Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview"— Transcript presentasi:

1 BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview
Ekosistem Hutan Halimun Bagian Timur Kecamatan Nanggung & Sukajaya Kabupaten Bogor

2 BRAVO: Rangkuman Eksekutif
Apa: Sejak perluasan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS,) dari luas Ha menjadi Ha, lahan-lahan petanian (sawah dan kebun) masyarakat yang sebelumnya berada di bawah kelola kawasan hutan produksi Perum Perhutani berubah menjadi berada dalam kawasan TNGHS. Ketidak jelasan status hukum akses masyarakat atas lahan pertanian dan ruang hidupnya berdampak pada kecenderungan masyarakat untuk melakukan perluasa lahan pertaniannya. Sementara itu, peluang hukum pelibatan masyarakat dalam pengelolan kawasan taman nasional belum terimplemantasi dengan baik . BR yang akan digunakan adalah Advokasi Rencana Tata Ruang Kesepakatan (RTRK) dan atau Zonasi Kawasan Khusus. Tujuan dari strategi ini adalah : 1) Mendorong Pengakuan Model PSDHBM (KDTK & K2LPR) Melalui Skema Pengelolaan Kolaboratif, 2) Membuka ruang dialog antara masyarakat-TNGHS-pihak terkait lainnya, dan antar anggota masyarakat atas isu-isu konservasi, kebijakan yang terkait dengan tata ruang kawasan konservasi dan program pengelolaan kolaboratif . Harapannya melalui strategi ini dari pihak masyarakat akan ada kesepakatan pemahaman atas akses ruang pengelolaan di kawasan konservasi , dan dari pihak TNGHS akan ada kesepakatan pemahaman atas model-model yang diinisiasi dari masyarakat untuk bisa dijadikan input informasi penetapan Zona Khusus kawasan konservasi TNGHS. Tahapan proses pengelolaan kolaboratif adalah : tahap pemetaan partisipatif  tahap perencanaan komunitas ground checking (observasi partisipatif)  penetapan MoU Kesepakatan pengelolaan Contoh sukses pengelolaan kolaboratif di kawasan konservasi yang sudah ditetapkan sebagai pengelolaan zona khusus adalah penetapan Kawasan Dengan Tujuan Khusus di Propinsi Lapung Barat, yang difasilitasi oleh organisasi LATIN dan Icraf. Dengan contoh sukses tersebut di atas dan diperkuat dengan kebijakan yang ada, maka strategi yang dipilih adalah sangat rasional diimplementasikan diKawasan Halimun. Melalui strategi ini, dengan adanya kejelesan status hukum akses masyarakat pada kawasan TN, dan kesepakatan pengelolaan kawasan, maka ancaman perluasan lahan pertanian masyarakat dapat ditekan. Siapa: Kelompok yang disasar adalah masyarakat di 27 kampung-di 3 desa-di 2 kecamata dengan total populasi orang. Masyarakat ini adalah yang hidup dan tinggal di dalam kawasan TNGHS, perluasan TN eks Perum Perhutani. 10 kampung yang sudah menginisiasi model pengelolaan KDTK dan K2LPR, 1 kampung sudah dalam tahap kegiatan perencanaan komunis dan 8 kampung sudah dalam tahap pemetaan partisipatif, dan 8 kampung belum disentuh dalam tahapan proses menuju pengelolaan kolaboratif. Sedangan TNGHS dan pihak terkait lainnya juga akan menjadi sasaran target untuk proses pengakuan model pengelolaan koraboratif KDTK dan K2LPR Nilai-nilai BRAVO Nilai Kelayakan: 3.45 Nilai Dampak: 3.67

3 Kapan: Program akan dijalankan dalam kurun waktu kurang kebih 1, 5 tahun. Dimulai pada Juli 2009 dengan fase persiapan ( assessment ulang konsep PSDHBM, pengumpulan data sekunder), fase implementasi (kajian model PSDHBM Vs MKK, verifikasi hasil kajian, diskusi pakar, dialog & Negosiasi, ground checking, penyusunan regulasi fungsi ruang dalam PSDHBM, Penandatangan MoU kesepakatan pengelolaan kolaboratif), fase monev, dan fase reporting Bagaimana: Pelaksanaan program membutuhkan biaya sebesar USD Proses penggalangan dana dimulai dari penyusunan dokumen proposal yang kemudian akan diusahakan untuk diajukan kepada pihak Rare dan atau donor lainnya. Disamping itu, diupayakan juga untuk ada kontribusi dari masyarakat, Pemkab, dan RMI. Tim pelaksana program adalah manager kampanye bekerja sama dengan tim dari Direktorat Pemberdayaan Masyarakat-RMI, sukarelawan, masyarakat, staf TNGHS, dan pihak lainnya yang berminat mendukung pelaksanaan kegiatan program ini.

4 Ekosistem Hutan di Halimun Lestari
TOC K+ A+ IC+ BR  BC  TR  CR masyarakat mengetahui : Fungsi ekologis. sosial dan ekonomi kawasan PSDHBM, Kebijakan tata ruang kawasan konservasi-zonasi, Kebijakan & program pengelolaan kolaboratif di kawasan konservasi, Batasan hak "penguasaan" dan hak "akses" pengelolaan di kawasan konservasi, Jenis-jenis local eatdible plant (endemik) di kawasan TNGHS yang bisa dibudidayakan di dalam konsep PSDHBM mereka perambahan kawasan konservasi TNGHS dapat ditekan dan diminimalisir Masyarakat menyepakati : model PSDHBM mereka yang berbasis fungsi ekologis, sosial dan ekonomi, pemahaman hak "akses" atas konsep/model PSDHBM mereka, model PSDHBM harus mempertimbangkan daya dukung masyarakat (pertumbuhan penduduk), model PSDHBM mereka yang memuat local eatdible plant (endemik) TNGHS diantara masyarakat terjadi diskusi tentang : hak akses Vs hak milik, daya dukung lingkungan dari sebuah konsep model PSDHBM, jenis2 local eatdible plant yg ada di kawasan TNGHS, peluang kebijakan & program pengelolaan kolaboratif, zonasi2 TNGHS Advokasi RTRK dan atau Zonasi kawasan khusus, Berhenti membuka lahan baru dan mengadopsi pola-pola PSDHBM Ekosistem Hutan di Halimun Lestari

5 Panduan Perancangan BRAVO Ekonomi (1 dari 3)
Kriteria Penjelasan Skor Biaya-biaya Biaya-biaya yang diproyeksikan di awal proyek Mendorong Pengakuan Model PSDHBM (KDTK & K2LPR) Melalui Skema Pengelolaan Kolaboratif Fase persiapan Assesment ulang konsep dan implementasi PSDHBM (KDTK & K2LPR) --- USD 600 Transportasi dari dan ke lokasi Transportasi lokal Lumsum Pengumpulan data sekunder (sosial ekonomi, jenis eatdible plant di Halimun, kebijakan-kebijakan pendukung) --- USD 600 Fotocopy Pertemuan kampung (akomodasi & Konsumsi) Fase implementasi Kajian Model PSDHBM Vs MKK (proses pengumpulan data, kompilasi data lapang –literatur, analisis) --- USD 600 Transportasi dari ke lokasi kajian Local transport Pertemuan dengan pihak TNGHS dan pihak terkait lainnya (Akomodasi & Konsumsi) Verifikasi hasil kajian (Pertemuan kampung, pertemuan dengan pihak TNGHS) --- USD 400 Diskusi pakar --- USD 300 Transportasi Akomodasi & Konsumsi Komunikasi Perlengkapan (Fotocopy bahan, alat tulis, dll) Workshop sosialisai hasil kajian --- USD 2000 Ruang Meeting Perlengkapan meeting Transportasi peserta WS, fasilitator WS, Narasumber WS Akomodasi dan konsumsi WS Perbanyakan materi Dokumentasi WS Dialog & Negosiasi --- USD 600 Transportasi dari ke lokasi Ground checking --- USD 400 Penyusunan Regulasi Fungsi Ruang dalam PSDHBM --- USD 200 “Event” penandatanganan MoU --- USD 1500 Perlengkapan (Fotocopy bahan, alat tulis, “entertain”, dll) Fase Monitoring & Evaluasi --- USD 1200 Transportasi dari ke lokasi Reporting --- USD 1200 Perkiraan biaya total $12.000 Kemampuan untuk dapat memperkirakan beban biaya 4 Biaya per perilaku yang diubah (misal per orang dalam kelompok target Target: ( =9841orang) Biaya per orang: $ 1.22 $ Nilai Rata-rata

6 Panduan Perancangan BRAVO Ekonomi (2 dari 3)
Kriteria Penjelasan Skor Pemasukan Deskripsi aliran pemasukan Total penggalangan dana : $ Sumber: Rare, donor lainnya, masyarakat, Pemkab, RMI Total pendapatan : $ Sumber: Persentase biaya total yang tersedia 1: % Saat ini RMI masih dalam tahap pencarian dana 1 Kemungkinan sukses penggalangan dana Proses pencarian dana ke lembaga donor sedang dalam proses. Peluang keberhasilannya masih 50%. Sedangkan proses penggalangan dana dari Pemkab, masih belum terlihat. Selanjutnya, peluang pengajuan kepada lembaga Rare juga masih belum jelas. Masih diperlukan proses pendekatan dna negosiasi kepada pihak donor 2 Jangka waktu penggalangan dana 1 bulan Ketepatan pendanaan Ketepatan pendanaan sangat bergantung pada keberhasilan penggalangan dana 3 Keberlanjutan dana Tidak diketahui Profit/ (rugi) Perbedaan antara profit dan kerugian Skor rata-rata 1.6

7 Panduan Perancangan BRAVO Ekonomi (3 dari 3)
Kriteria Penjelasan Nilai Penggantian Pendapatan (jika relevan) Sumber pendapatan baru sehubungan dengan sumber pendapatan yang lama 1 = Sumber pendapatan dikurangi 20% atau lebih; 4 = Sumber pendapatan ditingkatkan sebanyak 20% atau lebih (Gunakan skala 1-4) Jika penggantian pendapatan merupakan hambatan utama, dan penyingkiran hambatan melibatkan penyediaan suatu bentuk pendapatan alternatif bagi anggota masyarakat, indikasikan apakah pendapatan alternatif tersebut akan melebihi sumber pendapatan sebelumnya. Sediakan detil mengenai sumber pendapatan yang baru, infrastruktur, dan dukungan yang perlu diadakan untuk membantu menjamin sumber pendapatan alternatif. N/A Kelangsungan keberadaan sumber pendapatan yang baru 1 = Sumber pendapatan yang baru tidak berkesinambungan; 4 = Sumber pendapatan sangat berkesinambungan (Gunakan skala 1-4) Gambarkan detil mengenai kehandalan pendapatan alternatif tersebut dan kemampuannya bertahan dalam jangka panjang. Berikan detil mengenai dukungan, struktur-struktur, organisasi-organisasi yang diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan sumber pendapatan yang akan bertahan lama dari sumber pendapatan alternatif tersebut. Nilai Rata-rata

8 Panduan Perancangan BRAVO Teknikal (1 dari 2)
Kriteria Penjelasan Score Teknologi Kemampuan untuk diperoleh & Ketersediaan N/A Pendampingan teknologi Tepat untuk keadaan-keadaan Nilai Rata-rata

9 Panduan Perancangan BRAVO Teknikal (2 dari 2)
Kriteria Penjelasan Score Kapasitas / Kemampuan Organisasional Dukungan Mitra Penyingkiran Hambatan Pokja Zonasi yang dibentuk oleh TNGHS. Pokja zonasi tediri dari parapihak yang memiliki perhatian pada pembagian zonasi-zonasi yang berkeadilan di kawasan TNGHS. RMI salah satu bagian dari tim pokja zonasi 4 Kemampuan mitra Penyingkiran Hambatan untuk menggerakkan perubahan Pokja zonasi memiliki kekuatan untuk memberikan masukan yang signifikan atas pola zonasi di kawasan TNGHS. Saat ini pokja zonasi tidak terlau aktif karena keterbatasan dana. Perencanaan anggaran dan pelaksanaan yang efisien biaya 3 Nilai Rata-rata 3.66 Mitra Lainnya Mitra kritikal lainnya 1 = Tidak ada mitra lainnya atau tidak akan memberikan dampak 4 = Terdapat mitra lainnya dan dapat mendampingi (Gunakan skala 1-4) Dengan narasi, buat daftar mitra lainnya yang mungkin diperlukan. Buat daftar peran dan tanggungjawab, tingkat keterlibatan, dan kondisi-kondisi yang terkait. Sebagai contoh, jika kesuksesan tergantung pada mitra pihak ke-tiga, yang walaupun memiliki peran yang “kecil”, maka buat daftar faktor-faktor mitigasi jika keterlibatan tidak memungkinkan. Buat rangkuman pengaturan waktu ketersediaan mitra. Apakah ketersediaan mitra sejalan satu dengan lainnya? Jika tidak diketahui, tulis tidak diketahui.. TNGHS, Direktorat PMA-RMI, Icraf, Huma, Cifor, WG Tenure, JKPP, P4W (Pusat Perencanaan Pengembangan Wilayah)

10 Panduan Perancangan BRAVO Budaya/Politik (1 dari 2)
Kriteria Penjelasan Nilai Kepemimpinan Masyarakat Para pemimpin dan orang berberpengaruh dalam masyarakat PATEN (Sukandar, Rohmat, Suratma /Isur); KSM Nyungcung (Uci Sanusi, Ibu Mursih), Kelompok Tani Sekar Sari (Pak Mualim Atim), Kelompok Tani Alam lesatri (Pak Husin, Oman) 3 Kemauan kepemimpinan untuk menyokong Proses penyusunan model PSDHBM (KDTK dan K2LPR) telah diinisasi oleh kelompk dan individu-individu tersebut di atas. Setalah 4 tahun berjalan, kelompok dan individu yang mengelola model PSDHBM ini membutuhkan kepastian hukum atas akses pengelolaan di wilayah mereka yang sejak keluarnya SK Menhutbun No. 175 ttg Perluasana Kawasan TNGH menjadi TNGHS, wilayah yang dikelola oleh kelompok dan individu masyarakat tersebut masuk ke dalam wilayah kelola TNGHS. Dan status mereka dalam kaca mata pihak TNGHS adalah perambah kawasan. 4 Nilai Rata-rata 3.5

11 Panduan Perancangan BRAVO Budaya/Politik (2 dari 2)
Kriteria Penjelasan Nilai Lingkungan Politik Situasi undang-undang dan legislatif saat ini Permenhut P.19/2004 ttg Pengelolaan Kolaborasi di kawasan konservasi, Permenhut No. 56/2006 ttg Zonasi di TN, UU No. 26/2007 ttg Tata Ruang; PP No. 69/1996 ttg peran serta masyarakat dalam penataan ruang 4 Kemauan mendorong perubahan legislatif Melalui program MKK dari TNGHS– sangat terbuka luas peluang untuk membuat RTRK berama masyarakat 3 Nilai Rata-rata 3.5 Nilai-nilai dan Norma-norma Penilaian norma-norma MoU harus berpijak pada nilai-nilai lokal Kemampuan mengangkat rintangan-rintangan yang bersifat normatif Nilai-nilai normatif di masyarakat sangat mendukung konservasi. Contoh siloka yang membumi dikalangan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam secara lestari adalah sebagai berikut: “gunung kayuan, lamping awian, legok balongan, lebak sawah, datar imahan. Si jabrig dipipir, si jambrong di kolong”,…. Yang artinya kira-kira sebagai berikut: gunung yang hutan, lereng yang berbambu, lembah berkolam, hamparan sawah, pemukiman, peternakan dan hewan-hwan lainnya harus menjadi satu kesatuan pengelolaan yang tidak terpisahkan

12 Panduan Perancangan BRAVO Dampak dan Metrik-metrik (1 dari 2)
Kriteria Penjelasan Nilai Dampak konservasi Kemungkinan dampak konservasi Jika MoU pengelolaan kolaboratif tercapai,perambahan kawasan konservasi akan terkendali. Dalam MoU tersebut akan mencantumkan kesepakatan-kesepatan AKSES masyarakat atas sumberdaya kawasan yang dilandaskan pada perencanaan kampung (wilayah, kependudukan, dan daya dukung) dalam kurun waktu tertentu ke depan. Disamping itu, dalam MoU juga dicantumkan pola-pola atau model-model pengelolaan lahan yang disepakati, yaitu model agroforestry tradisional yang mengedepankan tanaman pohon jenis-jeins lokal sebagai tumbuhan utamanya. 4 Kesinambungan dampak Masyarakat akan merasakan manfaat dari keberadaan zonasi di TNGHS Nilai Rata-rata

13 Panduan Perancangan BRAVO Dampak dan Metrik-metrik (2 dari 2)
Kriteria Penjelasan Nilai Titik-titik Ungkit Titik Ungkit Pertama Masyarakat menyetujui konsep PSDHBM yang dikembangkan oleh mereka (KDTK & K2LPR) untuk diakui oleh negara (dalam hal ini pihak TNGHS) Pihak TNGHS menyetujui dan mengakui model PSDHBM yang dikembangkan masyarakat memenuhi dan sesuai dengan kebijakan negara yang terkait dengan pengelolaan kawasan koservasi (zonasi) Cisangku, Desa Malasari yang telah bersepakat dengan TNGHS dalam pengelolaan kolaborasi (MoU) menjadi motivator bagi kampung lainnya 4 Titik Ungkit Ke-dua Titik Ungkit Ke-tiga Nilai Rata-rata Metrik-metrik Keluaran-keluaran yg dapat diukur 1 = Program tidak memiliki metrik atau sulit diukur; 4 = Program telah membuat metrik-metrik yang jelas dan dapat diukur Kasus perambahan hutan menurun, hal ini dapat dilihat dari peta luasan kampung/desa yang saat ini dianggap masuk kedalam kawasan perambahan, menjadi kawasan yang disepakati menjadi kawasan dengan pengelolaan khusus melalui MoU. Dalam MoU selain kesepakatan akses atas luasan kawasan yang dapat dikelola oleh masyrakat, juga ada kesepakatan model pengelolaannya. Model-model ini yang menekankan pada sistem agroforetsry akan kenekan area lahan yang tidak terkelola dengan baik 3

14 Dampak dan Metrik-metrik
Barrier Removal Assessment and Viability Overview (BRAVO) Nilai Gabungan Kategori Sub-kategori Nilai Rata-rata Nilai Kategori Kelayakan Ekonomi Biaya-biaya 4 2.86 Pendapatan 1.6 Penggantian Pendapatan 3 Teknik Teknologi 3.84 Kapasitas / Kemampuan Organisasional 3.67 Mitra Lainnya Budaya / Politik Kepemimpinan Masyarakat 3.5 Lingkungan Politik Norma-norma Budaya Nilai Kelayakan 3.45 Dampak Dampak dan Metrik-metrik Dampak Konservasi Titik-titik Ungkit Metrik-metrik Nilai Dampak Masukkan nilai rata-rata di kolom sebelah kanan Anda. Ambil Nilai Kelayakan dan masukkan ke dalam Miradi, kemudian ambil Nilai Dampak dan masukkan ke dalam Miradi. Jika salah satu nilai yang dimasukkan ke Miradi tersebut (kelayakan atau dampak) berada di bawah X, anggap strategi tidak tepat dan lihat kebutuhan untuk melakukan BRAVO untuk ke dua kalinya, untuk mengkaji strategi yang berbeda.

15 Panduan Perancangan BRAVO Faktor-faktor Resiko
Konsekuensi Strategi-strategi Mitigasi Tidak ada titik temu atau kesepahaman bersama antara masyarakat dan TNGHS tentang konsep pengelolaan kolaborasi Munculnya kebijakan baru yang tidak mengakomodir kepentingan masyarakat Tidak tersedianya dukungan logistik Tidak ada MoU Pengelolaan Kolaborasi di Kawasan Konservasi Ruang partisipasi masyarakat terbatas Akses masyarakat terhadap kawasan terbatas Kegiatan tidak berjalan karena tidak sesuai dengan yang direncanakan Mendorong masyarakat dan TNGHS untuk bersama-sama menemukan irisan konsep yang sesuai dengan fungsi kawasan dan kesejahteraan masyarakat. Mendorong revitalisasi aturan dan norma di tingkat masyarakat dalam konteks konservasi Pengalihan usaha yang tidak berbasis lahan, seperti budidaya ternak, pengembangan jamur, pengembangan NTFP, dll Mendorong dan meyakinkan lembaga donor dan lembaga lainnya serta masyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan ini

16 Panduan Rancangan BRAVO Para Penulis dan persetujuan-persetujuan
DR. Bambang S Kepala Balai TNGHS (diskusi melalui ) Nia Ramdhaniaty Manager PMA –RMI (diskusi tatap muka) Rojak Nurhawan Fasilitator Lapang-RMI (diskusi tatap muka) Bagus Priatna Ina Indah R Volunteer Riset (diskusi tatap muka)


Download ppt "BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google