Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha"— Transcript presentasi:

1 Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha
Pertemuan 1 dan 2

2 KISAH: ORANG BUTA & GAJAH (Udana 68)

3 Evolusi Pemikiran Manusia tentang Tuhan
Dinamisme (percaya bahwa segala sesuatu disekitarnya mempunyai kekuatan yang mempengaruhi kehidupannya) Animisme (percaya kepada roh-roh tanpa bentuk yang mendiami pohon, batu, sungai, gunung dan lain-lain) Politheisme (Kepercayaan kepada banyak dewa/dewi atau lebih dari satu Tuhan) Monotheisme (percaya hanya kepada satu Tuhan)

4 Pemikiran mengenai adanya makhluk mahakuasa bermuasal dari zaman primitif, dimana mereka merasa hidup dalam dunia yan penuh marabahaya, takut tidak cukup makanan, luka, sakit, menghadapi fenomena alam seperti hujan deras, halilintar, gempa bumi, dan sebagainya. Semua rasa sakit ini memunculkan suatu kebutuhan akan adanya makhluk pelindung. Pandangan bahwa Tuhan memiliki wujud dan sifat yang serupa manusia, yang bisa senang atau marah, menyebabkan munculnya berbagai upacara persembahan, mulai dari sajian sederhana berupa makanan, hingga korban binatang untuk mengambil hati Tuhan. Praktik semacam ini sudah dilaksanakan sejak zaman India kuno, yang mana para brahmana bertindak sebagai penghubung antara manusia dan para dewa yang dianggap mahakuasa.

5 ANDA TERPANAH! Buddha tidak pernah menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam semesta karena hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati. Analogi: Orang yang tertembak anak panah beracun, yang menolak untuk mencabutnya sebelum dia tahu siapa yang memanahnya, kenapa panah itu ditembakkan, dari mana anak panah itu ditembakkan. Pada saat semua pertanyaannya terjawab, dia sudah akan mati lebih dahulu. (Cula-Malunkyovada Sutta, Majjhima Nikaya 63)

6 (DI LUAR AGAMA BUDDHA):
GAMBARAN TUHAN (DI LUAR AGAMA BUDDHA): bersifat antropomorfis (berwujud seperti manusia) bersifat antropopatis (memiliki perasaan seperti manusia) (-) Pencemburu Bisa marah Bisa merusak (+) Maha Pencipta Mahakuasa Maha Pengasih

7 Buddhisme tidak memandang Tuhan sebagai makhluk adikodrati & adikuasa.
Buddhisme memandang Tuhan tidak bersifat antropomorfis (berwujud seperti manusia) dan juga tidak bersifat antropopatis (berperasaan seperti manusia), Konsep Tuhan dalam agama Buddha tidak mengenal DUALISME: Tuhan Maha Pengasih, misalnya, tidak mungkin juga pemarah.

8 Buddha Mengungguli Brahma Baka
Bagaikan lengan yang dililit kuat oleh seekor ular, demikian pandangan salah. Brahma Baka yang dikenal dengan cahaya kemurnian dan kekuatan yang hebat. Raja Para Bijaksana mengatasinya dengan penyingkapan pengetahuan. Berkat kekuatan ini, semoga engkau terberkahi dan berjaya. ■ Pengetahuan tentang tumimbal-lahir, alam-alam Brahma lain & Nirwana ■ Baka tidak mampu menemukan Buddha yang menghilang

9 Buddha menolak Brahma sebagai bapa pencipta yang menentukan tempat setiap makhluk (Brahmajala-sutta D. I, 18) Yang diciptakan menjadi alat kehendak pencipta yang seharusnya bertanggungjawab (Jataka V, 238) Jika Brahma mahabaik, mahakuasa mengapa menciptakan ketidakadilan? Atau kejahatan & malapetaka (Ja, VI, 208) PERTANYAAN TENTANG PENCIPTAAN Siapakah pencipta sebuah lukisan? Apa dia menciptakan dari yang asalnya tiada? Apa dia tidak memerlukan kain kanvas, kuas, cat dll?

10 AJARAN BUDDHA MENGENAI
ASAL ALAM SEMESTA Selaras dengan ilmu pengetahuan. Dalam Agganna Sutta, Buddha menggambarkan: - alam semesta berulang kali mengalami kehancuran dan tersusun kembali selama masa yang tak terhitung; - bumi ini bukanlah satu-satunya planet; - ada gugus-gugus yang lebih besar, tatasurya, galaksi, mahagalaksi, dst, tanpa batas. - kehidupan pertama terbentuk di atas permukaan air, - kehidupan berangsur-angsur berevolusi dari organisme yang sederhana menjadi makin kompleks. Segala proses ini tidak berawal, tidak berakhir, dan berlangsung alamiah.

11 HARUSKAH ADA SUATU PERMULAAN?
(+) Angka terbesar? (-) Angka terkecil? "Sama sekali tidak ada alasan untuk menganggap bahwa dunia memiliki suatu permulaan. Gagasan bahwa segala sesuatu harus memiliki permulaan benar-benar karena miskinnya pikiran kita." (Bertrand Russell)

12 YANG TAK TERKONDISI Buddha telah mencapai Pencerahan Sempurna, dengan demikian Buddha menghayati dan memahami Ketuhanan dengan sempurna pula. Buddha bersabda: “Ada Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak Terjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak (Udana VIII:3). Yang Mutlak = Asamkhata-Dhamma = Yang Tak Terkondisi. Dengan adanya Yang Tak Terkondisi (Asamkhata), maka manusia yang terkondisi (Samkhata) dapat mencapai kebebasan mutlak dari samsara.

13 IMANEN & TRANSENDEN Dengan adanya hukum Dharma, unsur IMANEN dari Ketuhanan YME tidak lenyap sama sekali, namun ajaran Buddha menekankan unsur TRANSENDEN dari Ketuhanan YME. Semua yang transenden adalah TIDAK TERKONSEPKAN, harus dipahami secara INTUITIF melalui PENCERAHAN, bukan melalui konsep. Tak terelakkan, ketika kita bicara tentang konsep Ketuhanan, diperlukanlah: SEBUTAN. Salah satu sebutan: Adi-Buddha (Namasangiti) Sebutan lain: Advaya, Diwarupa, Mahavairocana (kitab-kitab Buddhis bahasa Kawi), Vajradhara (Tibet: Kargyu & Gelug), Samantabhadra (Tibet: Nyingma), Adinatha (Nepal). Sanghyang Adi Buddha (Indonesia)

14 PERATURAN PEMERINTAH Undang-undang RI no.43 tahun 1999 (perubahan atas UU no.8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, Peraturan pemerintah no. 21 tahun 1975 tentang sumpah/janji pegawai negeri sipil menyatakan dalam pengucapan sumpah/janji bagi mereka yang beragama buddha, kata-kata ‘Demi Allah’ diganti dengan “Demi Sanghyang Adi Buddha”

15 APA ITU ADI-BUDDHA? Adi-Buddha = Realitas Tertinggi
Adi-Buddha = Kebenaran Mutlak. Adi-Buddha = Ketuhanan Yang Maha Esa Adi-Buddha = Dharmakaya Dharmakaya: tubuh Dharma yang absolut, kekal, meliputi segalanya, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, ada dengan sendirinya, bebas dari pasangan yang berlawanan, bebas dari pertalian sebab-akibat. Adi-Buddha bukan suatu personifikasi. Adi-Buddha bukan sosok yang punya inti-ego (ego-conscious). Adi-Buddha bukan Tuhan antropomorfik (menyerupai manusia). Adi-Buddha bukan Tuhan antropopatis (berperasaan = manusia). Adi-Buddha bukan Tuhan pencipta.

16 ada dalam diri setiap orang dalam wujud BENIH KEBUDDHAAN.
Adi-Buddha ada dalam diri setiap orang dalam wujud BENIH KEBUDDHAAN. Dengan demikian, setiap orang PUNYA POTENSI untuk merealisasi Nibbana.

17 Apakah pengetahuan kita mengenai Adi-Buddha dapat menyelamatkan kita dari samsara?
OH, NO...!!! Karena pengetahuan kita mengenai Adi-Buddha bersifat intelektual semata; bukan pengalaman intuitif langsung. Karena kita masih harus berlatih sila dan semadi untuk mewujudkan kebijaksanaan. Tanpa melakukan ketiga hal ini, kita tidak akan terbebas dari Samsara.

18 Albert Einstein, 1939: “Agama masa depan adalah agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi serta menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik alamiah maupun spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan pada rasa keagamaan yang timbul dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa kesatuan yang penuh arti. Ajaran Buddha menjawab gambaran ini. Jika ada agama yang akan memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, itu adalah ajaran Buddha.”

19 Mengapa Harus Ada Adi Buddha?
Adanya Realitas Tertinggi (Adi Buddha) memungkinkan kehidupan ini bermakna Tanpa ini tidak mungkin ada makna dalam proses kehidupan  Kehidupan duniawi barang kali akan ditafsirkan semata-mata sebagai sebuah kebetulan saja. Dalam Dharmakaya, umat buddha memperoleh makna yang tertinggi dari kehidupan mereka – bila dilihat dari aspek fenomenalnya saja – kehidupan seperti itu tidaklah terbebas dari ikatan karma dan hukum-hukum karma yg tak terbantahkan (Dr. Suzuki) Adanya Realitas Tertinggi (Adi Buddha) merupakan penegasan bahwa kehidupan ini bukanlah produk dari sebuah chaos, melainkan hasil dari sebuah tata kerja hierarki spiritual yg menghendakinya. Maka memungkinkan untuk mencapai pencerahan dan kebuddhaan. Adanya Realitas Tertinggi (Adi Buddha) maka kita memiliki tujuan spiritual yang konkrit dan riil Tujuan spiritual tertinggi ini dapat kita lihat dalam pengalaman riil Samyak smbodhi-Nya Pangeran Siddharta Gotama

20 Menjalani Kehidupan Yang Bermakna
Hidup selaras dengan Dharma Mempraktikkan 4 sifat luhur (brahmavihara) terdiri dari : Mettā : cinta kasih tanpa pilih kasih; Buddha mengajarkan kita bukan hanya mencintai sesama tapi mencintai semua. Karunā : welas asih nirbatas; suatu perasaan ingin menolong makhluk lain yang menderita. Muditā : simpati; turut merasa gembira atas kegembiraan makhluk lain. Uppekkhā : tenang seimbang; bisa bersikap bijaksana dalam menhadapi kondisi dunia yaitu untung-rugi, senang-susah, terkenal-tersisih, dan dipuji-dihina. Mempraktikkan Silā, Samādhi, Pañña Silā : Pembicaraan Benar, Perbuatan Benar dan Matapencaharian benar, Samādhi : Daya Upaya Benar, Perhatian Benar, Meditasi Benar Pañña : Pandangan Benar, Pikiran Benar

21 Be Happy

22 Jawabalah Pertanyaan Berikut:
Sebutkan sebutan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha di Indonesia! (Skor 10) Jelaskan Konsep Ketuhanan dalam agama Buddha! (Skor 20) Uraikan cara menjalanai kehidupan yang bermakna sesuai dengan Dharma! (skor 20) Nilai = jumlah skor x 2


Download ppt "Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ditinjau Dari Agama Buddha"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google