Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KOORDINATOR MATAKULIAH

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KOORDINATOR MATAKULIAH"— Transcript presentasi:

1 KOORDINATOR MATAKULIAH
PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM-231)

2 PB-1 : “KOMUNITAS DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”

3 PENGERTIAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT)

4 Pengertian Pengembangan Masyarakat
Konotasi : Pengembangan Masyarakat = Community Development Society Masyarakat Konsep & Strategi Community

5 community resource development, rural areas development, community economic development, rural revitalisation, dan community based development. Community development menggambarkan makna yang penting dari dua konsep: community, bermakna kualitas hubungan sosial; dan development, perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual.

6 “Community development is a movement designed to promote better living for the whole community with the active participation and on the initiative of the community”

7 CD = mengembangkan atau menaikkan kualitas hidup suatu masyarakat
CD = “proses swadaya masyarakat digabungkan dengan usaha-usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi masyarakat di bidang sosial, ekonomi, dan kultural, serta untuk mengintegrasikan masyarakat”

8 Pengembangan Masyarakat (CD)
Suatu metode atau pendekatan pembangunan yang menekankan adanya partisipasi dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan, dimana semua usaha swadaya masyarakat disinergikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat dan stakeholders lainnya untuk meningkatkan taraf hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta pelayanan teknis sehingga proses pembangunan berjalan efektif

9 Sumber: Lubis (2008) Advokasi Komunikas Informasi dan Edukasi
Pengorganisasian Komunitas Komunikas Informasi dan Edukasi Pengembangan Kapasitas Pengembangan Jejaringan Sumber: Lubis (2008)

10 ADVOKASI Upaya untuk mengubah atau mempengaruhi
perilaku penentu kebijaksanaan agar berpihak pada kepentingan publik melalui penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, legal, dan moral. Melalui kegiatan advokasi dilakukan identifikasi dan pelibatkan semua sektor di berbagai level untuk mendukung program.

11 PENGORGANISASIAN KOMUNITAS
Agar masyarakat mempunyai arena untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan atas masalah di sekitarnya. Bila terorganisir, masyarakat juga akan mampu menemukan sumberdaya yang dapat mereka manfaatkan. Biasanya, dalam pengembangan masyarakat, dibentuk kelompok kelompok sebagai wadah refleksi dan aksi bersama anggota komunitas. Pengorganisasian ini bisa dibentuk berjenjang: di tingkat komunitas, antar komunitas di Tingkat desa, antar desa di tingkat kecamatan dan seterusnya sampai ke tingkat nasional bahkan regional.

12 PENGEMBANGAN JEJARING
Menjalin kerjasama dengan pihak lain (individu, kelompok, dan atau organisasi) agar bersama-sama saling mendukung untuk mencapai tujuan. Jaringan dan saling percaya (trust) merupakan salah satu unsur penting dari kapital sosial, sehingga menjadi komponen penting dalam pengembangan masyarakat. Pada komuntas yang mempunyai jaringan yang baik, sumber daya yang ada pada seluruh kompenen komunitas dan komponen lain yang terbangun dalam jaringan akan dapat dimanfaatkan bersama-sama.

13 PENGEMBANGAN KAPASITAS
Meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang (termasuk untuk advokasi, mengorganisir diri sendiri, dan mengembangkan jaringan). Sumpeno (tt) mengartikan pengembangan kapasitas sebagai peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi, dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Peningkatan kemampuan individu mencakup perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan; peningkatan kemampuan kelembagaan meliputi perbaikan organisasi dan manajemen, keuangan, dan budaya organisasi; peningkatan kemampuan masyarakat mencakup kemandirian, keswadayaan, dan kemampuan mengantisipasi perubahan.

14 KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI
Proses pengelolaan informasi, pendidikan masyarakat, dan penyebaran informasi untuk mendukung keempat komponen di atas. Pengelolaan informasi juga menyangkut mencari dan mendokumentasikan informasi agar informasi selalu tersedia bagi masyarakat yang memerlukannya. Kegiatan edukasi perlu dilakukan agar kemampuan masyarakat dalam segala hal meningkat, sehingga masyarakat mampu mengatasi masalahnya sendiri setiap saat. Untuk mendukung proses komunikasi, berbagai media komunikasi (modern – tradisional; massa – individu – kelompok) perlu dimanfaatkan dengan kreatif.

15 MENGAPA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ?

16 “Pembangunan” sering dianggap ‘obat’ terhadap berbagai masalah masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Permulaan pendekatan pembangunan adalah dikemukakannya “Teori Pertumbuhan” oleh kelompok ekonom ortodoks. Teori ini menjelaskan bahwa “pembangunan” sebagai pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya diasumsikan akan meningkatkan standar kehidupan (Clark, 1991). Mereka menggunakan GNP (Gross National Product) sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. “Pembangunan” tidaklah berbeda dengan istilah “perubahan”. Keduanya memiliki sisi positif dan negatif, tergantung kepada apa dan siapa yang akan diubah, dan juga bagaimana perubahan itu akan dilakukan. Menurut Troeller (1978) ada enam pendekatan pembangunan, yaitu: pendekatan pertumbuhan; pertumbuhan dan pemerataan, tata ekonomi internasional baru, ketergantungan, kebutuhan pokok, dan pendekatan kemandirian.

17 Beberapa Pendekatan Pembangunan
Pendekatan #1: Pendekatan Pertumbuhan “strategi industrialisasi dengan kebijakan substitusi impor” “tetesan rejeki ke bawah” (trickle down effect). Pendekatan #2: Pertumbuhan dan Pemerataan kemiskinan adalah fenomena yang kompleks yang berhulu dari kesenjangan antar kelas, daerah, dan golongan Pendekatan #3: Paradigma Ketergantungan ketergantungan merupakan penyebab keterbelakangan, agar maju perlu pembebasan masyarakat Pendekatan #4: Tata Ekonomi Internasional Baru tata ekonomi yang berlandaskan pada kebutuhan negara Selatan untuk mengelola SDA-nya sendiri Pendekatan #5: Kebutuhan Pokok kebutuhan pokok tidak terpenuhi jika masih dibawah garis kemiskinan dan tidak ada pekerjaan yang layak Pendekatan #6: Kemandirian bebaskan dari ketergantungan kepada negara industri Growth Approach Redistribution of Growth Approach Dependent Paradigm Approach The New International Economic Order The Basic Need Approach The Self-Reliance Approach

18 Pendekatan #1 Penggagas Details Tokoh Asumsi Kenyataan
Kelompok ekonomi aliran Keynesian Revolusi ekonomi dari aliran Keynesian mendorong para ahli ekonomi untuk menempuh “strategi industrialisasi dengan kebijakan substitusi impor” sebagai “resep baru” bagi negara agraris yang padat penduduk di Dunia III. Rostow (1960), tahapan pembangunan yang pada intinya terkait dengan investasi “modal besar” atau mengenai “suntikan investasi yang padat modal untuk mendongkrak sumberdaya dan potensi yang ada pada masyarakat.” Bila terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sebagai konsekuensinya akan terjadi “tetesan rejeki ke bawah” (trickle down effect). Tetesan rejeki ke bawah diharapkan juga akan mencapai kelompok masyarakat lapisan bawah. Hasil pembangunan memicu munculnya permasalahan lain, seperti: meningkatnya pengangguran pada angkatan kerja; tingkat kejahatan, tingkat migrasi desa ke kota, dan ketimpangan pada berbagai negara Dunia III.

19

20 Pendekatan #2 Adelman & Morris (1973). “Economic Growth and Social Equity in Developing Countries” Tiga indikator dasar untuk mengukur perkembangan pembangunan suatu negara: (1) indikator-indikator sosial-budaya; (2) indikator-indikator politik; dan (3) indikator-indikator ekonomi. Intinya pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan dengan partisipasi politik dan distribusi pendapatan dalam kaitan dengan strategi pembangunan pada berbagai negara Dunia III. Kemiskinan dilihat sebagai fenomena yang kompleks, dan dapat ditelusuri dari adanya kesenjangan antar kelas sosial-ekonomi; ketimpangan hubungan kota-desa; perbedaan antar suku, agama, dan daerah. Tidak banyak berbeda dengan Pendekatan#1, walaupun dilakukan perbaikan meskipun masih terasa “tambal sulam”. Penggagas Details Isu Substansi

21

22 Pendekatan #3 Penggagas Details Implikasi Kebijakan Kritik Cardoso Negara “selatan” selalu berada dalam kondisi ketergantungan terhadap negara “utara” dalam hal teknologi dan kapital. Relasi yang tidak sehat memberikan sumbangan terhadap peningkatan kemiskinan dari negara-negara penerima bantuan. Munculnya sifat ketergantungan merupakan penyebab terjadinya “keterbelakangan” masyarakat negara sedang berkembang, oleh karena itu untuk membebaskan diri dari “keterbelakangan” diperlukan adanya upaya pembebasan masyarakat dari rantai yang membelenggu mereka. Banyak masalah ataupun gejala yang tidak bisa dipecahkan oleh teori tersebut. Kritik lain, teori tersebut kurang mempunyai dayaguna yang praktis dan teori tersebut terlalu banyak mengulang-ulang dan kurang berkembang.

23

24 Pendekatan #4 Penggagas Details Kenyataan The Club of Rome
Menciptakan tata ekonomi internasional baru yang berlandaskan pada kebutuhan negera-negara “selatan” untuk mengelola sumberdaya alam dan ekonomi mereka sendiri. Amerika Serikat menerapkan tiga strategi untuk menunda ataupun menghalangi gagasan tersebut, yakni dengan: (1) strategi penolakan secara sepihak (unilateral strategy); (2) strategi pengendoran yaitu mengambil langkah persetujuan terhadap hal kecil tetapi tidak pada hal yang pokok (alleviationist strategy); dan (3) strategi penyampaian yang bersifat samar dengan maksud menunda ataupun mengulur waktu. Tata ekonomi yang baru tersebut sampai saat ini masih merupakan suatu impian bagi negara-negara “selatan”.

25

26 Pendekatan #5 Penggagas Details Kenyataan Sudjatmoko
“Kebutuhan pokok tidak mungkin dapat dipenuhi jika mereka masih berada di bawah garis kemiskinan serta tidak mempunyai pekerjaan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik.” Pendekatan ini diterapkan secara komprehensif dan melibatkan masyarakat di pedesaan dan sektor informal dengan mengembangkan potensi, kepercayaan, dan kemampuan masyarakat itu sendiri untuk mengorganisir diri serta membangun sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Hal yang menarik dari pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, dan penghargaan terhadap gerakan mereka yang berada di lapisan bawah (grassroots). Titik tertentu mampu menjembatani kebutuhan pokok dengan pendekatan kemandirian (self-reliance approach), yakni pendekatan yang memperhatikan “gerakan” dari grassroots dan kelompok yang berada di bawah garis kemiskinan menjadi salah satu pendekatan yang relatif banyak diadopsi oleh negara-negara Dunia III.

27

28 Pendekatan #6 Details Konsekeunsi
Muncul sebagai konsekuensi logis dari berbagai upaya negara-negara Dunia III untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap negara-negara industri. Konsep kemandirian menekankan pada dua perspektif: (1) penekanan lebih diutamakan pada hubungan timbal-balik dan saling menguntungkan dalam perdagangan dan kerjasama pembangunan; dan (2) lebih mengandalkan pada kemampuan dan sumberdaya sendiri untuk kemudian dipertemukan dengan pendekatan internasional tentang pembangunan Penerapan konsep kemandirian membawa konsekuensi perlunya diterapkan pula pendekatan kebutuhan pokok bagi kelompok miskin, dan strategi pemerataan pendapatan serta hasil-hasil pembangunan.

29

30 Evaluasi Comments Kelemahan Implikasi
Keenam pendekatan tersebut memiliki persamaan yang meluas dan mendalam dalam hal ketidak akuratan keenam pendekatan tersebut secara empiris, ketidakadekuatannya dari segi teori, dan ketidak-efektifannya dari segi kebijaksanaan politik (1) Pendekatan pembangunan itu secara empiris keliru tentang realitas masa lampau dan masa kini di bagian dunia yang terkebelakang, bagian dunia yang sudah maju, dan dunia secara keseluruhan, (2) teoritis tidak adekuat karena tidak dapat mengidentifikasi keseluruhan aspek sosial yang determinan karena tidak memperhatikan sejarah bagian yang terbelakang atau hubungannya dengan bagian yang sudah maju, dan bahkan dunia secara keseluruhan, (3) kebijaksanaan pembangunan dari pendekatan-pendekatan tersebut semakin konservatif dari segi politik dan cenderung menerima status quo struktural tanpa berbuat apa-apa sambil menantikan “hadiah” dari orang lain dengan tangan terbuka. Jika negara-negara maju tidak dapat mendifusikan pembangunan, teori pembangunan atau kebijaksanaan pembangunan ke negara-negara terkebelakang, maka rakyat di negara-negara terkebelakang itu sendiri harus membangun.

31 Pergeseran Paradigma (Paradigm Shift)
Production Centered Development People Centered Development Sentralisasi Mobilisasi Penaklukan Eksploitasi Hubungan Fungsional Nasional Ekonomi Konvensional Unsustainable Desentralisasi Partisipasi Pemberdayaan Pelestarian Jejaring Sosial Teritorial Keswadayaan Lokal Sustainable

32 PENGEMBANGAN MASYARAKAT = “PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT” (COMMUNITY BASED DEVELOPMENT)

33 Pembangunan Konvensional Pembangunan Berbasis Masyarakat
Asumsi tentang Masyarakat (Community) Berangkat dari pandangan bahwa masyarakat terbelakang, pengetahuannya rendah, tradisional dan bodoh. Untuk memajukan mereka diperlukan pengetahuan dari luar Masyarakat dibangun bukan karena mereka bodoh dan tidak mampu, akan tetapi kemampuan yang tersedia dioptimalkan agar mereka berkembang sesuai dengan pengetahuan mereka. Pengetahuan lokal dan teknologi tepat guna sebagai basisi pengembangan mereka

34 Pembangunan Konvensional Pembangunan Berbasis Masyarakat
Konsekuensi Perencanaan Perencanaan bersifat top down dan sentralitas Direncanakan oleh tenahga ahli atau akademisi tanpa mempertinmbangkan apa yang dimiliki masyarakat Lebih mengutamakan perencxanaan untuk pertumbuhan ekonomi Lebih menekankan pada aspek lokalitas Perencanaan dilakukan secara otonomi, berdasarkan potensi lokalitas dengan menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan. Pemikiran otonomi lebih ditekankan dalam perencanaan kegiatan berdasarkan kebutuhan

35 Pembangunan Konvensional Pembangunan Berbasis Masyarakat
Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa kemajuan masyarakat diukur menurut kemajuan ekonomi semata masing-masing

36 Pembangunan Konvensional Pembangunan Berbasis Masyarakat
Konsekuensi Perlakuan terhadap Masyarakat Menempatkan birokrat ataupun tenaga ahli dari luar sebagai pihak yang dilayani masyarakat karena mereka dianggap telah berbuat banyak untuk kepentingan masyarakat Menempatkan birokrat ataupun tenaga ahli dari luar sebagai pengatur kepentingan masyarakat dan sebagai aktor yang melakukan fungsi pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat

37 Pembangunan Konvensional Pembangunan Berbasis Masyarakat
Implikasi bagi Kehidupan Sosial Menjadikan masyarakat sangat bergantung kepada pemerintah Memendam konflik semu yang setiap saat bisa menjadi ledakan konflik kepentingan Sejak awal mengakomodasi daya kritis masyarakat Masyarakat mampu menolak jika terjadi tekanan atau eksploitasi dari luar yang tidak menguntungkan mereka

38 PENGERTIAN KOMUNITAS

39 KONSEP “KOMUNITAS” DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI
George Hillery Jr (1955) (94 definitions): A group A process A social system A geographic place A consciousness of kind A totality of attitude A common lifestyle The possession of common ends Local self sufficiency

40 Sebanyak 69 dari 94 definisi: The common elements of area Common ties
Social interaction “a community as people living within a specific area, sharing common ties, and interacting with one another” “The area of community” Politically ? Economically ? Psychologically ?

41 The basis of common ties
The basis of common ties ? = The amount and quality of social interaction “a community can encompass many different kinds of human organizations” Empat komponen utama “komunitas”: People Place or territory Social interaction Psychological identification

42 A community (Christenson & Robinson Jr, 1989):
“people the live within a geographically bounded are who are involved in social interaction and have one or more psychological ties with each other an with the place in which they live”

43 “Komunitas” “warga setempat (community) yang dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman perhatian bersama yang mempunyai kebutuhan bersama” Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu berdasarkan lokalitas, perasaan sewarga, dan solidaritas.

44 Community (R.E. Park, 1952) “A community is not only a collection of people, but it is a collection of institutions. Not people, but institutions, are final and decisive in distinguishing the community from other social constellations”

45 Komunitas (Community) Masyarakat (Society) Kecil Besar Homogen Heterogen Kultural Struktural Solidaritas mekanik Solidaritas Organik Partisipatif-efektif Produktivitas-efisiensi Relatif otonom Dependent

46 Ilmuwan “Komunitas” “Masyarakat” F. Tonnies (1887) gemeinschaft gesselschaft E. Durkhem (1893) Mechanic solidarity Organic solidarity R. Redfield (1955) Distinctiveness; smallness; homogenity; self sufficiency J.V. Baldride (1986) Sekelompok orang; kebudayaan bersama; geografis tertentu; mengandung institusi & organisasi sosial J. Ife (1995) Organisasi sosial: human scale; identity & belonging; obligations, culture; gemeinschaft Tjondronegoro Gejala organisasi (sodality) Organisasi

47 CIRI-CIRI “KOMUNITAS”
The essential characteristics of a community (Park, 1936): A population territorially organized More or less completely rooted in the soil it occupies Its individual units living in a relationship of mutual interdependence

48 Suatu komunitas pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu.
Komunitas yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Secara garis besar, komunitas berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu

49 TIPE-TIPE “KOMUNITAS”
Berdasarkan ciri-ciri masyarakat agraris terdapat tipologi komunitas agraris, yang secara garis besar dapat dibedakan atas: (1) Komunitas nelayan (pantai dan pesisir); (2) Komunitas petani sawah (dataran rendah); dan (3) Komunitas petani peladang atau lahan kering (dataran tinggi).

50 “Community” Local Society Struktur dan Kultur Local Ecology
Pola adaptasi ekologi Collective Action Aksi bersama (kelembagaan)

51 Terima Kasih


Download ppt "KOORDINATOR MATAKULIAH"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google