Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Musik Krumpyung Seperti sudah garis nasib, yang namanya seni musik tradisional cenderung makin menipis peminatnya. Musik krumpyung yang mengandalkan instrumen.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Musik Krumpyung Seperti sudah garis nasib, yang namanya seni musik tradisional cenderung makin menipis peminatnya. Musik krumpyung yang mengandalkan instrumen."— Transcript presentasi:

1 Musik Krumpyung Seperti sudah garis nasib, yang namanya seni musik tradisional cenderung makin menipis peminatnya. Musik krumpyung yang mengandalkan instrumen musik dari bambu salah satunya. Apakah ia juga akan kian tenggelam ketika tak lagi sanggup merevitalisasi diri di zaman ini? Krumpyung adalah seni musik tradisional Kulon Progo, DIY. Seni musik ini dimainkan dengan iringan alat musik yang semuanya terbuat dari bambu. Biasanya, lagu-lagu yang dibawakan adalah Langgam Jawa, Uyon-uyon, dan Campursari. Keunikan Krumpyung adalah nada yang digunakan merupakan Laras Slendro dan Pelog yang menyerupai gamelan Jawa, hanya saja, dalam kesenian Krumpyung, gong dibunyikan dengan cara ditiup dan dipukul. Kesenian Krumpyung ini terdapat di dusun Tegiri, desa Hargowilis, kecamatan Kokap. Instrumen krumpyung itu merupakan penghasil melodi utama. Bentuknya berupa sejumlah angklung yang digantung pada kerangka bambu dan disusun berderet sesuai urutan nadanya, yaitu untuk tangga nada pentatonik dan tangga nada diatonik. Mungkin karena peranannya yang menonjol dan jika ditenteng bunyinya pating krumpyung di telinga, sehingga orang Jawa seperangkat instrumen musik dari bambu ini disebut Krumpyung. Mengalun dengan nada lembut, sepintas musik krumpyung dimainkan dengan instrumen gamelan. Namun setelah disimak baik-baik, gendhing itu bukan mengalun dari sebuah perangkat gamelan. Melainkan seperangkat instrumen musik yang terbuat dari bambu. Instrumen musik krumpyung terdiri daridemung, saron, peking, bonang, gambang, kempul (”gong” kecil), gong sebul (tiup), dan gendang. Semua terbuat dari bahan dasar bambu. Meski namanya sama dengan unsur-unsur gamelan Jawa, pada umumnya bentuk alat-alat musik dari bambu ini, sama sekali tidak seperti bentuk instrumen gamelan. Yang jelas, efek bunyi masing-masing alat itu dibuat mendekati dan disesuaikan dengan bunyi tangga nada setiap instrumen gamelan yang terbuat dari perunggu. Dulu, pertunjukan musik krumpyung sering ditampilkan dalam acara-acara seperti hajatan perkawinan, khitanan, atau berbagai perayaan adat lainnya. Juga untuk mengiringi tari Tayub. Di zaman pendudukan Jepang, musik itu sempat menghilang. Baru pada tahun 1973 muncul lagi dengan dibuatnya alat musik ini oleh Sumitro (salah satu warga masyarakat Kulon Progo). Bahkan pada tahun itu juga pergelaran musik krumpyung sempat dipentaskan di hadapan para tamu peserta Konferensi UNESCO yang diselenggarakan di Surakarta, 19 Desember. Walaupun kini sudah semakin jarang, masih ada sebagian masyarakat penggemarnya yang memanfaatkan musik krumpyung sebagai musik pengiring pertunjukan kesenian tradisional Jawa, khususnya di pedesaan. Misalnya, mengiringi tari encling, sandiwara tradisional ketoprak, atau gendhing-gendhing karawitan. Karena menggunakan laras gamelan Jawa, dengan sendirinya ada perangkat alat musik krumpyung yang berlaras pelog dan slendro. Meski tidak tepat benar, pelog dan slendro itu ibarat major dan minor dalam musik diatonik. Dengan begitu semua gendhing Jawa dapat diiringi dengan instrumen musik ini. Dalam Festival Gamelan Internasional yang diselenggarakan beberapa waktu lalu, musik krumpyung ikut dipentaskan dalam even bertaraf internasional itu. Sebelumnya, pemusik Indonesia dan Prancis pernah berkolaborasi memanfaatkan musik krumpyung untuk penyusunan komposisi musik kontemporer. Itu berarti musik krumpyung sedikit banyak sudah dikenal dimancanegara. Sejumlah orang yang antara lain datang dari Australia dan negara-negara di Eropa pun pernah belajar musik krumpyung pada Sumitro. Beberapa setel perangkat musik ini juga pernah dibuat Sumitro untuk memenuhi permintaan pesanan dari luar negeri. Selain yang berbasis tangga nada pentatonik, Sumitro juga bisa membuat alat musik dari bambu bertangga nada diatonik, yang dapat digunakan untuk mengiringi atau memainkan lagu-lagu kontemporer. Yang bertangga nada diatonik itu antara lain angklung, calung, atau gambang. Kesanggupan Sumitro tidak hanya berhenti di situ. Ia juga melahirkan kreasi-kreasi lain, umpamanya saja “musik taman”. Dinamai begitu karena instrumen musik ini biasanya ditaruh di suatu sudut taman. Musik ini dihasilkan oleh instrumen yang digerakkan dengan air. Bahkan si pemesan dapat meminta dibuatkan alat musik yang memainkan lagu tertentu sesuai seleranya. Pesanan “musik taman” semacam ini pernah datang dari Belanda. Selain yang digerakkan dengan air, Sumitro juga membuat alat musik taman yang digerakkan oleh tiupan angin. Kini sudah ada dua perusahaan ekspor, berkedudukan di Yogyakarta dan Bali, yang menampung produk-produk sanggar bambu milik Sumitro untuk dipasarkan ke luar negeri. Musik krumpyung sebenarnya menyimpan daya tarik. Akan tetapi, sayangnya, saat ini penggemarnya hanya dari kalangan tertentu. Itu pun terbatas jumlahnya. Kalangan anak muda kurang menyukai. Mereka lebih gandrung pada musik-musik masa kini, misalnya pop, dangdut, atau campursari. Mampukah musik krumpyung bertahan di tengah arus deras globalisasi yang dahsyat ini?


Download ppt "Musik Krumpyung Seperti sudah garis nasib, yang namanya seni musik tradisional cenderung makin menipis peminatnya. Musik krumpyung yang mengandalkan instrumen."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google