Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Metodologi Penelitian

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Metodologi Penelitian"— Transcript presentasi:

1 Metodologi Penelitian
burhanuddin bahar

2 Kilas balik Alam menunjukkan “sesuatu dan memberi sesuatu”
Manusia ingin tahu “ada apa dengan sesuatu itu” dan “dengan tahu sesuatu itu, manusia mendapat keuntungan dalam bentuk perbaikan kualitas kehidupan”

3 Dengan tahu “api”  manusia bisa membakar makanan yang diperolehnya.
Makanan bakar  ternyata lebih awet dari makanan biasa, masa simpan lebih panjang  berarti waktu untuk berburu dan memungut lebih dikurangi  manusia dapat bekerja atau merenung untuk yang lain

4 Ditemukan siklus teratur dari pergerakan bintang, bulan dan matahari  penanggalan, yang oleh orang Mesir Kuno dipakai untuk pertanian (siklus edaran matahari 12 bulan dan tahun kabisatnya)

5 Mengapa begitu? Peradaban tua lahir di daerah tertentu yang memiliki keserupaan: a. Langit cerah  membaca pergerakan bintang di langit b. Bangsa tsb memberi kedudukan khusus pada orang cerdas mereka  tidak usah jadi pekerja kasar  banyak peluang berfikir dan menghasilkan ilmu-pengetahuan

6 SM  alat dari batu dan tulang  Homo faber  manusia yang menghasilkan alat mbaca, kerja makin halus Selain itu, otak manusia lebih besar dari otak mahluk lainnya  SM – 600 SM manusia menulis dan berhitung, mengamati

7 Masa 600 SM – 200 M posisi makin kuat ke an inquiring mind  dasar pemikiran untuk pengetahuan modern Phytagoras (abad ke 5 SM)  dalil segitiga siku-siku (hipotenusa kuadrat sama dengan penjumlahan kuadrat dari sisi-sisi suatu segitiga siku-siku)

8 Socrates (abad ke empat SM)  metode dialog (dialektika) dalam mencari kebenaran dengan mengungkapkan fikiran tentang berbagai isyu atau konsep. Untuk konsep  dialektika digunakan untuk merumuskan konsep tsb

9 Aristoteles (abad ke-3 SM)  mengemukakan silogisme yang menjadi contoh dasar logika berfikir deduktif  cara fikir yang mampu bertahan 2000 tahun sebagai dasar berfikir ilmiah Masa Pemikiran Yunani ini bertahan terus dan dikembangkan di masa Islam oleh orang Arab

10 Masa Islam  Al Khawarizmi (abad 8 M) dan sejumlah ilmuwan lahir di masa ini terutama dalam bidang ilmu kedokteran dan farmasi. Raja memegang otorita dalam kekuasaan politik dan ilmu-pengetahuan Zaman modern abad ke 14 hingga kini

11 Copernicus (abad 14 M)  dari geocentris menjadi heliocentris (bertentangan dengan ajaran Aristoteles dan Katolik Romawi) --. Disempurnakan oleh Keppler Galileo (15-16 M)  hukum tata planet dan pergerakannya

12 Bacon (15-16 M)  empirisme  bahwa pengalaman harus menjadi dasar dari semua ilmu pengetahuan  dasar pemikiran induktif) John Dewey  perkawinan deduksi dan induksi (reflective thinking  scientific thinking) Scientific thinking menjadi dasar kegiatan METODOLOGI PENELITIAN

13 Newton dan Einsten dengan kenisbiannya  menjadi pilar amat kuat dalam ilmu pengetahuan modern

14 Kebenaran Apakah benar berbeda dengan kebenaran? Apakah kebenaran itu
Mari kita pakai cara Socrates untuk itu!

15 Kontinum kebenaran Benar (True) Kebenaran (Truth) Kebenaran absolut
(absolute truth)

16 Pengetahuan dan kebenaran ilmiah
Pengetahuan yang baik adalah pengetahuan yang konsisten, serupa dan objektif. Pengetahuan yang memiliki ciri seperti ini diperoleh dari penelitian ilmiah.

17 Dengan demikian penelitian (untuk mencari kebenaran ilmiah ini) memiliki komponen yaitu komponen:
eksperimentasi atau observasi (yang pertama tertuju atas fakta yg belum terjadi dan yang berikutnya atas fakta yang telah terjadi), dan Penjelasan atau argumentasi

18 Fakta yg membangun pengetahuan itu diperoleh dengan observasi atau eksperimentasi dan diberi arti terkait hubungan antar faktanya. Disimpulkan “kebenaran ilmiah” berdasar 2 hal: A. empirik B. logis/rasional (perkembangan dari rasionalisme Plato  Yunani ke empirisme Bacon, Lock, Hume dkk)

19 Empirik Apa itu empirik?
Empiri berkaitan dengan hal yang dapat ditangkap oleh indra kita, oleh nalar kita dan oleh fakta yang ada di sekitar kita. a. Empiri sensual, b. Empiri logik c. Empiri etik (d). Empiri transedental

20 Apa itu nalar Nalar  rasional  ratiocinium
Mohon peserta memberi definisi atas NALAR Ingat, kita mencari KEBENARAN ILMIAH yang didasari atas empiri dan logis/nalar

21 Postulat dalam bidang sains
Postulat jenis  segala sesuatu di alam ini memiliki ciri tertentu Postulat variabilitas  sesuatu yang kita anggap serupa ternyata masih memiliki sifat yang bervariasi, postulat variabilitas

22 Postulat sebab akibat  semua akibat ada sebabnya
Postulat keterbatasan sebab akibat  tidak semua sebab menghasilkan semua akibat

23 Sumber pengetahuan Manusia ditakdirkan memiliki “keingintahuan” yang besar. Untuk memenuhi hasrat tahu tadi, manusia dapat menempuh cara NON ILMIAH dan cara ILMIAH.

24 Sumber pengetahuan a. Otoritas b. Pengalaman c. common sense d. intuisi e. logika f. lainnya Pilih mana?

25 Dua logika dalam bidang sains
Dua pemikiran dasar dalam bidang sains, deduksi dan induksi Untuk mengerti dua logika ini (yang sebenarnya suatu siklus) akan diajukan fikiran Wallace (dan juga Earl Babbie) pada roda ilmu

26 Roda ilmu (Wallace) Teori Generalisasi Hipotesis empiri Observasi

27 Logika induktif Logika yang mendasari dirinya atas berbagai observasi yang disimpulkan menjadi sesuatu yang bersifat umum DARI HAL-HAL KHUSUS KE YANG BERSIFAT UMUM Generalisasi empiris adalah pengulangan sifat-sifat khusus tadi yang dapat ditemukan pada sampel pertama sampai sampel ke n

28 Logika induktif Generalisasi empiris dapat diartikan pengulangan sifat yang konsisten dari observasi nomor satu sampai observasi ke sekian miliard sekalipun Konsep yang dihasilkan dalam tingkat ini dan hubungan antar konsepnya disebut dengan Grounded theory atau Grass root theory

29 Bila suatu teori akar rumput dicabut substansi dasar yang membentuk teori itu  pernyataan antar konsep ini berubah menjadi teori

30 Keseluruhan pengertian  mulai dari observasi atas empiri sampai penbentukan teori kita sebut dengan logika berfikir induktif

31 Ceritera anak mendengar SUARA HANTU
Ceritera Pak GURU yang AMAT DISIPLIN

32 Logika deduktif Manusia membentuk pengetahuan untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efisien dan juga efektif Bila suatu pagi di kamar mandi yang gelap kita menginjak suatu benda liat serupa silinder sebesar diameter 5 cm, apa reaksi kita?

33 Mengapa kita bereaksi seperti itu?
Apa simpulan yang ada di kepala kita suatu kebenaran (atau jangan sampai hanya suatu spekulasi). Apa konsekuensinya bila kita coba menanti dan membuktikannya? YHU HUIII, jangan menjadi peneliti anumerta!

34 Bila anda memiliki konsep dan hubungan antar konsep pada fase awal penelitian anda (yang kemudian kita sebut grand theory) kemudian anda mencoba memberlakukannya secara khusus pada apa yang anda fikirkan (hipotesis), kemudian anda mengujinya atas observasi empiri  anda telah berfikir dengan LOGIKA DEDUKTIF

35 Logika refleksif Bila kita berfikir berdasar SESUATU YANG LEBIH UMUM KE HAL-HAL YANG KHUSUS maka kita telah menggunakan logika deduktif, dan bila kita berfikiir DARI HAL-HAL KHUSUS KE HAL YANG BERSIFAT LEBIH UMUM, kita telah berfikir secara induktif. Bila kita berfikir ganti-berganti deduksi dan induksi maka kita telah berfikir secara LOGIKA REFLEKTIF

36 Validitas suatu penelitian deduktif pada FREKUENSI, dan
Validitas suatu penelitian induktif pada ESENSI Beri contoh masing-masing

37 Penelitian DEDUKTIF membutuhkan statistik INDUKTIF untuk uji Ho
(mengapa uji Ho butuh statistik induktif, mengapa bukan statistik deduktif saja?) Penelitian INDUKTIF tidak membutuhkan statistik tetapi membutuhkan validasi kuat dalam menangkap ESENSI atas konsep dan hubungan antar konsep

38 Arah penelitian Penelitian diawali adanya ide tertentu u/ diteliti.
Bila anda mulai dgn Grand Theory u/ solusi problem  anda memasuki wilayah DEDUKTIF Bila anda mulai dengan observasi atas fakta dan membuat simpulan hubungan antar konsep saat awal tsb  anda memasuki wilayah penelitian INDUKTIF

39 Pada penelitian induktif maupun deduktif kita harus menyediakan judul  JUDUL adalah esensi masalah yang (akan) diteliti. Dengan demikian judul tidak boleh bertele-tele tetapi langsung tertuju pada intisari masalahnya.

40 Variabel berdasar skala ukur
Suatu penelitian yang dituangkan dari ide dan problema yang jawaban paling mungkinnya, ditemukan dari konklusi atas premis yang diajukan diturunkan dalam bentuk variabel serta alat ukur. Secara berbagan kita ikuti bentuknya pada halaman berikut.

41 Idea/interest Kajian teoritik untuk membentuk kerangka teori Kerangka teori  kerangka konsep

42 Konsep X Y (level abstrak) operasionalisasi konsep variabel x y

43 LoM Variabel  sesuatu yang memiliki nilai yang bervariasi
Variabel sebisa mungkin measurable Variabel yang measurable dapat diukur berdasar skala ukur tertentu. Skala ukur yang kita kenal adalah skala NOIR (nominal, ordinal, interval, rasio)

44 a. Skala variabel Nominal
Memiliki sifat ekivalensi Contoh: sex, golongan darah, agama etc. Memiliki harga rata-rata Modus (harga yang paling frekuen dari variabel tsb) misalnya di kelas ini jenis kelamin paling banyak adalah ……., modusnya adalah ………… Skala ini memiliki sifat mutually exclusive

45 b. Skala ukur Ordinal Memiliki sifat a) ekivalensi
b) lebih dari dan kurang dari Contoh: Kecerdasan Pengetahuan Kecantikan/kegagahan Sikap etc

46 Harga rata-rata skala ordinal adalah Median (dan tentu saja modus  karena memiliki sifat skala nominal) Rasa haus dari masing-masing kita dalam ruang ini memiliki sifat sangat haus dan kurang haus  bagaimana kalau kita beri skor, skor mana yang paling frekuen muncul, bila diurut yang mana berada di tengah (itulah rata-rata hasunya)

47 Bila ada di antara kita mencari pasangan, dan kandidat itu kita skor, sbb:
Skor 1  paling jelek (mirip Mak Lampir atau seperti Kakek Gila 10 tahun tidak mandi) Skor 2  tidak bagus tidak jelek Skor 3  biasa Skor 4  Lumayan Skor 5  Amat cantik/amat gagah

48 Bila skor itu memiliki perbandingan yang sama, maka sharusnya kita bersedia menukar kandidat kita yang cantik atau gagah dengan 5 orang yang setara mak lampir atau 5 kakek sableng. Tetapi mengapa kita tidak mau  jawabnya BUKAN PADA RUMPUT YANG BERGOYANG tetapi skala ordinal tidak setara dalam satuan (anisomorf)

49 c. Skala ukur interval Memiliki sifat a) ekivalensi b) sifat lebih dan kurang dari c) perbandingan antar tiap titik adalah sebanding d) angka nol-nya adalah nol perjanjian Contoh: suhu, IQ etc

50 d. Skala ukur rasio Memiliki sifat a) ekivalensi b) sifat lebih dan kurang dari c) perbandingan antar tiap titik adalah sebanding d) angka nol-nya adalah nol absolut Contoh: kadar gula darah, kolesterol, BB, TB dan indeks atau rasio yang didasari atas angka isomorfi rasio. (Beri setting story nol dan nol)

51 Beberapa catatan khusus untuk variabel
Variabel dalam skala ukur nominal dan ordinal adalah skala yang bersifat anisomorfi (memiliki bentuk yang tidak serupa  ingat kasus Mak Lampir) Variabel dengan skala ukur interval atau rasio bersifat isomorfi (bentuk serupa) sehingga 2 ibu yg memiliki 3 kg daging masing2nya bila digabung akan menjadi 6 kg daging

52 Tetapi dua ibu yang tadinya tidak saling kenal itu andai tahu bahwa mereka adalah isteri-isteri dari satu orang suami  tidak pernah bisa tiba pada simpulan mereka menerima cinta hanya separuh dari suami mereka  mengapa ?

53 Hipotesis Hipotesis dalam jenis penelitian deduktif sangat penting kedudukannya Hipotesis adalah pernyataan dugaan antar dua atau lebih variabel Hipotesis bersifat deklaratif, simpel, dan terbatas

54 Hipotesis sebenarnya diturunkan dari kerangka konsep penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah penelitian Dalam penelitian, kita memiliki 2 kesalahan saat uji hipotesis pada sampel yaitu kesalahan alfa dan kesalahan beta

55 Kesalahan alfa adalah kesalahan di mana kita menyatakan “sesuatu ada apa2nya padahal sebenarnya tidak ada apa2nya”  kita tolak Ho padahal Ho harusnya diterima Kesalahan beta adalah kesalahan di mana kita menerima “sesuatu tidak ada apa2nya padahal sebenarnya ada apa2nya”  kita terima Ho padahal seharusnya kita tolak

56 Sepasang anak manusia menghuni rumah baru sebagai hadiah pengantin dari bos mereka,
Sekitar jam 03 malam si isteri membangunkan suaminya.. “Bangun mas, itu ada yang bunyi…. Mungkin pencuri” Akh tidur saja, tidak ada sesuatu palingan kucing” Bagaimana dengan kesalahan alfa dan beta?

57 Power of test dalam hipotesis disebut sebagai 100% - kesalahan beta
Bagaimana kekuatan test yang digunakan suami isteri ini? Dan apa dampaknya?

58 Catatan tambahan atas hipotesis
a. hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan b. dalam hipotesis ditunjukkan macam hubungan yang ada antar konsep atau variabel c. Sebisa mungkin hipotesis tsb operasional

59 Catatan untuk uji2 Ho Ingat  bila anda menguji satuan yang angkanya anisomorf, silahkan pilih satatistik inferensial NON-PARAMETRIK Bila anda menguji satuan yang angkanya isomorf  silahkan pilih staitistik inferensial PARAMETRIK (asal saja syarat-syaratnya dipenuhi)

60 Validitas alat ukur Validitas  sejauh mana alat ukur mengukur apa yg seharusnya diiukur sesuai yang dimaksudkan oleh peneliti Face validity Content validity Validity Construct validity Validitas kriteria

61 Face validity Kemampuan alat ukur untuk meREFLEKSIkan peubah yang hendak diukur

62 Content validity Kemampuan alat ukur untuk MELIPUT SEMUA SUBSTANSI PEUBAH yang hendak diukur

63 Construct validity C.1. validitas konvergen  kemampuan alat ukur mengukur peubah yang berkorelasi kuat dengan peubah yg seharusnya diukur C.2. validitas diskriminan  kemampuan alat ukur untuk tidak mengukur peubah yang tidak relevan

64 Konsep reliabilitas Konsistensi pengukuran dari satu (aktivitas) pengukuran ke pengukuran lainnya a. stability  konsistensi intra pengamat b. equivalence  kesamaan antar pengamatan

65 Reliabilitas suatu alat ukur dapat dinilai dengan koefisien reliabilitas
Bila skala ukur yang digunakan oleh alat ukur tsb adalah kontinum  koef.korelasi pearson Bila dikhotomi  koef. Kesepakatan Kappa (0 s/d 1)

66 Untuk koef. Kesepakatan Kappa
Po-Pe K = 1 – Pe

67 Di mana Oa + Od bila K > 0.75 kuat Po = baik N < 0.4 lemah Ea + Ed Pe = N

68 Contoh penggunaan Rasa bertambah enak (1) Ya belum Rasa Ya Btambah Belum Enak(2)

69 Po= ( )/200 = 0.925 (95 * 100)/200 + (105 * 100)/200 Pe= = 0.49 200 K = ( )/ = (kuat)

70 Siklus penelitian Anda punya permasalahan karena Anda tidak tahu, anda ragu, anda sulit atau anda pingin tahu? Ini berarti anda berada pada langkah awal suatu penelitian. Rumuskanlah keraguan itu dan atau keingintahuan itu secara tepat dan jelas serta singkat (seperti layaknya sebuah rumus)  bila masih terlalu kompleks, rumuskanlah menjadi sub-permasalahan.

71 Buatlah hipotesis tiap permasalahan itu.
Kumpulkan data yang relevan, ringkaslah data tsb dan lakukan analisis. Beri interpretasi hubungan antara fakta yang ada dalam aktivitas analisis anda sehingga ditemukan konklusi anda menolak atau mendukung hipotesis tsb.

72 Apakah keingintahuan atau keraguan yang sudah sampai pada konklusi di akhir siklus penelitian akan mengakhiri segalanya? Konklusi yang ditemukan lazimnya menghasilkan permasalahan baru sehingga suatu penelitian baru siap untuk dimulai lagi.

73 Berdasar siklus penelitian terdahulu, akan diajukan telaah khusus setiap langkah yang ada.

74 Permasalahan penelitian
Problema penelitian adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Problema ini mungkin ada di sekitar kita atau dari keseharian kita, dalam pengalaman pribadi atau pengamatan sepintas kita, bahkan dari intuisi sekalipun. Problema penelitian yang begitu banyak, dan mungkin begitu luas perlu dibatasi dan kemudian diidentifikasi.

75 RS X adalah rs type C, RS Y juga type C, tetapi RS X memiliki BOR tinggi dibanding RS Y, mengapa?
Dermatitis atopik pada individu dengan karakter tertentu. Penggunaan bedak basah pada petani yg takut “terbakar sinar matahari”

76 Pendapatan perkapita tinggi dengan keganasan pd usus.
Individu lanjut usia dengan konsumsi bawang. Keseimbangan dinamik produk kimiawi tertentu dalam tubuh dengan ekspresi sakit atau tidak sakitnya individu.

77 Observasi penggunaan daun miana pd etnis tertentu syg digunakan pada batuk kronik menunjukkan adanya efek antitusif. Problema ini dikembangkan pada apakah sifat antitusif tsb bekerja pada titik kausa penyakit. Eksperimen yang dilakukan kemudian menunjukkan daun miana ternyata memiliki kemampuan bakterisidal yang serupa dengan Rifampisin dan INH.

78 Dermatitis atopik dengan kecenderungan yang kian meningkat prevalensinya diduga kuat merupakan refleksi kondisi perubahan lingkungan pada individu yang memiliki suseptibilitas genetik.

79 Penggunaan bedak basah pada kaum petani untuk mencegah terbakarnya kulit mereka diamati oleh seorang peneliti. Si peneliti mendeteksi bahan utama bedak adalah “kunyit” Berdasar bahan ini, si peneliti kemudian melakukan eksperimen pada mencit yang diolesi dengan sediaan kunyit dan dipajan dengan UV, hasil akhir menunjukkan adanya efek proteksi kunyit terhadap UV pada kulit mencit.

80 Studi prevalensi Ca colon pada populasi yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan kesimpulan sementara makin tinggi tingkat pendapatan per kapita negara asal populasi, makin tinggi prevalensi kanker kolon penduduknya. Tetapi ada sejumlah negara dengan pendapatan tinggi yang prevalensi kanker kolonnya rendah  ternyata mereka pemakan ikan dan bukan pemakan daging-2an seperti negara dengan kanker kolon yang tinggi. Kesimpulan  konsumsi daging2an tinggi penyebab kanker kolon

81 Temuan masalah ternyata membutuhkan
membutuhkan orang yang selalu “siaga” melihat kejadian sekitar dan kemudian mencernanya menjadi suatu “masalah penelitian” (orang yang memiliki ptrepared mind dan scientific mind).

82 Kerangka teori/konsep
Variabel bebas  v.yg dianggap sebagai kausa dari sesuatu yg kita akan teliti. V. Antara V. Tergantung  v efek oleh adanya kausa V. Random  v. yang dianggap tidak terlalu penting V. moderator  V.penting tetapi tidak utama V. kendali V. perancu  v, yg berhubungan ddengan efek sekaligus berhubungan dengan sesama v.bebas

83 Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian adalah jawaban terhadap rumusan masalah. Hipotesis ini dibangun dari teori umum yang diangkat sebagai jawaban atas masalah khusus (yang dihadapi dalam penelitian). Karena hipotesis sebagai jawaban, maka hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan

84 Hipotesis dinyatakan dalam bentuk hubungan antar konsep
(catatan: pengertian HUBUNGAN di sini dimaksudkan sebagai seperangkat berpasangan menurut aturan tertentu dan bukan dalam pengertian uji hubungan dalam bentuk uji asosiasi, korelasi dan regresi atau bentuk uji hubungan lainnya).

85 Untuk penelitian pada jalur deduktif  Hipotesis sering dinyatakan sebagai jawaban sementara (yang secara teoritis paling mungkin) terhadap permasalahan penelitian.

86 Misalnya “semua buah berwarna hijau dan muda memiliki rasa kecut” Bila teori ini berlaku bagi mangga tetangga, maka hipotesis untuk menjawab masalah penelitian (andai-andai) apakah mangga tetangga memiliki sifat kecut bila punya sifat hijau dan muda adalah  “mangga tetangga yang memiliki sifat muda dan warna hijau memiliki sifat kecut seperti sifat umum buah lainnya yang muda dan hijau”

87 Untuk penelitian induktif  hipotesis bukan jawaban sementara yang sumbernya diperoleh dari teori tetapi hipotesis justru ditemukan sebagai simpulan hasil pengamatan atas sifat-sifat empiri yang berulang (lebih baik kita sebut sebagai generalisasi empiris untuk membedakannya dengan hipotesis pada logika deduktif).

88 Suatu penelitian yang bersifat deskriptif atau masih dalam taraf eksploratif tidak membutuhkan verifikasi teoritik, dengan demikian tidak memerlukan hipotesis uji. Hipotesis (dalam jalur penelitian deduktif) akan diuji dengan statistik (yang kita sebut statistik induktif. Pengertian statistik induktif di sini bukan atau tidak sama dengan penelitian induktif).

89 Dalam penelitian deduktif kuantitatif ada 2 jenis hipotesis:
Ho yang kita sebut hipotesis yang menafikan semua bentuk hubungan antar peubah atau menyerupakan nilai peubah yang sekarang diteliti dengan nilai peubah terdahulu yang dijadikan pembanding, dan H1 atau H alternatif yang merupakan pernyataan adanya bentuk hubungan antar peubah atau menyatakan nilai peubah yang diamati sekarang berbeda dengan nilai peubah terdahulu yang dijadikan pembanding.

90 Yang diuji secara statistik adalah hipotesis nol dan bukan hipotesis alternatif.

91 Bab khusus metode penelitian
Bab “metode penelitian” lazimnya terdiri atas sub-bab: a. jenis penelitian, b. tempat dan waktu penelitian, c. populasi dan sampel c. variabel dan definisi operasional (untuk penelitian deduktif kuantitatif atau penelitian deskriptif), pada peneltian induktif digunakan term definisi konsep. d. analisis

92 a. Jenis penelitian Ada berbagai jenis penelitian:
a. berdasar logika yang digunakan  jenis penelitian dapat bersifat deduktif dan induktif (atau kuantitatif dan kualitatif). b. berdasar sifatnya yang mencari, menggambarkan atau menjelaskan  eksploratif, deskriptif dan eksplanatif.

93 Dalam penelitian klasik, mungkin

94 Prestasi belajar mahasiswa
Dbd Cholinesterase Imr, aki masih tinggi Air payau  air tawar Limbah rs  belum standar Inisiasi MD di RB Dbd --

95 Di Indonesia ditemukan banyak kantor, tetapi pelayanan publik sangat buruk.
Katanya Indonesia negara hukum, tetapi banyak orang tidak memiliki perlindungan hukum memadai. Katanya Indonesia negara demokrasi, tetapi kelompok minoritas lebih didengar

96

97

98

99

100

101

102

103

104 d. Koleksi data Data yang dikumpulkan adalah data dalam fungsi untuk menguji kebenaran ilmiah yang kita gunakan sebagai jawaban teoritik atas masalah penelitian, atau Data yang dikumpulkan itu untuk membangun teori yang dalam taraf awal kita sebut teori akar rumput atau generalisasi empirik.

105 Aktivitas menghimpun data yang di dalamnya mengandung informasi, tujuannya agar dapat dilakukan inferensi informasi pada populasi target. Aktivitas seperti ini dilakukan pada penelitian yang menggunakan logika berfikir deduktif (pada penelitian dengan logika berfikir induktif, data digunakan untuk membangun hubungan antar konsep).

106 Populasi adalah keseluruhan subjek yang memiliki kondisi tertentu.
Populasi targetlah (disebut juga populasi sasaran atau populasi referensi) yang dianggap menjadi sasaran inferensi informasi yang ada pada sampel. Dari populasi target diturunkan populasi sumber atau populasi aktual (populasi yang menjadi sumber langsung dari sampel) di mana tiap individunya dianggap layak untuk dipelajari sebagai sampel-sampel yang utuh.

107 Ada berbagai cara untuk mengumpul data penelitian kita.
Cara yang kita kenali adalah dengan melakukan pengumpulan informasi atas sampel dari populasi penelitian (di mana informasi tentang populasi diperoleh pada sampel tsb), atau Kita mengumpulkan informasi atas fakta melalui informan tertentu atau kita mengamatinya secara langsung (lazimnya dilakukan pada penelitian induktif)

108 Dua hal penting terkait dengan sampel:
a. besar sampel, dan b. Cara pengambilan sampel. Yang juga perlu diperhatikan adalah kememadaian jumlah sampel yang kita cuplik untuk merepresentasi populasi pada suatu penelitian deduktif kuantitatif. Makin beragam ciri populasi yang kita teliti makin besar jumlah sampel yang dibutuhkan, dan makin homogen sifat dari suatu populasi makin kecil jumlah sampel yang kita butuhkan untuk representasi (informasi) atas populasi.

109 Selain dari sifat homogenitas atau heterogenitas populasi, skala ukur, statistik yang akan digunakan, sifat peubah serta pengaruhnya terhadap penyakit yang akan kita teliti dan tujuan penelitian perlu diperhatikan dalam menentukan kememadaian sampel. Banyak cara yang digunakan untuk menentukan kememadaian sampel yang representatif, silahkan anda memilih dengan catatan cara tersebut dapat dierima secara nalar.

110 D1. besar sampel Untuk suatu studi cross-sectional dengan populasi infinite, rumus yang dapat digunakan adalah: n = (Zkuadrat * pq) / d kuadrat di mana n= jumlah sampel p= perkiraan proporsi atau prevalensi pada populasi q= 1 - p Z= angka baku, bila kita memilih alfa 5% maka nilainya sebesar 1.96 d= presisi absolut dari prevalensi sebenarnya, misalnya plus minus 5%

111 Studi cross-sectional dengan populasi finite, rumusnya:
NZ2 pq n = d2 (N-1) + Z2pq di mana N= jumlah populasi n= jumlah sampel p= perkiraan proporsi atau prevalensi pada populasi q= 1 - p Z= angka baku, bila kita memilih alfa 5% maka nilainya sebesar 1.96 d= presisi absolut dari prevalensi sebenarnya, misalnya plus minus 5%

112 Studi case-control, perhitungan n (untuk masing2 kelompok kasus dan kontrol)
(po.qo + p1q1) (Z1-alfa/2 + Z1-B)kuadrat n = (p1-po)kuadrat di mana n = jumlah sampel po= proporsi pajanan positip pd kelompok kontrol qo= 1 – po p1= proporsi pajanan positip pada kelompok kasus  = (po * OR)/1 + po (OR-1) q1= 1 – p1 Zalfa= angka baku, bila kita memilih alfa 5% nilainya sebesar 1.96 Zbetha idem (lihat daftar distribusi Gauss)

113 Studi cohort atau eksperimen, perhitungan n untuk tiap kelompok
(po.qo + p1q1) (Z1-alfa/2 + Z1-B)kuadrat n = (p1-po)kuadrat di mana n = jumlah sampel po= proporsi sakit pada pajanan negatif qo= 1 – po p1= proporsi sakit pada kelompok pajanan positip  = (po * RR) q1= 1 – p1 Zalfa= angka baku, bila kita memilih alfa 5% nilainya sebesar 1.96 Zbetha (lihat daftar distribusi Gauss)  utk power 20%  0.84 utk power 10%  1.28

114 Studi case-control, perhitungan n (kelompok kasus dan kontrol memiliki jumlah n berbeda)
(1 + a/b)pq (Z1-alfa/2 + Z1-B)kuadrat n = (p1-po)kuadrat di mana n = jumlah sampel a/b= perbandingan n kasus dengan n kontrol p = (p1 + po)/2 q = 1 – p po= proporsi pajanan positip pd kelompok kontrol p1= proporsi pajanan positip pada kelompok kasus  = (po * OR)/1 + po (OR-1) q1= 1 – p1 Zalfa= angka baku, bila kita memilih alfa 5% nilainya sebesar 1.96 Zbetha (lihat daftar distribusi Gauss)  utk power 20%  0.84 utk power 10%  1.28

115 Studi cohort atau eksperimen, perhitungan n untuk tiap kelompok
(po.qo + p1q1) (Z1-alfa/2 + Z1-B)kuadrat n = (p1-po)kuadrat di mana n = jumlah sampel po= proporsi sakit pada pajanan negatif qo= 1 – po p1= proporsi sakit pada kelompok pajanan positip  = (po * RR) q1= 1 – p1 Zalfa= angka baku, bila kita memilih alfa 5% nilainya sebesar 1.96 Zbetha (lihat daftar distribusi Gauss)  utk power 20%  0.84 utk power 10%  1.28

116 Contoh untuk studi cross-sectional
Suatu studi prevalensi infeksi Morbus Hansen akan dilakukan pada anak remaja di Kota Lanteangoro. Studi di kota lain menunjukkan prev. MH anak remaja sebesar 0.1%. Bila peneliti menginginkan presisi sebesar plus-minus 1% dengan tingkat keyakinan 95%, berapa sampel yang dibutuhkan?

117 Penyelesaian p = 0.1%  0.01 q = 1-p =1-0.01=0.99 Tingkat keyakinan 95%  Z alfa = 1.96 (lihat Tabel distribusi normal) d =1%  0.01 (1.96 kuadrat) (0.01*0.99) n = = 0.01 kuadrat

118 Contoh untuk case control
Suatu rencana penelitian tentang bumbu masak abrakadabra dengan disfungsi refleks pada anak usia balita. Penelitian awal menunjukkan secara umum saat ini sekitar 30% bumbu tsb digunakan ibu di dapur. Pada kasus disfungsi refleks tsb yang ditemukan di RS, 1 dari 5 anak balita mengkonsumsi bumbu masak abrakadabra ini sejak usia dini. OR pada pemakai diduga sebesar 2.0. Dipilih alfa 5% dan beta 10%. Berapa jumlah sampel yang dibutuhkan bila diinginkan kasus/kontrol  1 : 2.

119 t Penyelesaian Po= anak yg aktif mengkonsumsi pd kontrol 30%  0.3
P= ( )/2 = 0.38  q=0.62 Z alfa 1.96 dan beta 1.28 (1 + ½) 0.38(0.62) ( )kuadr n kasus = (0.46 – 0.30)kuadrat = = 145 n kontrol = 2 * 145 = 290

120 Suatu studi kohor akan dilakukan untuk melihat apakah ibu pengguna atap asbes dan peralatan asbes lainnya berpengaruh pd keganasan dalam paru ibu. Ada 0.03 insidensi kumulatif pada ibu yang bukan pemakai, Perkiraan risiko relatif sebesar 1.9. Bila dipilih alfa 0.05 dan beta 10% berapa sampel yg dibutuhkan?

121 Penyelesaian po = 0.03 qo = 0.97 p1 = 0.03 * 1.9 = 0.057 q1 = 1 – = 0.943 Z a  1.96 dan beta  1.28 [0.03(0.97)+0.057(0.943)] ( )kuadrat n= = (0.057 – 0.030) kuadrat =  1193 sampel pd kelompok pajanan positip dan 1193 sampel pada kelompok pajanan negatif

122 Contoh untuk eksperimen serupa dengan perhitungan n pada penelitian kohort.

123 D2. cara pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel secara umum dibagi 2  random dan non random. Random sampling terdiri atas: a. Simple random sampling b. Stratified random sampling (proporsional dan yg tidak proporsional) c. Cluster sampling (area sampling)

124 Non random sampling terdiri atas:
a. Quota sampling b. Incidental sampling c. Purposive sampling d. Snowball sampling e. Sampling jenuh

125 Sampling sistimatik ada yang mengelompokkannya dalam non-random.
Bila pemilihan sistimatik itu, angka pertama dari nomor terpilih dilakukan undian random maka sebenarnya sistimatik sampling masuk pada kelompok random. Bila nomor awal terpilih diambil tidak secara undian, sistimatik samplingnya menjadi non random.

126 Pengambilan sampel pada suatu simple random sampling dilakukan dengan misal jumlah populasi 100 dan adequacy of sample size sebesar 37, maka kita menyiapkan gulungan kertas (serupa arisan) yang dinomori dari 1 – 100, kemudian diaduk dan diambil secara berturut 37 kali. Nomor-nomor yang muncul adalah kasus terpilih untuk jadi sampel.

127 Pengambilan sampel secara stratified dilakukan pada populasi yang secara relatif tidak homogen, sehingga setiap stratum tertentu perlu memiliki perwakilan dalam sampel. Bila jumlah keterwakilan itu diinginkan sesuai proporsi tiap stratum, maka samplingnya proporsional. Bila tiap stratum diambil sampel dengan besar serupa yang tidak usah sesuai besar proporsi tiap stratum, maka kita mengambil sampel secara tidak proporsional.

128 Area sampling lazimnya digunakan untuk penelitian dengan cakupan wilayah luas.
Tiap area dibagi atas wilayah dengan nomor cluster tertentu. Bila diinginkan 20% area menjadi perwakilan sampel kita, maka secara random dipilih 20% wilayah tsb. Dari tiap wilayah terpilih, dicacah individu yang mendiami wilayah itu.

129 Bentuk ini lazimnya masih dirasakan menyulitkan peneliti oleh besarnya bagian wilayah yang terpilih itu. Ada modifikasi tertentu yang dapat dilakukan dengan membagi wilayah atas segmen-segmen tertentu berdasar kepadatan penduduknya. Sampel dihitung berdasar segmen, kemudian pada keseluruhan segmen dilakukan pemilihan secara sistimatik untuk memilih segmen mana menjadi area yang harus diambil individunya sebagai sampel.

130 e.Hasil, Analisis, bahasan dan interpretasi
Hasil disajikan sesimpel mungkin dengan cara: a. Tabular, b. Grafik, c. Tekstular, atau d. Kombinasi bila dianggap perlu. Penyajian (dan bahkan seluruh laporan penelitian) menggunakan bahasa denotatif dan bukan bahasa konotatif.

131 Analisis data merupakan seni mengurai data sehingga data tadi menghasilkan bukan hanya fakta yang diam tetapi menjadi informasi yang “bernyanyi” Analisis juga diartikan manipulasi himpunan fakta secara sedemikian sehingga lebih mudah membaca informasi yang dikandungnya, sampai pada pengujian fakta dengan statistik tertentu.

132 Matriks untuk memilih uji atas Ho dapat diikuti pada catatan lampiran.
Analisis lanjut atas data tertuju pada fakta yang sifatnya bertentangan dengan pengetahuan atau teori yang kita miliki. Hasil analisis atas fakta seperti ini menjadi bagian pembahasan hasil penelitian kita.

133 Analisis tidak hanya memperhatikan signifikan atau tidak signifikannya hasil uji atas fakta,tetapi yang penting untuk diperhatikan adalah perubahan perubahan yang bersifat esensial pada harga rata-rata dan ragam nilai dari peubah.

134 Dalam bahasan hasil hindari pengulangan sajian fakta yang telah ada pada hasil.
Bahasan hasil meliputi telaah fakta yang menyimpang yang dijelaskan dengan fakta yang kita miliki sendiri dalam penelitian, atau telaah dikaitkan dengan penelitian orang lain atau teori lain yang pernah ada,

135 Pada bagian akhir hasil dan telaah hasil, lazimnya ada 1 bagian khusus yang membicarakan “keterbatasan penelitian” Bagian ini mengemukakan keterbatasan terkait disain, karakter tertentu dari subjek yang sedemikian sehingga manipulasi lebih jauh berakibat adanya kendala etik etc. Yang dibicarakan di sini adalah keterbatasan penelitian dan bukan keterbatasan peneliti.

136 f. Simpulan dan saran Informasi yang ada dalam data penelitian, informasi yang timbul akibat telaah yang kita lakukan dengan berbagai interpretasinya dirangkum dalam simpulan. Simpulan disajikan dalam bahasa deklaratif yang disinkronkan dengan tujuan khusus. Saran yang diajukan seharusnya mengacu pada simpulan yang ditemukan.

137


Download ppt "Metodologi Penelitian"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google