Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

dr. Mayang Anggraini Naga

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "dr. Mayang Anggraini Naga"— Transcript presentasi:

1 dr. Mayang Anggraini Naga
SESI 2 PATOLOGI SEL & SEL DARAH Disusun oleh dr. Mayang Anggraini Naga Revisi 2012

2 DESKRIPSI Pengetahuan struktur, fisiologis dan kondisi
patologis sel, jaringan, cedera sel, jenis sel darah berikut cairan interstitial, sebagai suatu standard penentuan penegakkan diagnosis adanya gangguan patologis tubuh perlu dipahami agar upaya diagnosis dini, suatu kondisi patologik bisa ditegakkan dalam upaya prevensi, terapi. rehabilitasi dan promosi kesehatan yang perlu dilaksanakan..

3 SAP Penjelasan tentang: - struktur, - fisiologis dan - patologis sel, jaringan, cedera sel, darah, jenis sel darah cairan interstitial, fagositosis dan mononuclear phagocyte system.

4 KOMPETENSI Mampu memahami: - struktur, fisiologis dan patologis sel, - jaringan, cedera sel dan jaringan, - darah, jenis sel darah dan cairan interstitial, - fagositosis, Mononuclear Phagocyte System dan pemanfaatannya dalam program upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat

5 Sel: - jenis sel SEL (CELL) - struktur sel - cedera sel Jaringan
Cairan insterstitial Cel darah: - eritrosit - leukosit - sel keping Fagositosis - Mononuclear Phagocyte System

6 (Lanjutan-1) Sel (Cell)
Sel adalah satu kesatuan struktur dasar tubuh. Setiap manusia mengandung jutaan sel yang secara struktur dan fungsi terintegrasi membentuk berbagai upaya komplek, yang tak terhitung jumlahnya, yang dibutuhkan bagi kehidupan.

7 (Lanjutan-2) Sel (Cell)
Terdapat berbagai variasi di antara sel-sel dalam tubuh. Contoh: Sel darah: Eritrosit, hanya kurang lebih 7 mikron ( inch), berfungsi sangat khusus yakni mentransportasi O2, akibatnya sel eritrosit kehilangan sebagian struktur internal (nucleus) yang normal ada di sel-sel tubuh lain-lain.

8 (Lanjutan-3) Sel (Cell)
Sel saraf: Sel saraf, bisa sampai 1m panjangnya dan khusus untuk mentransmisi perintah elekrokimiawi (impuls saraf). Sel otot: Sel otot berkemampuan khusus bisa berkontraksi dan relaksasi sehingga mampu menghasilkan suatu gerak, ada otot polos, seran lintang (lurik), otot jantung.

9 (Lanjutan-4) Sel (Cell)
Pada dasarnya struktur sel-sel tubuh manusia semuanya sama: - Sel berupa suatu kantung kecil mengandung : - materi cairan (sitoplasma) dikelilingi oleh - membrane sel, - di dalamnya mengandung: - nucleus (inti) dan - struktur khusus organella.

10 STUKTUR SEL Membrane sel: Dinding pembungkus sel, terdiri dari lapisan
ganda fosfolipid (lemak), mengandung molekul protein-protein, berfungsi memper- tahankan bentuk sel. Fungsi lain membrane: meregulasi keluar masuknya material secara parsial atau total ke dalam sel. Sehingga substansi yang diperlukan (O2 dan nutrients) masuk ke dalam sedangkan produk sampah (CO2) dan juga produk lain yang diperlukan tubuh (hormon) ke luar sel.

11 STUKTUR SEL (Lanjutan-1)
Material kecil masuk keluar dengan mudah, material besar memerlukan sistem transportasi molekuler khusus untuk melewati membran sel. Inti (nucleus) sel: Adalah pusat kontrol sel yang mengatur semua aktivitas mayor dan fungsi sel. Perintah/pengaruh inti sel dilaksanakan dengan cara meregulasi jumlah dan tipe protein yang dibentuk di dalam sel.

12 STUKTUR SEL (Lanjutan-2)
Protein memiliki 2 (dua) fungsi utama: 1. Protein besar pembentuk struktur kuat tubuh (contoh; sel otot) 2. Protein kecil (= enzymes) mengatur segenap fungsi-fungsi dan aktivitas sel.

13 STRUKTUR SEL (Lanjutan -3)
Kromosom (Chromosomes) yang merupakan material genetik sel dalam bentuk DNA ada di dalam inti sel. DNA mengandung instruksi sintese-sintese protein, yang ditransmisikan oleh tipe RNA kepada ribosomes (=penghasil produksi protein) di dalam sitoplasma.

14 STUKTUR SEL (Lanjutan-4)
Di ribosomes inilah protein disintesis (= penggabungan berbagai jenis asam amino menjadi protein). DNA = Deoxyribonucleic acid (= pembawa utama informasi genetik), berstruktur double helix  sehingga dapat dihasilkan 2 (dua) kopi yang sama saat pembelahan sel.

15 STRUKTUR SEL (lanjutan -5)
RNA = ribonucleic acid adalah satu di antara dua tipe zat kimia yang mengangkut code instruksi genetik di dalam sel untuk aktivitas sel, atau yang membantu memecah code (decoding) instruksi terkait.

16 STRUKTUR SEL (lanjutan -6)
Pada sel hewan dan tumbuhan, DNA adalah pemegang code (sandi) instruksi dan RNA adalah pembantu pemecah code instruksi terkait. Pada virus tertentu instruksi multiplikasi dirinya dikuasai RNA (ada grup virus DNA dan grup virus RNA, ini membedakan virus dengan bakteria).

17 Struktur sel (lanjutan -7)
Organella lain-lain di dalam Sitoplasma: Setiap organela menjalankan peran khusus. (1) Endoplasmik retikulum = lapisan membrane tunggal yang terpelintir menjadi lititan yang komplek. Bagian permukaan ada yang kasar berbiji- biji yang merupakan ribosomes penghasil protein, dan ada bagian permukaan yang halus.

18 ` Struktur Sel (lanjutan -5)
Protein yang selesai diproduksi akan ditransfer ke sistem membrane lain yang disebut: (2) Aparatus Golgi yang strukturnya mirip seperti tumpukan piring. Di sini struktur protein dimodifikasi dan dikemas menjadi vesikel yang menonjol ke luar permukaan.

19 Struktur Sel (lanjutan -6)
Organel mitokondria adalah organel penghasil energi (berasal dari pem- bongkaran lemak dan gula), berbentuk mitokondria mirip biji-biji kopi yang memiliki lipatan lapisan dalam yang komplek. Sel-sel tubuh yang memerlukan energi tinggi (sel otot dan sel hati) akan memiliki mitokondria dalam jumlah banyak.

20 Struktur Sel (Lanjutan-7)
(4) Banyak proses dalam sel yang melibatkan substansi yang bisa merusak sel apabila ia menyentuh sitoplasma, oleh karenanya, substansi terkait disimpan di dalam vesikel khusus yang disebut: - lysosomes dan - peroxisomes

21 Struktur Sel (Lanjutan-8)
Fungsi lysosome adalah enzyme pencernaan yang memecah partikel besar jadi kecil (bakteri). Fungsi peroxisomes adalah penetralisir substansi toksin.

22 Struktur sel (lanjutan -9)
(5) Sitoplasma (cytoplasm) Bagian di dalam sel yang berada di luar inti sel. Sitoplasma di samping mengandung organella, juga mengandung kerangka sitoskeletal yang terdiri dari jaringan tube halus disebut microtubuli dan mirofilament (cytoskeleton) Jaringan struktur ini memungkinakan sel memiliki bentuk rapi dan dapat bergerak.

23 Struktur sel (lanjutan -10)
Mikrofilament menunjang mikrovili yang merupakan projeksi kecil-kecil ke luar permukaan sel untuk meluaskan area permukaan sel. Microfilament juga membentuk mikromuscles yang memungkinkan kontraksi dan gerak sel.

24 DEVISI SEL: Suatu proses sel memperbanyak diri. Ada 2 (dua) cara:
1. mitosis yang menghasilkan dua anak sel yang identik dengan sel induknya 2. meiosis yang menghasilkan sel telur dan sperma, yang berbeda dari sel induknya, mereka hanya memiliki ½ jumlah kromosom (chromosomes).

25 CEDERA SEL Ini terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan, misalnya terkena cedera, rangsangan tsb. terlalu lama, terlalu berat, maka akan menentukan apakah sel dapat pulih kembali. Sebab-sebab cedera sel: - hipoksia - infeksi mikroorgansime - suhu yang berlebih - radiasi - terpajan oleh radikal bebas.

26 (Lanjutan-1) Cedera Sel
Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam: - ukuran, - bentuk, - sintesis protein, - susunan genetik dan - sifat-sifat transportasinya.

27 JARINGAN (TISSUE) Kumpulan sel khusus untuk menjalankan
fungsi tertentu. Contoh: - Jaringan otot (muscle tissue) yang terdiri dari kumpulan sel khusus yang berkemampuan untuk berkontraksi; - Jaringan epitel (epithelial tissue) membentuk kulit serta membrane mukosa yang melapisi sistem pernapasan dan organ dalam lain-lain; -

28 Jaringan saraf (nerve tissue) terdiri dari
(Lanjutan-1) Jaringan Jaringan saraf (nerve tissue) terdiri dari kumpulan sel khusus yang mampu menyalurkan impuls elektrokimiawi saraf; Jaringan ikat (connective tissue) termasuk ini - adalah darah, - jaringan lemak (adiposa) dan - jaringan fibrosa serta elastik (tendon, tulang rawan) yang berfungsi menopang bentuk tubuh menjadi satu kesatuan.

29 JARINGAN (TISSUE) (Lanjutan-1)
Jaringan tubuh lapisan dalam pembuluh darah dan dinding otot uterus menghasilkan TPA (tissue-plasmogen activator): berfungsi mencegah pembekuan darah abnormal.

30 CAIRAN INTERSTITIAL (TISSUE FLUID)
Cairan jaringan (Tissue fluid) = cairan interstitial. Adalah cairan ekstraseluler yang berada di luar sel, termasuk darah dan limfe. Cairan mirip air yang berada di rongga kecil di antara badan sel = cairan instertitial, berfungsi sebagai: sarana transportasi O2, nutrient yang harus lewat pembuluh darah untuk masuk ke dalamnya.

31 CAIRAN INTERSTITIAL (TISSUE FLUID)(Lanjutan-1)
Gerak arus balik akan mengangkut CO2 dan produk dari sel ke dalam cairan jaringan dan masuk kembali ke aliran darah. Cairan tubuh juga mengangkut ion-ion, mengandung konsentrasi tinggi ion Na+ (natrium) dan konsentrasi rendah ion K+ (kalium) dibanding yang ada di dalam intraseluler ( mengatur keseimbangan gerak air ke dalam dan keluar sel melalui mekanisme osmosis); kadar ion berperan dalam transmisi impuls elektrik melalui saraf dan otot.

32 CAIRAN INTERSTITIAL (TISSUE FLUID) (Lanjutan-2)
Cairan jaringan keluar dari dinding bagian pertama kapiler darah (yang paling dekat dengan arteriole) hasil dorongan tekanan darah. Di ujung kapiler dekat venula tekanan darah lebih rendah, maka cairan akan: - masuk kembali ke kapiler; - sebagian cairan masuk ke aliran pembuluh limfe.

33 CAIRAN INTERSTITIAL (TISSUE FLUID) (Lanjutan-3)
Oleh kerenanya kadar cairan interstitial selalu seimbang. Bila keseimbangan terganggu: EDEMA: Yakni akumulasi abnormal dari cairan tubuh di dalam jaringan, bisa lokal yang nampak akibat cedera atau general (seluruh tubuh = anasarca) akibat gagal jantung, gagal hati atau gagal ginjal.

34 SEL DARAH Sel darah berada di dalam darah hampir
sepanjang hidupnya, termasuk sel eritrosit yang menduduki kadar tertinggi dalam komposisi darah normal berserta leukosit dan sel keping (trombosit), mereka menduduki kadar 5% dari total volume darah.

35 Sel Darah (Lanjutan-1) Hematopoeisis: Semua jenis sel darah dibentuk di: - hati, - limpa janin dan sumsum tulang setelah lahir, barasal dari satu tipe sel bakal (stem cell) yang pluripotensial, dengan cara devisi sel.

36 SEL BAKAL (STEM CELL) PLURIPOTENTIAL
Eritroblas Mieloblast Monoblast Eritrosit Granulosit Basofil Eosinofil Neutrofil Monosit Megaloblas Prolimfoblast (mast cell) Makrofag Trombosit Limfoblast Limfosit B Limfosit T

37 Sel bakal distimulasi oleh tanda in-utero
Sel Darah (lanjutan -2) Sel bakal distimulasi oleh tanda in-utero dan setelah lahir, untuk membentuk sel-sel darah yakni meliputi pelepasan molekul-molekul produk lokal, yang merupakan petunjuk terhadap keadaan kepadatan di dalam jaringan hematopoietik, termasuk peredaran hormon yang menstimulasi terjadinya proliferasi banyak atau seluruh sel.

38 Faktor pertumbuhan hematopoietik spesifik = colony stimulating factor.
Sel Darah (lanjutan -3) Faktor pertumbuhan hematopoietik spesifik = colony stimulating factor. Darah terdiri dari: - butir-2 darah dan - plasma.

39 - produk sisa metabolisme dan - zat gizi: - gula, - asam amino,
Sel Darah (Lanjutan-4) Plasma terdiri dari: - 90% air dan - 10 % elektrolit, - gas larut, - produk sisa metabolisme dan - zat gizi: - gula, - asam amino, - lemak, - kolesterol, - vitamin, - protein albumin (protein ukuran besar) dan - imunoglobulin, - protein komponen koaglasi dan - komplemen.

40 Cairan darah mengalir di arteria dan vena.
Sel Darah (Lanjutan-5) Cairan darah mengalir di arteria dan vena. Fungsi darah: Mengatur transportasi: - O2 dan nutrient, dan - membuang CO2 dan sampah; berperan penting dalam: - perlindungan terhadap infeksi; - menghentikan perdarahan; - memperbaiki luka; - mengangkut juga - protein, hormon dan lemak.

41 Eritrosit Eritrosit (Red Blood Cells, red blood
corpuscles, erythrocytes) Mereka mengangkut O2 dari paru ke jaringan, dalam respirasi O2 ditukar dengan CO2. Formasi: Dibentuk berasal dari sel bakal di sumsum tulang (kira-kira 5 hari). Mereka memerlukan cukup nutrient (zat besi, asam amino, dan vitamin B12 dan B11 (asam folat). Laju formasi eritrosit dipengaruhi hormon ginjal Erythropoietin.

42 Eritrosit (Lanjutan-1)
Sel yang baru dilepas dari sumsum tulang ke dalam aliran darah disebut reticulocytes; setelah 2 – 4 hari  (dewasa) RBCs. Bentuk reticulosit mudah dikenal dengan metode pengecatan laboratorium, jumlah mereka menjadi estimasi laju pertumbuhan sel eritrosit

43 Eritrosit (Lanjutan-2)
Struktur dan Fungsi: Jumlah di aliran darah tepi: kira-kira 5000,000 RBCs/1cc darah. Bentuk seperti donat, diameter kira-kira 7.5/1000 mm, tengah cekung tepi bulat lebih menonjol.

44 Eritrosit (Lanjutan-3)
Bentuk terkait memberi keuntungan: (1) memungkinkan area permukaan lebih luas, memudahkan mengisap dan melepas O2. (2) memudahkan sel merembes dinding pembuluh kapiler arteriola yang sempit dengan tidak rusak.

45 Eritrosit (lanjutan -4)
Setiap sel eritriosit mengandung jumlah besar hemoglobin, suatu protein yang mengandung iron (Fe). Hb ini ada di semua hewan, dan bekerja sangat efisien mengikat O2 bila kosentrasi O2 tinggi (di paru), dan melepasnya kembali bila kadar O2 rendah (di jaringan).

46 Oxyhemoglobin: Terbentuk saat Hb berkombinasi dengan
O2 dan memberi warna merah cerah pada darah (di arteria). Hb yang telah melepas O2  warna gelap darah (di vena) (di luar sirkulasi paru). Setiap eritrosit juga mengandung ensim, mineral dan gula yang diperlukan sebagai sumber energi untuk menjaga bentuk, struktur dan elastisitet sel.

47 Eritrosit (lanjutan -5)
Eritrosit tidak memiliki inti, mitokondria, atau ribosom. Tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidasi sel, atau pembentukan protein. Eritrosit hidup selama 120 hari  disintegrasi dan mati. Sel yang mati diganti sel baru produksi sumsum tulang.

48 Eritrosit (lanjutan -6)
Batas usia 120 hari juga menjadi perhatian bank darah (PMI) bahwa darah dalam waktu 3-4 minggu akan mengandung proporsi sel mati yang siknifikan, sehingga harus dibuang, tidak dapat digunakan untuk transfusi.

49 Eritrosit (lanjutan -7)
Darah yang lama, zat perlengkapan kimiawi internalnya akan usang, kehilangan elastisitet, dan akan terjebak di pembuluh darah halus di dalam limpa dan organ-organ lain  ini akan dihancurkan oleh sel makrofag (fagosit). Komponen molekul Hb dinetralisir namun sebagian akan dibongkar menjadi produk sampah bilirubin.

50 Eritrosit (lanjutan -8)
Gangguan abnormalitas bisa timbul dalam paparan: Laju pembentukan dan pembongkarannya; jumlah RBCs di dalam darah; dan - bentuk, - ukuran dan - kandungan Hb di dalamnya.

51 Eritrosit (lanjutan -9)
Sifat-2 eritrosit atas dasar ukuran jumlah Hb-nya: - normositik (sel ukuran normal) - normokromik (jumlah Hb normal) - mikrositik (ukuran sel terlalu kecil) - makrositik (ukuran sel terlalu besar) - hipokromik (jumlan Hb terlalu sedikit) - hiperkrom (jumlah Hb terlalu banyak)

52 Eritrosit (lanjutan -10)
Antigen eritrosit: Antigen spesifik ini diberi nama A, B dan Rh. Seorang memiliki dua alel (gen) yang mengkode antigen A atau B, atau tidak memiliki keduanya diberi kode O. Satu alel diterima dari masing-masing orang tua. Antigen A dan B bersifat kodominan. Golongan darah: A. B. AB dan O

53 Leukosit Leukosit (WBCs, white corpuscle or Leukocytes)
Leukosit memiliki peran utama memproteksi tubuh dari infeksi dan juga memerangi infeksi. Ukuran sel jauh lebih besar dari eritrosit (s/d 15/1000 mm) namun jumlahnya jauh lebih sedikit (kira-kira 7500/cc darah) usia lebih pendek dari eritrosit.

54 Leukosit (Lanjutan-1) Ada 3 (tiga) jenis bentuk sel: - granulosit, - monosit dan limfosit (bentuk intinya berbeda-beda). Granulosit: leukosit polimorfonulier. Terdiri dari 3 tipe: - Neutrofil - Basofil - Eosinofil

55 Granulosit: Leukosit polimorfonulier.
Terdiri dari 3 tipe: 1. Neutrofil: terbanyak, 60% dari jumlah leukosit; bertugas mengisolasi dan membunuh bakteri penyerang = fagosit. Tinggal di aliran darah hanya lebih-kurang 6-9 jam, kemudian menepi ke dinding pembuluh, ke dalam jaringan, di sini ia akan tinggal sampai beberapa hari.

56 Basofil: mengeluarkan histamin, bradikinin dan
Leukosit (Lanjutan-1) Basofil: mengeluarkan histamin, bradikinin dan serotonin bila cedera atau infeksi  permeabilitet kapiler dan aliran darah meningkat; juga menghasilkan bahan alamiah heparin untuk pengawasan jalur pembekuan darah. Berfungsi mirip mast-cell (pencetus peradangan jaringan tertentu)

57 3. Eosinofil: berperan dalam reaksi alergi dan
Leukosit (lanjutan-2) 3. Eosinofil: berperan dalam reaksi alergi dan jumlahnya akan meningkat pada infeksi parasit tertentu (helminthiasis). Ia muncul di site respons alergik dan nampak berfungsi protektif bagi inang dengan mengakhiri respons peradangan. Sel-sel ini terutama penting pada pertahanan terhadap infeksi parasit dan berfungsi memfagositosis sisa-sisa sel dengan tingkat yang lebih rendah dari pada neutrofil.

58 4. Monosit (Phagosites) Bersirkulasi di dalam
Leukosit (lanjutan-3) 4. Monosit (Phagosites) Bersirkulasi di dalam aliran darah untuk kira hari dan berperan penting pada sistem imune tubuh. Monosit beredar dalam darah dan masuk ke jaringan yang cedera melewati membrane kapiler yang manjadi permeable (bisa ditembus) sebagai akibat reaksi peradangan.

59 Monosit bukan fagosit namun setelah bebe-
Leukosit (Lanjutan-4) Monosit bukan fagosit namun setelah bebe- rapa jam di jaringan ia berkembang matang jadi makrofag (sel besar yang berkemampuan fagositik). Ia mampu mencerna bakteri dan sisa sel dalam jumlah besar (eritrosit, leukosit yang telah lisis). Makrofag mengkoloni di jaringan, kulit, kelenjar limfe dan paru selama berbulan  bertahun. Sel berfungsi menyapu mikroorganisme yang masuk rute terkait. Sistem disebut sistem retikuloendotelial.

60 4. Limfosit (Lymphocytes) Asal in utero dari sel-2 yang ditemukan di
Leukosit (lanjutan -5) 4. Limfosit (Lymphocytes) Asal in utero dari sel-2 yang ditemukan di jaringan limfoid, hati dan limpa. Setelah lahir, limfosit terus berproliferasi di tempat-tempat tersebut (hati dan limpa) serta di: - ss tulang, - kelenjar limfe, - timus - dan tonsil.

61 Leukosit (lanjutan -6) Banyak diproduksi di kelenjar limfe dari pada di sumsum tulang. Berperan utama dalam sistem imune tubuh. Mengalir keliling tubuh antara aliran darah dan kelenjar limfe, serta saluran di antara kelenjar limfe.

62 Ada 2 tipe: T dan B limfosit.
Leukosit (lanjutan -7) Ada 2 tipe: T dan B limfosit. Tipe-T menyusun sistem imune seluler tubuh. Bertanggungjawab terhadap fenomena delayed hypersensitivity dan menghasilkan lymphokines yang berpengaruh pada fungsi banyak sel. Ia juga mengatur aktivitas B-limfosit. Membentuk antibodi-antibodi yang melindungi kita terhadap serangan kedua kalinya dari satu jenis penyakit (Contoh: Morbilli= measle)

63 Leukosit (lanjutan -8) Tipe-B menyusun sistem imune humoral tubuh (imuno-globulin) yang melindungi tubuh. Limfosit hidup selama 3 bulan s/d 10 tahun.

64 GANGGUAN LEUKOSIT Leukemia:
Pada gangguan ini ditemukan jumlah leukosit terlalu berlebih (leukositosis). Ada lebih kurang 13 kasus baru/ penduduk di USA, menduduki peringkat laju kematian ke 6-7.

65 Beberapa Tipe Gangguan Leukosit
Leukemia akut: sel leukosit yang terbanyak diproduksi adalah sel yang imature (blast), prognosis baik, pada anak lebih baik dari dewasa. Leukemia kronik limfositik: tipe ini ditandai ada proliferasi mature-looking lymphocytes, tak dapat disembuhkan namun tidak fatal; jalan penyakitnya lama, survival rate 5 tahun, kematian akibat terkena infeksi berat.

66 Gangguan leukosit (Lanjutan-1)
Leukemia kronik myeloid: Ada dua fase, fase kronik dan fase malignant, survival rate 3 tahun, 1 di antara 3 bisa s/d 10 tahun, dan bisa berhasil lebih baik dengan transplantasi sumsum tulang.

67 Gangguan Leukosit (Lanjutan-2)
Leukopenia: keadaan jumlah leukosit yang lebih rendah dari normal. AIDS: terjadi infeksi pada T-limfosit  disfungsi sistem imunitas dan peningkatan risiko terkena infeksi dan kanker.

68 Sel Keping (Platelets)
Tipe dengan ukuran terkecil di antara sel darah (2-3/1000 mm diameter). Jumlah lebih > leukosit, namun < eritrosit. Asal dari sel bakal ss tulang. Masa hidupnya lebih-kurang 9 hari.

69 Sel Keping (Lanjutan-1)
Fungsi: Ada di sirkulasi darah dalam bentuk inaktif, pada situasi tertentu ia menempel ke dinding pembuluh darah dan melekat satu dengan yang lain. Aktivitas ini penting dalam homeostasis (khususnya dalam: - penghentian perdarahan) dan - pembekuan/ penggumpalan darah.

70 Sel Keping (Lanjutan-2)
Proses juga bisa mengakibatkan formasi thrombi (bekuan) di dalam pembuluh darah yang intact (tidak rusak), dan juga deposit lemak di dinding pembuluh = atheroma. Karena beperan dalam formasi pembekuan diberi sebutan: trombosit (thrombocytes) Gangguan: platelets yang abnormal, atau kekurangan platelets  tipe tertentu gangguan perdarahan.

71 PHAGOCYTOSIS (FAGOSITOSIS)
Fagosit adalah sel yang berkemampuan menangkap dan memakan/menelan (memfagosit) sel kuman (bakteri/ virus) dan benda asing serta serpihan sel.

72 Imunitas: Non-specific immunity = kekebalan terhadap
jenis kuman tak khas Specific immunity = kekebalan khas terhadap satu jenis kuman

73 Seseorang yang terkena infeksi variola
Imunitas (Lanjutan) Contoh: Seseorang yang terkena infeksi variola (cacar) akan timbul kekebalan khas (spesifik) terhadap kuman (virus) penyebab variola, tidak akan terkena variola untuk kedua kalinya. Kekebalan khas ini meliputi aktivitas sel (darah) dan cairan tubuh.

74 FAGOSITOSIS (Lanjutan-1)
Elemen seluler: - Limfosit - Fagosit yang memakan zat tertentu (bakteri) yang masuk ke sitoplasma sel. Ada 2 (dua) sel: 1. leukosit polimorfonuklier 2. makrofag (monosit) Sifat fagositik mereka dipermudah dengan hadirnya zat kimia antibodies spesifik (khas).

75 Opsonization (opsonisasi):
Proses peningkatan fagositosis, di dalam substansi, vital bagi mekanisme pertahanan tubuh dan merupakan fungsi penting antibodi. Molekul opsonin melekat (seperti lem) pada fagosit dan bakteri. Perlekatan ini kuat pada permukaan sel, mendahului proses ingesti (memakan) = Initial attachment = initial cell phagocytosis

76 FAGOSITOSIS (Lanjutan-2)
Permukaan fagosit profesional memiliki 2 (dua) site reseptors pengikat opsonin: (1) Fc-receptor yang akan mengikat antibodi IgG dan IgM, (2) C3-receptor yang melekat pada C3-component of complement, yang seperti juga IgG beraksi seperti suatu opsonin.

77 FAGOSITOSIS (Lanjutan-3)
Kedua reseptors di atas ini penting dalam proses perlekatan dan fagositosis. Fagosit juga harus memiliki reseptor untuk Gamma interferon dan faktor inhibitasi migrasi. Fagosit juga memproduksi: - Prostaglandin, - interferron, - complement components dan - interleukin I.

78 Fagositosis (lanjutan -4)
Belum diketahui penyakit yang menunjukkan bahwa fagositosis adalah defektif. Apabila ada defek pada inang, menjurus ke gagalan memakan bakteri/kuman maka kesalahan biasanya ada pada sistem opsonization-nya.

79 FAGOSITOSIS (Lanjutan-5)
Polymorphonuclear Leukocytes (granulocytes) (polimorfonuklier leukosit) (granulosit) Ada di sumsum tulang, ada 3 (tiga) macam atas dasar sifat pengecatan granula inti (Lysosomes): - Neutrofil, - Eosinofil dan - Basofil.

80 FAGOSITOSIS (Lanjutan-6)
Neutrofil  fagosit - end product pendewasaan sel myeloblast (asal sumsum tulang) - kemampuan mitosisnya hilang Sifat sel leukosit polimorfonuklier: - inti multi-lobi, < 48 jam dalam sirkulasi  atas pengaruh kemotaksis ia migrasi ke tissue  mengfagosit benda asing yang ada  mati.

81 Fagositosis (Lanjutan -7)
Cara fagosit: - melekat erat seperti lem pada permukaan - gerak ameboid (dengan pseudopodia) - suplier lysosomes (cytoplasmic vehicles penuh enzyme cerna) - partikel yang difagosit dikurung dalam vacuole terselubung membrane (phagos- ome) bersama dengan lysosomes  phagolysosomes (secondary lysosome)  bakteri atau leukosit sendiri bisa mati/larut/lysis.

82 Fagositosis (lanjutan -8)
Proses fagositosis diikuti peningkatan: - konsumsi O2 - aktivitas jalur pintas hexose- monofosfat  hasilkan energi - hasil H2O2; ` - glycolysis; - turnover RNA; - sintesis lipid

83 Fagositosis (lanjutan -9)
Studi menemukan bahwa: Inhibitor metabolik menghambat glycolysis dan tidak berpengaruh pada respirasi aksidosisnya  ini menguntungkan, karena ada kalanya leukosit harus bekerja dalam area miskin O2.

84 Fagositosis (lanjutan -10)
Sel polimorfonuklier memiliki supply glycogen sebagai sumber glucose. Fagosit dependens pada ion tertentu (magnisium) dan beberapa faktor pada serum. (Peningkatan 2-3x lipat aktivitas oksidasi dan 10x lipat jalur pintas hexose monofosfat adalah sebagian dari kejadian pada pembunuhan bakteri intracellular)

85 Makrofag (Macrophage)
Masa hidup sel polimorfonuklier pendek, disposable, mati segera setelah mangfagosit bakteri (walau bakteri terbunuh dan dimakan). Sel lain yang memiliki kemampuan fagosit adalah: Makrofag.

86 Macrophage: Bersifat: - Masa hidupnya lebih lama. - Berkemampuan mitosis. - Sama berasal dari ss tulang dan ada dalam sirkulasi darah sebagai MONOCYTE. Polimorfonuklier memakan bakteri lebih cepat dalam waktu singkat.

87 Makrofag (Macrophage) (Lanjutan-1)
- Makrofag memakan bakteri ukuran > besar (TB), independens terhadap O2 namun dihambat oleh glycolysis. - Makrofag lebih bisa tahan hidup s/d bertahun-tahun dengan material yang termakan ada di dalamnya. - Pembentukan lysosomes sama, hanya vesicle makrofag dari aparatur Golgi dan juga lysosomes  phagolysosomes.

88 Makrofag (Macrophage) (Lanjutan-2)
Makrofag juga memakan Carbon plastic sherules  maka disebut imunitas non spesifik (tidak khas). - Permukaan makrofag memiliki 3 (tiga) reseptor: (1). Fc (2). C3 dan (3). Non-specific

89 Sistem Mononuklear Fagosit (The Mononuclear Phagocytes System)
Bila bakteri disuntikkan masuk aliran darah  ikut aliran dan cepat hilang. Bila disuntikkan ke subkutan  tahan lebih lama. Bila dimasukkan saluran napas  tahan lebih lama sebelum dibersihkan. Keadaan sama apabila dimasukkan ke cavum peritonei

90 Reticulo-endothelial system
Dulu tananan dikenal dengan sebutan: Reticulo-endothelial system Sekarang lebih suka disebut: Mononuclear Phagocyte System.

91 Mononuclear Phagocyte System (Lanjutan)
Bone marrow Precursor cell Promonocyte Blood Monocyte Tissue Connective tissue (histiocyte) Lymph vessal, spleen sinus Bone marrow (resident macrophage) Liver Kupffer cells Peritoneum (serosal macrophage) Macrophage Pleura, lung (alveolar macrophage) Bone (osteoclast) Brain (microglia) Gastro-intestinal tract Genito-urinary tract. Synovia

92 The Killing of Microbes Inside Phagocytes (Pembunuhan Mikroba di dalam Fagosit)
Mekanisme pembunuhan intraselluler Mikroorganism: High acidity in Lactic acid accumulate due to increased phagosomes glycolysis. Lysosomes Secreted by cell Lactoferrin Present in lysosomes Superoxide anion Generated after phagocytosis H2O2 Generated after phagositosis Catalase Present in cell H2O2 + catalase Aldehydes Formed after per-oxydation of cell lipids by H2O2 Free halide radicals Formed from iodine or chloride in cell by H2O2 and mye- loperoxiase atau GSH peroxidase

93 Macrophage Activation (lanjutan)
Resident Thioglycollate Responsive of Macrophages hr. culture inflammation in the tissue makrofag High concentration of MAF (macrophage activating factors) Low Concentration of MAF Cytolytic of Primed of activated stimulated macrophage macrophage

94 GANGGUAN DARAH Abnormalitas bisa mengena semua komponen sel butir darah dan kandungan plasma darah. Anemia adalah gangguan terumum. Banyak kausa dapat menimbulkan anemia. Defisiensi protein plasma dapat menimbul- kan hipoalbuminemia dan hipoglobulinemia.

95 Gangguan Darah (Lanjutan-1)
Defek sel keping, dan mekanisme pembekuan darah: Bisa mengakibatkan gangguan perdarahan Sedangkan reaksi berlebih mekanisme pembekuan darah dapat menimbulkan trombosis yang sangat berbahaya.

96 GANGGUAN DARAH (Lanjutan-2)
Kausa Gangguan Darah: Gangguan genetik Abnormalitas pada produksi komponen darah yang herediter: - thalassemia (fragile Hb), - hemophilia (ggn faktor pembeku darah), - sickle cell anemia (abnormal fragile red cell)

97 GANGGUAN DARAH (Lanjutan-3)
2. Gangguan Nutrisional: - - Iron-deficiency anemia; - Hypovitaminose B12 & B11 (anemia megaloblastic). 3. Infeksi: - Bacteremia; septicemia; - Virus, fungi, protozoa, parasit lain-lain. - Bisa terjadi anemia hemolitik.

98 Gangguan Darah (Lanjutan -4)
4. Tumor-2: - Leukemia (leukosit >>) - Polycythemia vera, (eritrosit >>) - Multiple myeloma (ss tulang) 5. Keracunan: - Gas CO, racun ular, laba-laba, - Bakteremia, septikemia, toksemia (adanya racun metabolit di darah)

99 Gangguan Darah (Lanjutan -5)
6. Obat-obat: - Co-trimoxazole, thiazide diuretics, carbimazole  menekan produksi leukosit dan/atau sel keping. - Chloramphenicol, sulfonamides  menekan produksi eritrosit. - Methotrexate, phenytoin  mengganggu produksi eritrosit. - Dosis tinggi anti-koagulansia  perdarahan akibat gangguan mekanisme pembekuan darah

100 Gangguan Darah (Lanjutan -6)
7. Radiasi: - Dosis tinggi radiasi, dalam: - terapi, atau - ledakan nuklear, atau - kebocoran radioaktif)  merusak sumsum tulang  penekanan pada produksi semua tipe sel darah. (contoh: anemia aplastic)

101 Gangguan Darah (Lanjutan -7)
Gangguan-2 lain: 8. Penyakit hati  - defisiensi albumin (produksi menurun): - hiperbilirubinemia - anemia dan defisiensi faktor pembeku darah

102 Gangguan Darah (Lanjutan -8)
Penyakit ginjal  kehilangan >> albumin dalam urine : - uremia - anemia akibat kurang hormon eritropoeitin - perubahan kimia darah yang kom pleks. Investigasi: Gangguan darah diperiksa dengan cara Blood tests: - Blood count - Blood smear - Blood clotting test

103 Diagnosis Sel Darah Atas dasar pemeriksaan mikroskopik bisa
diamati abnormalitas dan variasi umum pada jumlah masing sel leukosit saat tubuh terserang berbagai infeksi. Contoh: - Jumlah neutrofil umumnya meningkat pada infeksi bakterial. - Jumlah limfosit meningkat pada infeksi virus tertentu.

104 Diagnosis Sel Darah (Lanjutan-1)
Gambaran darah dirinci dalam: - jumlah, - bentuk dan - penampilan fisik lain Dalam upaya diagnosis penyakit.

105 Diagnosis Sel Darah (Lanjutan-2)
Blood Count: (hitung jenis sel darah) Hitungan yang lengkap termasuk: - kadar Hb, - jumlah sel eritrosit dan leukosit dalam 1cc darah. Perbandingan jumlah jenis sel leukosit juga diukur, begitu juga bentuk tampilan dari - eritrosit maupun - leukosit.

106 Diagnosis sel daraj (Lanjutan-3)
Hasil penting untuk pemaparan: - jenis anemia, - leukemia, - leukositosis - polycytemia, - panctopenia - thrombocytopenia, - thrombositosis dst.

107 keamanan transfusi darah. Klasifikasi golongan darah didasarkan
Penggolongan darah diperlukan untuk keamanan transfusi darah. Klasifikasi golongan darah didasarkan pada make-up antigen eritrosit terkait (kemampuan membangkitkan reaksi imune). Tipe: Tahun 1900 Karl Landsteiner, patologist Jerman, menemukan ada 2 tipe protein marker (antigen) di permukaan sel eritrosit.

108 Golongan Darah (Lanjutan-1)
Antigen eritrosit: Antigen spesifik ini diberi nama A dan B dan Rh. Seorang memiliki dua alel (gen) yang mengkode antigen A atau B; atau tidak memiliki keduanya diberi nama O. Satu alel diterima dari masing-masing orang tua (Hereditary) Antigen A dan B bersifat co-dominant.

109 GOLONGAN DARAH (Lanjutan-2)
Atas dasar apakah seorang memiliki satu jenis atau jenis antigen lain, kedua-duanya atau tidak memiliki keduanya, maka darah diklasifikasi menjadi tipe (golongan) A, B, AB dan O. Ditemukan Landsteiner bahwa di cairan darah ada antibodies terkait, ada anti-A, anti-B yang dapat bereaksi dengan protein makernya.

110 BLOOD GROUP COMPATIBILITY
Donor blood group A B AB O ^ = compatible Recipient A ^ * * ^ * = incompatible Blood group B * ^ * ^ AB ^ ^ ^ ^ O * * * ^ Yang paling umum adalah gol O, A dan diikuti B baru AB. Frekuensi berbeda antara ras dan distribusi geografik (atas dasar teknik analisis gen)

111 Golongan darah (lanjutan -3)
Faktor Rhesus Ditemukan th oleh Landsteiner saat melakukan penelitian pada monyet. Sistem meliputi beberapa antigen yang terpenting adalah faktor D, yang ditemukan pada 85% penduduk dunia, dan disebut Rh +, sisa 15% adalah Rh -. Manusia dibagi menjadi grup “O+” dan “AB-” atas dasar memiliki grup darah ABO dan Rh

112 Golongan Darah (lanjutan -4)
Grup ini menjadi penting pada wanita hamil. Pada wanita hamil dengan Rh - apabila bayinya Rh +, ibu bisa membentuk antibodi terhadap darah bayi (-> hemolitik anemia). Pada wanita Rh - diberi antibodi terhadap D faktor pada post partum untuk mencegah pembentukan anti-D antibodi dalam darah ibu, yang bisa mengakibatkan penyakit hemolitik pada bayi Rh +.

113 Golongan Darah (lanjutan -5)
Transfusi Rh + ke pasien Rh - bisa menimbulkan reaksi gawat apabila pasien terkait sudah pernah menerima transfusi darah yang mengandung Rh antigen.

114 SERUM Bagian cairan darah yang tersisa saat ia membeku.
Tidak mengandung sel butir darah atau protein (fibrinogen) yang menyebabkan darah bisa beku, tidak juga mengandung garam, glucose, atau protein lain-lain (termasuk antibodi-antibodi sistem imune). Serum asal orang yang habis sakit infeksi bisa mengandung antibodi terhadap penyakit infeksi terkait ( antiserum).

115 PEMBEKUAN DARAH (BLOOD CLOTTING)
Bila kulit terluka maka darah yang keluar akan membeku dalam beberapa sekon. Di dalam pembuluh aliran darah, darah tidak boleh membeku. Thrombi (Clot) (trombi) yang terbentuk di dalam pembuluh darah mayor (penting) akan menjadi sebab penyakit serangan jantung, strokes dan gangguan lain.

116 Pembekuan darah (Lanjutan)
Proses pembekuan darah terjadi dalam 2 bagian: 1. Aktivitas sel keping (trombosit) 2. Formasi serabut (filaments) fibrin

117 Agregasi Sel Keping Ini terjadi bila sel keping kontak dengan
dinding pembuluh darah yang cedera/rusak atau dengan permukaan artifisial (kaca), saat darah mengalir turbulen atau bila sel keping terkena zat kimia tertentu yang disekresi di dalam darah. Begitu tersentuh/diaktivasi, sel keping menjadi lengket, melekat ke permukaan.

118 Mereka berubah bentuk dari bentuk diskus
Agregasi (Lanjutan) Mereka berubah bentuk dari bentuk diskus (disks) ke bentuk lonjong (spheres), saling mengumpal. Pada akhirnya mereka mengeluarkan zat kimiawi yang mengaktivasi sel keping lain, mulailah proses pembekuan (koagulasi) darah dan  akhirnya mengakibatkan pembuluh darah berkontraksi.

119 Koagulasi (coagulation)
Koagulasi darah dipicu oleh pelepasan zat kimiawi oleh sel keping yang teraktivasi atau jaringan yang cedera. Formasi fibrin (produk akhir koagulasi) adalah hasil dari seseri reaksi komplek di dalam plasma darah (“Coagulation Cascade”) Pada langkah terakhir faktor fibrinogen dikonversi jadi fibrin.

120 Faktor-2 yang terlibat dalam “Coagulation Cascade” adalah:
Koagulasi (Lanjutan) Faktor-2 yang terlibat dalam “Coagulation Cascade” adalah: - faktor I (fibrinogen), - II (prothrombin) , - dan V s/d XIII. Sebagian besar faktor dihasilkan di hati yang memerlukan perbekalan Vit. K yang cukup (ada di sayur-mayur hijau).

121 Mekanisme Anti-pembekuan (Anti-clotting mechanisme)
Aktivasi koagulasi bisa saja terhambat, khususnya bila ada hadirnya zat prostacyclin (satu jenis prostaglandin) yang disekresi oleh dinding pembuluh darah sehat.

122 Mekanisme Anti Pembekuan Lanjutan-1)
Gangguan koagulasi bisa akibat mekanisme: 1. Sejumlah enzyme inhibitor yang ada di dalam aliran darah yang menetralisir faktor koagulasi yang teraktivasi (antithrombin), 2. Seseri enzyme-enzyme lain yang teraktivasi pada saat bersamaan kaskade koagulasi . Enzyme-enzyme ini membentuk substansi plasmin yang membongkar fibrin yang terjadi ( Fibrinolisis)

123 Mekanisme Anti-pembeluan (Lanjutan-2)
Sebagai tambahan, darah yang mengalir cenderung mengganggu koagulasi dengan cara menyapu bersih faktor-faktor koagulasi yang sedang aktif dari areal site mereka ter- bentuk, di samping itu hati juga mendeaktif- kan faktor-faktor koagulasi yang berlebih (heparin dihasilkan jaringan ikat di kapiler hati dan paru).

124 ANTIKOAGULANSIA (ANTICOAGULANTS)
Heparin menjalankan efek antikoagulannya dengan cara meningkatkan level kadar antithrombin yang akan menetralisir faktor koagulant yang teraktifkan. Warfarin bekerja dengan cara memotong jalur produksi faktor koagulant.

125 Antikoagulansia : (Lanjutan-1)
Terapi anti-koagulant (Anti-coagulants therapy) didesain untuk:  Memperpanjang waktu prothrombin (prothrombin time = clotting time)  Mereduksi risiko thrombosis di dalam orang yang rentan (= susceptible subjects)

126 ANTIKOAGULANSIA (Lanjutan-2)
Mengingat pekanya balans antara mekanisme pembekuan dan anti-clotting di dalam darah, penggunaan obat-obat anti-koagulant harus sangat berhati-hati disertai pemonitoran pasien yang ketat Untuk mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan yang persistent !

127 GAS DARAH (BLOOD GASES)
Test untuk penentuan pH (derajat keasaman) dan konsentrasi O2, CO2 dan Bicarbonate di dalam darah. Nilai kadar oksigen dan karbondioksida darah sangat berguna untuk mendiagnose dan memonitor gagal napas (respiratory failure). Bikarbonate dan derajat keasaman meng- gambarkan keseimbangan asam-basa tubuh.

128 Gangguan ini bisa timbul akibat Diabetik ketoas-
Gas Darah (Lanjutan) Gangguan ini bisa timbul akibat Diabetik ketoas- dosis, keracunan aspirin atau muntah-muntah yang menerus. Dengan alat modern, hanya dengan sampel darah beberapa tetes saja, sudah dapat dengan mudah/cepat mendeteksi ini. Untuk memperoleh informasi lengkap sampel hendaknya diambil dari arteria, vena dan interior jantung.

129 Sebutan lain: septikemia, toksemia.
KERACUNAN DARAH Sebutan lain: septikemia, toksemia. Kadang akibat multiplikasi bakteri yang pengancam jiwa berserta racun yang dihasilkannya. Septicemia bisa akibat cedera terinfeksi (contoh luka bakar). Racun (toxin) yang dilepas bakteria Septic Shock.

130 DONOR DARAH Proses pemberian darah agar bisa digunakan untuk transfusi. Whole Blood Donation: Diambil sampai dengan ½ liter (= 1/10 total volume darah di dalam sirkulasi) perlahan- lahan ke dalam kantung plastik yang telah diisi dengan anticoagulantia (supaya tidak beku).

131 Donor Darah (Lanjutan-1)
Umumnya orang merasa baik setelah jadi donor, bisa sedikit pusing atau meriang dan perlu diistirahatkan tiduran untuk beberapa menit. Semua donor harus menghindari olah raga berat selama lebih kurang 5 jam setelah jadi donor, dan harus minum air atau juice buah yang banyak.

132 DONOR Darah (Lanjutan-2)
Darah yang terkumpul dikirim ke pusat transfusi, di sana akan di test untuk deteksi ada tidaknya: - virus hepatitis B, - sifilis dan - antibodi HIV (virus AIDS), - malaria. Kemudian ditentukan golongan darahnya  disimpan dalam bank darah, secara menyeluruh atau dipisahkan ke dalam komponen-komponennya.

133 DONOR DARAH (lanjutan -3)
Apheresis: Ini adalah suatu teknik yang memungkinkan pengambilan darah dengan memisahkan komponen darah yakni: - plasma, - trombosit, atau - leukosit dari sirkulasi.

134 DONOR DARAH (lanjutan -4)
Caranya: Darah sebanyak ½ liter diambil dari satu lengan disirkulasikan lewat closed sterile separator system, kemudian dikembalikan ke lengan yang lain (donor) setelah dikurangi komponen yang perlu dikumpulkan. Tindakan ini diulang sampai 6-8x, dengan jumlah pengambilan yang sama banyaknya dari 6-8 donor.

135 Donor darah (lanjutan -5)
Umumnya hanya diperlukan cukup satu donor tunggal bagi satu pasien yang memerlukan komponen terkait, maka jarang terjadi risiko reaksi transfusi, dan cukup bisa mengurangi risiko transmisi hepatitis. Donasi whole blood memerlukan waktu lebih kurang 45 menit, termasuk pemeriksaan medisnya, sedangkan untuk keperluan apheresis memerlukan lebih kurang 21/2 jam. Semua orang sehat dapat jadi donor.

136 Donor Darah (Lanjutan -6)
Donor voluntir dianamnese duhulu terkait riwayat kesehatannya. Yang pernah: - anemia, - kanker, - sakit jantung, - malaria, atau - hepatitis atau - yang terexposed virus AIDS - juga wanita hamil harus didiskualifikasi.

137 Donor Darah (Lanjutan -7)
Sampel darah diambil dari jari tangan atau daun telinga untuk ditest: anemia, juga dicek suhu badan, pols (denyut nadi) dan tekanan darah. Donor reguler umumnya menyumbangkan darah (whole blood) 3-4x /tahun, namun untuk mereka yang bergolongan darah langka bisa medonorkan darahnya 1 kali dalam setiap 2 bulan.

138 Donor Darah (Lanjutan -8)
Apheresis bisa dilakukan 2x/minggu dengan syarat: Tidak menjadi donor whole blood di selang waktu prosedur tersebut.

139 PRODUK DARAH WHOLE BLOOD Digunakan untuk tindakan menolong
penderita perdarahan akut (kecelakaan, tindakan operasi besar) 2 PACKED RED CELLS Sel darah merah yang dipampatkan. Digunakan untuk menolong penderita tipe anemia kronis tertentu yang gagal diterapi obat, juga untuk menolong kasus hemolitik anemia pada bayi neonatus (“Rhesus babies”)

140 Produk Darah (Lanjutan-1)
WASHED RED CELLS Darah yang bebas dari leukosit dan/atau protein plasma lain. Transfusi ini mengurangi reaksi alergik, diberi ke penderita anemia kronik, yang memerlukan transfusi untuk jangka panjang

141 Produk darah (lanjutan -2)
FROZEN RED CELLS Eritrosit dibekukan untuk penyimpanan lama. Digunakan untuk menyimpan sel darah merah golongan langka. 5. PLATELETS Diekstraksi dan dipampatkan dari Whole Blood. Berperan dalam proses penggumpalan/ pembekuan darah normal. Kadar rendah platelets pada seorang akan mudah menimbulkan memar dan perdarahan dalam. Bila perlu platelets asal berbagai donor bisa diberikan dalam satu kali transfusi.

142 Produk darah (lanjutan -3)
6. WHITE BLOOD CELLS Granulosit bisa dipisahkan dari darah normal atau dari darah pasien chronic granulocytic leukemia. Pasien penderita infeksi berat/fatal dengan granulositosis rendah bisa diberikan darah ini apabila tidak respons terhadap terapi antibiotikanya.

143 Produk darah (lanjutan -4)
7. FROZEN FRESH PLASMA Plasma dipisahkan dan langsung dibekukan. Ia kaya faktor pembekuan darah, plasma fresh digunakan untuk menolong berbagai tipe gangguan perdarahan.

144 Produk darah (lanjutan -5)
8. PLASMA PROTEIN SOLUTION Bagian cair darah dari whole blood yang tidak digunakan dalam tempo 3 minggu setelah dikoleksi, dijadikan larutan pampatan albumin (protein utama dalam plasma). Solusi ini dapat tahan lama di dalam penyimpanan. Pemanfaatan utama untuk mengatasi shok akibat kehilangan darah sampai darah yang kompatibel bagi pasien tersedia.

145 Produk darah (lanjutan -6)
Purified Albumin: Preparasi ini digunakan untuk mengatasi nephrotic syndrome (suatu gangguan ginjal yang disertai kehilangan albumin berat) dan juga untuk gangguan hati (yang disertai defisiensi produksi albumin).

146 Produk Darah (Lanjutan -7)
9. CLOTTING FACTORS Pampatan faktor pembekuan darah VIII dan IX digunakan untuk menolong: - Hemophilia dan - Christmas disease. Meningat diperlukan donor dalam jumlah banyak, maka perlu di-heat-treated untuk mereduksi risiko transmisi hepatitis dan AIDS.

147 Produk Darah (Lanjutan -8)
10. IMMUNOGLOBULINS Antibodies (imunoglobulin) timbul di dalam darah pasien yang sembuh dari penyakit virus tertentu (rubella, hepatitis B) dan pada orang yang pada waktu dekat telah diimunisasi (tetanus).

148 Produk Darah (Lanjutan -9)
Antibodi-antibodi bisa dipampatkan dari plasma yang diambil dari pasien-pasien post sakit infeksi terkait/ Antidodi tersebut dapat digunakan untuk menolong: - pasien yang dirinya tidak mampu menghasilkan anibodinya sendiri, atau - bagi pasien yang baru saja terpajan penyakit virus.

149 Produk Darah (Lanjutan -10)
Teknik pengganggu imunitas ini disebut: Imunitas pasif Produk darah dengan Anti-D imunoglobulin diambil dari donor yang darahnya tersen- sitisasi terhadap faktor golongan darah Rh.

150 Produk Darah (Lanjutan -11)
Apabila diberikan kepada pasien ibu Rh-negatif dalam waktu 60 jam post-partum bayi Rh-positif, akan mencegah penyakit hemolitik bayi pada kelahiran yang akan menyusul kemudian.


Download ppt "dr. Mayang Anggraini Naga"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google