Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Menelusuri Naga Emas Berselendang Sutra Ungu

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Menelusuri Naga Emas Berselendang Sutra Ungu"— Transcript presentasi:

1 Menelusuri Naga Emas Berselendang Sutra Ungu
Menyusur Pantai Selatan Jawa Barat

2 Mengawali Titik Matahari baru sepenggalan, embun pagi masih menempel di dedaunan, setelah semalam pulas di Nyiur Beach, sejak kedatanganku di Pangandaran hampir jam Siangnya aku bermain lingkar kemudi dari Bandung, Garut, Singaparna, Sukaraja, Salopa, Cikatomas, Cikalong, Cimerak, Pangandaran. Tadinya aku berencana mengunjungi G. Barengkok dengan air terjunnya yang eksotis. Sebuah Gunung yang telah aku identifikasi sebagai Pusat Mineralisasi Emas di Salopa dan Cineam, sebuah daerah legendaris yang melahirkan para pelobang…biasa disebut Gurandil. Setelah sarapan pagi, aku berangkat menyusuri jalur pantai, menuju barat. Sebelah kiri sepenuhnya pemandangan laut, sebelah kanan adalah jalur perbukitan yang mengandung iron ore, sumber besi yang melimpah. Setelah melewati Pantai Batuhiu…jadi inget lagu Bulan Nu Ngagantung di Pantai Batu Hiu-nya Doel Sumbang dan Dermaga untuk Wisata Green Canyon, aku teruskan perjalanan untuk sampai pada Starting Point… Di sinilah aku melihat mineralisasi ubahan (altered) propilitik, sekaligus mengamati pasir besi yang bukan hanya mengandung besi….

3 Air Mineral, Oase di Atas Laut
Starting Point … Karang Menahan Ombak Air Mineral, Oase di Atas Laut Rumput Laut Terhampar Muara Mineral Hidup di Atas Batu

4 The Art of Karang Muara Karangtawulan Soliter Forever
Memancing Ombak ? Berjinjit di Atas Akar

5 Teori Kabut Sutra Ungu Percayalah bahwa Karuhun Sunda adalah sebuah generasi yang luar biasa. Sebagaimana leluhur majapahit yang menggunakan teori tubang (watu abang) untuk mencari dan mengolah logam, khususnya emas. Konsep mandala-mandala yang dibangun oleh leluhur sunda adalah bukti bahwa mereka memilih lokasi-lokasi yang kaya mineralisasi dan air untuk membangun pemukiman. Sebuah segitiga emas…. Aku baru menyadari setelah mengamati nama-nama setempat yang menggunakan bahasa tua dengan mengamati foto satelit, yang geolog manapun akan mencurigai adanya gejala mineralisasi. Suatu saat, aku sengaja menuju lapangan setelah subuh, dimana gunung2 masih berselimut kabut. Sampai jam 9 pagi aku amati gunung2 tersebut, hingga hanya tersisa satu atau dua gunung yang tetap berselimut kabut. Rupanya di gunung2 itulah mineralisasi logam terjadi. Gunung yang disusun oleh batuan mengandung logam akan bernafas lebih banyak dari yang tidak….kenapa? Coba saja taruh mobil di luar semalaman, sekujur badannya pasti akan penuh dengan embun.

6 Jejak Selendang Sutra Ungu
Mesin Ngaleyoh…Tanpa Kaki Lagi Bahan Bata Bermineral Prajurit Cakar Bumi Menimbang Keringat

7 Air Mengalir Sampai Jauh…Akhirnya ke Laut
Semua mineral yang ada di hulu, pasti ada di muara dalam posisi sedimenter. Geolog menamakanya sebagai metoda stream sediment. Muara Pasanggrahan adalah muara sungai di Cipatujah dari 3 anak sungai yang melalui daerah mineralisasi intensif. Ke-3 sungai tersebut menyayat pegunungan dan perbukitan yang mengandung mineralisasi komplek. Kompleksitas tersebut didasari oleh adanya asosiasi mangan dan besi, bahkan dalam posisi kristalin. Dengan adanya chert, dimana kelompok riset cekungan bandung sedang bergiat untuk melindunginya, daerah mineralisasi tersebut terbentuk di laut dalam. Yang menarik adalah di samping mengandung komplek mineral oksida, juga mengandung komplek mineral sulfida dan ditemukan dalam bentuk hidroksida. Jadi kalau di sepanjang muara manusia menambang pasir besi saja, hal itu adalah harga termurah dari semua mineral yang dikandungnya. Manusia-manusia ini mesti belajar lagi dari Leluhur Kerajaan Sunda!!!

8 Harta Sedimenter Muara Pasanggrahan Cipatujah
Membangun Konstruksi Perangkap Bunga Rambat di Atas Pasir Besi

9 Sang Legenda Prabu Siliwangi adalah gelar yang legendaris untuk sosok manusia bernama Prabu Sri Baduga Maharaja, cucu dari Prabu Wastukancana, buyut dari Prabu Linggawastu yang gugur di Bubat pada saat Dyah Pitaloka akan dipersunting Prabu Hayam Wuruk. Seorang putra mahkota Galuh Kawali yang pada akhirnya mampu mempersatukan Galuh dan Pakuan menjadi Pajajaran. Seorang tokoh abad 15 yang paling banyak disebut di Jawa Barat sekarang. Konon salah seorang putra beliau Keansantang yang menjadi Islam, membujuknya untuk menjadi Islam, yang pada akhirnya Sang Ayah menghindarkan diri sampai ke Sancang. Di sinilah disebut-sebut tempat terakhir beliau bermukim. Benarkah ? Andaikata benar tentu aku harus menaruh hormat kepadanya. Sebelum masuk wilayah ini, aku menemukan gunung iron ore yang luar biasa. Sedimen dari muara sungai yang aku sampling mengandung Au yang berkelindan dengan pasir felspar. Alamnya menakjubkan, karena sepanjang pesisir sulit menemukan bentukan alam berupa gua yang berkolaborasi dengan air terjun, sumber air bersih yang melimpah. Banyak peziarah yang bermeditasi di lokasi ini. Aku mencoba untuk mengheningkan cipta sejenak di mulut gua yang di depannya persis jatuh air terjun setinggi 75 meteran. Dengan irama alam yang demikian, memang amat mudah mengkondisikan menuju gelombang alfa-beta-gama, gelombang pikiran yang paling menonjol untuk aspek intuitif dan inspiratif. Asyik juga….. Badan kembali segar, pikiran terang benderang, aku melanjutkan perjalanan menuju Pameungpeuk, masuk wilayah Garut Selatan. Hari sudah sore, sementara Pantai Rancabuaya masih 30 km lagi, padahal aku berencana menginap di pantai ini.

10 Goa dan Air Terjun Sancang
Legend of Siliwangi Muara Sancang Hutan Sancang Goa dan Air Terjun Sancang

11 The Devil Exotic District
Karena asyik di Sancang, aku baru makan siang di Pameungpeuk jam 15.00, sambil bertanya-tanya medan yang akan dilalui menuju Rancabuaya. Penjual warung bercerita kalau menuju Rancabuaya ada 15 jembatan yang dilalui. Wah…banyak sampling yang harus aku ambil. Aku segera berangkat, dan menjumpai fasilitas LAPAN di Cilaut Eureun (Air Laut Berhenti??). Setelah melewatinya, benar saja aku mulai menjumpai sungai. Sepanjang perjalanan aku melihat gunung-gunung yang sudah gundul. Hampir mirip dengan kalau kita melalui Cijapati, hanya kalau menengok ke sebelah kiri, semuanya laut. Tapi berbeda sekali dengan Tasik Selatan yang hutannya masih baik, ini betul-betul brengsek. Padahal, kalau dibandingkan morfologi Pantai Garut jauh lebih eksotik dari Tasik. Dengan agak tergesa-gesa aku melalui perjalanan ini, dan akhirnya sampai di Rancabuaya menjelang maghrib. Melepas lelah sejenak di pantai mengamati sun set yang kurang baik, karena langit mendung. Makan malam dengan ikan kakap merah 2 ekor, cukup Rp ,-…nikmat…istirahat malam cukup untuk besok pagi. Ada target Daerah Sinarjaya yang mengandung mineral radioaktif dengan base metal tembaga. Termasuk daerah muara yang hulunya adalah talegong dan ciarinem, sebuah daerah yang mineralisasi Au nya sangat baik. Jadi inget jaman S1, aku pernah 1 minggu di daerah bungbulang, mengejar batu mulia, berwarna zamrud yang disebut crysopras. Aku dapat batu itu, dan salah satunya diminta dan dipakai ibuku sampai sekarang….puasssss. Daerah bungbulang memang kuburan hutan tropis yang menjadi fosil, bahkan mengalami kristalisasi. Serat karbon kayu yang tertimbun diisi oleh kristal batu mulia….Dahsyat. Aku sampai merayap untuk memasuki gua penggalian batang kayu fosil itu. Aku juga belajar membuat batu cincin di workshop nya Pak Kodar…Kemana sekarang sahabat dulu itu?

12 Place of Buaya …? Hijau di Tepi Laut Pasanggrahan Pantai Rancabuaya
Kuda Lapangan, Tangguh dan Irit, Istirahat Menjelang Senja

13 Daerah Sihir ??? Pagi-pagi aku berangkat dari Rancabuaya, bahkan belum sempat sarapan pagi. Alhamdulillah aku menemukan muara sungai dari Ciarinem dan Talegong. Hulu Talegong di muara dikenal sebagai S. Cilaki, sungai terbesar yang aku temui sepanjang pameungpeuk Cidaun. Jembatannya baru selesai dibangun belum 1 tahun. Jalannya rusak, walaupun kudaku masih bisa melewatinya tanpa hambatan. Masuk Kabupaten Cianjur, daerah yang lebih dari 200 km ke kota kabupaten. Jadi kalau ada rencana pemekaran kabupaten cianjur selatan beribukota di Sindangbarang, saya kira tepat sekali. Morfologi pegunungan cukup eksotik, tetapi terkesan gersang. Aku menemukan kembali jejak selendang sutra ungu di Daerah Karangwangi, sekitar 15 km sebelum pantai Jayanti. Daerah ini dikenal sebagai gudang tukang santet. Salah seorang ulama terkemuka, dikenal sebagai Mama Sadar Alam adalah seorang ahli hikmah yang dipercaya mampu menaklukan keganasan akibat keterisoliran daerah ini. Dua tahun yang lalu aku sempat mengunjungi pesantren, sewaktu memperingati khaul beliau, diajak kawan orang bandung yang pernah menjadi murid utamanya. Setelah mampir sejenak di pantai jayanti dan makan, aku melanjutkan perjalanan menuju Sindangbarang, 30 km dari Cidaun.

14 Muara dan Darmaga Cidaun

15 Merayap di Atas Tulang Punggung
Melewai Sindangbarang, aku terus menyusuri jalan dengan bertanya mau menuju Pelabuhan Ratu. Daerah Sindangbarang ke barat tidak sebaik perjalanan sebelumnya. Jembatan-jembatan besar masih belum dibangun, dan pijakannya menggunakan kayu. Sebelum memasuki perkebunan agrabinta, jalannya sangat jelek, namun kudaku masih sanggup melewati. Daerah ini berbeda sekali dengan daerah sebelumnya yang melimpah air. Selama hampir 3 jam perjalanan aku tidak ketemu sungai. Pemandangan ngarai dan torehan gaya endogenik yang eksotik lazim dijumpai. Setelah melewati agrabinta aku sampai di klapanunggal, kebun kelapa yang luas. Barulah aku menemukan sungai yang besar yang disebut Cibuni. Aku baru sadar bahwa sungai ini melewati Tanggeung, perbatasan kabupaten bandung barat dengan cianjur, di mana pernah ada 2 KP ekplorasi dan eksploitasi atas nama koperasi mampir di meja kerjaku, berupa mineral galena, dmp dan KP khusus emas. Saat ini, aku sedang follow up KP ini supaya bisa jalan. Melewati Cibuni, aku masuk ke Tegalbuleud. Sholat ashar sudah jam 17.15, waktu mepet. Aku terkejut, ternyata aku memasuki daerah jampang, malah tembus ke Surade. Dari Surade hanya 15 km ke pantai ujung genteng. Suatu wilayah yang dikenal sebagai daerah jawara.

16 The Art of Stone Hydrothermal Vein…? Intrusion …?
Menanggung Beban Batu Altered Stone

17 Sang Tokoh Aku memutuskan bermalam di Surade. Karena masuk ke wilayah Jampang, aku jadi ingat seorang tokoh legendaris yang disebut Syeh Jampang Manggung. Dari mencari situs tempat beliau dulu, akhirnya mengantarkan aku ke Pesantren Cibuyur, terletak di Surade yang sangat kaya air. Di tempat ini akhirnya aku bertemu orang yang berumur 86 tahun, yang pernah ke Situs Syeh Jampang Manggung, yaitu di Daerah Cikopi, Jampang Tengah, 60 km dari Surade. Sempat terjadi diskusi panjang tentang Sang Tokoh, karena menurut Ajengan Pesantren, Syeh Jampang Manggung bukan maqam Aulia, tetapi Sholihin, sehingga para ahli tarekat di pesantren tersebut kurang mengenalnya. Akhirnya, saya ceritakan pendapat saya…. Berawal dari Karantenan Gunung Sawal Ciamis, yang akhirnya melahirkan kerajaan Panjalu, saat ini terletak di Nusa Gede Situ Lengkong. Kerajaan Panjalu kemungkinan besar merupakan kerajaan kecil di bawah naungan Galuh Kawali. Syeh Jampang Manggung adalah anak dari Sang Hyang Cakradewa, yang dikenal sebagai Prabu Borosngora, yang pada akhirnya menjadi pemeluk agama Islam, bahkan pernah bermukim di mekah. Setelah memeluk Islam, kerajaan diserahkan kepada adiknya, kemudian beliau berkelana syiar. Di daerah Jampang, dikenal sebagai Syeh Jampang Manggung.

18 Melihat kemiripan sejarah dan jaman, maka aku berpendapat bahwa Sang Tokoh adalah tidak lain dari Prabu Keansantang, atau Prabu Walangsungsang, atau Gagak Lumayung sebelum Islam, menjadi Sunan Rahmat Suci (di Garut), Syeh Jampang Manggung (di Jampang), Jalak Makutama (di Ujung Kulon), Pangeran Cakrabuana, Ki Somadullah (di Cirebon). Sedangkan Sang Hyang Cakradewa sendiri adalah nama lain dari Prabu Siliwangi. Beliau pernah nyantri di Cirebon kepada Syeh Datul Kahfi, atau Syeh Nurjati, atau Syeh Nursyahadatillah, seorang ulama asing yang bersama Syeh Quro datang ke P. Bata Karawang. Syeh Quro menetap di Karawang dan mengawinkan santrinya bernama Nyi Mas Dewi Subanglarang dengan Prabu Siliwangi, menghasilkan anak Sang tokoh tersebut dan Nyi Mas Dewi Rara Santang, yang juga menyusul nyantri di Cirebon kemudian berangkat ke mekah dan nikah dengan Syeh Syarif, menghasilkan anak Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Peran terbesar Sang Tokoh adalah sebagai peletak dasar dan perintis Kesultanan Cirebon. Beliau juga seorang tua angkat dari tokoh legendaris yang disebut sebagai wali sesat bernama Syeh Abdul Jalil, alias Syeh Siti Jenar, alias Syeh Lemah Abang, alias Syeh Sitibrit. Pada saat memakai gelar Syeh Jampang Manggung, beliau menjadi tokoh kunci yang mengumpulkan seluruh bangsawan sunda untuk mendamaikan masa transisi akibat jatuhnya ibukota Pakuan oleh serangan Syeh Yusuf Banten. Dengan pertemuan tersebut, maka transisi Pajajaran ke jaman Islam tidak berdarah-darah sebagaimana transisi Majapahit ke Demak. Karisma beliau di mata orang Islam dan Bangsawan Sunda memungkinkan tercapainya cara damai. Kelompok yang tidak mau masuk ajaran Islam akhirnya mengungsi dan menjadi masyarakat Baduy sampai sekarang.

19 Jampang Manggung Petilasan Syeh Jampang Manggung Abah Uci, 86 Tahun,
Cucunya 110, Buyutnya Gak Hapal, Petunjuk Jalan di Jampang yang Hebat, Semua Kampung, Bukit, Sungai Hapal, Menuntunku mengarungi Surade, Jampang Kulon, Jampang Tengah, Ciemas, Ciracap, Ujung Genteng Prabu Siliwangi Masa Kini …He..He

20 Daerah Tapal Kuda Pagi-pagi berangkat ke Syeh Jampang Manggung. Perjalanan 60 km sama dengan memotong jalur mineralisasi, bukit Pasir Piring sepintas merupakan daerah mineralisasi emas. Ternyata waktu aku tanyakan ke abah pemandu, beliau malah menunjukan daerah orang-orang yang menambang emas di bukit tersebut. Sayang sekali aku gak sempat mampir ke sagaranten, daerah mineralisasi Cu-Au, di mana batunya pernah aku olah. Selesai dari jampang manggung balik melalui jalur pantai, di pertigaan kiara dua ambil jalur menuju pelabuhan ratu. 5 km dari pertigaan belok kiri menuju kecamatan ciemas. Di daerah tanjung, perkebunan teh ada sebuah situ yang spektakuler, karena dasar situnya adalah mineral galena (Pb) kadar 50%, terbaik di Jawa Barat. Melewati daerah tersebut masuk ke komplek mineralisasi yang luar biasa, berujung di Lebak Cikalong, sebuah ngarai paling eksotik dari seluruh perjalanan yang aku tempuh. Sayang sekali waktu sudah menunjukan pukul Aku lanjutkan menuju Ciracap, melewati Sungai Ciletuh yang legendaris, karena menjadi marker Formasi Jampang dan terakhir ke Sungai Cikarang. Kedua sungai inilah yang menjadi pelemparan sedimentasi dari mineral logam daerah tapal kuda. Dari Cikarang menuju ke Surade kembali dan persis sholat maghrib bisa dikerjakan di Surade.

21 The Art of Fault Ngarai Cikalong, dikenal sebagai Lebak Cikalong, Suatu Patahan Besar yang Berbentuk Graben ? Bermuara di Pelabuhan yang Sangat Eksotik, Berkumpulnya Mineral Sekunder Sungai Ciletuh, Dasar Batuan Sedimenter yang Legendaris, Nama yang Pasti Dibaca Semua Geolog, Batuan Marker dari Formasi Jampang, ….dan Baru Sekarang Aku Menginjaknya

22 Perjalanan Pamungkas Jam malam aku berangkat dari Surade menuju Pelabuhan Ratu, perjalanan 60 km, dan hujan deras, jadi terpaksa agak lambat. Sampai di pelabuhan ratu jam 23.00, mampir di warung kopi sambil bertanya. Tidak terasa ngobrol 2 jam, akhirnya meneruskan perjalanan ke Karanghawu berjarak 11 km jam 1 dinihari. Jam 2 dinihari ternyata karanghawu masih ramai, banyak peziarah. Konon kabarnya ini adalah salah satu tempat persinggahan Ratu Kidul…sebuah mitologi yang sangat kuat hampir di seluruh pesisir selatan Jawa. Tadinya ingin istirahat jadi gak bisa, karena banyak ngobrol dengan para peziarah dari tangerang, banten, dan jakarta. Sampai Sholat Subuh, akhirnya baru bisa merebahkan diri. Debur ombak yang menghantam karang terasa sangat menggetarkan. Jam 8.00 pagi aku baru bangun, langsung berangkat menuju Bandung. Di daerah Cikembang aku mampir ke kawan lama, seorang pengolah logam. Disini aku ditawarkan untuk menggunakan seluruh peralatan pengolahan dia kalau mau riset. Dia juga menawarkan daerah di Cisolok untuk penelitian hydrothermal vein. Dia punya lahan dan pemondokan di daerah itu. Identifikasi komplek nodul mangan dan iron ore sebagai indikasi hydrothermal vein diajukan ke aku.

23 Kawanku juga menyodorkan batuan dari Kalimantan yang sudah dianalisis di P3G Jalan Diponegoro, Bandung. Sebuah batuan yang luar biasa dahsyat, karena mengandung platinum, osmium, iridium, lanthanum, paladium masing-masing di atas 100 ppm. Batu itu juga mengandung uranium 150 ppm. Agaknya uranium itu membuat dia tidak confidence. Sepulang dari kawanku sepanjang jalan aku bertafakur, di samping memang gak ada kawan yang diajak bicara. Negeri ini memang lautan harta, bukan hanya di atas kertas dan nyanyian aku mendengarnya, tetapi dengan sekujur badanku aku merasakan nafas gunung-gunung itu, seolah-olah mau bangkit dari tidur panjang. Negeri ini juga masih penuh dengan orang-orang yang bersahaja dan baik, sepanjang jalan aku selalu dibantu oleh mereka yang tidak pernah aku kenal sebelumnya. Summumbuk mun ‘um yun fahum laa yarji’un Summumbuk mun ‘um yun fahum laa ya’ qiluun Summumbuk mun ‘um yun fahum laa yatakallamun Summumbuk mun ‘um yun fahum laa yubsiruun Semoga aku punya mata untuk melihat, punya telinga untuk mendengar, punya akal untuk berpikir, punya mulut untuk berbicara….dengan kuasa-MU amin

24 Karanghawu … Legenda Ratu Kidul dan Teluk Pelabuhan Ratu
Jalak Makutamas Karanghawu … Legenda Ratu Kidul dan Teluk Pelabuhan Ratu


Download ppt "Menelusuri Naga Emas Berselendang Sutra Ungu"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google