Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Dirman, mpd morfologi.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Dirman, mpd morfologi."— Transcript presentasi:

1 dirman, mpd morfologi

2 dirman, mpd morfologi

3 dirman, mpd morfologi

4 dirman, mpd morfologi

5 MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA OLEH DIRMAN, M.Pd dirman, mpd

6 Apakah Morfologi itu? Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987: 21). dirman, mpd morfologi

7 lanjutan Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1993: 51). Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata (Keraf, 1984: 51). dirman, mpd morfologi

8 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah dinyatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik, ilmu bahasa, atau bagian dari tatabahasa yang mempelajari morfem dan kata beserta fungsi perubahan-perubahan gramatikal dan semantiknya. dirman, mpd morfologi

9 BAGAIMANAKAH RUANG LINGKUP MORFOLOGI
morfem alomorf morf dirman, mpd morfologi

10 Morfem Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146). Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141). dirman, mpd morfologi

11 lanjutan Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya (Keraf, 1984: 52). dirman, mpd morfologi

12 simpulan Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau gramatik terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan atau pun kata. dirman, mpd morfologi

13 Penentuan Morfem Menurut Ramlan (1985) morfem dapat ditentukan berdasarkan enam prinsip yaitu sebagai berikut: 1) Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis dan arti (leksikal) atau makna gramatikal) yang sama merupakan satu morfem, misalnya, satuan lihat dalam dilihat, melihat, penglihatan. Dengan demikian lihat merupakan morfem. dirman, mpd morfologi

14 lanjutan 2) Satuan-stauan yang mempunyai struktur fonologis berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti/makna yang sama, dan perbedaan satuan fonologisnya dapat dijelaskan secra fonologis. Sebagai contoh, mem-, men-, dan meng- dalam kata membawa, mendukung, menggali memiliki arti yang sama dan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Yaitu, satuan-satuan itu muncul karena mengikuti konsonan /b/, /d/, dan /g/. dirman, mpd morfologi

15 lanjutan 3) Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap satu morfem apabila mempunyai arti/makna yang sama dan mempunyai distribusi komplementer (dapat diterapkan secara silih berganti). Misalnya, bel- dalam kata belajar merupakan satu morfem dengan satuan ber- dalam berkebun atau be- dalam bekerja, sebab mempunyai makna yang sama dan dapat diterapkan secara silih berganti. dirman, mpd morfologi

16 4) Apabila dalam dereten struktur suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, kekosongan itu merupakan morfem. Sebagai contoh, dalam kalimat Dia makan kacang, kata makan dipakai tanpa menggunakan me-. Morfem yang tidak ada dalam struktur disebut morfem zero. dirman, mpd morfologi

17 lanjutan Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Dikatakan morfem yang sama jika maknanya berhubungan walaupun letaknya dalam kalimat tidak sama, misalnya kata duduk dalam kalimat Ia sedang duduk dan duduk orang itu sangat sopan. Dikatakan morfem berbeda apabila artinya berbeda, misalnya kata buku berarti ‘kitab’ dan buku berarti “sendi’ atau kata mulut dalam kalimat Mulut gua itu lebar dan Mulut orang itu lebar. dirman, mpd morfologi

18 lanjutan 6) Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem, misalnya, di samping kata bersandar yang memiliki satuan ber- dan sandar terdapat kata sandaran yang memiliki satuan sandar dan –an. Oleh karena itu, ber-, sandar, dan –an merupakan morfem yang berbeda. dirman, mpd morfologi

19 Sandar, mulut, gua, punya, dll
simpulan morfem bebas terikat Sandar, mulut, gua, punya, dll Ber-, di-, meng-, dll dirman, mpd morfologi

20 Morf dan Alomorf Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada kata kenai adalah morf; morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya men- adalah ujud konkret dari meN- yang bersifat abstrak (Kridalaksana, 1993: 141). dirman, mpd morfologi

21 lanjutan Alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya. Misalnya, /ber/, /be/, dan /bel/ adalah alomorf dari ber-, seperti pada kata bernyanyi, bekerja, dan belajar; meN- mempunyai alomorf meng-, men-, me-, mem-, meny-, dan menge-, seperti pada kata-kata mengajak, menulis, melukis, membawa, menyapa, dan mengecat. dirman, mpd morfologi

22 Klasifikasi Morfem Chaer (1994: 151) mengklasifikasikan morfem sebagai berikut ini. a. Berdasarkan kebebasannya, dibedakan adanya: Morfem bebas, yaitu morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam penuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, bagus, adalah termasuk morfem bebas. Morfem terikat, aitu morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan yang selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran. Misalnya, bentuk juang, henti, gaul, dan semua bentuk afiks. dirman, mpd morfologi

23 morfem Berdasarkan keutuhaannya, dibedakan adanya:
Morfem utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Misalnya, meja, kursi, rumah henti, juang, dan sebagainya. Morfem terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem terbagi. dirman, mpd morfologi

24 morfem Berdasarkan unsur pembentuknya, dibedakan adanya:
Morfem segmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem (lihat), (lah) dan semua morfem yang berujud bunyi. Morfem suprasegmental , yaitu morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Contohnya, seperti dalam bahasa Cina, Burma, dan Tha. dirman, mpd morfologi

25 morfem Berdasarkan maknanya, dibedakan adanya:
1. Morfem bermakna leksikal, yaitu morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal. Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan. 2. Morfem tak bermakna leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya, morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya. dirman, mpd morfologi

26 akar Ujud Morfem Ujud Morfem kata klitik
Ujud morfem dapat berupa kata, akar, afiks, dan klitik. Berikut penjelasannya, Ujud Morfem kata klitik akar afiks dirman, mpd morfologi

27 Ujud Morfem a. Kata, yaitu satuan bebas yang paling kecil; setiap satuan bebas adalah kata. Contohnya adalah rumah, perumahan, sekolah, mahasiswa, dan sebagainya. b. Akar, yaitu dasar dari segala kata, baik berbentuk bebas maupun terikat yang telah memiliki makna. Misalnya, bentuk bebas seperti buku, rumah, cantik, dan sebagainya; bentuk terikat seperti kendara, juang, temu, dan sebagainya. dirman, mpd morfologi

28 Ujud morfem c. Afiks, yaitu bentuk terikat yang apabila ditempelkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Afiks mencakup prefiks, supiks, dan konfiks. d. Klitik, yaitu satuan yang secara gramatikal tidak mempunyai kebebasan, tetap mempunyai makna leksikal meskipun tidak memiliki ciri-ciri sebagai akar atau kata, Klitik mencakup proklitik dan enklitik. Misalnya, proklitik: kutulis, kubaca, kutanya, dan sebagainya; enklitik: tulisanku, bukumu, suratnya, dan sebgainya. dirman, mpd morfologi

29 Pengertian Kata Kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan yang mengandung suatu ide (Keraf, 1984: 53). dirman, mpd morfologi

30 Pengertian Kata Kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya: batu, rumah, datang, dan sebagainya), atau gabungan morfem (misalnya: pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa, dan sebaghinya) (Kridalaksana, 1993: 98). dirman, mpd morfologi

31 Kata ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil
Kata ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata bebas di sini dipakai dalam arti secara gramatikal, atau dengan kata lain dapat diisolasikan (Ramlan, 1991: 7). dirman, mpd morfologi

32 simpulan Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapatlah ditegaskan di sini bahwa yang dimaksud dengan kata tidak lain adalah satuan bahasa terkecil yang bermakna yang memiliki sifat bebas atau berdiri sendiri dalam pengunaan bahasa. Dalam bentuknya, kata dapat berupa morfem tunggal dan gabungan morfem. Setiap kata adalah morfem, tetapi setiap morfem belum tentu sebuah kata karena morfem dapat berupa morfem terikat seprti afiks. dirman, mpd morfologi

33 Klasifikasi kata menurut GorysKeraf
Kata benda (nomina) Kata tugas Kata kerja (verba) Kata sifat (adjektiva) dirman, mpd morfologi

34 Klasifikasi Kata menurut Ramlan
Ramlan (1991: 58) mengemukakan adanya dua belas golongan kata, yaitu sebagai berikut: 1) kata verbal 2) Kata nominal 3) Kata keterangan 4) Kata tambah 5) Kata bilangan 6) Kata penyukat 7) Kata sandang 8) Kata Tanya 9) Kata suruh 10) Kata penghubung 11) kata depan 12) Kata seruan dirman, mpd morfologi

35 Klasifikasi Kata menurut Kridalaksana
Kridalaksana (1991: 49) membagi kelas kata berikut: 1) Verba 2) Ajektiva 3) nomina 4) Pronomina 5) Numeralia 6) Adverbia 7) Interogativa 8) Demonstrativa 9) Artikula 10) Preposisi 11) Konjungsi 12) kategori fatis 13) Interjeksi dirman, mpd morfologi

36 Pembahasan Klasifikasi Kata
a. Verba (Kata Kerja) Verba adalah kelas kata yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1) Berfungsi utama sebagai predikat atau inti predikat. contoh kalimat: Pencuri itu lari. dirman, mpd morfologi

37 verba Mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas, contoh kalimat: Mereka sedang belajar di kamar. (bermakna perbuatan) Bom itu seharusnya tidak meledak. (bermakna proses) Dia suka makanan Indonesia (bermakna keadaan) dirman, mpd morfologi

38 verba Keraf (1984; 87) memberi batasan verba atau kata kerja, yaitu segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Misalnya: Ia berjalan dengan cepat. Gadis itu menyanyi dengan nyaring. Anak itu tidur dengan nyenyak. dirman, mpd morfologi

39 Nomina b. Nomina (Kata Benda)
Nomina atau kata benda dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi semantis dan segi sintaktis. Dari segi semantis, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, benda, binatang, dan konsep atau pengertian. Misalnya, guru, kucing, meja, kebangsaan, dan sebagainya. Sari segi sintaktisnya, nomina memiliki ciri-ciri sebagai berikut; dirman, mpd morfologi

40 Kata pemerintah dan perkembangan
1) Dalam kalimat yang berpredikat verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata pemerintah dan perkembangan Pemerintah akan memantapkan perkembangan (nomina) Kata pekerjaan Ayah mencarikan saya pekerjaan ( nomina). dirman, mpd morfologi

41 Nomina 2) Nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar dengan tidak.
Kata pengingkarnya ialah bukan dan tidak pernah berkontras dengan tidak. Contoh kalimat: Dia itu guru. harus dipakai kata bukan: Dia itu bukan guru. dirman, mpd morfologi

42 Nomina 3) Nomina lazimnya dapat diikuti oleh adjektiva baik secara langsung maupun dengan perantaraan kata yang. Dengan demikian buku dan rumah adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru, rumah mewah atau buku yang baru atau rumah yang merah. dirman, mpd morfologi

43 Keraf (1984: 86) memberi batasan kata benda atau nomina adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat. Misalnya: Perumahan yang baru Pelari yang cepat Kehendak yang baik Meja yang besar Pohon yang tinggi dirman, mpd morfologi

44 Dengan demikian kata-kata perumahan, pelari, kehendak, meja, dan pohon adalah kata benda karena dapat diperluas/diterangkan dengan yang + kata sifat. dirman, mpd morfologi

45 Menurut Ramlan (1991: 60), kata benda atau nomina adalah kata-kata yang pada tataran frase tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisnya. Misalnya, *tidak buku, bukan buku, buku itu, di buku, pada buku. dirman, mpd morfologi

46 Pronomina c. Pronomina Jika ditinjau dari segi artinya, pronominal adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain. Nomina perawat diacu dengan pronominal dia. Bentuk-nya pada meja kakinya empat, mengacu ke kata meja. Jika dlihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronominal menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan dalam macam kalimat tertentu-juga predikat. dirman, mpd morfologi

47 Pronomina Ciri lain yang dimiliki pronominal ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/penulis, yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan. Ada tiga macam pronominal dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina persona, (2) pronominal penunjuk, dan (3) pronominal penanya. dirman, mpd morfologi

48 Pronomina Ciri lain yang dimiliki pronominal ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/penulis, yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan. Ada tiga macam pronominal dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina persona, (2) pronominal penunjuk, dan (3) pronominal penanya. dirman, mpd morfologi

49 Pronomina 2) Pronomina persona kedua, yang bermakna tunggal adalah engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu. Yang bermakna jamak adalah kalian, kamu (sekalian), anda (sekalian). dirman, mpd morfologi

50 Pronomina 3) Pronomina persona ketiga, yang bermakna tunggal adalah ia, dia, beliau, -nya. Yang bermakna jamak adalah mereka, -nya. dirman, mpd morfologi

51 Numeralia d. Numeralia (Kata Bilangan)
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Frase seperti lima hari, setelah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing lima, setengah, ketiga, dan berbagai. dirman, mpd morfologi

52 Numeralia Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1) numeralia pokok yang memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” dan (2) numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?” dirman, mpd morfologi

53 Numeralia pokok mencakup bagian-bagian sebagai berikut:
(1) Numeralia pokok tentu, yaitu yang mengacu ke bilangan pokok: 0 – nol, 1 – satu, 2 – dua, 3 – tiga, 4 – empat, 5 – lima, 6- enam, 7 – tujuh, 8 – delapan, 9 – sembilan. (2) Numeralia pokok tentu klitika, yaitu yang umumnya brbentuk proklitika yang berasal dari bahasa Jawa Kuno: ekamatra, dwiwarna, triwulan, caturwulan, pancasila, saptamarga, dasalomba. dirman, mpd morfologi

54 Numeralia (3) Numeralia pokok kolektif, yaitu yang dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan di muka nomina yang diterangkan. Misalnya: ketiga pemain – semua pemain dari nomor satu sampai ke nomor tiga, kedua gedung – baik gedung pertama maupun kedua, dan sebagainya. dirman, mpd morfologi

55 Numeralia (4) Numeralia distributif, yaitu yang dibentuk denga cara mengulang kata bilangan. Misalnya, satu – satu-satu, dua – dua-dua, dan sebagainya. (5) Numeralia pokok taktentu, yaitu yang mengacu ke jumlah yang tidak tentu dan pada umumnya tidak dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya berapa. Misalnya, banyak, berbagai, eberapa, pelbagai, semua, seluruh, segala, dan segenap. dirman, mpd morfologi

56 2) Numeralia Tingkat Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat yang menyatakan tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah pertama. Contoh: kesatu atau pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. dirman, mpd morfologi

57 2) Numeralia Tingkat Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat yang menyatakan tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah pertama. Contoh: kesatu atau pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. dirman, mpd morfologi

58 Adjektiva e. Adjektiva Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang dan mempunyai cirri sebagai berikut: dirman, mpd morfologi

59 Adjektiva 1) Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling: lebih besar, kurang baik, paling mahal. 2) Adjektiva dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu: sangat indah, amat tingi, pandai benar, murang sekali, terlalu murah. 3) Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; tidak bodoh, tidak salah, tidak benar. dirman, mpd morfologi

60 4) adjektiva dapat diulang dengan awalan se- dan akhiran –nya: sebaik-baiknya, serendah-rendahnya, sejelek-jeleknya. 5) Adjektiva pada kata tertentu dapat berakhir antara lain dengan –er, -(w) i, -iah, -if, -al, dan –ik: honorer, duniawi, ilmiah, negatif, formal, elektronik. f. Adverbia Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. dirman, mpd morfologi

61 TERIMA KASIH dirman, mpd morfologi


Download ppt "Dirman, mpd morfologi."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google