Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Teori-Teori Etika Code of Conduct Fella Distiara

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Teori-Teori Etika Code of Conduct Fella Distiara"— Transcript presentasi:

1 Teori-Teori Etika Code of Conduct Fella Distiara 8335116619
M. Izzan Mursyidan

2 Teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan (Suriasumantri, 2000). Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Berbagai teori etika muncul karena adanya perbedaan perspektif dan penafsiran tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup umat manusia. Sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalka, apalagi untuk mengontrol suatu tindakan atau perilaku.

3 Teori Etika Teonom Peschke S.V.D (2003) mengungkapkan keterbatasan akan teori-teori yang telah ada, dimana mereka tidak mengakui adanya kekuatan tak terbatas yaitu kekuatan Tuhan yang ada dibelakang semua hakikat keberadaan alam semesta ini. Oleh karena itu mereka keliru menafsirkan tujuan hidup manusia bukan hanya untuk memperoleh kebahagiaan yang bersifat duniawi saja. Teori etika otonom merupakan salah satu teori yang dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah.

4 Ada empat persamaan fundamental filsafat etika semua agama, yaitu:
Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan tertinggi selain tujuan hidup di dunia. Semua mengakui adanya eksistensi nonduniawi yang menjadi tujuan akhir umat manusia. Semua agama mengakui adanya Tuhan dan semua agama mengakui adanya kekuatan tak terbatas yang mengatur alam semesta ini. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi juga sebagi salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir umat manusia. Semua agama memiliki ajaran moral yang bersumber dari kitab suci masing-masing.

5 Egoisme Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest). Perbedaan egoisme psikologis dengan egoisme etis adalah pada akibatnya terhadap orang lain.

6 Pokok-pokok pandangan egoisme etis
Egoisme etis tidak mangatakan bahwa orang harus membela kepentingan sendiri maupun kepentingan orang lain. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri. Menurut paham Egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri. Inti dari paham Egoisme etis adalah bahwa jika ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar, yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu menguntungkan diri sendiri.

7 Teleologi: Utilitarianisme dan Konsekuensialisme –Analisis Dampak
Teleologi berasal dari kata Yunani telos, yang berarti akhir, konsekuensi, hasil; sehingga, teori-teori teleologi yang mempelajari etika perilaku dalam hal akibat atau konsekuensi dari keputusan etis. Teleologi cocok untuk banyak pelaku bisnis yang berorientasi hasil karena berfokus pada dampak dari pengambilan keputusan. Etikalitas dari pembuat keputusan dan keputusan tersebut telah ditetapkan berdasarkan nilai komparatif non-etika dari suatu tindakan atau konsekuensi. Jika keputusan mendatangkan hasil positif, maka keputusan dikatakan benar secara etika dan begitu pula sebaliknya.

8 Utilitarianisme Bentham dan J.S. Mill
“Kredo yang diterima seperti landasan moral, utilitas, atau Prinsip Kebahagiaan Terbesar (greatest Happines Principle), menyatakan bahwa tindakan merupakan hal yang benar sesuai proporsinya jika cenderung untuk meningkatkan kebahagiaan, salah jika tindakan tersebut cenderung menghasilkan kebalikan dari kebahagiaan.” Aspek kunci utilitarianisme diantaranya: Etikalitas dinilai berdasarkan konsekuensi non-etika. Keputusan etis harus berorientasi pada peningkatan kebahagiaan dan/atau mengurangi rasa sakit, di mana kebahagiaan dan rasa sakit berhubungan dengan seluruh masyarakat dan bukan hanya untuk kebahagiaan atau rasa sakit pribadi pembuat keputusan. Para pengambil keputusan etis harus tidak memihak dan tidak memberi beban ekstra terhadap perasaan pribadi ketika menghitung keseluruhan kemungkinan bersih konsekuensi dari sebuah keputusan.

9 Undang- Undang dan Peraturan Utilitarianisme
Undang-Undang Utilitarianisme menganggap sebuah tindakan baik atau benar secara etika jika tindakan tersebut mungkin menghasilkan keseimbangan kebaikan yang lebih besar atas kejahatan dan menghindari aturan yang mungkin akan menghasilkan sebaliknya. Peraturan Utilitarianisme mengakui bahwa pengambilan keputusan oleh manusia sering dipandu oleh aturan-aturan yang cenderung menghasilkan lebih besar kesenangan daripada rasa sakit untuk sejumlah besar orang yang mungkin akan terpengaruh oleh tindakan.

10 Sarana dan Tujuan Akhir
Bagi para utilitarian, tujuan akhir tidak pernah membenarkan sarana. Sebaliknya, agen moral harus mempertimbangkan konsekuensi sebuah keputusan dalam menciptakan kebahagiaan atau dalam hal peraturan bahwa jika diikuti mungkin akan menghasilkan kebahagiaan yang paling banyak untuk semua. Utilitarianisme menggunakan standar yang sederhana yaitu sasaran etika perilaku adalah untuk mempromosikan kebahagiaan. Hal ini juga melihat ke depan; berkonsentrasi pada kebahagiaan masa depan mereka yang akan terpengaruh oleh keputusan. Teori ini sangat luas, tidak mementingkan diri sendiri, dan alternatif etika yang terbaik adalah yang memberikan kesenangan terbesar bagi semua pihak.

11 Kelemahan dalam Utilitarianisme
Utilitarianisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti kebahagiaan, utilitas, kesenangan, sakit, dan penderitaan bisa diukur. Distribusi dan intensitas dari kebahagiaan. Ruang lingkup. Mengabaikan motivasi dan berfokus hanya pada konsekuensi

12 Etika Deontologi – Motivasi untuk Perilaku
Deontologi berasal dari kata Yunani deon yang artinya tugas atau kewajiban. Deontologi berkaitan dengan tugas etika dan tanggung jawab seseorang dan mengevaluasi etikalitas perilaku berdasarkan motivasi pembuat keputusan. Immanuel Kant ( ) memberikan martikulasi yang jelas dari teori ini dalam risalahnya Groundwork of the Metaphysics of Moral. Bagi Kant, satu-satunya baik yang tanpa pengecualian hanyalah iktikad baik, iktikad untuk mengikuti alasan apa yang menentukan tanpa memedulikan konsekuensiinya pada diri sendiri.

13 Imperatif Kategoris (Categorical Imperative)
Hukum memerlukan suatu kewajiban dan ini berarti bahwa hukum etika memerlukan suatu kewajiban etika. Suatu tindakan benar secara etika jika dan hanya jika pepatah tersebut dapat diuniversalkan secara konsisten. Imperatif Praktis Hukum memiliki aplikasi universal dan hukum moral berlaku untuk semua orang tanpa membedakan. Hal ini berarti bahwa setiap orang harus diberlakukan sama di bawah hukum moral

14 Kelemahan dalam Deontologi
Imperatif kategoris tidak memberikan panduan yang jelas untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah jika dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan hany a satu yang dapat diikuti. Imperatif kategoris menetapkan standar yang sangat tinggi. Konsekuensi menjadi tidak relevan.

15 Keadilan dan Kewajaran – Memeriksa Saldo
Filsuf Inggris David Hume ( ) berpendapat bahwa kebutuhan akan keadilan terjadi karena dua alasan: orang tidak selalu bermanfaat dan terdapat sumber daya yang langka. Keadilan prosedural berfokus pada bagaimana keadilan diberikan. Aspek utama dari sistem hukum yang adil adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan.

16 Keadilan Distributif Kriteria utama untuk menentukan distribusi yang adil yaitu: Kebutuhan Kesetaraan aritmatika Prestasi

17 Keadilan sebagai Kewajaran
John Rawls ( ) mengembangkan teori keadilan sebagai kesetaraan, The Theory of Justice, ia menyajikan sebuah argument didasarkan pada posisi klasik kepentingan pribadi dan kemandirian. Rawls berpendapat bahwa pada keadaan awal hipotesis orang akan menyetujui dua prinsip, yaitu bahwa harus ada kesetaraan dalam pengalihan hak-hak dasar dan kewajiban serta bahwa kesetaraan sosial dan ekonomi harus bermanfaat bagi anggota masyarakat termiskin (Prinsip perbedaan – Difference Principle) dan bahwa akses ke ketidaksetaraan ini harus terbuka unutk semua orang (fair equality of opportunity).

18 Etika Kebajikan Kebajikan adalah karakter dari jiwa yang ditunjukkan hanya dalam tindakan sukarela, yaitu, dalam tindakan-tindakan yang dipilih secara bebas setelah musyawarah. Aristoteles berpendapat bahwa kebajikan adalah golden mean, yaitu jalan di antara posisi ekstrem yang akan bervariasi bergantung pada keadaan. Etika moralitas berfokus pada karakter moral dari pembuat keputusan daripada konsekuensi tindakan (utilitarianisme) atau motivasi dari pembuat keputusan (dentologi).

19 Kelemahan Etika Kebajikan
Ada dua masalah yang berkaitan dengan etika kebajikan. Apa saja kebajikan yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis, dan bagaimana kebajikan ditunjukkan dalam tempat kerja? Tidak dapat menyusun daftar panjang dari kebajikan. Kebajikan mungkin hanya terjadi pada satu waktu tertentu.

20 Imajinasi Moral Para manajer harus menggunakan imajinasi moral mereka untuk menentukan alternative etika yang sama-sama menguntungkan. Artinya, keputusan haruslah berdampak baik untuk individu, baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat.

21 Contoh Kasus Pos Indonesia Enggan Kerjasama dengan Banyak Bank
Dalam kerjasama dengan pihak perbankan, PT Pos Indonesia memilih tidak ingin bekerjasama dengan banyak bank. Direktur Utama PT Pos Indonesia Budi Setiawan mengatakan, untuk channeling, perseroan mengaku perseroan lebih senang bekerjasama secara optimal dengan satu bank saja. Budi menjelaskan dalam kerjasama dengan perbankan, perseroan mempertimbangkan target pasar yang disasar kedua belah pihak. Ini agar kedua belah pihak dapat bersama-sama mengembangkan segmen pasar tersebut. "Kami kerjasama dengan bank itu lebih ke market yang mau disasar. Market PT Pos hanya C dan D ke bawah. A dan B tidak, sehingga kita hanya bekerjasama dengan satu bank yang segmennya hampir sama dengan kita," kata Budi di Jakarta, Kamis (20/2/2014). Lebih lanjut Budi menjelaskan, Pos Indonesia tak mau bekerjasama dengan banyak bank. Dengan bekerjasama hanya dengan satu bank, pekerjaan dan pelayanan dapat lebih efektif dan optimal. "Tidak mau kerjasama dengan banyak bank. Toh market-nya juga sama Lebih baik satu tapi maksimal. Kalau kebanyakan nanti takut kanibalisme. Dengan satu bank, kita bisa sama-sama mengembangkan market dan apa yang bisa dioptimalkan layanan nasabah," jelasnya. Budi mengungkapkan, channeling merupakan salah satu pos perseroan dalam sektor jasa keuangan. Selain itu, layanan jasa keuangan Pos Indonesia meliputi Pos Pay yang melayani pembayaran tagihan seperti listrik, air, kredit pembiayaan dan sejenis, transfer uang dan remitansi, dan distribusi keuangan seperti misalnya dana pensiun. "Untuk bank channeling kami kerjasama dengan BTN. Salah satunya untuk menyalurkan kredit dan produk tabungan," jelas Budi. (diakses hari Rabu, 26 Februari 2014)

22 PERTANYAAN Asni: apakah seorang ateis tidak eksis dalam teori teonom? Bisakah menjelaskan secara konkret hal-hal yg berkaitan dengan etika? Netty: sebenarnya teori tsb ada di bagian yg mana dalam proses pengambilan keputusan? Bagaimana menggunakan teori tsb untuk menentukan keputusan terbaik?


Download ppt "Teori-Teori Etika Code of Conduct Fella Distiara"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google