Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KARAKTERISTIK SISWA ANAK USIA DINI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KARAKTERISTIK SISWA ANAK USIA DINI"— Transcript presentasi:

1 KARAKTERISTIK SISWA ANAK USIA DINI
Oleh: Dr. Nanik Yuliati, M.Pd.

2 TUJUAN Memahami tahap-tahap perkembaangan siswa sehingga dapat menyediakan materi pelajaran dan metode penyampaian yang sesuai dengan karakteristik siswa sesuai dengan tahap perkembangannya

3 Salah satu kompetensi pedagogik yg harus dikuasai guru adalah memahami karakteristik anak didiknya karena dalam proses pembelajarannya terjadi interaksi timbal balik, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa, sehingga tujuan pembelajaran, materi yg disiapkan, dan metode yg dirancang utk menyampaikannya benar-benar sesuai dengan karakteristik siswanya. Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Perkembangan anak merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan karakristik anak.

4 Metode Psikologi Perkembangan
1. Metode Longitudinal, peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yg sama usia dalam waktu yg lama. Misalnya: penelitian Luis Terman yg mengikuti perkembangan sekelompok anak jenius dari masa prasekolah sampai masa dewasa waktu mereka sudah mencapai karier dan kehidupan yg mapan. Perbedaan karakteristik setiap saat diasumsikan sebagai tahap perkembangan.

5 2. Metode cross sectional, peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yg sama. Misalnya: penelitian Ardnold Gessel yg mempelajari ribuan anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mentalnya, pola-pola perkembangan dan kemampuannya, serta perilaku mereka. Perbedaan karakteristik setiap kelompok tsb diasumsikan sebagai tahapan perkembangan

6 Kelebihan masing-masing metode
Metode Longitudinal: Kesimpulan yg diambil lebih meyakinkan karena membandingkan karakteristik anak yg sama pada usia yg berbeda-beda sehingga setiap perbedaan dapat diasumsikan sebagai hasil perkembangan dan pertumbuhan. Metode cross sectional: Proses penelitian tidak memerlukan waktu lama, hasil segera dapat diketahui.

7 Kekurangan masing-masing metode
Metode Longitudinal: Memerlukan waktu sangat lama untuk mendapat hasil yg sempurna. Metode Cross sectional: Peneliti menganalisis perbedaan karakteristik anak-anak yg berbeda sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan, bahwa perbedaan itu semata-mata karena perkembangan.

8 Pendekatan dalam Psikologi Perkembangan: 1
Pendekatan dalam Psikologi Perkembangan: 1. Pendekatan Menyeluruh/global: - Menganalisis seluruh segi perkembangan. - Manusia merupakan kesatuan antara jasmani dan rokhani yg tdk dapat dipisah-pisahkan. - Manusia merupakan individu yg kompleks, terdiri dari banyak aspek, termasuk jasmani, intelektual, emosi, moral, sosial, religi, dsb yg membentuk keunikan pd setiap orang. 2. Pendekatan khusus/spesifik: Yaitu membahas per aspek perkembangan, misalnya aspek fisik saja, aspek intelektual saja, dsb.

9 TEORI PERKEMBANGAN Jean Jacques Rousseau
Menurut Rousseau perkembangan anak terbagi menjadi empat tahap: 1. Masa bayi/infancy (0-2 tahun) Usia 0-2 tahun adalah masa perkembangan fisik. 2. Masa anak/childhood (2-12 tahun) Kemampuan berbicara, berpikir, intelektual, moral, dll sudah mulai berkembang. 3. Masa remaja awal (12-15 tahun) ditandai dg perkembangan pesat intelektual dan kemampuan bernalar. Disebut juga masa bertualang. 4. Masa Remaja/adolescence (15-25 tahun) pada masa ini terjadi perkembangan pesat aspek seksual, sosial, moral, dan nurani.

10 b,. Stanley Hall, membagi masa perkembangan menjadi empat tahap, yaitu: 1. Masa kanak-kanak/infancy (0-4 tahun) Pada usia-usia ini, perkembangan anak disamakan dg binatang, yaitu melata atau berjalan. 2. Masa anak/childhood (4-8 tahun) Masa ini disebut masa pemburu, anak haus akan pemahaman lingkungannya, sehingga akan berburu kemanapun, mempelajari lingkungan sekitarnya. 3. Masa puber/youth (8-12 tahun) Pada masa ini anak tumbuh dan berkembang tetapi sbg makhluk yg belum beradab. Banyak hal yg masih harus dipelajari utk menjadi makhluk yg beradab di lingkungannya, seperti yg berkaitan dg sosial, emosi, moral, intelektual, dsb. 4. Masa remaja/adolescence (12-dewasa) Pada masa ini, anak mestinya sdh menjadi manusia beradab yg dapat menyesuaikan diri dg lingkungan dan dunia yg selalu berubah

11 c. Robert J. Havigurst Havigurst dari univ
c. Robert J. Havigurst Havigurst dari univ. Chicago mulai mengembangkan konsep development task (tugas perkembangan) pada tahun 1940, yg menggabungkan antara dorongan tumbuh/berkembang sesuai dg kecepatan pertumbuhannya dg tantangan dan kesempatan yg diberikan oleh lingkungannya. Lima tahap perkembangan menurut Havigurst, yaitu: 1. Masa bayi/infancy (0-1/2 tahun) 2. Masa anak awal/early childhood (2/3-5/7 tahun) 3. Masa anak/late childhood (5/7-pubesen) 4. Masa adolesensce awal/early adolescence (pubesen-pubertas) 5. Masa adolescence/late adolescence (pubertas-dewasa)

12 10 tugas perkembangan yg harus dikuasai anak pada setiap fase:
Ketergantungan – kemandirian Memberi – menerima kasih sayang Hubungan sosial Perkembangan kata hati Peran biososio dan psikologis Penyesuaian dg perubahan badan Penguasaan perubahan badan dan motorik Memahami dan mengendalikan lingkungan fisik Pengembangan kemampuan konseptual dan sistem simbol Kemampuan melihat hubungan dg alam semesta

13 d. Jean Piaget Empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget: 1
d. Jean Piaget Empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget: 1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) Tahap ini disebut juga masa discriminating dan labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja. 2. Tahap praoperasional (2-4 tahun) Tahap ini disebut juga prakonseptual atau disebut juga dg masa intuitif. Anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas. Kemampuan bahasa mulai berkembang, pemikiran masih statis, belum dapat berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih terbatas.

14 3. Tahap operasional konkrit (7-11 tahun) Tahap ini disebut juga masa performing operation. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi. 4. Tahap operasional formal (11-15 tahun) Tahap ini juga disebut masa proportional thinking. Pasa masa ini anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berpikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah.

15 e. Lawrence Kohlberg Kohlberg lebih berfokus kepada kognitif moral (moral reasoning) yg bisa diukur dg menghadapkannya dg dilemma moral hipotesis yg terkait dg kebenaran, keadilan, konflik terkait aturan dan kewajiban moral. Tiga tahap perkembangan moral kognitif 1. Preconventional moral reasoning: a. Obidience and paunisment orientation,orientasi anak masih pd konsekwensi fisik dari perbuatan benar salahnya, yaitu hukuman dengan kepatuhan b. Naively egoistic orientation, anak berorientas pada instrumen relatif. Kepeduliannya pd keadilan/ketidakadilan bersifat pragmatic, yaitu apakah mendatangkan keuntungan atau tidak.

16 2. Conventional moral reasoning a
2. Conventional moral reasoning a. Good boy orientation, orientasi perbuatan yg baik adalah yg menyenangkan, membantu atau disepakati oleh orang lain. b. Authority and social order maintenance orientation, orientas anak pada aturan dan hukum. 3. Post conventional moral reasoning a. Contranctual legalistic orientation, orientasi anak pd legalitas kontrak sosial. b. Conscience or principle orientation, berorientasi pd prinsip-prinsip etika yg bersifat universal.

17 f. Erick Homburger Erickson Erickson memusatkan kajiannya pada pada perkembangan psikososial anak. Menurut Erickson, dalam perkembangan, anak melewati delapan tahap perkembangan disebut siklus kehidupan (life cycle) yg ditandai dg adanya krisis psikososial tertentu, yaitu: 1. Basic trust vs mistrust (0-1 tahun) 2. Autonomy vs shame and doubt (2-3 tahun) 3. Initiative vs guilt (3-6 tahun) 4. Industry vs inferiority (7-12 tahun) 5. Identity vs role confusion (12-18 tahun) 6. Intimacy vs isolation (2oan) 7. Generativity vs stagnation (20-50 tahun) 8. Ego integrity vs despair (>50 tahun)

18 Terima Kasih Sampai Jumpa


Download ppt "KARAKTERISTIK SISWA ANAK USIA DINI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google