlukan) , Tinjauan Pustaka (c) Metode Penelitian (d) Hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan (e) Simpulan, implikasi, dan saran. (3) Bagian Akhir: (a) Daftar Pustaka (Kepustakaan) (b) Lampiran-lampiran.

100 Jika karya ilmiah yang berupa skripsi, tesis, dan disertasi tersebut akan disajikan dalam majalah ilmiah, karya ilmiah tersebut harus diubah dalam bentuk makalah dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku pada majalah yang akan memuatnya.

101 Komponen-komponen penting yang ada dalam sebuah makalah dapat dikemukakan secara runtut sebagai berikut. (1) Bagian Awal: Halaman judul (berisi judul makalah & nama penulis) (2) Bagian Pokok/Utama: (a) Judul makalah (b) Nama Penulis dan institusinya (c) Abstrak (d) Pendahuluan (e) Tinjauan pustaka /Dasar Teori (jika perlu) (f) Metode Penelitian (g) Hasil dan Pembahasan (h) Simpulan dan Saran (3) Bagian Akhir: (a) Buku Rujukan (sumber) (b) lampiran (jika perlu)

102 Karya Ilmiah Populer Menurut Gie (1992:105), karya (karangan) ilmiah populer merupakan salah satu ragam karangan faktawi. Atas dasar hal tersebut, berarti bahwa karya ilmiah populer identik dengan karya ilmiah. Dengan demikian, ciri-ciri karya ilmiah berlaku pula bagi karya ilmiah populer, yaitu menyajikan fakta-fakta secara cermat, jujur, objektif, netral, sistematik, dan logis, serta pemaparannya secara ringkas, jelas, tegas, dan tepat. Disamping itu, permasalahan yang dikemukakan senantiasa berkaitan dengan topik-topik keilmuan, topik-topik kronologis, atau gabungan antara kedua hal tersebut. Atas dasar hal tersebut, berarti bahwa karya ilmiah populer bukan semata-mata tulisan informatif, melainkan tulisan atas dasar fakta yang disajikan secara ilmiah.

103 Aspek lain yang membedakan karya ilmiah populer itu dengan karya ilmiah pada umumnya adalah bentuk penyusunan dan jangkauan pembacanya. Bentuk penyusunan karya ilmiah populer tidak terikat oleh pola dan ketentuan yang berlaku pada masyarakat ilmuwan. Bentuk karya ilmiah populer tidak perlu menyebutkan bagian-bagiannya dengan penomoran secara eksplisit, tidak perlu menggunakan sistem penulisan sumber referensi atau catatan kaki, dan susunan karya ilmiah populer tidak perlu pula memuat lampiran data pembuktian.

104 Jangkauan pembaca karya ilmiah populer adalah masyarakat umum atau khalayak ramai, bukan terbatas pada golongan ilmuwan atau kaum cendekiawan tertentu. Karya ilmiah populer ditujukan kepada setiap orang yang berminat membaca guna menambah pengetahuan tentang aspek- aspek ilmu dan teknologi, meskipun hanya secara global dan sederhana

105 Berdasarkan bentuk penyajiannya, karya ilmiah populer dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu (1) tajuk rencana (editorial), (2) esai (artikel), (3) pikiran pembaca, dan (4) ulasan (berita, ekonomi, politik, buku, dll)

106 Tajuk rencana Tajuk rencana adalah induk artikel yang berfungsi sebagai pengantar segala berita/isi surat kabar atau majalah (Natawidjaja, 1986:113). Pada umumnya, tajuk rencana berisi pesan pimpinan surat kabar/majalah, sikap editor, atau sambutan atas sesuatu hal yang istimewa yang ada/terjadi pada saat surat kabar/majalah itu terbit. Tajuk rencana biasanya ditempatkan pada kolom 1 dan 2 dalam halaman pertama atau kedua. Panjangnya sekitar delapan paragraf atau kurang lebih 20 sampai 35 kalimat. Istilah lain dari tajuk rencana yang sering digunakan dalam surat kabar atau majalah, antara lain editorial, induk berita, induk opini, pesan redaksi, mahkota berita, dan sepatah kata redaksi.

107 Esai Esai adalah bentuk karya ilmiah populer yang berisi kupasan terhadap suatu masalah, baik persoalan yang berkaitan dengan ilmu, teknologi, maupun seni. Bagian-bagian penting yang perlu ada dalam sebuah esai adalah permasalahan, kajian dan pemecahan masalah, dan simpulan. Selain harus disusun secara objektif, sistematis dan logis, esai harus dikemukakan dengan bahasa yang lugas, ringkas, jelas, dan sederhana agar permasalahan yang dibahas dapat dipahami oleh semua lapisan pembaca.

108 Pikiran pembaca Pikiran pembaca yaitu tulisan yang berisi pendapat (opini) atau gagasan tentang suatu peristiwa atau masalah yang muncul di masyarakat. Gagasan tersebut dapat berupa usulan, saran atau pemecahan masalah yang ditujukan kepada pihak lain (pemerintah, lembaga, organisasi, atau seseorang). Pikiran pembaca juga disusun berdasarkan fakta dan dikemukakan secara sistematis, logis, objektif, lugas, singkat, dan sederhana. Bentuk pikiran pembaca biasanya lebih ringkas dan pendek bila dibandingkan dengan bentuk karya ilmiah populer yang lain.

109 Ulasan Ulasan merupakan bentuk karya ilmiah populer yang berisi komentar terhadap suatu pendapat/gagasan orang lain, peristiwa, esai, artikel berita, buku, dll. Ulasan disusun atas dasar data yang objektif. Dalam ulasan lebih ditekankan pada komentar terhadap hal-hal yang istimewa dan positif. Namun demikian, hal-hal yang kurang istimewa atau hal-hal yang menunjukkan kelemahan pun perlu dikemukakan agar orang lain atau pihak yang terkait dapat mengambil hikmah atau manfaatnya untuk memperbaikinya. Dilihat dari isinya, ulasan itu beraneka ragam, antara lain ulasan berita, ulasan peristiwa, ulasan buku, dan sebagainya.

110 A. Bahan dan Ukuran Kertas
Bahan dan ukuran kertas yang dipakai dalam sebuah karya ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Ukuran kertas: A4 (21 x 29,7 cm). 2. Jenis kertas: HVS 80 gram. 3. Kertas doorslag berwarna (sesuai dengan warna yang telah ditentukan) dengan lambang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

111 B. Pengetikan Ketentuan-ketentuan dalam pengetikan sebuah karya ilmiah dirinci sbb : 1. Menggunakan software pengolah kata dengan flatform Windows, seperti MS Word, Excel, dan lain-lain. 2. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran 12 kecuali untuk: Halaman judul sampul/luar (hard cover) dan halaman judul dalam (soft cover), yang menggunakan huruf tegak (kecuali istilah asing) dan dicetak tebal (bold) dengan ukuran font mulai 12 sampai 16 (disesuaikan dengan panjang judul, b. Catatan kaki (footnotes), yang menggunakan font ukuran 10. 3. Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan sub-judul (sub-bab, sub sub-bab), memberi penekanan, pembedaan, dan aejenisnya. 4...

112 Lanjutan : Pengetikan 4. Huruf miring (italic) digunakan untuk istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah, memberi penekanan, pembedaan (termasuk pembedaan sub-judul yang hirarkhinya tidak se ingkat), dan sejenisnya. Judul sub sub-sub-bab dibuat dengan mengkombinasikan huruf miring dan huruf tebal (italic-bold atau bold-italic). Judul sub sub-sub-sub-bab dan seterusnya dibuat dengan huruf miring biasa (italic). 5. Batas tepi (margin): a. Tepi atas : 4 cm b. Tepi bawah : 3 cm c. Tepi kiri : 4 cm d. Tepi kanan : 3 cm 6. Sela ketukan (indensi) selebar 1 cm. Indensi Tab dipakai pada baris pertama alinea baru. Indensi gantung digunakan untuk daftar pustaka.

113 Lanjutan : Pengetikan 7. Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir: a. Bagian awal dari karya ilmiah termasuk di dalamnya adalah halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrakkata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Spasi yang digunakan adalah: 1) Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal (lihat Lampiran). 2) Pengantar ditulis dengan spasi satu setengah 3) Abstrak, antara kata (dalam satu halaman) ditulis dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran). 4) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran disusun dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran). 5) Lainnya, lihat Lampiran. b. Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V, disusun dengan menggunakan spasi satu setengah c. Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka, yang daftar referensinya memakai spasi tunggal dan indensi gantung (jarak antar referensi dengan satu setengah), dan Lampiran yang ditulis dengan spasi satu setengah atau disesuaikan dengan bentuk/jenis lampiran

114 Lanjutan : Pengetikan 6. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain sebagainya: Judul karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf besar/kapital, dicetak tebal, tanpa singkatan (kecuali yang berlaku umum seperti PT., CV.), posisinya di tengah halaman, dan tanpa diakhiri tanda titik. Perkecualiannya adalah judul pada halaman Persetujuan Seminar dan Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak tebal). b. Judul sub-bab diketik sejajar dengan batas tepi (margin) sebelah kiri dengan menggunakan huruf A, B, C, dan seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).

115 Lanjutan : Pengetikan 6. c. Judul sub sub-bab dimulai dengan angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold). d. Judul sub sub-sub-bab dimulai dengan huruf a, b, c dan seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-bab dicetak dengan huruf tebalmiring (bold-italic). e. Judul sub sub-sub-sub bab dimulai dengan angka 1), 2), 3) dst. (tanpa titik), dan judul sub sub-sub-sub-sub bab dimulai dengan huruf a), b), c) dst. (tanpa titik). Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-sub-bab dan sub subsub- sub-sub- bab dicetak dengan huruf miring (italic).

116 Lanjutan : Pengetikan f. Penulisan headings hierarchy (sub-judul)

117 Lanjutan : Pengetikan

118 Lanjutan : Pengetikan g. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan keduanya (headings hierarchy dan points/items hierarchy) dalam sebuah teks/tulisan, lihat contohnya pada Lampiran. h. Sepanjang memungkinkan, hindari penggunaan hirarkhi sub-judul (headings hierarchy) yang terlalu banyak tingkatannya (sub sub-subsub- bab dan seterusnya). Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan rincian poin-poin atau item-item (points/items hierarchy).

119 Lanjutan : Pengetikan 7. Bilangan dan satuan: a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan yang terletak pada awal kalimat yang harus dieja. Contoh: Umur mesin 10 tahun. Sepuluh perusahaan besar… dan seterusnya. b. Bilangan desimal ditandai dengan koma (contoh: Rp1.150,25) c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa tanda titik (kg, cm, dan lain-lain)

120 Lanjutan : Pengetikan 7. Bilangan dan satuan: a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan yang terletak pada awal kalimat yang harus dieja. Contoh: Umur mesin 10 tahun. Sepuluh perusahaan besar… dan seterusnya. b. Bilangan desimal ditandai dengan koma (contoh: Rp1.150,25) c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa tanda titik (kg, cm, dan lain-lain) d. Pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan angka, sedangkan pecahan yang bergabung dengan bilangan bulat harus ditulis dengan huruf/dieja. Contoh: tiga dua pertiga.

121 Lanjutan : Pengetikan C. Penomoran Halaman Ketentuan-ketentuan dalam penomoran halaman, seperti halaman awal, halaman judul bab, halaman teks utama, dan lain sebagainya, adalah sbb : 1. Bagian awal karya ilmiah (halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrak, riwayat hidup, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran) diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) dan ditempatkan di tengah bagian bawah. Halaman judul tidak diberi nomor, tetapi tetap dihitung. 2. Mulai dari BAB I sampai dengan halaman terakhir pada Daftar Pustaka diberi nomor halaman dengan angka latin (1, 2, 3, dan seterusnya). Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali bab baru yang diisi nomor halaman di tengah bawah. 3. Data yang mendukung penelitian disajikan dalam lampiran yang disajikan menurut kelompoknya tanpa diberi nomor halaman. Contoh: Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Peta Desa Mahak Baru

122 Lanjutan : Pengetikan D. Tabel dan Gambar Pembuatan dan penomoran Tabel dan Gambar mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut: 1. Tabel a. Tabel dalam bagian isi karya ilmiah berisi ringkasan data-data penelitian yang penting. Data lengkapnya dapat disajikan pada Lampiran. b. Tabel disajikan di tengah, simetris/sejajar dengan batas tepi kiri dan kanan pengetikan. c. Kolom-kolom disusun dengan rapi sehingga mudah dibaca. d. Jarak antara baris dalam tabel adalah satu spasi. e. Garis batas tabel tidak melampaui batas tepi kertas. f. Kolom tabel diletakkan sejajar dengan panjang kertas. g. Tabel boleh diletakkan di tengah halaman di antara baris-baris teks. Dalam hal ini jarak tabel dan kalimat di bawahnya adalah dua spasi.

123 Lanjutan : Pengetikan h. Di atas garis batas tabel dituliskan nomor dan judul tabel, dengan ketentuan: 1) Jika judul tabel terdiri dari dua baris atau lebih, maka spasi yang digunakan adalah satu spasi. Baris terakhir judul terletak dua spasi di atas garis batas atas tabel. 2) Nomor tabel terletak dua spasi di bawah baris terakhir teks. Nomor tabel terdiri dari dua bagian, bagian pertama menunjukkan nomor bab tempat tabel itu dimuat, dan bagian kedua menunjukkan nomor urut tabel pada bab itu. Contoh: Tabel 2.5 menunjukkan bahwa tabel itu ada di BAB II dan tabel urutan kelima pada bab itu.

124 Lanjutan : Pengetikan i. Tabel yang memerlukan kertas yang lebih besar dari halaman naskah dapat diizinkan, tetapi sebaiknya hanya tabel yang jika dilipat satu kali sudah mencapai ukuran halaman naskah yang dimasukkan dalam teks. j. Dalam setiap tabel tentang data, di bawah tabel tersebut harus dicantumkan sumbernya dengan ukuran huruf (font) 10 dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).

125 Lanjutan : Pengetikan 2. Gambar a. Yang dimaksud dengan gambar adalah bagan, grafik, peta, diagram, atau foto. b. Garis batas gambar diletakkan sedemikian rupa sehingga garis batas tersebut tidak melampaui batas tepi kertas. c. Untuk gambar besar, ukurannya diatur agar sejajar dengan batas tepi kiri dan kanan pengetikan; sedangkan untuk gambar kecil yang tampilannya menjadi kurang bagus kalau diperbesar, atur ukuran dan posisinya agar simetris dengan batas tepi halaman (tidak sejajar, tapi jarak ke tepi kiri dan kanan sama).

126 Lanjutan : Pengetikan d. Di atas gambar disajikan nomor dan judul gambar, dengan ketentuan: 1) Jika judul gambar terdiri dari dua baris atau lebih, spasi yang digunakan adalah spasi tunggal. Baris terakhir judul terletak dua spasi di atas gambar. 2) Nomor gambar terletak dua spasi di bawah baris terakhir teks. Nomor gambar terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menunjukkan nomor bab tempat gambar itu dimuat, sedangkan bagian kedua menunjukkan nomor urut tabel pada bab itu. Contoh: Gambar 2.1 menunjukkan bahwa gambar tersebut adalah gambar urutan pertama pada Bab II. e. Gambar yang memerlukan halaman yang lebih besar dari halaman naskah disajikan sebagai lampiran. f. Jika ada keterangan gambar, keterangan tersebut ditulis pada tempat kosong di bawah gambar (tidak diletakkan di halaman lain).


Download ppt "MATA KULIAH BAHASA INDONESIA JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Dosen Pengampu: Tri Wahyono, M.Pd."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google