Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MATERI KELAS ALKITAB MALAM GPIB JEMAAT IMMANUEL, BEKASI KITAB ESTER

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MATERI KELAS ALKITAB MALAM GPIB JEMAAT IMMANUEL, BEKASI KITAB ESTER"— Transcript presentasi:

1 MATERI KELAS ALKITAB MALAM GPIB JEMAAT IMMANUEL, BEKASI KITAB ESTER
MATERI KELAS ALKITAB MALAM GPIB JEMAAT IMMANUEL, BEKASI KITAB ESTER. 30 NOVEMBER 2009.

2 Kitab Ester merupakan legenda sekular, tanpa referensi kerohanian dengan setting di Susa, ibukota Persia. Kemungkinan besar kitab ini ditulis di Persia pula, kemungkinan besar setelah abad ke 5 SM. Ester, seorang perempuan Yahudi, terpilih oleh raja Ahasyweros untuk menjadi permaisurinya yang baru. Raja baru saja memecat istrinya, Wasti, karena dianggap telah berani membantah perintahnya serta mempermalukannya di hadapan tamu-tamunya. Setelah Ester menjadi ratu, muncullah masalah ketika Haman, seorang pejabat tinggi yang baru saja dinaikkan pangkatnya membuat ulah. Haman mengeluarkan perintah agar semua orang berlutut dan sujud kepadanya setiap kali ia lewat. Perintah ini memberatkan orang Yahudi yang karena agamanya hanya bersedia sujud kepada Tuhan. Salah seorang Yahudi yang terkenal berani berbuat demikian adalah Mordekhai, saudara Ester.

3 Haman sangat murka menyaksikan pembangkangan ini
Haman sangat murka menyaksikan pembangkangan ini. Ia menyusun muslihat untuk memusnahkan orang Yahudi. Namun berkat pertolongan Ester, bangsa Yahudi berhasil selamat dari rancangan itu. Bahkan akhirnya justru Hamanlah yang menemukan ajalnya di tiang gantungan. Cerita yang didapatkan dalam kitab ini dihubungkan dengan pesta besar Yahudi Purim.

4 Semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Persia merayakan keselamatan yang ajaib itu. Sampai sekarang orang Yahudi masih merayakan peristiwa ini tiap tahun pada Hari Raya Purim. Purim jatuh sekitar satu bulan sebelum Paskah. Tiap kali orang Yahudi disiksa dan dianiaya, kisah Ester ini memberi orang Yahudi harapan bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka lagi.

5 Penulis dan tanggal Tidak diketahui siapa yang menulis Kitab Ester ini. Penulisnya barangkali seorang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia, karena jelas si penulis itu tahu adat dan kebiasaan Persia; dan tidak disebut sama sekali tentang tanah Yudea atau kota Yerusalem. Paling cepat kitab ini ditulis sekitar tahun 460 SM, tidak lama sesudah peristiwa-peristiwa ini terjadi.

6 Berpesta adalah sebagian kehidupan sosial yang penting untuk raja-raja Persia. Raja sering membuat perjamuan atau pesta makan besar untuk pejabatnya dan kadang-kadang juga untuk masyarakat umum. Kalau banyak orang diundang, pesta itu diadakan di luar di taman halaman yang dihiasi khusus untuk pesta itu. Dalam Kitab Ester ada 10 pesta yang disebut. Peristiwa utama dalam kitab ini, yaitu Ratu Wasti menolak perintah raja (Ester 1:12) dan permohonan Ester kepada raja untuk menyelamatkan orang Yahudi (Ester 7:2-4), keduanya terjadi pada waktu pesta.

7 BAGAIMANA KITA MEMAHAMI PESTA ?
LIHATLAH NATS ALKITAB DI LOGO GPIB, APA YANG DAPAT DIPAHAMI DISANA ? PESTA – SUKACITA ADALAH 2 SISI MATA UANG , BAGAIMAN KITA MEMAHAMINYA DALAM KONTEKS ADVENT SAAT INI ?

8 Kitab Ester adalah satu-satunya kitab yang tidak menyebutkan nama Allah. Pada awalnya sulit melihat rangkaian dari setiap peristiwa yang terjadi. Akan tetapi, setiap kisah dijalin Allah di dalam pemeliharaan-Nya yang tidak terlihat bagi umat-Nya. Allah melindungi umat-Nya dari kebencian Haman, yang merancang kehancuran mereka. Tidak tercatat adanya mukjizat di dalam kitab ini, tetapi tangan Allah berada di balik setiap peristiwa. Doa juga tidak disebutkan, tetapi kitab ini memuat jawaban doa yang dinaikkan oleh bangsa Yahudi dengan segala kesungguhan.

9 ESTER. Judul kitab Nama “Ester” kemungkinan besar berasal dari kata Persia “stara”, yang berarti “bintang”.4 Nama Yahudinya adalah hadassa. Pemberian judul kitab “Ester” didasarkan pada posisi Ester sebagai tokoh sentral dalam cerita. Dialah yang mempertaruhkan nyawa untuk menghadap Raja Ahasyweros5 (5:1-8) demi menyelamatkan bangsa Yahudi dari tangan Haman (2:19- 3:15).

10 Tujuan penulisan Para teolog mengusulkan dua kemungkinan tujuan. Sebagian menduga bahwa Kitab Ester ditulis untuk memberikan penjelasan tentang asal-usul Hari Raya Purim (9:18-10:3).12 Istilah “Purim” berasal dari bahasa Akkadian pur yang berarti “undi”. Kata ini muncul di 3:7. Penjelasan historis ini jelas sangat diperlukan karena Hari Raya Purim yang dirayakan oleh bangsa Yahudi tidak berasal dari kitab Musa. Bangsa Yahudi pasti ingin mengetahui bagaimana permulaan hari raya ini.

11 Tujuan lain yang diusulkan adalah menunjukkan providensia Allah atas umat-Nya, sekalipun mereka berada di pembuangan.13 Berdasarkan rujukan historis yang diberikan dalam kitab ini (1:1; 2:16; 3:7), maka kita bisa menyimpulkan bahwa tidak semua orang Yahudi akhirnya memutuskan untuk pulang ke tanah perjanjian. Sebelum Ahasyweros menjadi raja, bangsa Yehuda telah kembali ke tanah perjanjian di bawah pimpinan Zerubabel (Ez 1-3).

12 Rombongan lain juga menyusul di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia pada jaman setelah
Ahasyweros mati (Ez 7:8; Neh 2:1). Orang-orang Yahudi pada jaman Ester adalah mereka yang berada di antara tiga kepulangan ini. Mereka mungkin belum mau pulang atau memang tidak mau pulang ke tanah perjanjian. Yang jelas, mereka adalah orang-orang yang tetap berada di pembuangan. Bagaimanapun, TUHAN tetap memelihara mereka sama seperti Ia memelihara orang-orang Yahudi yang pulang.

13 Intervensi ilahi ini sekilas tampak sebagai kebetulan, namun Alkitab tidak mengenal istilah
kebetulan (bdk. Kel 21:13; 1Raj 22:34//2Taw 18:33). Apakah kebetulan kalau Mordekhai sedang duduk di pintu gerbang istana raja dan akhirnya mengetahui upaya pembunuhan terhadap Ahasyweros (2:19-23)? Apakah suatu kebetulan apabila raja tidak tidur lalu membaca kitab pencatatan sejarah dan di sana ia mendapati jasa Mordekhai yang telah menyelamatkan nyawanya itu (6:1-2)? Semua ini akhirnya membawa Mordekhai sebagai tokoh penting, bukan hanya bagi bangsa Yahudi tetapi juga seluruh Persia (10:2-3).

14 Struktur kitab Latar belakang/setting (1:1-9) Alur konflik pendahuluan /introductory plot conflict (1:10-2:23) Alur utama konflik/major plot conflict (3:1-5) Komplikasi konflik utama/complication of central conflict (3:6-15)

15 Konflik yang meningkat/raising conflict (4:1-5:14)
Titik balik/turning point (6:1-14) Klimaks/climax (7:1-10) Resolusi/resolution (8:1-9:32) Penutup/epilogue (10:1-3)

16 KITAB AYUB Kitab Ayub (איוב, bahasa Ibrani Standar Iyyov, bahasa Ibrani Tiberias ʾIyyôḇ; bahasa Arab أيّوب ʾAyyūb) adalah salah satu kitab dalam Tanakh) yang juga merupakan bagian dari Perjanjian Lama. Nama Ayub atau Yob ("Yobe") berarti Permusuhan dalam bahasa Ibrani.

17 Kitab ini adalah salah satu kitab yang paling sulit di dalam Alkitab
Kitab ini adalah salah satu kitab yang paling sulit di dalam Alkitab. Berbagai eksegesis atas Kitab Ayub menggambarkan upaya-upaya untuk menerangkan kehadiran kuasa jahat sementara Allah yang baik juga ada. Dalam bahasa Yunani, penjelasan ini dikenal dengan istilah teodisi). Ayub menggambarkan upaya untuk mengajarkan agar orang hidup dengan benar, tetapi pada saat yang sama juga melukiskan dengan sinis gambaran tentang hidup yang benar itu.

18 Di tengah-tengah keadaan itu, kitab ini memberikan tanggapan terhadap upaya untuk menjelaskan kehadiran kuasa jahat. Para pakar berbeda pendapat tentang apa tujuan sebenarnya dari puisi yang kini ada di tangan kita dalam bentuk Kitab Ayub. Segelintir orang bahkan mengatakan bahwa kitab ini merupakan satire terhadap mereka yang berusaha menjunjung agama dengan cara yang puritan.

19 Ringkasan isi Ayub adalah orang yang berbudi baik, yang kemudian mengalami musibah hebat. Ia kehilangan semua anaknya dan segala harta bendanya, lalu dihinggapi penyakit kulit yang menjijikkan. Dalam tiga rangkaian percakapan yang bersajak, si penulis menggambarkan bagaimana teman-teman Ayub, dan Ayub sendiri menanggapi malapetaka itu. Pokok yang penting dalam percakapan-percakapan itu ialah yang menyinggung caranya Allah memperlakukan manusia. Pada bagian terakhir, Allah sendiri menyatakan diri-Nya kepada Ayub.

20 Teman-teman Ayub menjelaskan penderitaan Ayub itu menurut ajaran agama yang tradisional. Pada sangka mereka, Allah selalu mengganjar orang yang baik dan menghukum orang yang jahat. Jadi, penderitaan Ayub hanya dapat berarti bahwa ia telah berbuat dosa. Tetapi bagi Ayub pendapat itu terlalu dangkal; tidak sepantasnya ia mendapat hukuman yang sekejam itu, sebab ia seorang yang sangat baik dan jujur. Ia tidak dapat mengerti mengapa Allah membiarkan orang seperti dirinya mengalami begitu banyak bencana, dan dengan berani ia menantang Allah. Ayub tidak kehilangan kepercayaannya kepada Allah, tetapi ia sungguh-sungguh ingin supaya dibenarkan oleh Allah dan supaya mendapat kembali kehormatannya sebagai orang yang baik.

21 Allah tidak memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Ayub, tetapi Allah menanggapi kepercayaan Ayub dengan memberinya banyak contoh mengenai kuasa dan hikmat-Nya. Contoh-contoh itu dilukiskan dengan puisi. Kemudian dengan penuh rendah hati, Ayub mengakui kebijaksanaan dan keagungan Allah, lalu menyesali kata-katanya yang keras dan penuh kemarahan itu.

22 Bagian terakhir dari kisah ini, yang ditulis dengan bahasa biasa, menuturkan bagaimana Ayub dikembalikan kepada keadaannya semula, dengan kekayaan yang jauh melebihi kekayaannya sebelum itu. Allah memarahi teman-teman Ayub karena mereka tidak dapat memahami arti kesengsaraan Ayub. Hanya Ayublah yang sungguh-sungguh menyadari bahwa Allah lebih besar daripada yang telah diajarkan oleh agama yang tradisional itu.

23 Pengarang Ada berbagai-bagai pendapat tentang pengarang kitab ini. Dua tradisi Talmud mengatakan bahwa Ayub hidup di masa Abraham atau Yakub. Lewi ben Laḥma mengatakan bahwa Ayub hidup di masa Musa, yang menulis Kitab Ayub itu sendiri. Yang lainnya berpendapat bahwa Ayub sendirilah yang menulis kitab ini, atau Elihu, atau Yesaya. Dari bukti-bukti internal, seperti misalnya kesamaan perasaan dan bahasa dengan apa yang ditemukan dalam Kitab Mazmur dan Amsal (lihat Mazmur 88 dan 89), maraknya gagasan tentang "hikmat," dan gaya serta sifat komposisinya, diduga bahwa kitab ini telah ditulis pada masa Raja Daud dan Raja Salomo. Namun, sebagian orang menempatkannya di masa pembuangan Babel. Tradisi Talmud memperlakukan kisah Ayub sebagai sebuah perumpamaan.

24 Sebaliknya, pengkajian sekular tentang teksnya secara umum menyimpulkan bahwa, meskipun ciri-ciri kuno bertahan dalam cerita ini, seperti misalnya "dewan sorgawi" (Ayub 1:6 dst), dan meskipun kisah Ayub dikenal oleh Yehezkiel, bentuk Kitab Ayub yang sekarang baru dibakukan pada abad ke-4 SM. Kisah Ayub tampaknya berasl dari negeri Edom, yang tetap dipertahankan sebagai latar belakangnya. Potongan-potongan dari Ayub ditemukan di antara Naskah Laut Mati, dan Ayub tetap menonjol dalam legenda Haggadah. Bandingkan dengan Perjanjian Ayub dalam bahasa Yunani di antara kitab-kitab apokrif. Para sarjana sekular percaya bahwa bagian pengantar dan penutup dari kitab ini, yang merupakan kerangkanya, disusun untuk menempatkan puisi sentralnya ke dalam bentuk prosa "kitab rakyat," seperti yang diungkapkan oleh para penyusun Jewish Encyclopedia (Ensiklopedia Yahudi). Di dalam prolog dan epilog, nama Allah adalah Yahweh, sebuah nama yang bahkan digunakan oleh orang-orang Edom. Para pakar sekular sepakat bahwa puisi sentralnya berasal dari sumber yang lain.

25 Struktur naratif Tema utama kitab ini pencobaan terhadap Ayub, kejadiannya, sifatnya, penanggungannya, dan persoalan yang muncul. Kisahnya terdiri atas Sebuah pengantar historis dalam bentuk prosa (ps. 1, 2). Kontroversi dan pemecahannya, dalam bentuk puisi (ps :6).

26 Ratapan Ayub yang menyedihkan (ps
Ratapan Ayub yang menyedihkan (ps. 3) mengawali kontroversi yang timbul dalam dialog tiga putaran antara Ayub dengan ketiga sahabatnya. Putaran yang pertama mengawali kontroversinya (ps. 4-14); yang kedua adalah perkembangan kontroversinya (15-21); dan yang ketiga adalah puncaknya (22-27). Ayub menempatkan Allah sebagai terdakwa dalam sumpahnya bahwa ia tidak bersalah (Ayub 27-31). Hal ini diikuti oleh penyelesaian kontrovesinya melalui kata-kata Elihu dan sabda Yahweh, yang diikuti oleh pengakuan Ayub yang penuh dengan kerendahan hati (42:1-6). Ayub mengakui kesalahan dan kebodohannya sendiri. Sebagian orang menafsirkan kata-kata Elihu sebagai klimaks yang palsu karena ia mengulangi argumen-argumen sahabat-sahabat Ayub yang dikecam oleh Allah (Ayub 42:7-8). Pertobatan Ayub kontroversial dan dapat menyiratkan perubahan alur tuntutannya terhadap Allah dan bukan sebuah pengakuan moral tentang dosanya.

27 Bagian yang ketiga adalah kesimpulan historis, yang disusun dalam bentuk prosa (42:7-15).
Diduga bahwa pengantar dan bagian-bagian penutup dari kitab ini disusun oleh pengarang yang berbeda dengan isi utama kitab ini. Eksegesis Kitab Ayub Eksegesis umumnya berkaitan dengan pertanyaan, "Apakah kemalahangan selalu merupakan hukuman ilahi atas suatu kesalahan?" Ketiga sahabat Ayub berpendapat demikian, sambil menyatakan bahwa kemalangan-kemalangan Ayub adalah bukti bahwa ia pernah melakukan suatu dosa tertentu dan karena itulah ia dijatuhi hukuman. Sahabat-sahabatnya juga mengajukan posisi yang serupa, bahwa nasib baik selalu merupakan ganjaran ilahi atas perbuatan yang positif, dan bahwa bila Ayub mau membuang apa yang dianggap sebagai dosa-dosanya, denagn segera ia akan kembali bernasib baik.

28 Sebagai jawabannya, Ayub menegaskan bahwa dirinya adalah orang yang benar, dan bahwa karena itu kemalangannya bukanlah hukuman atas apapun juga. Hal ini membangkitkan kemungkinan bahwa Allah bertindak sewenang-wenang. Karena itulah istri Ayub mendesaknya agar ia mengutuki Allah, dan mati. Sebaliknya, Ayub menjawab dengan tenang: "TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Puncak dari kitab ini terjadi ketika Allah menjawab Ayub, bukan dengan pnejelasan untuk penderitaan Ayub melainkan dengan pertanyaan: Di manakah Ayub berada ketika Allah menciptakan dunia? (Ayub 38:4)

29 Jawaban Allah sendiri dapat ditafsirkan dalam berbagai cara
Jawaban Allah sendiri dapat ditafsirkan dalam berbagai cara. Sebagian orang memandangnya sebagai upaya untuk membuat Ayub rendah hati. Namun Ayub dihiburkan oleh penampakan Allah, dan kenyataan bahwa ia 'telah memandang Allah dan hidup' (Ayub 42:5), menunjukkan bahwa si pengarang kitab ini lebih peduli tentang apakah Allah hadir atau tidak hadir di dalam kehidupan manusia, daripada persoalan tentang apakah Allah itu adil atau tidak. Ayub ps. 28 menolak usaha-usaha untuk menyelami hikmat ilahi.

30 Penempatan cerita ini di dalam kerangkanya (prolog dan epilog) semakin memperumit kitab ini: dalam bagian pengantarnya Allah, dalam sebuah percakapan dengan Iblis, mengizinkan Iblis menimpakan penderitaan kepada dan keluarganya. Kesimpulan yang ditambahkan menggambarkan bahwa Allah memulihkan kekayaan Ayub, memberikan kepadanya anak-anak yang baru, dan kemungkinan pula memulihkan kesehatannya, meskipun hal ini tidak disiratkan atau dinyatakan dengan eksplisit. Hal ini menunjukkan bahwa iman orang yang benar memang diberikan ganjaran yang positif.

31 Iblis di dalam Kitab Ayub
Nama Iblis muncul dalam prolog berbentuk prosa dari Kitab Ayub, dengan konotasinya yang lazim "lawan," sebagai makhluk yang terpisah. Ia digambarkan sebagai salah satu makhluk sorgawi atau "anak-anak Allah" di hadapan TUHAN. Ia menjawab pertanyaan TUHAN tentang apa yang baru asja dilakukannya, dengan kata-kata: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." (Ayub 1:7). Baik pertanyaan maupun jawabannya, serta dialog yang mncul kemudian, menggambarkan Iblis sebagai anggota dari dewan ilahi yang mengawasi aktivitas manusia, namun dengan maksud jahat yaitu mencari dosa-dosa manusia dan muncul sebagai penuduh mereka. Karena itu, ia berfungsi sebagai jaksa penuduh sorgawi, yang hanya melihat kejahatan. Ia bertahan dalam pandangannya yang jahat tentang Ayub bahkan setelah laki-laki dari tanah Uz itu telah berhasil lulus dengan gemilang dalam ujiannya yang peratma dengan menyerah kepada kehendak Allah.

32 Karena itu Iblis menuntut ujian berikutnya, berupa penderitaan fisik (Ayub 2:3-5). Iblis menantang Allah dengan mengatakan bahwa iman Ayub hanyalah dibangun berdasarkan kekayaan materi yang telah diberikan kepadanya, dan bahwa imannya akan lenyak begitu semua kekayaannya diambil daripadanya, dan Allah menerima tantangan ini. Tetapi ingatlah bahwa keseluruhan cerita tentang "sang lawan" ini muncul dalam kisah kerangkanya saja (sangat singkat), dan tidak pernah disebut-sebut di dalam puisi sentralnya sama sekali (yang sangat panjang).

33 BAGAIMANA KITA MEMAHAMI PERGUMULAN DENGAN PERSPEKTIF KISAH AYUB ?
APAKAH SIKAP YESUS TERHADAP PERGUMULAN YANG DIHADAPI MANUSIA ?


Download ppt "MATERI KELAS ALKITAB MALAM GPIB JEMAAT IMMANUEL, BEKASI KITAB ESTER"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google