Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

“Analisa Proksimat Batubara”

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "“Analisa Proksimat Batubara”"— Transcript presentasi:

1 “Analisa Proksimat Batubara”

2 OMBILIN ITU MERUPAKAN CEKUNGAN ATAU SUB-CEKUNGAN
Cekungan Ombilin berada di antara tinggi Sumatra Barat, Merupakan cekungan antar gunung (Intra-Montana) yang terbentuk sebagai pematahan blok yang terjadi pada akhir kapur dalam zona sesar Sumatra. Cekungan ombilin diklasifikasikan sebagai cekungan intra-montana (Koesoemadinata, dkk, 1978). Disisi Barat, cekungan melandai berbatasan dengan bidang sesar normal daripada basement yang disusun oleh batuan pra-Tersier dan diterobos oleh intrusi batuan granitis. Sedangkan disisi timur, cekungan berbatasan dengan sesar naik mengabitkan batuan basement menindih dan melipat batuan sedimen tersier. Cekungan ombilin menurut struktur geologi terbentuk oleh aktivitas sesar menganan utara-selatan selama Paleogen. Kesimpulan : Ombilin itu merupakan cekungan didasarkan bahwa pusat cekungan ini terletak di bagian baratlaut yang ditunjukkan oleh sesar melintang dan mengontrol pemunculan gunung api melintang. Gunung api melintang kurang aktif dibandingkan dengan gunung api merapi dan gunung api talang. Hal ini disebabkan oleh sesar melintang sudah tidak aktif sejak neogen, sedangkan gunung api merapi dan talang dikontrol oleh sesar Sumatra yang aktif sampai sekarang dan bisa juga dilihat ombilin ini dikategorikan cekungan memenuhi syarat yaitu dikelilingi oeh gunung atau pegunungan.

3 SUHU KOTA SAWAHLONTO Kota Sawahlunto terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan dan memiliki luas 273,45 km². Dari luas tersebut, lebih dari 26,5% atau sekitar 72,47 km² merupakan kawasan perbukitan yang ditutupi hutan lindung. Penggunaan tanah yang dominan di kota ini adalah perkebunan sekitar 34%, dan danau yang terbentuk dari bekas galian tambang batu bara sekitar 0,2%. Seperti daerah lainnya di Sumatera Barat, kota Sawahlunto mempunyai iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 22,5 °C dan maksimum 27,5 °C. Sepanjang tahun terdapat dua musim, yaitu musim hujan dari bulan November sampai Juni dan musim kemarau dari bulan Juli sampai Oktober. Tingkat curah hujan kota Sawahlunto mencapai rata-rata 1.071,6 mm per tahun dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember.

4 Perbedaan basin dan sub-basin
Basin (Cekungan) adalah adalah bentuk muka bumi yang mencekung seperti mangkok, umumnya dikelilingi oleh gunung atau pegunungan. Subbasin (Sub-cekungan) adalah salah satu struktur geologi yang berbentuk cekungan yang terbentuk di dalam cekungan yang lebih besar.

5 BESAR UKURAN BASIN YANG DI KALIMATAN DENGAN SUMATERA
Menurut hasil diskusi : Lebih besar cekungan sumatera yang didasari bahwa cekungan sumatera itu terbagi akibat dibatasi oleh bukit barisan dari sepanjang utara sampai selatan dan dari tatanan tektoniknya sumatera lebih kompleks sehingga pengaruh terhadap kondisi cekungan itu jadi memberikan perbedaan dimensi yang cukup besar daripada cekungan kalimantan yang tidak dibatasi oleh ketinggian dan tatanan tektoniknya yang lebih stabil sehingga terbentukanya secara alami jadi hanya akibat pembebanan.

6 ANALISA PROKSIMAT BATUBARA
HASIL DISKUSI KAMI : Analisa Proksimat Batubara adalah analisa yang dilakukan pada batubara untuk mengetahui kandungan unsur minor diluar unsur utama batubara. Analisa Proksimat Batubara ini bertujuan untuk mengetahui penempatan kegunaan batubara berdasarkan kualitasnya. SUMBER ONLINE : Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat) ). Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari senyawa- senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineral-mineral lainnya Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen.Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara.

7 FIXED CARBON Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam material sisa setelah volatile matter dihilangkan. FC ini mewakili sisa penguraian dari komponen organik batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang, hidrogen dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimiawi. Kandungn FC digunakan sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada waktu dikarbonisasikan, atau sebagai suatu ukuran material padat yang dapat dibakar di dalam peralatan pembakaran batubara setelah fraksi zat mudah menguap dihilangkan. Apabila ash atau zat mineral telah dikoreksi, maka kandungan FC dapat dipakai sebagai indeks rank batubara dan parameter untuk mengklasifikasikan batubara.

8 MOISTURE MEMYEBABKAN KOROSI
DASAR I : Moisture (air) ada dalam batubara sebagai inherent moisture, surface atau free moisture, air terikat di Volatile Matter dan dekomposisi moisture, moisture juga bersifat lembab dan korosif. DASAR II : Sulfur ada dalam batubara sebagai sulfur organik dan sulfur anorganik (pirit dan sulfat). Sulfur dikonversikan menjadi sulfur oksida selama proses pembakaran yang dapat menyebabkan korosi dan kerak pada peralatan. JAWABAN : Air (Moisture) yang bersifat mudah melarutkan zat lain, terikat dengan Volatile Matter yang didalamnya ada zat belerang yang sama-sama memiliki sifat korosi.

9 Hidrologi Air Asam Tambang
Pencegahan terjadinya air asam tambang dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor pembentuk air asam tambang, seperti mineral- mineral sulfida. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah air asam tambang : 1. Hidrologi Pergerakan terhadap air di atas atau yang melewati daerah timbunan merupakan faktor yang menentukan dalam upaya pencegahan dan pegendalian air asam tambang. Pada umumnya prioritas dan hantaran hidrolik (konduktivitas hidrolik) material pada daerah timbunan lebih besar dari pada batuan pada tanah penutup sebelum digali. Selain itu juga akibat penggalian juga akan mengubah pola dan kecepatan aliran. 2. Pelapisan dan Penutupan Pelapisan dan penutupan bertujuan untuk mencegah masuknya air ke dalam timbunan. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pelapis atau penutup adalah material liat atau bahan sintetik.

10 a. Material Liat Jenis material liat yang efektif sbagai pelapis adalah bentinit, karena material ini memiliki sifat mengembang dan melapisi/menutup. Akan tetapi bentonit mempunyai kecenderungan retak pada musim kemarau. Pelapis liat ditempatkan pada material sulfida kemudian dipadatkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah terjadinya infiltrasi air ke dalam timbunan. Oleh karena itu pemadatannya harus benar-benar diperhatikan dan rata, agar tidak terjadi pengumpulan air pada suatu tempat. Upaya stabilitas lapisan lapisan pada timbunan dari erosi dan longsor dilakukan dengan memperhatikan kemungkinan penetrasi akar tanaman yang ditanam. b. Bahan Sintetik Dengan bahan sintetik harga dan biaya pemasangannya mahal serta rentan terhadap pelapukan kimia. Pada umumnya digunakan untuk pelapisan kegiatan tambang dalam (underground). Keuntungan dari bahan sintetik ini adalah dapat mencegah terjadinya infiltrasi (impermeable). Bahan sintetik yang biasa digunakan adalah aspal, tar, semen, plastik film dan geotekstil.

11 Tiga (3) langkah untuk mengurangi oksigen dalam timbunan adalah :
3. Kandungan Oksigen Pemakaian nitrogen, metana atau karbon sebagai gas penyelimut dapat mengurangi terjadinya air asam tambang, tetapi air asam tambang masih dapat terjadi akibat adanya oksigen terlarut dalam air. Penempatan material tanah di atas material sulfida tidak seluruhnya dapat mencegah difusi oksigen. Akan tetapi tingkat ketebalan dan kepadatan permukaan secara efektif dapat mengurangi jumlah dan laju masuknya oksigen. Pelapisan material sulfida denagn lapisan pengkonsumsi oksigen (tanah pucuk yang mengandung mikro organisme yang aktif) merupakan strategi yang baik untuk mengurangi kandungan oksigen. Tiga (3) langkah untuk mengurangi oksigen dalam timbunan adalah : 1. Material timbunan harus dikubur dan dilapisi dengan tanah pucuk sesegaera mungkin. 2. Material timbunan harus dipadatkan selama konstruksinya, terutama pada saat penempatan material sulfida. 3. Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian luar adalah sangat penting dalam mengurangi oksigen dan konveksi udara ke dalam timbunan.

12 4. Bakterisida Surfaktan anion, asam organik alam pengawet makanan sudah umum digunakan sebagai senyawa anti bakterial. Surfaktan bekerja dengan pelepasan ion hidrogen ke dalam membran sel bakteri sehingga menyebabkan kerusakan sel dan matinya bakteri. Salah satu jenis surfaktan sodium laurit sulfat (SLS) mampu mengurangi terbentuknya air asam tambang  60 % - 90 % dalam percobaan lapangan pada timbunan batubara buangan (coal refusi). Kebanyakan dari surfaktan anionik bersifat sangat mudah larut.


Download ppt "“Analisa Proksimat Batubara”"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google