Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SESI 2 a PATOLOGI: IMPLIKASI BAGI PARA FISIOTERAPIST Petikan dari

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SESI 2 a PATOLOGI: IMPLIKASI BAGI PARA FISIOTERAPIST Petikan dari"— Transcript presentasi:

1 SESI 2 a PATOLOGI: IMPLIKASI BAGI PARA FISIOTERAPIST Petikan dari
Catherine C. Goodman Pathology: “Implications for the Physical therapist”

2 DESKRIPSI Mata ajar ini membahas tentang konsep
patologenesis penyakit implikasinya bagi para fisioterapist; konsep sehat dan sakit; klasifikasi disabilities dan impairments

3 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pemahaman konsep patologenesis penyakit implikasinya bagi para fisioterapist; konsep sehat dan sakit; klasifikasi disabilities dan impairments; model status kesehatan Nagi; Cognitive Disability.

4 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS & POKOK BAHASAN
Mampu menjelaskan tentang: - Konsep patologenesis penyakit implikasinya bagi para fisioterapist; - Konsep sehat dan sakit; - Klasifikasi disabilities dan impairments, handicaps, WHO) - Pertanyaan yang harus terjawab para fisioterapist terkait keadaan patologis pasien. - Nagi Health Status Model (1969) - Cognitive Disability (Woltersdorf 1992) (Executive Function. Complex Problem-Solving, Information Processing, Memory Deficit, Learning Disability)

5 INTRODUKSI KONSEP PATOLOGI (Catherine C. Goodman)
PATOGENESIS PENYAKIT: Patologi sebagai cabang ilmu kedokteran menginvestigasi penyakit, meliputi tindakan meneliti perubahan struktur dan fungsi di jaringan dan organ tubuh akibat sakit/penyakit. (O, Tolle, 1992) Patologi Klinis: Penerapan patologi untuk pemecahan masalah klinis, khususnya peman- faatan metoda Laboratorium Patologi Klinis guna menegakkan diagnosis.

6 Implikasi bagi para fisio-terapis (Lanjutan):
Patogenesis: Timbulnya kondisi tidak sehat/sakit. Timbulnya kejadian dan reaksi pada sel tubuh beserta mekanisme patogenik lain yang timbul dalam perkembangan penyakit. Implikasi bagi Fisio-Terapis: Penting harus mampu: - Mengenal & Mengerti efek proses penyakit yang terjadi pada kemampuan & hambatan fungsi tubuh/anggota badan

7 Menurut Catherine C. Goodman:
PARA FISIOTERAPIST Harus mampu menjawab: How does this particular or condition affect this person’s functional abilities and functional outcome? What precautions should be taken when someone with this condition is exercising? Should vital signs be monitored during therapy for this disease? How will that information affect the treatment plan?

8 Evaluasi keadaan indivigual pasien harus didasari:
Presentasi klinis yang berkaitan dengan penyakit dasar penyebab gangguan. Contoh: Pasien osteoporosis: perlu mobilisasi sendi, maka teknik harus dimodifikasi sehubungan dengan osteoporosis. Pasien cardiac valvular: akan memerlukan latihan yang tidak sama dengan program latihan atlit. 3. Pasien dengan: - musculoskeletal symptoms of thoracic spine pain - muscle spasm - loss of thoracic motion dengan primary medical diagnosis. (umpama: Posterior penetrating ulcer)  Tidak terpengaruh oleh teknik terapi.

9 Introduksi Konsep Patologi (Lanjutan-3)
Kemajuan iptek kedokteran berhasil meningkatkan usia harapan hidup manusia namun disertai gambaran patologik yang semakin komplek. Dalam kenyataan keadaan ortopedik dan neurologik tidak merupakan fenomena terpisah sendiri-sendiri, namun terjadi bersamaan pada seorang pasien yang sakit. Kita harus senantiasa waspada terhadap pengaruh kondisi lain dan penyakit pada sistem muskuloskeletal  ambilah tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pengobatan yang aman dan efektif.

10 KONSEP SEHAT & SAKIT * KESEHATAN (HEALTH)
Definisi Kesehatan belum ada yang universal. Kamus: Kesehatan adalah keadaan seseorang dapat menjalankan fungsi secara normal di lingkungan sosialnya. Ada yang menyebut: kesehatan adalah suatu kondisi tidak dalam keadaan sakit, ( * Ignatavacius and Bayne, 1991)

11 WHO: (1974) - HEALTH - ILLNESS
Health as a state of a complete physical, mental and social well-being, and not merely as the absence of disease or infirmity. - HEALTH - ILLNESS Kesehatan: Sakit: Fungsi s/d tingkat optimal Tidak menyenangkan s/d kematian

12 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-1)
Kesehatan adalah berbagai macam proses dinamik yang berubah selama interaksi antara individual dengan lingkungan internal & eksternal terjadi.  Health = tingkat kesehatan individual  Health = refleksi status biologik, psikologik, spiritual dan sosiologik individual. Status biologis (fisik): Keadaan struktur jaringan tubuh individual berserta organ-organ berikut interaksi biokimia dalam tubuh dan fungsi secara menyeluruh.

13 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-2)
Status psikologis Perangai, emosi dan kepribadian individu. Aspek spiritual kesehatan: Kebutuhan kerohanian/agama individu yang bisa terpengaruh oleh sakit atau cedera. Status sosiologik (social): Interaksi antara individual dengan lingkungan sosial. “A high level of wellness or holistic health is achieved when the biopsychosocial needs of a person are met”

14 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-3)
ILLNESS (Keadaan sakit/SAKIT) DEFINISI: Sakit adalah suatu deviasi status kesehatan (mempunyai pengertian yang lebih luas dari sekedar penyakit/disease). Penyakit (disease) Perubahan biologik atau psikologik yang menghasilkan malfungsi organ tubuh atau system. Disease Adalah istilah untuk menggambarkan kondisi biomedis yang terwakili oleh data obyektif, ump: suhu meninggi, tekanan darah tinggi, adanya infeksi (terbukti melalui kultur kuman)!

15 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-4)
Illness: (Keadaan sakit) Keadaan sakit adalah hadirnya dan jawaban seseorang terhadap keadaan yang tidak/kurang sehat. (Termasuk ini: gangguan fungsi biologik normal, juga reaksi personal, interpersonal, kultural terhadap penyakit). Penyakit bisa muncul tanpa orang terkait merasakan. Sebaliknya seorang bisa merasa sangat sakit padahal tidak ada proses patologik yang dapat ditemukan.

16 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-5)
Sakit Akut: Penyakit atau sakit yang relatif timbulnya cepat dengan durasi pendek. Umumnya mudah diatasi dengan terapi spesifik, dan gangguannya terbatas, kecuali viral yang umumnya tidak perlu obat khusus (namun apabila DHF, Avian flu, lymphocytic leukemia  bisa fatal) Stadium Sakit: - Simtoma fisik (rasa sakit, sesak, demam) - Kesadaran kognitif (setiap simtom diinterpretasi mempunyai arti khusus) - Responsi emosi (penolakan, takut, gelisah).

17 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-6)
Stadium dependency: - biasanya dimulai saat pasien telah diberi tahu diagnose dan rencana terapinya. Bergantung kepada berat ringan sakitnya, pasien akan melepaskan independency-nya dan merasa sakit berat (pasien menjadi pasif, peka terhadap keadaan dirinya). Stadium penyembuhan dan rehabilitasi: - pasien mulai meninggalkan peran sakitnya dan mulai normal kembali dan bertanggungjawab seperti semula.

18 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-7)
Sakit Kronik: Bentuk sakit yang bisa diikuti tanda-tanda khusus: Ump: - Permanent impairment - Disability, (residual atau cognitive) - Kebutuhan rehabilitasi khusus atau manajemen medis jangka panjang. Aspek Psikologis * Faktor terpenting yang mempengaruhi reaksi psikologis terhadap sakit adalah profil premorbid psikologis pasiennya.

19 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-8)
Contoh: Pasien yang memang dependence-type personality akan menjadi semakin dependent. Pasien self-centered: umumnya sangat peka terhadap dirinya: perlunya minum obat, harus cuti sakit, harus istirahat dsb. Pasien stoic person (Pandai menahan nafsu, tidak terpengaruh oleh rasa nyeri dll) bisa kurang menerima bahwa ia sedang dalam keadaan sakit, Reaksi terhadap sakit yang umum adalah: Rasa takut kehilangan kontrol terhadap tubuhnya sendiri.

20 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-9)
Faktor-Faktor lain yang berpengaruh: - panjangnya masa sakit - gejala khusus yang kurang menyenangkan (sakit yang sangat ringan bisa tidak berpengaruh; sakit yang berat dan hadirnya sangat mengejutkan dapat menimbulkan kesedihan yang berat). Menolak: adalah mekanisme pertahanan yang di luar kesadaran yang mampu mengurangi rasa nyeri/sakit selama mungkin. Penolakan: bisa juga merupakan bagian umum dari proses menghadapi sakit yang mencapai puncaknya.

21 Konsep Sehat & Sakit (Lanjutan-10)
Rasa tidak senang terhadap terapi bisa berbasis psikologis (saya sehat, saya tidak perlu obat atau terapi lain-2), ataupun bisa juga akibat pengalaman lalu yang pernah dirasakan, dan kurang menye- nangkan. (alergi obat, efek samping terapi dsb.) Tanda-2 psikologis dan psikiatrik perlu dikenal: Di antaranya: - Gangguan memori - Paranoia - Depresi terus dsb. Simtoma organik timbul akibat konsekuensi fisiologik medis yang terjadi. Gejala bisa timbul cepat atau lambat.

22 KLASIFIKASI “DISABILITY” *
Central for Disease Control and Prevention (USA) : Kira-kira ada 48.9 juta (Million) (19% total populasi USA) adalah disability. Di antaranya 3.8 million (8%) < dari 17 tahun. Physical Disability WHO menerbitkan International Classification of Impairments, Disability and Handicaps (ICIDH yang diubah menjadi ICF (International Classification of Fungtional Disability). Sistem ini merupakan kerangka konsepsional tentang standarisasi data dan pemonitoran, keadaan kronik dan ketidakmampuan (= disability). Sistem klasifikasi juga menjelaskan konsep umum bagi rehabilitasi serta merinci definisi tentang impairment, disability dan handicaps.

23 IMPAIRMENT (PERUSAKAN, PELEMAHAN)
Hilang atau abnormalitas psikologis, fisiologis, struktur anatomik, atau fungsi tubuh. Contoh: Keterbatasan rangkaian gerak motoris, penurunan kekuatan atau tampilan otot, edema, kekurangan rasa (sensation) Perlemahan ini bisa temporer atau permanen, dan timbul sebagai gangguan organ tubuh. Contoh: Kehilangan proprioceptive impulse tungkai akibat penurunan input sensoris ke CNS (central nervous system)

24 Disability (Lanjutan-1)
DISABILITY (Cacat jasmaniah, kekurangan-mampuan) Suatu keterbatasan atau kekurang-mampuan untuk melaksanakan aktivitas normal atau dalam batas normal. Disability merupakan tampilan sejauh mana pengaruh impairment terhadap aktivitas kerja, aktivitas rumah ataupun pada aktivitas olah raga. Seorang kehilangan impuls proprioceptive tungkai ada kemungkinan besar  bisa jatuh.

25 Disability (Lanjutan-2)
Tidak semua penyakit berakhir dengan suatu impairment, dan tidak semua impairment berakhir dengan disability. Contoh: Seorang DM bisa menderita impairment (ketidak-mampuan sirkulasi darah) namun tidak semua DM menderita disability (kehilangan pengelihatan karena katarak mata, retinopati diabetikum, atau harus diamputasi karena gangrene)

26 HANDICAPS (Rintangan yang merugikan)
Handicap (rintangan yang merugikan) Kerugian akibat impairment atau disability yang membatasi/ menghambat pemenuhan peran hidup normal. Contoh: Ketidakmampuan mobile secara mandiri di dalam komunitas akibat kekurangan stabilitas yang diperlukan dalam menghadapi situasi lingkungan beragam

27 DISABILITY CLASSIFICATION
ICIDH (ICF) MODEL NAGI MODEL Disease Disease Impairment Impairment Disability Functional limitations Handicap Disability

28 NAGI HEALTH STATUS MODEL (Nagi 1969)
Nagi menyusun klasifikasi yang berbeda dengan ICIDH. Model Nagi menggunakan istilah: functional limitation & disability. Menurut Nagi: Fungsional limitation adalah: Hasil impairment, terdiri dari inability individual untuk melaksanakan upaya dan peran yang membentuk aktivitas biasa bagi seorang individu. Disability: Pola behavior yang tercetus untuk waktu lama saat limitasi fungsional tidak mampu mengatasi tuntutan upaya penampilan normal atau pemenuhan peran yang seharusnya.

29 Cognitive Disability (Woltersdorf 1992) (Clipton dan McMahin, 1992)
Masalah seperti depresi dan cognitive impairment sering tidak terdiagnose, dan walau Fisio-terapist tidak dapat mendiagnose impairment, adalah penting bahwa seorang terapis harus mampu mengenai adanya kekurangan.

30 Ada 5 (lima) tipe defisit kognitif
Lima tipe defisit kognitif yang berkaitan dengan area spesifik pada otak yang rusak dan berkaitan dengan kemungkinan sebagai kausa yang bisa menjadi hambatan keberhasilan terapi. Yakni: Tipe: Executive functions Tipe: Complex problem solving Tipe: Information processing Tipe: Memori deficits Tipe: Learning disability

31 IMPLIKASI KHUSUS bagi FISIOTERAPIS
COGNITIVE DISABILITY Although the therapist cannot diagnose cognitive deficits, the therapist’s evaluation and clinical observations may help identify cognitive deficits that might interfere with treatment. Appropriate referral is always recommended when problems beyond our expertise are suspected. Specific rehabilitation and training strategies for persons with cognitive disability are available. (Woltersdorf, 1992)

32 1. Executive Function Adalah fungsi cortex cerebri yang berkaitan dengan kemampuan: - Merumuskan sasaran (goal) - Mengambil Initiasi - Memonitor - Memaintain prilaku. (Lezak, 1983) Behavior (Prilaku): Adalah istilah umum yang meliputi: - Prilaku motoris - Prilaku afektif - Prilaku sosial

33 Executive Function (Lanjutan)
Apabila lobus frontalis otak terkena maka kerusakan fungsi afektif menjadi pencetus depresi. Walau kedua hal tersebut timbul saling menyusul, depresi akan terpapar sebagai: - kekurangan energi, sedangkan defisit (kerusakan) fungsi eksekutif nampak sebagai - kekurangan keterlibatan.

34 COMPLEX PROBLEM-SOLVING (memecah masalah komplek)
Ada kemampuan penanganan efektif informasi yang baru. Kerusakan pemecah masalah akan menghasilkan: - Kekurang-mampuan berpikir konkrit - Ketidakmampuan untuk membedakan yang relevans dengan yang tidak relevans - Penerapan peraturan salah - Kesulitan memilah satu situasi dari yang lain.

35 COMPLEX PROBLEM-SOLVING (Lanjutan)
Contoh: Seorang pengguna kursi roda dalam kehidupan sehari-hari, bisa menyesuaikan dirinya dengan cara turun: - dari tempat tidur, - dari kursi ke toilet, - dari kursi ke mobil, di rumah sakit maupun di rumah  Ini menggambarkan bahwa ia berhasil memanfaatkan informasi baru (cara hidup di kursi roda) untuk memecahkan masalah komplek.

36 3. Information Processing
Ini meliputi kecepatan (speed) penyaluran informasi dari bagian otak ke bagian lain, berikut beban/jumlah informasi yang terasimilasi dalam kecepatan tersebut. (Lezak, 1983) Pemecahan masalah berkaitan dengan menata keharmonian adalah pentransferan data/informasi secara efektif. Berdasarkan faktor: 1. Genetic 2. Lingkungan dan 3. Edukasi Saat ini sebagian manusia dapat memproses informasi lebih profisien dari yang lain. Trauma  Kehilangan kemampuan memproses dan mengganggu kecepatan transfer informasi.

37 Information Processing (Lanjutan)
Contoh: 1. Bising suara 2. Stimuli sensoris eksternal 3. Hadirnya lebih dari satu jenis informasi dalam waktu yang bersamaan. merupakan contoh yang dapat mengalihkan seseorang sehingga bisa berakibat mengurangi kemampuan memproses informasi.

38 4. MEMORY DEFICIT (Defisit memori)
Ini timbul apabila ada kegagalan dalam hal penyimpanan atau pengambil-kembalian (retrieve informasi). Sebelum seseorang dinyatakan mengalami penurunan daya memori, harus dibuktikan bahwa hal yang dipaparkan adalah hal yang sudah dikenal. Masalah memori adalah didapat dan bukan terkembangkan bersama pertumbuhan organ/tubuh.

39 MEMORY DEFICIT (Defisit memori)
Depresi dapat mengaburkan tanda-tanda kehilangan memori, namun demikian seseorang yang depresi seringkali kurang atentif atau kurang interaktif dengan lingkungannya maka kurang menregistrasi hal-hal yang harus diingat di dalam otaknya. Contoh: Pasien bisa nampak menderita disfungsi memori, padahal hanya karena kurangnya perhatian sebagai akibat depresi, ini mengurangi proses belajarnya.

40 LEARNING DISABILITY (Ketidakampuan Belajar)
Timbul pada seseorang dengan inteligensi normal atau yang mendekati normal yang mengalami kesulitan menerima informasi dalam batasan tanggungjawabnya yang khusus. Contoh: Kemampuan: - mengeja, - menghitung, - membaca, dan - hubungan visual spatial.

41 LEARNING DISABILITY (Ketidakampuan Belajar) (Lanjutan)
Untuk hal ini para terapist sering menjumpai: - Manifestasi kekurang-mampuan belajarnya sebagai kesulitan yang tidak teratasi dengan program terapi tertulis. - Keterlambatan yang terulang-ulang atau ketidak hadiran dalam sesi program terapi, dan - Pendekatan yang terlalu bersemangat terhadap simtoma fisik yang membawa pasien ke terapist.

42

43 Man and his Symbiotes (Manusia dengan Simbiotesnya)
SESI 2 b Man and his Symbiotes (Manusia dengan Simbiotesnya)

44 DESKRIPSI Pembahasan materi meliput pengertian infeksi,
hubungan manusia dan mikroba dan berbagai mikroba penyebab penyakit infeksi menular.

45 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mampu memahami hubungan manusia dengan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-sehari, cara hidup berbagai jenis mikroorganisme penyebab infeksi, pembawa penyakit dan retensi terhadap infeksi, dan tanda-2 infeksi.

46 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS & POKOK BAHASAN
Menjelaskan: Manusia dengan simbiotesnya (Man and his Symbiotes) - Mikroorganisme Penyebab Penyakit - Cara hidup mikro-organisme - Faktor mikroba dalam simbiosis & penyakit Carriers dan pasien yang terinfeksi - Retensi terhadap infeksi

47 INFEKSI (Man and his Symbiotes)
Hubungan mikroba dengan manusia sering salah dimengerti, bukan semata hubungan invader & defender, malainkan merupakan = symbiosis (hidup bersama). Manusia pada hakekatnya tidak bisa terpisah dari mikroorganisme. 1956 Odum: ecology adalah studi tentang fungsi dan struktur alam (kontak fisik manusia dengan mikcro- organisme) merupakan satu bagian dari interdepen- dency luas antara species yang ada di alam.

48 INFEKSI (Man and his Symbiotes) (Lanjutan-1)
Ilmuwan sudah meninggalkan anggapan bahwa reaksi tubuh terhadap mikroorganisme adalah suatu anugrah pertahanan diri. Kenyataan menunjukkan kepada kita bahwa alam adalah tidak memihak siapapun dan sangat prihatin terhadap kehadiran bakteri, virus seperti juga terhadap manusia.

49 INFEKSI (Man and his Symbiotes) (Lanjutan-2)
Kuman hanya beda dengan manusia dalam tingkat organisasi sel yang nampak. Seperti juga pada manusia, reaksi kuman juga protektif terhadap dirinya, ada juga yang menghancurkan diri (lysis), tergantung kepada keadaan sekitarnya.

50 PATHOGENIC & NON-PATHOGENIC
Di atas merupakan dua istilah yang menjelaskan kapasi- tas mikroorganisme menimbulkan penyakit/sakit. Pada hakekatnya semua bakteri bisa menimbulkan sakit apabila kondisi lingkungan terkait menguntungkan baginya, di lain pihak hampir setiap bakteri patogen dapat hidup damai secara symbiosis dengan inangnya. Patogenisitas = Virulensi Keadaan kapasitas mikroorganisme yang luar biasa untuk mampu menyelusup dan merusak jaringan tubuhnya.

51 INFEKSI & KOCH’S POSTULATES
Ini adalah istilah sebutan berbagai keadaan, dan ter- kadang membingungkan, terutama bila ditinjau dari konsep tentang kaitan hubungan antara manusia dengan kuman dan keadaan steril. Infeksi bisa berarti adanya mikroba penyebab gejala dari kerusakan, kadangkala infeksi juga untuk menyebut hadirnya mikroba tanpa peduli apakah memang ia secara normal ada di situ.

52 KOCH’S POSTULATES To show that the organism is consistantly PRESENT.
To grow it in artificial CULTURE MEDIA. To REPRODUCE THE DISEASE in susceptible animals by administering such cultures to them. Ternyata tidak applicable untuk semua DISEASES. Di antaranya: Treponema pallidum (penyebab sifilis) ternyata tidak memenuhi kriteria di atas.

53 KOCH’S POSTULATES (Lanjutan)
Contoh: Urine biasanya memang steril, apabila ditemukan ada urinary infection, walau tidak ditemukan kerusakan atau penyakitnya, namun tetap disebut ada infeksi. 2. Adanya gejala penyakit kulit karena infeksi, maka disebut sebagai infeksi bakterial, walau bakteri terkait secara normal memang ada di situ. 3. Usus besar sering disebut infeksi oleh dokter bedah apabila terisi flora bakteri yang masif.

54 Mikroorganisme Penyebab Penyakit
Untuk memastikan adanya infeksi harus memenuhi “Koch Postulates”. Daftar mikroorganisme yang bersimbiosis dengan manusia yang bisa menimbulkan penyakit: VIRUSES Organisme berukuran kecil antara 28nm - 450nm (nm= /juta mm) Core virus terdiri dari RNA atau DNA (Tidak pernah bersama) yang terbungkus capsid. Hidupnya obligatory intracellular symbiotes = hanya mampu menggandakan diri di dalam sel inang. Di luar sel inang virus bisa bertahan untuk waktu yang lama walau kondisi lingkungan kurang berkenan. Saat ini ada dugaan bahwa virus juga sebagai penyebab penyakit kanker.

55 Mikroorganisme … (Lanjutan-1)
RICKETSIAE Ukuran lebih besar dari virus (ada subspecies Coxiella yang sangat kecil). Seperti juga virus, riketsia bisa menembus saringan dan juga resisten terhadap panas dan desinfektan. Riketsia memiliki RNA dan DNA secara bersama dan berserta protein-2. Hidupnya juga obligatory intracellular symbiotes, namun mirip bakteri, yakni ia dapat terlihat melalui mikroskop cahaya dan mampu membelah melalui cara binary fission. Mampu hidup beberapa bulan di luar tubuh inang, dan merupakan penyebab penyakit demam typhus berat. Juga dapat ditularkan melalui insekta (gigitan nyamuk)

56 Mikroorganisme … (Lanjutan-2)
BACTERIA Ukuran tubuh nm, lebih terorganisasi, memiliki DNA dan RNA, dinding sel, biosentesis lengkap, aparatur respirasi dan penghasil energi. Memperbanyak diri melalui binary fission di luar tubuh inang (Mycobacterium TB adalah fakultatif intraseluler simbiotes) (= do better inside cell than outside) Banyak bakteri ada dalam keadaan istirahat apabila lingkungannya kurang berkenan (contoh di dalam debu). Dibagi dalam kelompok Gram-negatif dan Gram- positif berdasarkan hasil pengecatannya, dan juga dibagi dalam kelompok sesuai bentuk strukturnya: bulat (koken), batang (baksil), spiral dan spirochetae (mirip kotrek pembuka gabus penutup botol).

57 Mikroorganisme … (Lanjutan-3)
MYCOPLASMAE Mirip bakteri namun kurang terorganisasi dan hidupnya facultative intracellular symbiotes. Mirip bakteri, mycoplasma bisa dibiakkan di media biakan dan sebagai penyebab atypical pneumonia (mycoplasma pneumonia) PROTOZOA (adalah penyebab penting penyakit tropis) Mikro-organisme unisellular yang terorganisasi tinggi, hidup parasiter, di antaranya : Plasmodia (malaria), Trichomonas, Toxoplasma (Toxoplasmosis gondii), Leishmania (kala azar), Trypanosoma (Penyakit tidur di Afrika) dan Entamoeba histolytica (disentri amebiasis)

58 Mikroorganisme … (Lanjutan-3)
FUNGI Tumbuhan tanpa akar, batang atau daun. Tanpa klorofil, maka hidupnya obligatory-symbiotes. Membiak dengan spora dan tumbuh hyphea. Biasanya hanya menimbulkan infeksi superfisial, kecuali mekanisme stabilisasi model hidup ini di inang tergang- gu. HELMINTH Cacing dapat menimbulkan sakit dalam berbagai stadium silkus hidupnya. Yang utama adalah nematoda (c. pipih), cestoda (c. pita) dan trematoda (pipih). Penyakit penting di daerah non-industri adalah: Schistosomiasis (Trematoda)

59 CARA HIDUP MIKRO-ORGANISME
SIMBIOSIS Keadaan hidup bersama antara organisme dari dua species berbeda yang saling menguntungkan satu sama lain. KOMENSALISME Keadaan hidup bersama antara organisme dari dua species dalam satu lingkungan hidup dan keduanya juga memakan makanan yang sama. PARASIT Suatu organisme yang hidup pada/atau di dalam organsime lain dan mendapatkan semua makannnya dari organsime inang. Cara hidup ini disebut: Parasitik (parasiter).

60 FAKTOR MIKROBA dalam SIMBIOSIS & PENYAKIT (Mikrobial Faktors in Symbiosis & Disease)
Begitu mapan, bakteri penyebab penyakit memanfaat-kan berbagai metods untuk menunjukkan virulensi-nya memecah simbisosis dan merusak inang. Contoh: Pneumococci penyebab lobar pneumonia dan penyakit infeksi berat lain, dapat menghasilkan substansi yang menyapu bersih antibodi inang, yang seharusnya dapat menghancurkan seluruh baksil. Pneumococci lain memiliki permukaan licin yang mencegah fagosit inang untuk bisa memakannya. Bakteri jenis lain, streptococci dan staphylococci menghasilkan leucocidiens yang membunuh fagosit inang.

61 Faktor Mikroba … (Lanjutan-1)
Leukocidins Ini adalah produk toxin (racun) bakteri, penyebab virulensi. Umumnya bakteri menggandakan diri untuk bisa merusak jaringan, namun ada juga yang hanya menapakkan kaki langsung menghasilkan racun yang merusak jaringan. Ada endotoxin yang tetap merupakan bagian tubuh bakteri. Ada exotoxins, toksin yang diekresi ke luar tubuh.

62 Faktor Mikroba … (Lanjutan-2)
Seorang pasien yang meminum antibiotika bisa saja akan mengalami keadaan yang kurang menyenangkan. Dosis penisilin dapat membunuh bakteri streptokokus yang ada di tenggorokan namun bisa menyebabkan bertumbuh suburnya fungi yang tadinya hanya ada dalam jumlah kecil. Sebaliknya menaman non-patogenik streptokokus dalam tubuh bayi dapat mengurangi kolonisasi strain kuman yang ganas di dalam usus.

63 Faktor Mikroba … (Lanjutan-3)
Keberhasilan symbiosis bakteri non-patogen yang normal memang ada di tubuh, dan ditentukan oleh: - jumlah, - monopoli area hidup, - suplei makanan, dan - adaptasi terhadap lingkungan.  ini akan dapat mencegah kolonisasi strain lain yang mungkin sangat patogen bagi inangnya, walau ini merupakan suatu bentuk keuntungan bagi bake- terinya sendiri.

64 Faktor Mikroba … (Lanjutan-1)
Populasi dinamik bakteri bisa dikendalikan melalui mekanisme kompetitif yang lebih canggih, yakni: - dengan cara memproduksi colicins (oleh Escherichia coli), zat ini dapat membunuh strain E. coli yang bukan penghasil colcicin terkait (khusus dihasilkan oleh extrachromosomal genes); - sifat bacteriocidal dengan cara membelah fragment RNA di dalam ribosomes. Dengan ini sel inang terproteksi oleh produk colicin -inhibitor yang terus menerus.

65 Faktor Mikroba … (Lanjutan-1.a)
Proses pengelupasan kulit yang rutin juga merupakan alat pertahanan agar populasi bakteri di atasnya bisa terkontrol. Contoh: stafilokokus senantiasa ikut lapisan kulit yang terkelupas (Dokter bedah menggosok /mencuci tangan/lengan saat mau operasi) Sebaliknya di samping bakteri melindungi diri dari populasi bakteri lain, karateristik epithelium kulit manusia bisa melindungi inang (pasien) atau bahkan menguntungkan bakterinya.

66 Faktor Mikroba … (Lanjutan-3)
Mukus Hasil Selaput Lendir Tubuh Apabila produksi/pengeluaran mukus (mucous) selaput lendir alat respirasi berhenti, maka paru akan terkena infeksi, karena sekresi mukus merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh. Sebaliknya droplets mukus ke luar tubuh akan merupakan media penyebar bakteri/virus yang ada di dalamnya ke udara terbuka  alat transport penyakit.

67 Faktor Mikroba … (Lanjutan-4)
Mukus juga mampu menganggu pertumbuhan bakteri. Pada bronchitis kronik “English disease” , stagnasi mukus yang kental, mengakibatkan pertambahan jumlah bakterinya  ini suatu bukti mekanisme survival ada kalanya menyerang inangnya. (Perokok, polusi udara atau mutasi genetik). Saliva dari Kelenjar Ludah/air liur Juga bersifat bakterisidal dan pengontrol populasi flora bakteri yang ada di alat pencernaan (mulut). Saliva juga menyebar infeksi, terutama virus alat pernapasan, bisa menyebar melalui rangsangan batuk, bersin atau berludah.

68 Faktor Mikroba … (Lanjutan-4)
Sering ada faktor tak terduga yang melanggar dan memporakporandakan pertahanan. Disebut bahwa virus adalah yang paling untung, dibanding bakteri, karena permukaan sel virus memi- liki molekul reseptor sebagai bagian konstitusi kimiawi dindjng sel yang di antaranya mampu secara khusus mengikat reseptor lawan di permukaan virus. Perusakan/penghancuran diri adalah satu cara pengontrol populasi pada kelompok bakteri, namun juga menjadi faktor kunci mulai terjadinya penyakit infeksi Bisa saja bahwa perumbuhan cepat strain virulent terjadi akibat usaha populasi bakteri yang telah ada.

69 Faktor Mikroba … (Lanjutan-4)
Terjadilah seleksi alam. Bisa saja strain virulent memang sudah ada di tempat atau datang tiba di situ karena diangkut dari site lain. Contoh: - Streptokokus hidung pindah dari site hidung ke luka operasi. - Pseudomonas aeroginosa pindah dari usus ke traktus urinary. Dengan kata lain kuman masuk tubuh dari lingkungan yang ada: bisa tanah (luka tusuk  tetanus) bisa manusia (luka kontak seksual  GO), AIDS (luka kontak seksual, jarum suntik, darah).

70 Faktor Mikroba (Lanjutan-5)
CARRIERS dan PASIEN yang TERINFEKSI Ini adalah dua kelompok populasi yang rentan menyebarkan penyakit. Pada carriers simbiosis berjalan dengan baik sehingga inang carriers membawa kuman namun dirinya tidak menunjukkan sakit. (Contoh: carrier typhoid) Ada virus yang mencerminkan suatu simbiosis yang stabil, namun di kemudian hari mengusik dan menghasilkan penyakit pada tubuh inang carriernya (Contoh: Herpes virus yang bisa bersimbiosis bertahun-tahun)

71 RESISTENSI terhadap INFEKSI (The Stabilization & Breakdown of Symbiosis between Man & Microbes)
Mikroba ada di mana-mana, kehadirannya merupakan bagian dari kebutuhan manusia sehari-hari. Udara bukan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba. Umumnya mikroba ada di permukaan lantai, tanah, perabot rumah tangga dan terutama di permukaan tubuh manusianya sendiri (mekanisme pertahanan utama manusia adalah kulit yang sehat, berselaput zat tanduk dan tidak cedera) Contoh: Pada kanak-2 kadang terjadi lapisan tanduk lulut sering “gundul”  bila cedera  luka  pada luka akan hadir banyak koloni bakteri  reaksi tubuh akan  menghasilkan nanah (>>bakteri stafilikokus aureus dan streptokokus pyogenes) .

72 Resistensi Terhadap Infeksi (Lanjutan-1)
Kulit di samping memiliki pertahanan tubuh melalui permukaan yang kuat, masih punya 2 jenis cara pertahanan lain sebagai pengontrol populasi mikroba: 1. menghasilkan asam lemak tak jenuh 2. produk metabolik flora residen itu sendiri. Satu mekanisme terkuat untuk mencegah invasi organisme penyebab penyakit adalah kompetisi di antara berbagai species bakteri yang beralokasi di site terkait. Contoh: Exotoksin: bakteri tetanus dan diphtheria. Pada kasus fatal yang disebabkan streptokokus dan stafilokokus toxin menduduki peran kedua.

73 Resistensi terhadap Infeksi (Lanjutan-4)
Bagaimana kerusakan sel/jaringan karena toksin bakteri serta gangguannya pada metabolisme sel masih belum 100% dipahami. Toksin ada yang bentuk ensim pemakan zat kimia sel. Toxin (clostridia) merubah diri menjadi ganas karena aksi precusor protease inang. Efek lethal toksin diphtheria nampak berkaitan dengan kemampuannya menghambat sintensis protein inang. Toksin cholera menimbulkan diare berlanjut melalui stimulasi ensim adenyl cyclase dinidng usus besar.

74 Resistensi trehadap Infeksi (Lanjutan-5)
Exposure toksin bisa mengakibatkan: Pengubahan ultrastruktur mitokondrial. Hasilnya ternyata berbeda-beda antara yang terjadi pada hewannya, jaringan yang terisolasi, atau pada sel yang sudah berantakan. Yang berbahaya adalah dalam jumlah kecil sudah menimbulkan keracunan, jauh lebih rendah dari dosis untuk menimbulkan imunitas  orang tidak bisa/keburu menghasilkan kekebalan tubuh. Cara virus menyerang (melekat) dengan cara absorpsi  penetrasi (dinding sel)  masuk DNA atau RNA  di dalam sel capsid dilepas (bisa oleh ensim inang sendiri)

75 PENYAKIT INFEKSI (Catherine C. Goodman)
Setiap personel asuhan kesehatan harus senantiasa mempertahankan sikap kewaspadaan terhadap pencegahan penyakit infeksi Untuk itu perlu tahu tentang: - Proses penyakit infeksi - Mata rantai transmisi - Pemeliharaan aspek kontrol Di ruang rawat/operasi rumah sakit, kuman ditularkan melalui: - instrumen - tangan dokter dan tenaga medis-kesehatan lain - udara - pasiennya sendiri

76 SIMTOMA & TANDA-2 PENYAKIT INFEKSI (Thompson et. Al 1993)
Sangat bergantung pada: - Etiologi (tipe orgnisme penyebab) - Sistem organ tubuh yang terkena (CNS, GI, GU, Resp. dst) Simtoma sistemik di antaranya: - fever (demam), - chills (dingin-menggigil), - sweating (keringat banyak/dingin), - malaise (lemah), - nausea & vomiting (mual dan muntah). - Darah: komposisi jumlah sel berubah (leukosit) - Manula, bisa timbul: confusion (bingung), memory lost (hilang memori), sulit konsentrasi.

77 SIMTOMA & TANDA-2 PENYAKIT INFEKSI (Lanutan)
Perubahan suhu badan: (Ini bisa juga terjadi pada yang non-infeksi. Contoh: - neoplasma, - inflamasi non-infeksi, - imunologikal) Ada pasien (> manula, saat masuk rumah sakit  nosokomial)  yang sakitnya dimulai dengan: - tachypnoe (frekuensi napas pendek), - confused, - hypotension sebelum fever timbul. (Nosocomial infection = hospital acquired infection)

78 Simtoma & Tanda-2 Penyakit Infesksi (Lanjutan-1)
Inflamasi dan Eksudat bisa: - tetap terlokalisasi di satu site - menembus jaringan  menyebar ke sekitarnya - menyebar luas melalui aliran darah & limfe menuju ke seluruh tubuh. Infeksi lokal bisa menjadi abses (eksudat purulent) Leukosit membentuk dinding mengelilingi kuman/ organisme >> banyak yang mati, >> jaringan nekrotik atau dilarutkan  bisa autolysed dan diresorbsi  infeksi dan inflamasi mengurang. Bila abses rupture dan mengalir ke lokasi lain = penyebaran infeksi ke bagian lain.

79 Simtoma & Tanda-2 Penyakit Infesksi (Lanjutan-2)
Contoh: Infeksi abdominal, Spondilitis TB, Divertikulosis/appendicitis, PID (pelvic inflammatory disease), Osteomyelitis vertebrae, Arthritis septic (sacro-iliac) dan Tumor paha  abses di antara posterior peritoneum, poas dan fascia iliaca  bisa saja turun sampai ke daerah pinggul (pantat) dan bagian atas paha.

80 Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-2)
Skin Rash & Fever Bisa timbul akibat: - infeksi lokal pada kulit atau - tidak ada hubungan dengan site kulit. Contoh Penyakit dengan tanda Ujud Kelainan Kulit: - Maculopapular (scarlet fever, streptococcal) - Nodular lesion (measle, rubella, roseola, viral) - Diffuse erythema (streptococcal, pseudomonas) - Vesicobullous eruption (varcilla, herpes zooster) - Ptechial purpuric eruption (cytomegaloviral)

81 Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-3)
Red Streaks Kemerahan yang menyebar (Radiating) dari site infeksi ke arah limfo nodi regional. - Lymphangitis (streptococ. haemolyticus, staphylococcal atau kedua-duanya) pada limfo-nodi daerah: submandibular, cervical, inguinal, axillary nodes. Inflamed Lymph Nodes Ini bisa timbul akibat gangguan lain. Mudah dipalpasi di daerah leher, ketiak, inguinal. Spasm otot, kulit erytematous dan panas. Bila panasnya unilateral, sakit, membesar dan fluctuant disertai fever  bisa diikuti pyogenic infection. Pembesaran limfe nodi > 4 minggu  periksa lebih lanjut.

82 Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-4)
Joint Effusion - Monoarticular arthritis - bisa akibat infeksi: bakterial, TB, fungi dan viral. - streptococcus  suppurating arthritis. Lansia (Aging) & Penyakit Infeksi Banyak infeksi bisa menyerang manula. Ada kalanya gejala fever timbul tidak nyata, padahal infeksinya parah. Ini akibat thermoregulator yang sudah usang, atau inang sedang dalam terapi obat (aspirin, antipyretika dan lain-lain) atau kortikosteroid. Cardiovascular: - Ptechial lesions - Tachycardia, hipotensi, perubahan kecepatan nadi (bisa menurun atau meningkat tergantung jenis infeksi)

83 Simtoma dan Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-5)
CNS: Perubahan kesadaran, confusion, convulsions Sakit kepala, fotofobia, kehilangan memori, kaku kuduk, myalgia. Gastrointestinal: Nausea, vomiting, diare. Genitiurinary: Dysuria, flank pain, hematuria, oliguria, urgency, frekuensi Saluran napas: Batuk, parau, sore throat, nasal drainage, sputum production.

84 Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-6)
Terbukti 36% manula dengan FUO (fever of unknown origen)  ternyata terserang endokarditis, intra- abdominal abses, atau TB. Manula umumnya dalam status imun deregulation. Ada involusi thymus, T-cell-mediated imunitas yang berubah, akibat herpes zoster, TB. Kematian akibat influenza setelah usia 65 tahun meninggi sedangkan response pertahanan tubuh terhadap vaksin flu sangat menurun. Proses di tingkat jaringan manula  rentan terhadap infeksi akibat: - atropi kulit - achlorhydria - penurunan reflex batuk - penurunan elastisitas bronkial - penurunan mucocilliary

85 Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-7)
Keadaan yang berpengaruh pada infeksi manula adalah: - Mental & physical disability, - Status nutrisi - Adanya sakit/kronis gangguan renal, cardiac atau periferal vascular insufficiency - Faktor lingkungan, - Hygiene perorangan - Kekurangan gerak, dan vision (pengelihatan) dsb.

86 Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-8)
Kemampuan mikroorganisme menimbulkan infeksi dibedakan atas dasar: - Sifat kekhususan masing-2 kuman - Bentuk, Size dan Struktur, - Komposisi kimiawi, - Make-up genetik, - Keperluan pertumbuhan, - Kemampuan menghasilkan toksin, - Viability yang mantap walau ada yang sekarat, juga atas dasar kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

87 PENYEBAB UMUM DEMAM PASIEN RUMAH SAKIT
Atelectasis Catheter-related infection Surgical wound infection Urinary tract infection Drugs Pulmonary emboli Infected pressure ulcers. (Andreoli TE, Bennett JC, Carpenter CCJ, et al (eds): Cecil Essentials of Medicine, ed 3. Philadelphia, WB Saunders, 1993, p. 691)

88 PENYEBAB UMUM DEMAM PASIEN RUMAH SAKIT (Lanjutan)
Suhu tidak di atas 102 derajat F (39 derajat C) umumnya disertai: arthralgia umum, - myalgia dengan keluhan sakit terbatas, atau - demam dengan gejala lokal: - sakit tenggorokan, - batuk, - sakit kuadrant kanan dada (banyak terjadi pada infeksi bakterial).

89 Penyebab Demam yang durasinya lama
Kondisi yang tidak melebihi suhu 39 derajat C - Bakteriuria terkait kateter - Myocardial infarction - Atelectasis - Uncomplicated wound infection. - Any malignancy - Pulmonary emboli - Cytomegalovirus - Dehydration - Hepatitis - Pancreatitis - Infectious mononucleosis - Subacute bacterial endocarditis(Epstein-Barr virus) - TB

90 Penyebab Demam yang durasinya lama (Lanjutan-1)
Suhu lebih tinggi dari 39 derajat C, bisa menimbulkan delirium dan kejang, utamanya pada kanak-2. Suhu yang terlampau tinggi bisa merusak sel secara ireversibel (tidak dapat diperbaiki kembali). Suhu di atas 39 derajat C: - Malignant hyperthermia (secondary to anesthesia) - Transfusion reactions . - Intravenous (IV) line sepsis. - Urosepsis

91 Penyebab Demam yang durasinya lama (Lanjutan-2)
- Prosthetic valve endocarditis - Intra-abdominal or pelvic peritonitis or abscess - Clostridium difficile colitis - Procedures-related bacteremia. - Nosocomial pneumonia. - Drug fever. - Heat stroke - HIV infection. - Acute bacterial endocarditis - TB (umumnya disseminated atau extrapulmonary) - Metastasizing carcinoma ke hati dan sistem CNS

92 CHAIN of TRANSMISSION of INFECTION DISEASE
(Grimes, 1993) TRANSMISSION FACTORS CHAIN Patogen or  Virus, mycoplasmata, bacteria, rikettsiae, chlamydiae agent protozoa, fungsi Reservoir Human (Clinical cases, subclinical cases, & carriers) Animal, arthropod, plant, soil, food, organic substance Portal of exit  Genitourinary, gastrointestinal & respiratory tracts, oral cavity, open lesion, blood, vaginal secretions, semen, tears, excretions (urine, feces)

93 TRANSMISSION Chain FACTORS
Trasmission Direct: - person to person (fecal-oral, - sexual, bites, - contact with discharge from an ulcer, open-sore,or respiratory mucous droplets) Indirect: through a vehicle animate: - animal or vector such as mosquito or tick bite; inanimate: - food, water, soil, milk, air, intravenous therapy, or catheters

94 TRANSMISSION Chain FACTORS (Lanjutan)
Modes of entry : Ingestion, - inhalation, - percutaneous - injection, - transplacental entry, - mucous membranes Susceptible host: Specific immune reactions Nonspecific body defenses Host characteristics: age, sex, ethnic group, heredity, behaviors Environmental and general health status.

95 NOSOCOMIAL INFECTIONS
Infeksi yang didapat saat dirawat di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lain Seringnya transmisi infeksi ini adalah kontak direk. Yang kurang umum adalah melalui inhalasi, kontak dengan peralatan dan cairan. Program kontrol infeksi nosokomial rumah sakit meliputi surveillance, prevensi dan edukasi. (Umumnya dibentuk Panitia Nosokomial Rumah Sakit) Laju infeksi nosokomial: 5-7% pasien.

96 NOSOCOMIAL INFECTIONS (Lanjutan)
Problem saat kini akan diperparah akibat > pasien lansia, dan lebih rentan terhadap infeksi, mikroorganisme lebih virulen dan lebih resisten terhadap antibiotika. Peningkatan penggunaan dan tindakan invasive, obat-obat imunosupresan, penggunaan antibiotika yang irasional, dan kurangnya cuci tangan/hygiene pasien predisposisi terhadap infeksi atau superinfeksi. Dalam waktu yang bersamaan, makin banyaknya jumlah kontak person dengan pasien, mengakibatkan pajanan yang lebih banyak.

97 LINE OF DEFENSE Kerentanan terhadap infeksi juga terpengaruh oleh pertahanan anatomik dan fisiologik (Thompson et al. 1993). Line pertahanan Pertama: - adalah eksternal (kulit, selaput lendir, sehat, minyak dan keringat kulit, cilia saluran napas, reflex gag dan batuk, peristaltik usus, air mata, saliva, mukus). Lini pertama mencegah kuman masuk tubuh, mengha- launya sebelum berkesempatan menyerang tubuh. Sekresi tubuh (air mata, keringat, pH saliva, sekret vagina, urine, asam lambung) dapat mencegah per- tumbuhan kuman. Apabila salah satu dari mereka ada yang lemah  memungkinan inang terkait terserang invasi kuman.

98 LINE OF DEFENSE (Lanjutan-1)
Faktor lain lini pertama adalah: Flora normal (mikroorganisme) pada: - kulit - selaput mukus di mulut, - gastro-intestinal, - vagina. Mereka simbiose dengan inang. Melalui mekanisme “Microbal antagonism” mengontrol replika kuman yang potensial patogen. Ini bisa terganggu dengan adanya antibiotika yang dikonsumsi pasien  tumbuh jamur (kandidiasis).

99 Line of Defense (Lanjutan-2)
Lini pertahanan Sekunder (Kedua)  Ini adalah respons inflamasi. Ini ditujukan untuk menghambat/mencegah invasi kuman dengan cara membuat benteng pertahanan, menghancurkan atau menetralisir mikroorganisme penyerang. Respons inflamasi adalah memproteksi tubuh  leukositosis, namun bila berlanjut bisa menjurus kronik, penghancuran jaringan dan akhirnya ke pembentukan granuloma. Keadaan Inflamasi kronik memungkinkan invasi dari kuman lain-2. Lini pertama dan lini kedua ini adalah: pertahanan non-spesifik.

100 LINE OF DEFENSE (Lanjutan-3)
Lini pertahanan tertier (Ketiga)  Ini adalah: Respons Imun tubuh. Ini terjadi melalui berbagai aktivitas: - sistem limfe, - leukosit, dan - berbagai zat kimiawi, protein, ensima yang semuanya memfasilitasi pertahanan dalam tubuh. Lini pertahanan repons imun adalah spesifik terhadap antigen kuman. Antigen umumnya adalah: protein, polysachrida besar, komplek lipoprotein besar yang merangsang respons imun. Respons imun terpicu saat benda asing di area inflamasi telah dibersihkan.

101 Special Implicatios for the Therapist: Penyakit Infeksi
(Baca kopi dari Buku Pathology, Implication for the Physical Therapist) Control of Transmission: Pedoman standard harus ditaati apapun jenis infeksinya. Semua darah dan cairan jaringan pasien potensial infeksius dan harus ditangani sesuai protokol pelayan- an/perawatan, walau pasien bisa saja asimtomatik. Masing rumah sakit umumnya memiliki peraturan isolasi pasien infeksius, in harus diterapkan dan ditaati. Terapist harus memelihara daya tahan tubuhnya terhadap infeksi (Contoh: imunisasi terhadap hepatitis B, morbili, mumps, rubella, polio, tetanus, diphtheria dan varicela)

102 Special Implicatios for the Therapist: Penyakit Infeksi (Lanjutan-)
Ikuti prosedur kontrol infeksi yang baku Di antaranya: - Ikutilah teknik isolasi pasien. - Cuci tangan sesuai protokol. - Perhatikan gejala/tanda infeksi pasien. - Bila dirinya sedang rentan jangan menangani ` pasien infeksi - Hati-hati terhadap pasien dengan paralatan medis (kateter, ventilator, IV, post operasi dll)

103 Fisio-terapi Infeksi Nosokomial
Protokol Hydrotherapy Dulu peralatan hidroterapi diperiksa melalui prosedur kultur kuman  ini ternyata kurang efisien. Saat ini, berdasarkan outcome falsafah manajemen bahwa terbukti kontrol infeksi adalah berbiaya tingggi, maka selama outcome sesuai harapan dan tidak ada penyimpangan, cukup dengan menjalankan dan memonitor dilaksanakannya desinfeksi dan pembersihan paralatan sesuai protokol yang baku.

104 Fisio-terapi Infeksi Nosokomial (Lanjutan)
Berbagai jenis kuman hadir dimana-mana, apabila tidak ada yang terinfeksi oleh kuman yang hadir, maka kuman terkait tidak dianggap sebagai masalah yang mengganggu fungsi. Bila ada yang terkena infeksi, baru ditelusuri asal dari causa timbulnya dan diupayakan dihilangkan dan dicegah penyebarannya.

105 Fisio-terapi Infeksi nosokomial Home-Care
Home Health Care Terapist harus memberi petunjuk kepada perawat di rumah sakit atau personel lain yang akan melayani pasien. Mencuci tangan adalah esensial Pakai baju khsusus saat di dalam kamar pasien. Peralatan medis yang diperlukan (stetoskop, thermo- meter dll) tidak dibawa ke luar kamar pasien (bila sudah tidak diperlukan  didesinfeksi sesuai protokol).

106 Fisio-terapi Home care (lanjutan-1)
Sediakan masker, sarung tangan, celemek plastik disposable dll, serta ajarkan keluarga pasien cara merawatnyta. Paper towel disposible bisa digunakan (perhatikan cara membuangnya) Rencanakan kegiatan secermat mungkin sebelum masuk ke dalam kamar pasien. Usahakan mengurangi efek negatif pada keluarga pasien akibat pelaksanaan tindakan isolasi.

107 Home Health Care (Lanjutan-2)
Bila pasien menderita feces-born disease  beri petunjuk pada keluarga cara membuang feces dll. Selalu mengingatkan keluarga dan anda sendiri untuk mencuci tangan setelah merawat pasien. Bila pasien menderita hepatitis A, salmonellosis., ingatkan keluarga untuk tidak menyajikan makanan mentah (Lalap, salad dsb.) bagi anggota keluarga lain. Merawat pasien penderita blood-born disease: bila pasien luka dan sebaginya linen harus didesinfectan, alat pencukur jambang, sikat gigi dan sebagainya  jangan digunakan secara bersama orang lain.

108 Home Health Care (Lanjutan-3)
Terapist harus senantiasa menjaga diri dengan cermat. Bila ragu konsultasikan dengan atasan atau teman sejawat. Stetoskop mudah menyebarkan stafilokokus, hati-hati bila pasien ada luka (luka bakar = BURN). Stetoskop bisa dirawat dengan alkohol atau dtergent non-toxic lain. Mencuci dengan sabun antiseptic hanya 75% efektif. * (Prosedur mencuci tangan  baca Schaffer et al, 1996)

109 DIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR
Ada 5 (lima) dasar teknik pemeriksaan laboratoris: 1. Melihat dan mengamati langsung organisme penyebab. 2. Mendeteksi antigen kuman penyebab infeksi. 3. Mencari jawaban respon imunitas inang terhadap kuman penyebab infeksi. 4. Mendeteksi sekuens nucleotide mikroba khusus. 5. Mengisolasi mikroba melalui kultur kuman. Masing teknik memiliki kegunaan khusus, kelemahan dan kelebihan.

110 DIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR (Lanjutan)
Banyak kuman dapat ditemukan melalui cairan jaringan, sputum, urine, pus, cairan pleural, peritoneal, feces, cairan serebro-spinal dsb. Antigen bisa ditemukan pada meningitis, hepatitis B, infeksi alat pernapasan, dan genitourinaria. Histopatologis  menjawab respons inflamasi tubuh, gambaran sel akibat infeksi virus (Cytologis). Saat ini mendeteksi sekuens DNA/RNA mikrobial, isolasi kuman penyebab (Koch Postulats)


Download ppt "SESI 2 a PATOLOGI: IMPLIKASI BAGI PARA FISIOTERAPIST Petikan dari"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google