Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

STROKE FTC 2 DIII.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "STROKE FTC 2 DIII."— Transcript presentasi:

1 STROKE FTC 2 DIII

2 Pengertian Stroke : Lesi Vaskuler Di Otak
GPDO CVA CVD

3 Vaskularisasi Otak Sistem Karotis Sinistra dan Dextra - Masuk Cavum Cranii Carotis Interna  Carotis Cerebre Media Sistem Vertebra Basilaris Sistem Vaskularisasi Yang Terganggu Menentukan Topis Lesi

4 Menurut Penyebab Stroke dibagi :
Stroke Hemoragik a. Intra cerebral hemoragik (ICH) OK : Hypertensi, Aneurysma dan arterioveneus Malformasi (AVM) b. Sub Arachnoid Hemoragik (SAH)  diagnosis medis : CT brain scan Stroke Non Hemoragik (Iskemik) OK : Arteriosklerosis & sering dikaitkan dengan : DM, Hypercolesterolemia, Asam urat, hyperagregasi trombosit Emboli  Sumber dari tronkus di arteria carotis communis di jantung  Lepas  trombus embolus  otak.

5

6

7

8

9 Secara Klinis Infark Di Otak
TIA (Trenssient Ischemic Attack)  Gejala dan tanda hilang dalam waktu beberapa detik sampai dengan 24 jam. Difisit neurologis dapat berupa hemiparise, monoparise, gangguan penglihatan, sulit bicara. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit )  Tanda dan gejala hilang dalam beberapa hari dampa dengan minggu. Stroke in evolution atau progressive Stroke  defisit neurologis bersifat fluktuatif, progresif kearah jelek, biasanya disertai penyakit penyerta (DM, Gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi ginjal, dll) Completed Stroke (Stroke Komplit)  Defisit neurologis bersifat permanen

10 1 3 2 PATOLOGI Zona Oedematosa  6 hari – 10 hari
Zona Degenerasi  6 – 8 bulan Zona Nekratik  > 8 bulan Zona Oedematosa Zona Degenerasi Zona Nekrotik Placcid 1 – 2 minggu Recovery 6 – 8 bulan Residual lebih 6 bulan / permanen tahunan Neurological Improvement Area Degenerasi (Bersifat iriversibel permanen = Zona nekratik) Disebut area umbra 2. Area degenerasi riversibel (area penumbra = Zona degenerasi) 3. Area Oedematosa (Bersifat riversibel = Zona Oedematosa) 3 1 2

11 GEJALA DAN TANDA Tergantung pada : Topis Lesi
Derajat lesi (Luas Infark) Gangguan Motoris  Abnomelitas Tonus (Placcid atau Spastik)  Parese/plegia (mono/ hemi) Topis Lesi & Lenticulo Striata  Hemiplegia/ hemiparese typica nn. Cranial VII & XII

12 2. Gangguan Sensoris Hemidisesthesia Hemikinesthesia
Pada kondisi tertentu kelainan sensoris terjadi tanpa kelainan motoris Contoh : Pada gambaran angiografi terjadi : Obstruksi dan penyempitan lumen a. Carotis communis a. Cerebre Media kiri didaerah siphon di basis cranii terjadi keluhan hemiastesia sisi dextra tanpa adanya parese. 3) Central Pain ( Lesi pda kortex sensoris)

13 3. Gangguan Saraf Otonom dan Fungsi Luhur
Gangguan vasomotor (vasokontruksi, vasodilatasi pembuluh darah) Gangguan aktivasi kelenjar sudorivera ( keringat berlebihan) Fungsi luhur (aphasia motoris dan sensoris) Gangguan lain yang berkaitan dengan fungsi kognitif dan memori serta fungsi psikiatrik dan emosi. Karakteristik gangguan tersebut diatas tergantung topis lesi dan derajat lesi

14 DIAGNOSIS MEDIS Computerized Tomography Scanning (CT scan)
1) Infark  lesi hipodens (lesi dengan densitas rendah) tampak lebih hitam dibanding jaringan otak disekitarnya. 2) Perdarahan  Lesi hiperdens (lesi dengan densitas tinggi) tampak lebih putih dibanding jaringan otak disekitarnya. MRI & MRA ( Magnetic Resonance Imaging & Magnetic Resonace Angiography) untuk mengetahui topis kebocoran pembuluh darah di otak PET Scan ( Positron Emision Tomography Scan)

15 PROBLEMATIK FISIOTERAPI
Impairment 1. Abnormalitas Tonus ( Placcid Dan Spastis ) dengan segala akibatnya 2. Koordinasi dan keseimbangan. 3. Hilangnya mekanisme reflex postural normal 4. Kelainan sensomotoris lain akibat komplikasi yang timbul akibat lamanya masa perawatan tirah baring dan derajat lesi serta topis lesi : Pain, stiffness, kontraktur, kelainan pembuluh darah vena (DVT), ortostatik hipotensi dan gangguan reflex primitif, dll. Catatan : peran fisioterapi dalam intervensinya menggunakan pendekatan kajian problematik.

16 B. Gangguan atau keterbatasan aktivitas
Aktivitas duduk, berdiri, berjalan, dan aktivitas fungsional pasien dalam kegiatan sehari hari C. Keterbatasan Pada Partisipasi Dalam : 1. Pekerjaan 2. Hobi 3. Pendidikan dan bermasyarakat

17 TONUS OTOT Extrafusal SERABUT OTOT Intrafusal Muscle Spindle
Adalah sejumlah kontraksi otot yang selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot itu sendiri Yang bertanggung jawab terhadap tonus otot ini adalah : MUSCLE SPINDLE (kerucut otot) SERABUT OTOT Extrafusal Intrafusal Muscle Spindle

18

19

20 Inervasi Otot Aferen Eferen
1. Serat Ia : - Nuclear Bag  Sensitive terhadap perubahan panjang otot (annulospiral ending) 2. Serat Ib : GTO - Sensitive terhadap pemendekan otot 3. Serat II : - Nuclear Chain  Sensitive terhadap perubahan panjang otot (flower spray ending) Eferen 1. Alpha motor neuron – Extrafusal fibres – Mengontrol tonus otot 2. Gamma motor neuron – intrafusal fibres – Mengontrol sensitifitas Muscle spindle

21 SPASTISITAS Meningkatkan Tonus Otot Akibat Terjadinya Hipereksitabilitas Dari Alfa-Motorneuron Elemen pokok : “Velocity-dependent increase in tonic reflexes” Penyebab : Lesi UMN

22 Karakteristik Spastisitas
Tahanan meningkat terhadap gerakan pasif Deep Tendon Reflexes meningkat Bila berat menimbulkan “Clonus”

23 Untung dan Rugi Akibat Spastisitas
Efek braching/splinting Membantu posisi tegak/lurus Mencegah/menghambat osteoporosis Mobilitas turun Nyeri ROM sendi turun Posisi Terganggu Dekubitus Fungsi Menurun Kosmetik jelek Beban perawatan Biaya

24 Faktor – Faktor Pencetus
Infeksi saluran kencing Konstipasi Dekubitus Stimulus noksius/nyeri Terlalu lama tidur /duduk, kateter bantu, batu KK, “ingrowingnails”, Gastritis/Dismenorea Gangguan psikologis/emosi

25 Kapan Spastisitas harus Diterapi ?
Bila terjadi difus Bila timbul gangguan fungsional Timbul gangguan posisi Perawatan penderita menjadi sukar Kenyamanan penderita terganggu

26 Pengaruh Tonus (spastisitas) terhadap keseimbangan (couter balance counter activity)

27

28

29

30 Spastisitas dapat menyebabkan : Pola spastik Pola sinergis
Reaksi asosiasi Munculnya beberapa reflek primitif Hiperrefleksia pada tendon tertentu dan klonus Kesemuanya mengakibatkan hilangnya mekanisme refleks postural normal ( tingkat : spinal, tonic, basal, dan kortikal )


Download ppt "STROKE FTC 2 DIII."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google