Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Perpustakaan & Informasi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Perpustakaan & Informasi"— Transcript presentasi:

1 Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Perpustakaan & Informasi
Putu Laxman Pendit, Ph.D

2 Asumsi Epistemologi & Ontologi
... the heart of the quantitative-qualitative debate is philosophical, not methodological. Many qualitative researchers operate under different epistemological assumptions from quantitative researchers. For instance, many qualitative researchers believe that the best way to understand any phenomenon is to view it in its context. For some qualitative researchers, the best way to understand what's going on is to become immersed in it. Move into the culture or organization you are studying and experience what it is like to be a part of it. Many qualitative researchers also operate under different ontological assumptions about the world. They don't assume that there is a single unitary reality apart from our perceptions. Since each of us experiences from our own point of view, each of us experiences a different reality. The Qualitative Debate

3 Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
Pembahasan Ilmu Ontologi Epistemologi Aksiologi Sifat dasar dari apa yang kita teliti, hakikat dari objek penelitian kita Bagaimana kita mengetahui, posisi peneliti dari objek penelitiannya Nilai-nilai yang diyakini dalam kegiatan ilmiah, sikap etis peneliti Realitas ilmiah Tujuan penelitian Metode penelitian

4 Kepustakawanan (librarianships)
Kecerdasan sosial Kebebasan informasi Hak asasi dan demokrasi Humanistic Ethos Kehormatan dan kebersamaan Keadaan atau kualitas sesuatu, misalnya "companionships" (kesetiakawanan, keadaan atau kualitas perkawanan atau pertemanan). Status dan kehormatan, misalnya "citizenships" (kewarganegaraan, status atau kehormatan sebagai warga negara). Keterampilan tertentu, misalnya "workmanships" (kekaryaan, keterampilan sebagai pekerja). Kebersamaan, misalnya "memberships" (keanggotaan, kebersamaan di dalam satu perkumpulan tertentu). Tertanam di dalam struktur, pengaturan, dan teknologi lain Tembus pandang (transparent), secara tidak tertampak mendukung suatu kegiatan lain Spasial dan temporal Memiliki ‘keanggotaan’, mengandung kesepakatan dan penggunaan standar

5 Kesinambungan, kelanjutan …
World Wide Web Open Access Movement Digital Library 1990 Open Archive Initiative Modern Public libraries (1800an) di Eropa, Asia Tengah, Asia Timur Open Archival Information Systems 1980 Ensiklopedia (1711) menghimpun pengetahuan untuk kepentingan bersama Romawi Persia Yunani Cina Arab jurnal Online databases 1970 Research & Development Internet Venevar Bush, As we may think hypertext Invisible colleague ARPANET University and Special libraries (1900an) database ‘rumah pengetahuan ‘ untuk umum di zaman Yunani kuno dan Romawi, juga di Mesir, Persia, Asia Timur Universitas komputer Humanistic ethos, Kehormatan dan Kebersamaan, Kecerdasan sosial, Demokrasi Informasi

6 Isu & permasalahan Masyarakat Informasi
Kelimpahruahan data dan informasi, baik cetak, analog, maupun digital akibat teknologi (pemroduksi) informasi Keterbukaan dan desakan keterbukaan informasi di berbagai lapisan. Kebiasaan membaca dan mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan dan bukti tertulis/tersurat. Sistem retrieval yang handal Jasa informasi yang relevan dengan kebutuhan Interaksi yang intensif dan efektif antara pengguna informasi dan pengelola informasi

7 Something more fundamental is going on ….
Jasa dan sistem perpustakaan merupakan “web services”. Jasa dan sistem perpustakaan dikembangkan dan disediakan secara amat berbeda  new media, social media Informasi disebarkan dan disediakan semakin meluas dalam bentuk Web of Data yang didukung Semantic Web. “Reading room” berlokasi di “sitting room or bedroom”  lingkungan perpustakaan adalah layar monitor komputer. Berbagai bentuk organisasi bukan-perpustakaan kini menyediakan jasa-jasa yang mirip perpustakaan. “Platform approach”: Shared Functionality: berbagai aplikasi (dan para pengembangnya) menggunakan platform yang sama. Shared Data : penggunaan tempat penyimpanan (storage) dan sistem pengindeksan yang sama. Shared Innovation : sejalan dengan inovasi di Platform services, semua aplikasi yang dibangun di atasnya pun mendapatkan manfaatnya. Simple Development Platform semakin canggih sehingga pengembang semakin mudah mengembangkan aplikasinya. Rapid Development: Pengembang semakin cepat menyediakan aplikasi-aplikasi pesanan. Web of Data - The Web so far has been a Web of Documents with web pages interlinking and referencing each other, regardless of their location. In the Web of Data, elements of data will be able to reference other data, regardless of location. These semantic links will enable applications to be built, not only on more than one data set, potentially held in different systems by different organisations, but also the semantic relationships between those data. Shared functionality  Previously, every application would have to have its own storage, indexing, search and retrieval functionality a massive duplication of effort. As the Platform removes all that complexity, application builders can concentrate on what they are best at serving the particular need of their target users Shared data :application developers again only have concentrate on what they are best at serving the particular need of their target users. Also, as the data in that shared pool is added to and enhanced, all the applications that consume that data will benefit. Shared innovation : Also, as the Platform is supported by an open developer community, in which they share experiences, programming tricks, and code for the benefit of all. Simple development : as the Platform implements the complex performance critical functionality that is needed in many library applications, and makes it accessible via simple light-weight Web Services, an application developer does not need the in-depth skills in these areas. Powerful applications such are effectively just user interfaces built upon simple web service calls well within the skill set of a web developer. Rapid development : as the Platform hides the complexity and removes the requirement for specialised developers, the applications built on its Web services can be delivered very quickly. For instance, plug-in took approximately a week to produce its first release; Aquabrowser can deliver an OPAC within 24 hours; and Talis Cenote took two developers two days to complete much of that being taken up producing reflections below images and a chrome effect on the logo! Imagine using this approach in your library, it would be entirely feasible to have separate specialised interfaces for students, staff, researchers, specialist collections, children, and even fresher’s week, poetry week, or any other event.

8 Konteks dan Habitus Pengertian ‘konteks’ merujuk kepada semua hal sebenarnya saling terikat dan terkait dalam sebuah jaringan yang sangat rumit. Masing-masing dari hal yang terkait itu pun saling mempengaruhi. Termasuk di dalam konteks ini tentu adalah juga setting, lingkungan, saat (waktu) dan lokasi (tempat). Sedangkan ‘habitus’ merujuk kepada pemikiran Pierre Bourdieu tentang sebuah sistem dan struktur sosial yang menjadi tempat “mangkal” sekaligus tempat beraktivitas praktis bagi penghuninya, seperti halnya habitus dalam artian ilmu hayati, yaitu tempat hidup yang menghidupi bagi manusia, satwa, maupun tumbuh-tumbuhan pada umumnya

9 Kepustakawanan (Ideal)
Pustakawan bekerja berdasarkan etos-etos kemanusiaan, humanistic ethos yang dianggap sebagai elan kepustakawanan, sebagai lawan dari kegiatan pertukangan. Pustakawan sebagai fasilitator kelancaran arus informasi dan pelindung hak asasi manusia dalam akses ke informasi. Pustakawan memperlancar proses transformasi dari informasi dan pengetahuan menjadi kecerdasan sosial atau social intelligence.

10 Kepustakawanan Sebagai Sistem Sosial
Di dalam sebuah masyarakat, kepustakawanan juga adalah sistem sosial, dalam wujud interaksi dan kegiatan antar aktor (pustakawan dan anggota masyarakat) yang terus menerus dilakukan (diproduksi) dan diulang-lakukan (reproduksi). Kepustakawanan adalah praktik-praktik sosial (social practices) yang teratur sepanjang ruang dan waktu. Dalam sebuah sistem sosial, para aktor menggunakan struktur untuk bertindak. Pada saat yang sama, struktur adalah hasil dari tindakan karena aturan-aturan dan sumberdaya dalam sebuah sistem terwujud jika ditaati dan dilaksanakan oleh anggota-anggota sistem.

11 Kepustakawanan – asal dan perkembangannya
Kepustakawanan dihasilkan oleh keinginan untuk melestarikan kebudayaan, kebanggaan pada bangsa, penguatan pendidikan, penyediaan tenaga terampil, pernerapan agama, dan pengembangan ekonomi. Kepustakawanan sebagai institusi dalam 'tradisi demokratik' untuk mendukung anggota masyarakat agar mampu berpartisipasi dalam demokrasi. Kepustakawanan adalah upaya elit dan cendekia untuk mengendalikan perubahan sosial agar tertib dan terarah.

12 Kepustakawanan Indonesia
Kepustakawanan ‘pelat merah’ didominasi oleh agen-agen pemerintah dengan ciri kebirokratannya. Struktur kepustakawanan Indonesia (tata aturan, sumberdaya, fasilitas) dibentuk dan dimobilisasi oleh pemerintah. Kepustakawanan akademik menonjolkan kemitraan mereka dengan para peneliti dan civitas akademika Kepustakawanan komunitas mengandung prinsip-prinsip filantrofis dan altruisme

13 Kepustakawanan dan Membaca
Kepustakawanan Indonesia bermaksud menciptakan sebuah masyarakat beraksara. Sejak awal, kepustakawanan Indonesia berkait erat dengan pemberantasan buta huruf. Pemberantasan buta huruf mengesankan ada penyakit di masyarakat yang “anti-pembangunan” atau “anti modernisasi”. Lebih jauh lagi, program pemberantasan buta huruf dianggap sebagai rekayasa pembentukan sistem budaya baru. Kontroversi lisan-tulisan : Masyarakat yang belum mengenal tulisan seringkali dinamakan masyarakat primitif, sementara masyarakat yang sudah mengenal tulisan disebut masyarakat moderen.

14 Technology Practice

15 Perpustakaan Hibrida

16 Apa yang Diteliti? Positivistik – statistik - kuantitatif
Interpretivis – konstruktivis kualitatif Perilaku ilmuwan Positivistik – statistik - kuantitatif Tanda Simbol Makna Budaya Politik Peran Literasi Kebebasan Kesenjangan Perilaku masyarakat umum + dampak teknologi Perpustakaan dan Informasi dalam kehidupan sosial budaya 1969, bibliometrik 1920an, statistik bibliografi 1970an, kajian perilaku pencarian informasi 1950an, social epistemology, perpustakaan sebagai institusi sosial 1970an, kajian cognitive 1970an, kajian tentang efisiensi jasa perpustakaan 1960an, kajian efisiensi manajemen perpustakaan Struktur pengetahuan, 1970an, kajian computer-based information retrieval 1970an, kajian information retrieval 1960an, kajian praktik klasifikasi 1970an, kajian teoritik ttg struktur pengetahuan Teori informasi matematik komputerisasi

17 Sifat Multidisipliner Ilmu Informasi
Matematika statistika Telekomunikasi enjinering Sosiologi Sosiologi ilmu Ekonomi sibernetika Ilmu organisasi Teori-teori kebudayaan Politik dan kebijakan publik komunikasi Teori informasi Informetrika dan bibliometrika Information retrieval Sistem informasi Teori kognitif Perilaku informasi Masyarakat informasi Kebijakan informasi Psikologi Linguistik Ilmu kognisi Sifat Multidisipliner Ilmu Informasi

18 Ilmu pasti-alam atau Ilmu Sosial?
Cenderung ilmu pasti-alam Wilayah abu-abu Cenderung ilmu sosial Teori informasi Informetrika & bibliometrika Temu kembali informasi Sistem Informasi Teori informasi kognitif Perilaku informasi Masyarakat informasi Kebijakan informasi Thomas Kuhn menulis The Structure of Scientific Revolution (1962) tentang sebuah “keyakinan bersama” (shared beliefs) di kalangan sekelompok ilmuwan untuk membatasi kegiatan mereka menurut: apa yang diteliti, pertanyaan dan persoalan apa yang dapat diajukannya terhadap sesuatu yang diteliti itu, bagaimana mengumpulkan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan dan persoalan yang diajukannya, serta bagaimana memberikan arti bagi hasil penelitian.

19 Paradigma Penelitian Perpustakaan dan Informasi
Tradisi Positivis Tradisi Interpretivis Eksperimen temu-kembali, pengujian sistem klasifikasi. Bibliometrika, informeterika, scientometrics. Efisiensi manajemen perpustakaan, TQM, cost- benefit analysis. Perilaku dan kebiasaan pengguna jasa Interaksi pengguna jasa dengan institusi informasi. Motivasi, sikap, perilaku pustakawan. Lingkungan dan suasana kerja. Norma dan nilai-nilai yang berhubungan dengan perpustakaan dan informasi.

20 KuaNtitatif dan KuaLitatif
Kegiatan mengukur. Sedapat mungkin menemukan sebab-akibat. Generalisasi seluas- luasnya. Mencari kebenaran yang berulang-ulang, berlaku universal. Kegiatan memahami, mencari makna. “Sebagaimana orang lain melihatnya”. Segala sesuatunya dilihat dalam konteks. Kebenaran tidak harus universal, tidak harus generalisasi

21 Argumentasi untuk Pendekatan Kualitatif (1)
Pustakawan dan profesi yang berkaitan dengan informasi bekerja berdasarkan : etos-etos kemanusiaan, humanistic ethos, sebagai lawan dari kegiatan pertukangan. tanggungjawab sebagai fasilitator kelancaran arus informasi dan pelindung hak asasi manusia dalam akses ke informasi. fungsinya dalam memperlancar proses transformasi dari informasi dan pengetahuan menjadi kecerdasan sosial atau social intelligence. Kepustakawanan dan kegiatan profesi informasi mempunyai ciri-ciri sosial budaya: praktik-praktik sosial (social practices) yang teratur sepanjang ruang dan waktu. berkembang dalam 'tradisi demokratik' untuk mendukung anggota masyarakat agar mampu berpartisipasi dalam demokrasi. merupakan upaya elit dan cendekia untuk mengendalikan perubahan sosial agar tertib dan terarah.

22 Argumentasi untuk Pendekatan Kualitatif (2)
AGEN : Profesi informasi Anggota masyarakat Penentu kebijakan Produsen Konsumen STRUKTUR : Lokasi Mekanisme Prosedur Kebijakan Infrastruktur Pendekatan Kualitatif Memahami Konteks dan Habitus Menerapkan ‘technology practice’ Teknologi yang sesuai dengan kondisi masyarakat Demokratisasi masyarakat informasi Sisi pandang semua pihak yang terlibat PERILAKU NILAI

23 Penelitian Kuantitatif
teori - konsep hipotesis operasionalisasi Teori Konsep Indikator Ukuran Variabel Generalisasi Populasi Sampel “ke lapangan” Tempat, lingkup Populasi Responden Sampel ukuran, indikator, variabel Angka alat ukur/instrumen Pengumpulan data Pengolahan data Analisa data Statistik temuan/kesimpulan

24 Penelitian Kualitatif
“ke lapangan” permasalahan Konteks: Settings Lingkungan, kondisi, suasana “lapangan” (fields) Sisi pandang orang lain Terlibat, observasi partisipatoris Inter-subjektivitas Thick description – berkisah, bertutur, mengandalkan bahasa Mengandalkan kesepahaman teori awal fenomena lokasi penelitian kunjungan orang-orang yang terlibat pengumpulan data teori di lapangan Teori analisis data proses penyimpulan kesimpulan teoritis proses penulisan

25 Disain Penelitian Etnografi: Studi Kasus Fenomenologi Grounded Theory
Kuantitatif Kualitatif Eksperimen: Laboratorium Di keadaan yang sesungguhnya “sebelum-sesudah” Studi kasus Survei Operation research Analisis teks, media, sumber sekunder Etnografi: Berdasarkan etnik, komunitas Kelompok kerja/profesi Situasi kerja Studi Kasus Fenomenologi Grounded Theory Analisis wacana, action research, sejarah lisan, biografi Alat ukur, statistik, kuesioner Sendiri (mata, telinga), catatan wawancara berpanduan – wawancara terstruktur – wawancara tak terstruktur pengamatan berpanduan – pengamatan terstruktur – pengamatan terlibat

26 Hal Penting dalam Penelitian Kuantitatif
Ukuran  alat ukur  reliable, valid Sampling – error, cara pengambilan, ukuran Analisis statistik: Jenis variabel, analisis univariat, bivariat, multivariat, interval/ratio, ordinal, nominal, dikotomi. Statistical significance

27 Hal Penting dalam Penelitian Kualitatif
Credibility, transferability, dependability, confirmability, authenticity Theoritical sampling – menemukan kategori dan ciri (di kuantitatif: menemukan bukti distribusi di dalam sebuah populasi). Analytic induction: peneliti berusaha mencari penjelasan universal dengan ‘mengejar’ data sampai tidak ada lagi ketidak-konsistenan. Coding  penggunaan kode. Constant comparison  terus menerus membandingkan. Theoritical saturation  ‘jenuh’


Download ppt "Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Perpustakaan & Informasi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google