Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM"— Transcript presentasi:

1 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
APA ILMU ITU? (Pengantar) Oleh: Cuk Ananta Wijaya Fakultas Filsafat UGM Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

2 Ilmu dalam Sistem Pengetahuan Manusia
Ilmu hanyalah merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dimiliki manusia di antara berbagai pengetahuan yang lain. namun sejauh ini kiranya ilmulah yang merupakan pengetahuan yang paling dapat diandalkan berkaitan dengan fakta empiris. Penjelasan ilmiah, tentang fenomena gerhana bulan, misalnya, yang paling dapat memberikan kepuasan pada rasa ingin tahu manusia dibandingkan dengan penjelasan yang lain. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

3 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Selain itu, tradisi akademis yang dikembangkan di sekolah maupun perguruan tinggi membuat setiap orang yang pernah belajar menjadi terbiasa dengan ilmu, meskipun sejauh ini sumber pengetahuan yang paling berkembang baru sampai tahapan otoritas. Tradisi akademis membuat orang menjadi semakin rasional, sadar ataupun tidak, orang yang pernah menuntut ilmu tertentu hanya akan puas apabila setiap persoalan yang dihadapi dapat diberikan eksplanasi secara ilmiah: dalam arti didukung data dan fakta yang dapat dilakukan verifikasi secara empiris. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

4 Adapun jenis pengetahuan di luar ilmu antara lain:
1. Pengetahuan umum sehari-hari (common sense): Pengetahuan yang paling awal yang dimiliki manusia. Ketika seseorang dilahirkan, dia secara tidak terelakkan hidup di dalam satu lingkungan tradisi tertentu yang di dalamnya mencakup: adat-istiadat, agama, bahasa, dan sistem pengetahuan umum yang berlaku di tempat dia dilahirkan. Memungkinkan dia dapat berkomunikasi dengan warga masyarakat di sekitarnya, dan di situ pula dia menemukan dirinya sebagai aku yang berpribadi, terbentuk cara berpikir dan berperilakunya. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

5 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ciri khas pengetahuan common sense: tersusun dari berbagai sistem pengetahuan yang terdapat di dalam masyarakat tersebut, antara lain: agama, mitos, ideologi, filsafat, dan bahkan juga ilmu dan seni. Sekalipun berbagai jenis pengetahuan bercampur-baur di dalam pengetahuan common sense, yang jelas bahwa banyak konsep kita terima secara tidak kritis. Berbagai pengertian kita terima taken for granted, kita anggap benar adanya, dan menjadi dasar komunikasi dengan orang lain; padahal sesungguhnya pengertian tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara rasional Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

6 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Misalnya: kita percaya bahwa setiap hari matahari itu terbit dari timur dan tenggelam di barat. Arah mata angin sangat relatif dan tidak pasti, satu tempat dapat kita katakan timur atau barat, bahkan utara atau selatan tergantung pada di mana posisi kita Kita juga sering berkata bahwa, malam ini rembulan bersinar terang; padahal kita tahu bahwa rembulan sama sekali tidak memiliki sinar, melainkan hanya memantulkan sinar matahari Unsur kepercayaan sangat dominan di dalam pengetahuan sehari-hari, kita percaya bahwa orang lain sejauh menggunakan bahasa yang sama, dia dapat mengerti apa yang kita maksudkan. Lebih dari itu, kita percaya bahwa orang lain itu “baik”, apa yang mereka katakan sebagai benar dan dapat dipercaya. Tanpa ada rasa saling percaya di dalam kehidupan sehari-hari, hidup manusia akan menjadi sangat sulit. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

7 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
2. Mitos (mitologi): Digunakan untuk memberikan eksplanasi ketika orang belum menemukan penjelasan rasional. Sehingga pengetahuan mitologis, dapat dikatakan, irasional, orang yang menerima penjelasan dituntut untuk percaya begitu saja Misalnya, di dalam masyarakat Jawa era tahun 70-an, terutama di pedesaan orang tua-tua masih percaya bahwa ketika terjadi gerhana bulan mereka harus memukul kentongan secara beramai-ramai agar bulan keluar lagi Penjelasan mitologisnya adalah bahwa, gerhana bulan terjadi karena bulan dimakan raksasa (Betara Kala). Kentongan harus dipukul agar ketika mendengar suara kentongan yang bertalu-talu, sang raksasa akan pening kepalanya dan memuntahkan rembulan. Begitu percayanya orang pada waktu itu sehingga ketika terjadi gerhana bulan dapat dipastikan akan terdengar bunyi kentongan bertalu-talu hingga bulan muncul kembali. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

8 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Mitologi dalam arti legenda juga dapat ditemukan di dalam kehidupan masyarakat Jawa, misalnya mitos tentang Ratu Kidul, penguasa laut selatan Mitos bahwa raja-raja di Jawa itu keturunan para nabi dan para dewa dan berbagai mitos lain yang bersifat lokal yang hanya populer di daerah tertentu. Sifat khas pengetahuan mitologis adalah tidak didukung data empiris, sehingga sulit dibuktikan secara objektif. Pengetahuan semacam ini hanya mengandalkan pada kepercayaan bagi orang yang menganggapnya sebagai benar. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

9 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
3. Agama: Sejak awal peradaban manusia, agama mewarnai hidup manusia Agama sebagai salah satu sistem pengetahuan, lebih bersifat normatif, yaitu memberikan arah bagaimana seharusnya manusia menjalani hidup dengan baik Terlalu banyak agama di dunia ini, namun agama-agama besar yang ada di dunia sekarang ini dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu agama semitik yang terdiri atas: agama Yahudi, Kristen, dan Islam Agama besar di luar itu adalah: Hindu, Buddha, Konfusinisme. Di luar itu masih banyak lagi kepercayaan yang sinkretis, misalnya suku Druz di Lebanon yang mensinkretisasikan Islam dan Kristen, suku Seikh di India yang mensinkretisasikan Islam dan Hindu; dan agama yang masih primitif: animisme, dinamisme, politeisme, dan sejenisnya yang kesemuanya juga merupakan sistem pengetahuan . Agama sebagai sistem pengetahuan diyakini kebenarannya oleh para pemeluknya. Iman, kepercayaan sebagai dasar fundamental bagi seseorang untuk menganut agama tertentu. Para pemikir telah berusaha memberikan eksplanasi rasional berkaitan dengan masalah keberagamaan: Tuhan, keimanan, dan misteri lainnya Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

10 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Yang sangat menarik adalah bahwa, argumen yang positif maupun yang negatif atas religiusitas manusia sama-sama kuatnya dan juga sama-sama lemahnya secara rasional. Akan tetapi, sampai sekarang masih jauh lebih banyak orang yang taat beragama daripada yang telah meninggalkan agama Pemeluk agama yang taat dengan keimanannya tidak tergoyahkan oleh argumen apa pun yang mencoba menafikan agama. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

11 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
4. Ideologi: Ideologi merupakan sistem ide yang teratur yang mengarahkan perilaku manusia. Secara individual maupun secara bersama-sama orang dapat dikatakan memiliki ideologi tertentu yang mengarahkan perilakunya. Perilaku manusia bukan tanpa dasar, tujuan dan makna Ada prinsip tertentu yang diyakini kebenarannya dan akan dipertahankan apabila ada penyerangan dari pihak lain terhadap prinsip tersebut. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

12 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ideologi besar dunia: Liberalisme-Kapitalisme: menekankan kebebasan individu. Negara sesedikit mungkin mencampuri urusan individu (termasuk dalam urusan ekonomi). Negara berfungsi semacam regulator agar kepentingan individu tidak saling berkonflik. Dalam ekonomi sangat menekankan persaingan yang sehat, yang kuat mensubsidi yang lemah. Misalnya: yang berpenghasilan tinggi dikenai pajak progresif; yang miskin mendapat tunjangan sosial. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

13 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Komunisme-Sosialisme (dominan pada abad XX): Negara terlalu campur tangan terhadap urusan individu. Dapat dipertahankan karena ada pemerintahan yang otoriter. Perekonomian semua diatur negara sehingga tidak ada persaingan. Prinsip sama rata sama rasa: gaji seorang Profesor sama dengan gaji Tukang Sapu. Sekarang sudah tidak populer lagi, karena negara komunis sekarang secara tidak terelakkan membuka kantong perekonomian yang bercorak kapitalisme Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

14 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
5. Seni: Sejak munculnya peradaban, manusia juga telah mengembangkan kesenian Manusia tidak puas hanya dapat sekedar survive dan meneruskan generasinya, jika hewan dan makhluk hidup yang lebih rendah waktunya habis untuk mencari makan, bermain-main, dan mencari pasangan hidup. Tidak demikian halnya dengan manusia, meskipun manusia juga harus berusaha untuk dapat bertahan hidup sebagaimana yang dilakukan oleh hewan, namun manusia toh lebih dari sekedar melakukan apa yang secara kasat mata dilakukan oleh hewan Seni merupakan kreasi yang khas manusia, hasil perpaduan pikiran, perasaan dan imajinasi yang mampu membuat hidup manusia lebih indah dan bermakna. Hidup manusia tidak dapat lepas dari seni: dari berpakaian, membikin rumah selalu ada nuansa seninya.  Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

15 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Genealogi Ilmu   “Ilmu berasal dari masa lampau yang jauh, jauh sebelum sejarah manusia dicatat Induknya adalah ilmu gaib (magic) kesukuan. Induk yang sama juga melahirkan agama, dan bahkan mungkin sebelumnya juga telah melahirkan seni. Jadi, ilmu, agama, dan seni itu merupakan saudara sekandung. Metodenya berbeda, namun tujuannya adalah sama: untuk memahami dan menafsirkan alam semesta dan kerjanya, dari sini kemudian untuk meningkatkan kesejahteraan material dan spiritual manusia bilamana mungkin” (Weisz, dalam Lewis: 1). Kutipan tersebut semakin jelas menunjukkan kepada kita bahwa ilmu telah memiliki sejarah yang sangat panjang di dalam peradaban manusia Dalam arti tertentu, ilmu juga merupakan sebuah tradisi, yang diwariskan secara turun-menurun dari generasi ke generasi. Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan ilmu mengalami pasang-surut, tergantung pada minat dan perhatian manusia dari zaman ke zaman. 1 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

16 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ketika manusia kagum terhadap alam dan mencurahkan perhatian untuk mengkaji alam, maka yang berkembang adalah ilmu alam (zaman filsuf awal Yunani kuno Tatkala manusia mulai sadar dan mengenal diri sendiri, ilmu memusatkan perhatian pada diri manusia sendiri (zaman kaum sofis, Socrates, Plato, dan memuncak pada Aristoteles) membuat pengertian tentang manusia menjadi sangat maju, terutama yang berkaitan dengan persoalan moral. Zaman abad pertengahan, ilmu sangat diwarnai dengan nuansa keagamaan, sehingga pengetahuan tentang Tuhan yang berkembang. Zaman Renaissance, ketika manusia mengalami krisis kepercayaan terhadap pikiran yang bersifat teologis dan dogmatik, manusia mulai mengandalkan kemampuannya untuk berpikir secara otonom dan mengalihkan perhatian pada otoritas dan kemampuan yang dimilikinya. saat ini yang menonjol adalah pembahasan tentang sejauh mana manusia mampu memiliki dan mencapai pengetahuan, pemikiran tentang metode untuk mendapatkan pengetahuan sangat berkembang. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

17 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Zaman modern, menurut tradisi pemikiran barat, berlangsung sejak abad XVI ketika nama para pemikir besar: Francis Bacon, Rene Descartes, Isaac Newton, Copernicus, Galileo Galiei, dan yang hidup sezaman dengan mereka berusaha secara serius mencari metode ilmiah dan bereksperimen dalam bidang empiris, ilmu berkembang dengan sangat pesat. Berangsur-angsur ilmu memisahkan diri dari filsafat, dipelopori oleh ilmu alam; kemajuan ilmu semakin tampak lagi ketika pada abad XVIII dan XIX mulai bermunculan ilmus sosial-kemanusiaan, yang dipelopori misalnya oleh William Wundt, dalam bidang pskologi; Adam Smith dalam ilmu ekonomi; Auguste Comte, dalam bidang sosiologi; dan Wilhelm Dilthey dalam ilmu sejarah, ilmu dalam arti yang kita kenal sekarang terus berkembang dan bahkan berbagai cabang ilmu baru terus bermunculan (Lihat Sejarah Ilmu). Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

18 Ilmu Formal dan Ilmu Empiris (Pembagian menurut C. G Hempel):
Ilmu formal: Logika dan Matematika. Kebenaran di dalam logika dan matematika bersifat tautologis (kebenaran kosong), yaitu benar sejauh sesuai dengan validitas penalaran logis. Sama sekali mengabaikan isi empiris pernyataan = 4 bisa mengacu kepada apa pun, baik sesuatu yang ada di dalam alam: realitas maupun sesuatu yang mungkin saja adanya. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

19 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ilmu Empiris: ilmu apa saja di luar ilmu formal. Ilmu empiris kebenarannya bersifat korespondensi, yaitu kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan (fakta empiris, entitas teoretis, hukum, teori). Filsafat, khususnya filsafat ilmu, biasa juga menyebut ilmu di luar filsafat (khususnya ilmu empiris) sebagai ilmu khusus (special sciences). Dikatakan sebagai ilmu khusus karena memang berbeda dengan filsafat. Filsafat: melihat sesuatu as such, komprehensif, banyak juga bicara tentang nilai. Ilmu khusus: penekanan pada aspek tertentu realitas. Objek formal sangat menentukan sifat masing-masing ilmu. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

20 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ilmu formal berfungsi sebagai alat bantu analisis bagi ilmu empiris. Hal ini dapat dilihat di dalam riset kuantitatif ilmu empiris yang banyak menggunakan simbol dan notasi matematis, data statistik yang berupa angka dan bilangan. Ilmu empiris dapat maju dengan pesat setelah ditemukannya metode induktif dan eksperimen. Metode induktif memungkinkan ilmuwan dengan berangkat dari data partikular untuk menemukan generalisasi dalam rangka memberikan eksplanasi atas fakta yang sejenis. Kelebihan metode induktif: dapat memberikan keterangan baru tentang fakta realitas. Kelemahan metode induktif: kebenarannya tidak seratus persen, hanya bersifat probable. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

21 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Penemu metode induktif: Francis Bacon ( ) dalam karyanya Novum Organum. Filsuf Inggris ini juga terkenal dengan ajarannya “knowledge is power”. Untuk dapat “berkuasa” orang harus memiliki pengetahuan. Bacon juga menganjurkan dilakukannya eksperimen, dialah to have “made known the necessity for experimental physics”. Sebelum Bacon, ilmu empiris relatif tidak banyak mengalami kemajuan. Ilmuwan berpikir hanya menggunakan metode deduktif. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

22 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Metode deduktif: penalaran silogistik, berangkat dari yang umum (hukum umum) dalam rangka menyimpulkan sesuatu yang khusus. Jadi, konklusi hanya merupakan derivat dari hukum umum saja. Contoh: Semua manusia mati Paijo manusia Paijo mati Kelebihan metode deduktif: kesimpulan niscaya benar Kelemahan metode deduktif: tidak memberi keterangan baru atas fakta empiris. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

23 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Eksperimen penting bagi ilmu empiris: Eksperimen memungkinkan ilmuwan untuk secara berulang melakukan uji hipotesis hingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Eksperimen memungkinkan ilmuwan lain dapat memperoleh hasil riset yang sama sejauh menggunakan metode dan objek material yang sama. Eksperimen lebih mungkin dilakukan pada objek material yang berupa benda fisik (anorganik sampai hewan). Eksperimen pada objek material manusia sangat riskan: ada kendala etis, agama, dan hukum. Akibat eksperimen pada manusia akan sangat besar risikonya: bagaimana kalau manusia sampai mati? Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

24 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Oleh karena itu kemajuan ilmu sosial-humaniora, dapat dikatakan, lebih lambat dibandingkan dengan ilmu fisik, karena ilmu sosial lebih sulit melakukan eksperimen. Selain itu, seringkali dikatakan juga, bahwa ilmu sosial tertinggal 300 tahun di belakang ilmu fisik. Karena memang sejak Bacon, Newton, Copernicus, Galileo ilmu fisik telah mengalami kematangan dalam metode maupun prestasi. Ilmu sosial baru bermunculan pada abad 18 dan 19. Ilmu yang relatif tidak eksperimental namun kemajuannya sangat pesat adalah astronomi. Peristiwa alam raya (tata surya, misalnya) dapat diramalkan dengan sangat tepat. Apalagi setelah didukung oleh kemajuan teknologi. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

25 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Karakterisasi ilmu empiris: Pada akhirnya ilmu di luar ilmu formal berkeinginan untuk menjadi ilmu empiris, artinya ilmu berangkat dan berakhir pada fakta pengalaman. Ilmu tidak lagi puas dengan spekulasi filosofis, ilmu harus didasarkan atas data dan fakta yang keberadaannya real. Selain dapat memberikan eksplanasi, ilmu empiris berusaha juga untuk dapat memberikan prediksi dan retrodiksi atas fakta, fenomena, dan peristiwa yang akan atau telah terjadi di masa depan atau masa lampau. Prediksi: meramalkan kejadian masa depan berangkat dari fakta masa lampau dan masa kini. Retrodiksi: meramalkan (rekonstruksi) peristiwa masa lampau berangkat dari fakta sekarang. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

26 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Prediksi dan retrodiksi mungkin untuk dilakukan, karena ada asumsi bahwa: alam ini merupakan cosmos, ada keteraturan di dalamnya. Tanpa ada keteraturan sulit untuk dibayangkan apa jadinya dunia ini, karena manusia senantiasa dihadapkan pada sesuatu yang senantiasa baru. Memori manusia akan menjadi sangat kacau dan tidak berfungsi. Karena alam adalah cosmos: apa yang terjadi di masa lampau dapat pula terjadi di masa kini dan masa depan. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

27 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ilmu empiris, dapat dikatakan sebagai kelanjutan pengetahuan common sense (pengetahuan pra-ilmiah). Contoh: ilmu ekonomi muncul dari persoalan manajemen rumah tangga. Ilmu ekonomi berupaya memberi dasar rasional kepada manusia agar dapat bertindak secara rasional dalam memenuhi kebutuhannya. Agar orang tidak besar pasak daripada tiang. Orang dapat menerapkan prinsip: dengan pengorbanan tertentu dapat mencapai kepuasan sebesar-besarnya; atau dengan pengorbanan sekecil-kecilnya dapat mencapai kepuasan tertentu. Ilmu ekonomi, dapat dikatakan, objek materialnya: perilaku ekonomis manusia dengan penekanan pada aspek tertentu: pemenuhan kebutuhan. Objek material mungkin sama, misalnya manusia, namun karena objek formalnya berbeda akan melahirkan ilmu yang berbeda pula. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

28 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Dalam kenyataannya: banyak ilmu yang mengkaji manusia namun toh melahirkan ilmu yang berbeda-beda. Hal ini jelas tampak dalam ilmu sosial: ada antropologi budaya, psikologi, sosiologi, dll. Tepatlah ungkapan ilmu ditentukan oleh objek formalnya (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Ilmu diperoleh secara metodis: Pengetahuan ilmiah tidak didapatkan secara sembarangan, melainkan diperoleh dengan menggunakan metode tertentu. Metode yang secara umum telah diterima oleh masyarakat ilmiah yang secara bersama-sama menggeluti bidang ilmu tertentu. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

29 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ilmu memberikan eksplanasi sistematik: dapat memberikan penjelasan atau keterangan, terutama berkaitan dengan “Why question?”. Mengapa peristiwa, fenomena itu terjadi sebagaimana adanya. Eksplanasi teologis tidak lagi diberi tempat di dalam ilmu, karena ilmu empiris melihat penyebab pertama bukan lagi hal yang bersifat spiritual melainkan sesuatu yang bersifat fisis dan material. “Why question?” menjadi penting karena salah satu asumsi dasar dalam ilmu adalah bahwa tidak ada sesuatu yang tanpa sebab atau hukum kausalitas itu bersifat taken for granted. Penemuan sebab merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan penjelasan atas terjadinya peristiwa dan fenomena. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

30 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Kebenaran ilmiah bersifat hipotetis: kebenaran selalu dalam proses, tidak pernah tuntas, selalu dalam proses penyempurnaan. Yang dianggap benar pada suatu ketika (hukum, teori) dapat menjadi salah ketika ditemukan kebenaran yang baru. Misalnya, teori Geosentris Aristotelian digantikan teori Heliosentris. Tidak ada kemutlakan di dalam ilmu: meskipin ilmu itu empiris, dalam kenyataannya orang tidak pernah dapat melihat: atom, energi, sinar ultraviolet. Meskipun ada ilmu pasti: 0 x 0 = . Tak terhingga bukanlah merupakan kepastian Benar: sejauh belum terbukti salah. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

31 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Objektivitas ditekankan: ilmu empiris menekankan objektivitas. Seolah-olah objek menampakkan diri sebagaimana adanya. Unsur subjektivitas sang peneliti sebisa mungkin direduksi: ilmuwan tidak boleh memanipulasi data, hasil riset tidak harus sesuai dengan kemauan ilmuwan. Ilmu fisis lebih mungkin menerapkan prinsip objektivitas ini dibandingkan dengan ilmu sosial-humaniora. Metode hermeneutika dalam ilmu sejarah, misalnya, justru memberi tempat bagi subjek peneliti di dalam melakukan riset. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM

32 Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM
Ilmu merupakan sistem yang terbuka: ilmu dapat dilihat sebagai proses dan sebagai produk. Ilmu sebagai proses: aktivitas ilmuwan di dalam menemukan pengetahuan ilmiah. Ilmu sebagai produk: masyarakat sebagai pengguna hasil temuan ilmuwan. Jadi, ilmuwan dan masyarakat saling mempengaruhi di dalam aktivitas ilmiah. Ilmu bukan untuk ilmu semata, melainkan untuk menghasilkan kebaikan dan kemanfaatan bagi masyarakat. Ilmuwan di dalam melakukan riset tidak dapat begitu saja menutup diri dari masyarakat sebagai pengguna ilmu. Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM


Download ppt "Apa ilmu itu/CAW/Fil/UGM"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google