Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Aku Bukan Ayam Seorang petani menemukan sebutir telur di ladangnya. Ukuran telur itu tidak jauh berbeda dengan telur-telur ayam yang dia miliki. Oleh karena.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Aku Bukan Ayam Seorang petani menemukan sebutir telur di ladangnya. Ukuran telur itu tidak jauh berbeda dengan telur-telur ayam yang dia miliki. Oleh karena."— Transcript presentasi:

1 Aku Bukan Ayam Seorang petani menemukan sebutir telur di ladangnya. Ukuran telur itu tidak jauh berbeda dengan telur-telur ayam yang dia miliki. Oleh karena itu, ia pun menggabungkan telur temuannya dengan telur-telur ayam yang sedang dierami induknya. Selang dua puluh satu hari kemudian, beberapa telur ayam mulai menetas. Memasuki hari ke-23 seluruh telur ayam sudah menetas. Suara anak-anak ayam dalam keranjang eraman mulai terdengar riuh. Akan tetapi, mereka belum beranjak turun karena ada satu telur lagi yang belum menetas. Meskipun sang induk ayam tidak tahu apakah itu telurnya atau bukan, namun dengan setia ia tetap mengeraminya. Akhirnya, waktu yang ditunggu si induk ayam pun tiba. Telur yang dierami lebih lama dibandingkan telur-telurnya yang lain itu pun menetas. Dari dalamnya keluar seekor unggas mirip ayam, namun mempunyai warna yang berbeda dengan warna bulu anak ayam lainnya. Bersama dengan enam ekor anak-anaknya, sang induk mulai mencari makan. Lima anak kandung dan satu ‘anak tiri’ dari telur pendatang tadi. Langkah pertama yang dilakukan oleh sang induk adalah dengan mengais-ngais pot bunga dan tanaman si petani untuk mencari anai-anai. Ketika hujan turun, sang induk segera mengajak anak-anaknya untuk lari menyelamatkan diri. Anehnya, si ‘anak tiri’ ayam itu malah keluar dari kepakan sayap induknya dan menikmati hujan. Ketika hari mulai senja, sang induk ayam dan lima anaknya menjadi linglung, bahkan nyaris tidak melihat apa-apa. Kondisi itu pula yang mendorong sang induk untuk mengajak anak-anaknya masuk kandang. Ternyata tidak demikian dengan ‘anak tiri’ tadi, penglihatannya justru masih sangat terang, bahkan ia masih ingin bermain-main di luar kandang. Meski demikian, sang induk tetap melarangnya hingga ia pun menuruti larangan itu dan ikut masuk ke kandang. Pada suatu hari, ketika mereka sedang bermain-main, sang induk berteriak dengan sangat keras dengan muka merah disertai ketakutan yang amat sangat. Sang induk menyuruh anak-anaknya untuk segera masuk ke dalam kepakan sayapnya. Induk ayam itu rupanya melihat seekor burung rajawali sedang terbang mengitari mereka sehingga ia khawatir anak-anaknya akan menjadi mangsa si rajawali. Melihat semua anak ayam masuk ke dalam kepakan sayap induknya, rajawali itu pun bertengger di dahan pohon menunggu saat yang tepat. Siapa tahu beberapa anak ayam keluar dan bisa langsung disambarnya.

2 Namun, tidak demikian dengan ‘anak tiri’ tadi
Namun, tidak demikian dengan ‘anak tiri’ tadi. Sekalipun semuanya sudah masuk ke dalam kepakan sayap induknya. Ia tetap berusaha untuk mengeluarkan kepala. Ia benar-benar ingin melihat apa yang sesungguhnya terjadi. Alangkah terkejutnya dia, sebab ketika melihat keluar ternyata ada seekor burung rajawali besar sedang bertengger di dahan pohon, tidak jauh dari mereka. Ada hal aneh yang dirasakan ‘anak tiri’ ini. Ia melihat ada kesamaan antara rajawali tersebut dengan dirinya. Bentuk paruhnya sama, demikian pula dengan cakar kaki. Bulu-bulunya pun menunjukkan warna dan tekstur yang sama. Semakin bergairah ia melihat kesamaan ini. Semakin ia memberanikan diri untuk keluar dari kepakan induknya, sekalipun sang induk sudah berteriak-teriak supaya anaknya itu masuk kembali. Ternyata, di luar pun burung rajawali tidak mau menyerangnya. Semakin dekat, semakin jelas kesamaan tersebut, hingga dengan teriakan yang keras ia memproklamirkan diri: “Aku ternyata bukan ayam, aku burung rajawali” *** Manusia terkadang tidak sadar bahwa ia hidup dalam sebuah komunitas dengan karakter serta perilaku yang tidak tepat dan berkualitas untuk hidup. Secara tidak sadar, kita terkadang memiliki karakter seperti ayam dalam ilustrasi di atas. Salah satu sifat negatif yang harus kita hindari adalah “jam terbang”-nya yang terbatas. Ketika hari mendekati senja, ayam sudah sulit untuk melakukan aktivitas apa-apa. Terkadang sebagian orang masih menganut sistem “jam terbang” terbatas. Misalnya, ketika seseorang diminta untuk menambah waktu kerjanya sedikit karena mengejar deadline, mereka menolak karena sudah terbiasa “Teng Go!” (begitu bel berbunyi, ia langsung go-pergi). Sifat negatif lainnya adalah kebiasaan ayam untuk lari dan bersembunyi ketika menghadapi tantangan. Sifat itu pula yang tanpa disadari acap kali datang pada diri kita. Ketika tantangan hadir, baik itu tantangan pekerjaan, keluarga, maupun hidup bermasyarakat, kita lebih nyaman untuk melarikan diri sejenak dan melupakan tantangan tersebut. Itulah sebabnya mereka yang berkarakter seperti ayam, lebih mudah melarikan diri pada hal-hal yang sifatnya semu, seperti mengonsumsi narkoba, minuman keras, maupun melakukan seks bebas. Dari cara kerja ayam yang mencari anai-anai di pot bunga, sudah terlihat bagaimana karakter yang bisa dipelajari, yakni setiap selesai mengacak-acak sesuatu dia tidak pernah mau membereskannya kembali.

3 Apa yang kita pelajari dari rajawali sungguh berbeda
Apa  yang kita pelajari dari rajawali sungguh berbeda. Rajawali tidak pernah memiliki jam terbang yang terbatas, apalagi rabun senja. Rajawali memiliki willingness to do more (keinginan untuk melakukan lebih daripada yang diminta). Sebagai pemimpin, ia memiliki rasa tanggung jawab tinggi dengan pertimbangan reward and punishment yang diterapkan secara alamiah dalam komunitasnya. Pada saat turun hujan, seekor rajawali bukan kembali ke sarang dan berteduh, melainkan semakin terbang tinggi. Cerita di awal tadi memang hanya ilustrasi untuk menghantar pemikiran kita kepada arti hidup dan tujuan hidup yang sebenarnya. Tentu setiap binatang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk diilustrasikan, hanya manusia yang dapat belajar dari pengalaman hidupnya bersama-sama dengan manusia lainnya. Hidup manusia memang berharga, karena manusia diciptakan secara sempurna daripada makhluk lainnya. Sekalipun di sana sini kita memiliki kekurangan, namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kehadiran kita di dunia ini bukanlah tanpa rencana Sang Pencipta. Sang Khalik tidak pernah kecewa dengan kelahiran kita, justru terkadang orang tuanya sendiri yang kecewa dengan kehadiran dan kelahiran anaknya. Nah, ketika kita sadar bahwa kita merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna, apakah akan kita rusak hanya untuk menikmati kenikmatan sesaat? Kini, saatnya untuk kembali ke fitrah manusia yang sesungguhnya sebagai makhluk yang memang telah direncanakan untuk hadir di dunia ini. Saatnya pula untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak akan mencapai kepuasan sempurna, tetapi justru sedang merenda masa depan yang suram. Say No to Drugs Say No to Free Sex Say No to Corrupt Say No to … Hal-hal lain yang merusak, tampaknya harus menjadi komitmen kita bersama untuk membangun masa depan diri, keluarga, masyarakat, dan perusahaan yang lebih baik.


Download ppt "Aku Bukan Ayam Seorang petani menemukan sebutir telur di ladangnya. Ukuran telur itu tidak jauh berbeda dengan telur-telur ayam yang dia miliki. Oleh karena."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google