Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERENCANAAN AUDIT.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERENCANAAN AUDIT."— Transcript presentasi:

1 PERENCANAAN AUDIT

2 Tujuan Instruksional Setelah menyelesaikan bab ini, Anda diharapkan mampu: Memahami dan menjelaskan dasar perencanaan audit Memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai materialitas dan risiko audit Menyusun perencanaan audit secara komprehensif

3 Pendahuluan Suatu audit, sama seperti proses-proses lainnya, menggunakan sumber daya yang terbatas untuk menyediakan suatu jasa/layanan. Oleh karena itu, persiapan dan perencanaan yang seksama diperlukan sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menyediakan jasa terbaik kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil audit dan pihak-pihak yang membayar auditor untuk waktu dan usahanya. Output dari perencanaan audit adalah : rencana audit tertulis untuk melakukan pekerjaan lapangan. pernyataan tujuan audit berupa apa yang akan dihasilkan dari audit dan karenanya menunjukkan apa yang akan dilaporkan oleh auditor. Formulasi tujuan-tujuan audit dilakukan melalui proses langkah demi langkah yang meliputi pemilihan aspek-aspek keuangan dan/atau kinerja dan/atau aspek lain yang secara khusus diidentifikasikan dalam tahapan survei awal, mengonfirmasikan apa yang auditor inginkan atau ingin pelajari, dan menetapkan tujuan-tujuan audit. Tahapan persiapan audit berisi berbagai kegiatan berkenaan dengan penerimaan penugasan audit dan perolehan berbagai informasi yang diperlukan untuk mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara menyeluruh

4 Lanjutan… Perencanaan audit dapat dikategorikan dalam dua kelompok utama perencanaan, perencanaan organisasi audit dan perencanaan penugasan audit. Perencanaan organisasi audit dapat dirinci menjadi dua jenis perencanaan, yaitu perencanaan jangka panjang, yang sering disebut sebagai rencana strategis, dan perencanaan jangka pendek yang biasanya dalam jangka waktu satu tahun, yang disebut perencanaan operasional. Perencanaan penugasan audit adalah perencanaan untuk setiap penugasan yang dilakukan oleh tim audit. Perencanaan organisasi merupakan metode yang digunakan auditor untuk membagi waktunya pada masing-masing penugasan dan pada masing-masing auditan. Setiap organisasi audit memiliki kewajiban berdasarkan undang-undang maupun kewajiban lain yang harus dipenuhi untuk setiap auditan. Lembaga audit harus memastikan bahwa lembaga ini memiliki sumber daya yang cukup untuk melayani para auditannya, baik saat ini maupun di masa depan, yang dituangkan dalam rencana operasional.

5 Perencanaan Lembaga Audit
Lembaga audit pemerintah, baik internal maupun eksternal, umumnya memiliki tugas yang lebih luas daripada akuntan publik. Misalnya, Bawasda mempunyai tugas-tugas tertentu yang tertera dalam peraturan perundang-undangan mulai dari pemeriksaan keuangan sampai dengan pemeriksaan investigasi adanya kecurangan (KKN). Sifat praktik sektor publik (pemerintahan) yang beragam mengharuskan suatu rencana strategis dirancang untuk menetapkan audit prioritas pada jangka menengah (satu sampai lima tahun). Dengan melakukan perencanaan strategis, pekerjaan-pekerjaan prioritas dapat ditetapkan. Sumber daya yang ada dan kebutuhan pelatihan sumber daya kemudian dapat dikombinasikan untuk menghasilkan input yang memadai untuk menghasilkan output audit yang diinginkan.

6 Perencanaan Lembaga Audit lanjutan…
Lembaga audit dapat memberikan layanan-layanan kepada berbagai lembaga auditan. Untuk setiap auditan, lembaga audit mungkin memiliki berbagai tugas dan setiap tugas ini mungkin memerlukan beberapa penugasan audit individual. Rencana strategis mengorganisasikan berbagai penugasan berbeda ini ke dalam seperangkat penugasan yang koheren dan menghasilkan suatu kerangka kerja untuk layanan-layanan audit yang efektif dan efisien. Ketika suatu lembaga audit memiliki lebih dari satu lembaga auditan, sumber daya yang dimiliki harus didistribusikan kepada setiap lembaga auditan ini. Inspektorat Jendral suatu departemen dapat menghabiskan hampir sebagian besar waktunya untuk melayani departemen bersangkutan dan sebagian kecil waktunya untuk melayani lembaga-lembaga di pemerintah daerah dalam bentuk penyediaan jasa keahlian tertentu

7 Perencanaan Strategis untuk Setiap Auditan
Lembaga audit biasanya akan mengarahkan usahanya pada penugasan-penugasan yang akan mencakup semua bidang yang secara finansial signifikan dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh auditannya. Lembaga audit hanya akan berkonsentrasi pada bidang-bidang yang dianggap material. Selain itu, lembaga audit juga harus mempertimbangkan untuk memeriksa bidang-bidang yang memiliki risiko signifikan terjadinya salah saji keuangan, pengendalian intern yang buruk atau aktivitas yang tidak efisien dan efektif. Beberapa penugasan audit mungkin akan mencakup bidang-bidang yang memiliki risiko audit yang substansial dan juga material. Jelaslah bahwa lembaga audit harus mempertimbangkan semua kemungkinan penugasan pada satu auditan berdasarkan materialitas dan risikonya sebelum lembaga tersebut memutuskan tingkat kepentingan setiap penugasan secara relatif.

8 Lanjutan… Manfaat yang diperoleh auditor jika perencanaan audit dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, yaitu: a). Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup Dengan merencanakan audit sebaik-baiknya, auditor dapat menentukan kecukupan bahan bukti yang diperlukannya sesuai dengan risiko dan materialitas tiap-tiap pos laporan keuangan. Bahan bukti yang kompeten dan cukup dapat digunakan auditor untuk mendukung pendapat yang dikeluarkannya. b). Membantu menentukan sumber daya yang diperlukan dan biaya audit Dengan perencanaan, auditor dapat menentukan prosedur audit yang hendak dilakukan sehingga lama pemeriksaan dan biaya audit dapat diperkirakan. Selain itu perencanaan yang jelas dapat menghindarkan tumpang tindih prosedur audit, yang merupakan penyebab membengkaknya biaya audit.

9 Lanjutan… c). Menentukan prioritas Jika auditor ingin menyelesaikan audit sebelum waktu yang ditetapkan, maka teknik yang digunakan adalah menetapkan prioritas pada prosedur audit individual. Tiap-tiap prosedur diselesaikan sesuai dengan urutan prioritas dan tidak melakukan prosedur audit pd pos-pos yg dianggap aman. d). Meningkatkan disiplin dalam penyelesaian proses audit Sebagaimana hutang yang memiliki tanggal jatuh tempo, audit juga memiliki target yang hendak dicapai baik dari segi waktu, biaya, maupun pencapaian. Perencanaan audit merupakan gambaran target yang harus dicapai oleh auditor. e). Membangun saling pengertian dengan auditan Rencana audit dapat digunakan untuk mengkomunikasikan gambaran proses audit yang akan dilakukan terhadap perusahaan/instansinya. Diharapkan dapat terjalin saling pengertian dan kerja sama antara auditor dengan auditan.

10 lanjutan Audit dengan perencanaan yang baik akan mengantisipasikan beberapa hal berikut: Berbagai jenis audit, karakteristik auditan dan penugasan staf yang kompeten. Arah dan pengendalian audit. Aspek-aspek kritis. Jangka waktu penyelesaian. Di samping manfaat, ada beberapa hambatan dalam perencanaan audit yang harus dihindarkan oleh auditor: a). Perencanaan audit terlalu rumit dan tidak efisien Perencanaan audit dapat menjadi rumit jika sebagian besar waktu dialokasikan untuk melengkapi kertas kerja secara detail dan hanya sedikit alokasi waktu untuk prosedur audit yang sebenarnya. b). Perencanaan audit yang kaku Perencanaan audit yang tidak fleksibel akan membuat auditor melanggar rencana audit yang telah ditetapkan. Kegagalan dalam melaksanakan audit sesuai rencana berisiko menghilangkan semua manfaat yang bisa didapat dari perencanaan audit

11 Lanjutan… Dalam suatu audit keuangan, perencanaan auditnya harus mempertimbangkan hal-hal berikut: Masalah yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dan sektor dari organisasi publik dan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas untuk organisasi binis. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan pemeriksaan. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian pemeriksaan, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sifat laporan hasil pemeriksaan yang diharapkan akan diserahkan.

12 Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Kinerja
Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna laporan hasil pemeriksaan. Memperoleh pemahaman mengenai program yang diperiksa. Mempertimbangkan pengendalian intern. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpanganpenyimpangan dari ketentuan dan peraturan perundang-undangan, ketidakpatuhan terhadap kontrak/perjanjian, kecurangan (fraud) dan ketidakpatutan (abuse). Mengidentifikasi kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang harus diperiksa. Mengidentifikasikan temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan dari pemeriksaan terdahulu yang dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan sekarang. Pemeriksa harus menentukan apakah manajemen sudah memperbaiki kondisi yang menyebabkan temuan tersebut dan sudah melaksanakan rekomendasinya.

13 Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Kinerja
Mengidentifikasi submer data potensial yang mungkin dapat digunakan untuk mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data yang dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa, data yang diperoleh pemeriksa, atau data yang disediakan pihak ketiga. Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemerksa lain atau ahli lainnya dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain untuk melaksanakan pemeriksaan. Mengomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta informasi umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang terkait. Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan secara tertulis.

14 Perencaaan Audit Keuangan
Perencaaan audit keuangan secara umum terdiri atas tujuh bagian utama yakni: Persiapan perencanaan audit Penetapan tujuan audit Pemahaman atas entitas yang diaudit Melakukan prosedur analitis awal Menentukan materialitas, dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh

15 Perencanaan Audit Kinerja
Mengumpulkan informasi tentang entitas audit dalam rangka memperoleh pengetahuan tentang auditan dan masalah-masalah yang dihadapinya. Menetapkan tujuan dan cakupan audit. Melakukan analisis awal untuk menentukan pendekatan yang akan diadopsi dan sifat dan luasnya prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan kemudian. Menandai permasalahan-permasalahan khusus yang telah diketahui selama perencanaan audit. Menyiapkan suatu anggaran dan jadwal untuk audit. Mengidentifikasi kebutuhan staf dan tim audit. Mendiskusikan dengan entitas yang diaudit mengenai cakupan dan tujuan-tujuan audit.

16 Persiapan Perencanaan Audit
Sebelum mengembangkan rencana audit secara menyeluruh, auditor melakukan persiapan perencanaan audit/perencanaan awal. Persiapan ini menyangkut penugasan dan perhitungan biaya audit. Prosedur persiapan perencanaan audit berisi penelitian yang dilakukan sebelum suatu perencanaan audit yang menyeluruh dilakukan. Bagi auditor eksternal pemerintah, penugasan diberikan oleh Lembaga atau atas nama Lembaga melalui surat tugas. Surat tugas merupakan alat kelengkapan bagi tim auditor di dalam melakukan tugas audit. Surat tugas memuat penugasan atas nama Lembaga, susunan tim auditor yang ditugasi, jangka waktu pelaksanaan tugas, tempat dan tanggal dikeluarkannya surat tugas, nama dan tanda tangan pemberi tugas.

17 Lanjutan… Hal lain yang harus diperhitungkan dalam perencanaan awal adalah biaya audit. Biaya audit merupakan masalah yang penting karena terkait dengan pelaksanaan proses audit. Biaya audit dihitung dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan audit. Faktor-faktor tersebut adalah: sasaran audit, didasarkan antara lain jumlah anggaran, jumlah dan jenis kegiatan, serta objek yang akan diperiksa tujuan audit, didasarkan pada jenis audit yang dilakukan kendala yang dihadapi, didasarkan antara lain pada: lokasi sasaran audit (tersebar/terpusat, jauh/dekat), sistem administrasi penyimpanan dokumen (terpusat/tersebar, tertib/tidak), dan sebagainya jarak lokasi objek audit jumlah personel tim auditor Luasnya prosedur persiapan perencanaan pada umumnya bergantung pada pemahaman auditor terhadap calon auditan dan tingkat keahliannya atas bidang-bidang tertentu yang menjadi perhatiannya.

18 Melaksanakan Audit terhadap Auditan Baru
Auditor harus memiliki kemampuan untuk memahami situasi baru dengan cepat. Ini merupakan bagian dari pekerjaannya. Persiapan untuk mengaudit auditan baru juga memerlukan kemampuan tersebut. Pada umumnya, akuntan publik menginvestigasi calon auditan sebelum memutuskan menerima penugasan atau tidak. Investigasi ini meneliti bagaimana status auditan dan hubungannya dengan akuntan publik. Seringkali, calon auditan telah diaudit oleh akuntan publik lainnya. Dalam situasi ini, auditor yang kemudian harus berkomunikasi dengan auditan sebelumnya berdasarkan SPAP No. 16. Tujuannya adalah untuk membantu auditor yang kemudian mengevaluasi apakah akan menerima penugasan. Meminta informasi dari auditor sebelumnya adalah prosedur yang harus dilakukan karena auditor sebelumnya dapat memberikan informasi bagi auditor yang kemudian dalam menentukan apakah akan menerima atau menolak penugasan.

19 Melaksanakan Audit terhadap Auditan Baru
Auditor yang kemudian harus menaruh perhatian dalam beberapa hal, misalnya auditor yang sebelumnya dan yang kemudian dapat mempunyai perbedaan pendapat mengenai implementasi prinsip akuntansi, prosedur audit dan hal-hal penting lainnya. Auditor yang kemudian harus mendapatkan persetujuan dari calon auditan sebelum meminta penjelasan dari auditor yang sebelumnya karena auditor dilarang memberikan informasi rahasia yang diperoleh sepanjang audit tanpa persetujuan dari calon auditan. Akuntan publik dapat menggunakan sumber-sumber lain untuk penyelidikannya, seperti penasehat hukum, organisasi lain, perbankan, dan lembaga-lembaga tertentu yang menjadi pengamat organisasi yang diaudit. Akuntan publik dapat menyewa penyelidik profesional untuk mendapatkan informasi tentang reputasi dan latar belakang dari tim manajemen/pejabat organisasi yang diperiksa. Dalam hal melanjutkan penugasan dari auditan yang tahun sebelumnya diaudit (auditan lanjutan), kantor akuntan publik harus secara rutin melakukan evaluasi ulang terhadap auditannya untuk menentukan apakah mereka tetap melanjutkan penugasan audit.

20 Lanjutan… Daftar Persiapan untuk Auditan Baru
1. Dapatkan angka-angka dan penelaahan rinci dari periode sebelumnya. 2. Dapatkan, bila memungkinkan, kertas kerja auditor periode sebelumnya. 3. Jika tidak memahami operasi auditan baru, kegiatan penelitian diperlukan untuk memperoleh pemahaman tentang: a. Kegiatan-kegiatan secara umum. Apa saja yang dikerjakan auditan: Membaca buku, dan Berdiskusi dengan auditor lain. b. Peraturan perundang-undangan yang secara khusus terkait dengan auditan. c. Permasalahan-permasalahan umum yang berkaitan dengan organisasi auditan. d. Pengguna jasa atau pelanggan dari organisasi auditan. e. Pemasok organisasi auditan: Para pegawainya sendiri, Rekanan-rekanan

21 Lanjutan… 4. Diskusikan penugasan audit dengan manajemen puncak auditan: Alasan melakukan audit – untuk kesopanan. Latar belakan operasional secara umum seperti yang dinyatakan dalam point 3. di atas. Penyelenggaraan administrasi. Berbicara dengan manajemen puncak tentang: Untuk alasan kesopanan dan untuk menjelaskan alasan-alasan audit bila alasan-alasan ini belum jelas. Tentang perubahan-perubahan utama dalam sistem. Tentang perubahan-perubahan dalam jajaran manajemen dan personil kunci. Tentang perubahan-perubahan perundang-undangan. Tentang kontrak-kontrak baru yang besar. Tentang adanya tuntutan hukum dan kewajiban kontinjen lainnya. 5. Kemudian diskusikan: Kapan auditan siap menerima auditor melaksanakan pekerjaannya. Kapan laporan audit diperlukan. Pekerjaan yang dibutuhkan oleh pegawai audit termasuk, bila ada, audit internal 6. Untuk penugasan audit yang besar, riset atas operasional sistem secara rinci diperlukan sebelum perencanaan rinci dimungkinkan. Hal ini akan meliputi evaluasi sistem dan pembuatan flowchart

22 Lanjutan… Daftar Pengecekan untuk Persiapan Audit bagi Auditan Lama:
1. Menelaah arsip kertas kerja dan korespondensi. 2. Memperoleh laporan manajemen atau revisi anggaran atau informasi tertentu lainnya. 3. Berbicara dengan manajemen puncak: Untuk alasan kesopanan dan untuk menjelaskan alasan-alasan audit bila alasan-alasan ini belum jelas. Tentang perubahan-perubahan utama dalam sistem. Tentang perubahan-perubahan dalam jajaran manajemen dan personil kunci. Tentang perubahan-perubahan perundang-undangan. Tentang kontrak-kontrak baru yang besar. Tentang adanya tuntutan hukum dan kewajiban kontinjen lainnya. 4. Kemudian mendiskusikan: Kapan auditan siap menerima auditor melaksanakan pekerjaannya. Kapan laporan audit diperlukan. Pekerjaan yang diperlukan oleh pegawai auditan, termasuk, bila ada, audit internal.

23 Mengidentifikasi Alasan Penugasan Audit
Ketika auditor ditugaskan atau memutuskan untuk melaksanakan penugasan, ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pada kebanyakan audit dilaksanakan secara tahunan karena peraturan yang mengharuskannya. Beberapa audit lain dilaksanakan tidak berdasarkan persyaratan yang ada dalam perundang-undangan dan dilaksanakan secara tidak teratur. Staf auditan yang paham audit-audit ini untuk alasan suatu hubungan yang baik dan untuk memudahkan pelaksanaan audit meminta penjelasan tentang sebab dan sifat audit. Kegagalan memberikan informasi kepada staf auditan tepat pada waktunya dapat mengganggu proses perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan audit berikutnya. Identifikasi alasan penugasan audit berguna dalam merencanakan bukti-bukti yang akan dikumpulkan. Jika laporan keuangan akan digunakan oleh pengguna yang lebih luas, auditor harus memperoleh bukti lebih banyak lagi. Pada sektor publik, penugasan audit mungkin diminta oleh instansi pemerintahan, terutama berkaitan dengan audit kinerja.

24 Memperoleh Kesepahaman dengan Pihak yang Memberikan Penugasan
Setelah auditor menerima penugasan, auditor melakukan pertemuan dengan auditan atau pihak yang memberikan penugasan untuk memperoleh kesepahaman. Kesepahaman dengan pihak yang memberikan penugasan dituangkan dalam suatu surat penugasan. Dokumen ini berisi tujuan-tujuan penugasan, tanggung jawab auditor dan auditan, dan pembatasan-pembatasan dalam penugasan. Ini merupakan persetujuan antara auditor dengan pihak yang memberikan penugasan. Persetujuan ini harus berisi apakah auditor akan melakukan suatu audit, review atau jasa lainnya. Persetujuan ini juga harus menyatakan pembatasan-pembatasan yang dikenakan atas pekerjaan auditor , batas waktu penyelesaian audit, bantuan-bantuan yang diberikan oleh auditan dalam memperoleh bukti-bukti dan catatan-catatan, dan jadwal yang disiapkan, serta persetujuan akan besarnya honorarium (dalam hal penugasan diterima oleh akuntan publik). Surat penugasan dapat menyatakan bahwa auditor tidak menjamin bahwa semua kecurangan dapat ditemukan. Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dengan pihak yang memberikan penugasan berkenaan dengan tanggung jawab hukum dari auditor, auditan dan pihak yang memberikan penugasan. Surat penugasan mempengaruhi waktu pemeriksaan dan jumlah waktu audit dan jasa lain yang diperlukan, oleh karenanya berpengaruh dalam perencanaan audit. Jika batas waktu penyerahan laporan audit segera setelah tanggal laporan keuangan, sebagian besar porsi audit harus dilaksanakan sebelum tahun anggaran berakhir.

25 Pemilihan Staf untuk Penugasan
Pertimbangan dalam pemilihan staf untuk menjadi anggota tim audit adalah dua standar umum pertama, yaitu kompetensi profesional dan independensi. Penugasan staf yang tepat juga mendukung audit yang efisien. Pada penugasan audit yang lebih besar, perlu dipertimbangkan penugasan beberapa staf yang berpengalaman dalam melakukan audit dan juga tenagatenaga spesialis pada bidang-bidang teknis, seperti sampling statistik dan penilaian risiko komputer. Institusi auditor pemerintah juga harus mengevaluasi anggota tim yang ditugaskan untuk memastikan ketiadaan gangguan independensi secara personal dengan auditan. Selain independensi, auditor pemerintah juga harus memastikan bahwa mereka telah memenuhi standar berkenaan kompetensi profesional. Penugasan staf juga harus mempertimbangkan pengaruh jangka panjang seperti penugasan staf yang belum berpengalaman berdampingan dengan staf yang sangat berpengalaman akan membuat staf yang belum berpengalaman menjadi staf yang sangat kompeten setelah beberapa penugasan audit.

26 Persiapan Berkaitan dengan Audit Kinerja
Sebelum memutuskan untuk melakukan audit kinerja, auditor sebaiknya melakukan studi awal yang akan menjadi dasar apakah audit kinerja jadi dilaksanakan atau tidak. Hasil dari studi awal ini berupa suatu memorandum studi awal dan suatu rencana kerja bila manajemen lembaga audit memutuskan melanjutkan ke audit kinerja. Studi awal ini biasanya dilaksanakan dalam periode yang sangat singkat. Auditor harus memiliki perspektif yang menyeluruh dan berkesinambungan dalam melakukan studi awal karena auditor melakukan pemantauan terhadap bidang-bidang spesifik. Pemantauan yang aktif dan berorientasi kepada masalah akan memudahkan auditor untuk menemukan permasalahan-permasalahan dan mengidentifikasi bidang-bidang potensial untuk diaudit. Auditor harus memiliki pemahaman tentang kecenderungan, permasalahan-permasalahan efisiensi dan efektivitas dan aktivitas-aktivitas yang sedang berjalan pada berbagai bidang yang auditnya mungkin akan dilaksanakan. Ketika menetapkan apa yang akan diaudit, menetapkan batasanbatasan audit, audit kinerja juga memerlukan informasi apa yang dibutuhkan untuk menganalisis persoalan-persoalan dan permasalahan-permasalahan yang ada. Kenyataan bahwa auditor menghadapi situasi yang kompleks ketika melaksanakan audit kinerja berarti auditor harus lebih banyak memberikan perhatian pada persiapan awal ini.

27 Penetapan Tujuan Audit
Setiap audit harus memiliki tujuan audit. Agar audit dapat dijalankan dengan efektif, tujuan audit harus ditetapkan dengan jelas. Tujuan ini akan memberikan arah bagi auditor dalam melakukan audit. Tujuan-tujuan audit berkaitan dengan mengapa audit dilakukan dan apakah audit tersebut didasarkan pada perintah dari otoritas yang lebih tinggi. Setiap penugasan audit dimulai dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai, dan kemudian tujuantujuan ini menentukan jenis pekerjaan lapangan yang akan dilakukan dan standar audit yang harus diikuti. Suatu penugasan audit dapat memiliki seperangkat tujuan yang meliputi lebih dari satu jenis audit, seperti audit komprehensif, atau dapat memiliki seperangkat tujuan audit yang terbatas pada beberapa aspek dari satu jenis audit, seperti audit laporan keuangan. Auditor harus menaati standar-standar yang berlaku untuk masing-masing tujuan audit atau penugasan atestasi.

28 Lanjutan… Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit bertujuan secara umum: a). Mengetahui batasan-batasan yang ada pada pekerjaan audit b). Mengidentifikasikan wewenang yang dimiliki dalam pelaksanaan audit c). Memastikan bahwa auditor telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku d). Memberikan keyakinan bahwa pendekatan audit yang direncanakan telah sesuai dengan kebijakan audit yang ditetapkan e). Memastikan bahwa tujuan audit telah memenuhi kebutuhan legislatif f). Mengidentifikasi pihak-pihak yang berhak menerima laporan audit

29 Pemahaman Atas Entitas/Program yang Diaudit
Untuk setiap penugasan audit, auditor harus memahami entitas bisnis. Informasi yang dikumpulkan untuk tahapan ini umumnya sama dari satu penugasan ke penugasan lain walaupun ada beberapa perbedaan-perbedaan kecil karena perubahan-perubahan tertentu dari entitas yang diaudit Dalam tahap ini, auditor mengumpulkan informasi untuk memperoleh pemahaman secara keseluruhan tentang entitas yang diaudit, awal berdirinya dan sejarahnya, ukuran dan lokasinya, organisasi, misi, kegiatan utama (tugas pokok dan fungsi), strategi, risiko melekat, risiko KKN, dan sekilas tentang pengendalian intern. Pemahaman atas aspek operasi dari auditan dalam proses perencanaan akan Ada tiga alasan perlunya pemahaman yang baik atas entitas yang diaudit: Banyak sektor/industri mempunyai aturan akuntansi yang khas yang harus dipahami auditor untuk mengevaluasi kesesuaian laporan keuangan auditan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum Membantu mengidentifikasi risiko bawaan dalam sektor/industri yang akan mempengaruhi penetapan risiko audit yang dapat diterima Membantu membuat perbandingan dengan organisasi/perusahaan lain yang sejenis sehingga mempermudah interpretasi informasi audit

30 Lanjutan… Pengetahuan mengenai sektor/industri auditan dapat diperoleh dengan berbagai cara sebagai berikut: Diskusi dengan auditor pendahulu yang mengaudit di tahun-tahun sebelumnya atau dengan auditor yang sedang melakukan penugasan serupa Peninjauan atas fasilitas auditan. Peninjauan secara langsung dapat membantu auditor mendapatkan pemahaman dan visualisasi yang nyata mengenai entitas yang diaudit Melakukan pertemuan dengan pegawai auditan Menelaah berbagai literatur seperti: pedoman auditor, jurnal, majalah ekonomi sehubungan dengan entitas yang akan diaudit Menelaah kebijakan dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa melalui berkas permanen auditor Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis/ahli dari luar. Hal ini dilakukan jika auditor menghadapi situasi yang memerlukan pengetahuan khusus sehingga perlu untuk menghubungi seorang spesialis, diatur dalam PSA 39 (SA 336). Tiga dokumen dan catatan yang berkaitan erat dengan kewajiban hukum auditan yakni: Peraturan perundang-undangan pembentukan organisasi dan peraturan tugas pokok dan fungsinya atau akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan/organisasi Notulen rapat pejabat, dewan direksi dan komisaris Dokumen kontrak

31 Lanjutan… Pemahaman atas Entitas yang Diaudit dalam Audit Kinerja
Berkenaan dengan audit kinerja, auditor harus memperoleh pemahaman akan hal-hal berikut: Mandat atas program dan lembaga yang diaudit. Tujuan-tujuan program dan kinerja. Hubungan akuntabilitas. Lingkungan internal dan eksternal dari auditan dan stakeholder-nya. Hambatan-hambatan eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan program. Tenaga ahli di bidang yang sesuai. Proses dan operasi manajemen program. Sumber daya yang digunakan.

32 Lanjutan… Auditor juga memerlukan beberapa informasi tambahan, yaitu:
1. Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) yang digunakan oleh auditan. 2. Pemahaman tentang sumber daya yang menjadi input, proses, dan output program. Beberapa faktor kualitatif, seperti yang tertera dalam paragraf 7.9 Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Kinerja, adalah: Apakah program yang diaudit sensitif dan menjadi perhatian masyarakat, misalnya efisiensi PT PLN untuk menunda kemungkinan kenaikan tarif listrik. Apakah program yang diaudit merupakan program baru atau ada perubahan-perubahan dalam kondisi program, misalnya audit atas efisiensi program pemberantasan korupsi. Apakah audit yang dilaksanakan dapat berperan menyediakan informasi yang dapat memperbaiki pertanggungjawaban Pemerintah dan pengambilan keputusan. Seberapa luas review atau pengawasan independen bentuk lainnya.

33 Prosedur Analitis Awal
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan nonkeuangan...meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.” Prosedur analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit berlangsung yakni saat perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit. a). Memahami kegiatan entitas yang diaudit Umumnya auditor mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang auditan yang diperoleh di tahun sebelumnya sebagai titik tolak perencanaan audit tahun berjalan. Dengan melakukan prosedur analitis, perubahan yang terjadi dapat diamati dari perbandingan informasi tahun berjalan (yang belum diaudit) dengan informasi tahun sebelumnya yang telah diaudit. Perubahan tersebut dapat mencerminkan kecenderungan yang penting atau kejadian spesifik. Contohnya menurunnya persentase marjin kotor selama beberapa waktu dapat mengindikasikan inefisiensi kinerja perusahaan.

34 Prosedur Analitis Awal
b). Menunjukkan kemungkinan salah saji Perbedaan yang tidak diharapkan (fluktuasi yang tidak biasa) antara data keuangan tahun berjalan yang belum diaudit dengan data keuangan yang dijadikan pembanding dapat mengindikasikan adanya salah saji atau ketidakberesan akuntansi. Fluktuasi yang tidak biasa terjadi jika diperkirakan tidak ada perbedaan tetapi kenyataannya terjadi perbedaan, atau bila diperkirakan terjadi perbedaan, yang ternyata tidak terjadi. Aspek prosedur analitis ini sering disebut “arahan perhatian” karena prosedur ini menghasilkan prosedur yang lebih rinci dalam bidang audit khusus di mana terdapat kemungkinan ditemukannya salah saji. c). Mengurangi pengujian terinci Jika prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, maka implikasinya adalah adanya kemungkinan salah saji material telah diminimalisasikan. Dengan kata lain, pos tersebut tidak memerlukan pengujian rinci, prosedur audit tertentu dapat dihilangkan, sampel dapat dikurangi, atau pelaksanaan prosedur audit pada pos tersebut dapat dilaksanakan sesudah tanggal neraca.

35 Lanjutan… Auditor umumnya melakukan beberapa langkah berikut untuk mencapai tujuan-tujuan prosedur analitis awal, yaitu: a). Membandingkan angka-angka pada tahun berjalan dengan angka-angka pada tahun lalu, baik data keuangan maupun data kuantitatif nonkeuangan. b). Mengidentifikasi fluktuasi-fluktuasi atau kecenderungan-kecenderungan yang tidak biasa. c). Mengevaluasi kemungkinan faktor-faktor penyebab terjadinya fluktuasifluktuasi.

36 Materialitas dan Risiko dalam Audit
Setelah tujuan audit ditetapkan dan berbagai bidang yang diaudit dianalisis dalam prosedur analitis awal, tingkat materialitas untuk angka-angka yang diaudit harus ditetapkan. Auditor tidak mungkin memeriksa semua hal untuk memastikan bahwa semuanya telah diperlakukan dengan selayaknya dalam suatu sistem atau telah dilaporkan dengan benar. Ia harus memutuskan sampai tingkatan mana memeriksa hal-hal tersebut yang sesuai dengan tujuan-tujuannya, dan karena hal inilah konsep materialitas dan risiko muncul dalam audit. Banyak faktor yang menyebabkan auditor tidak dapat memeriksa semua hal, seperti: Jangka waktu audit. Sifat audit dan kapasitas sumber daya yang ada. Keterbatasan anggaran, dan

37 Materialitas Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional. Pernyataan FASB No. 2 mendefinisikan materialitas sebagai jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang, dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Materialitas juga didefinisikan dalam International Accounting Standard. Menurut standar ini, informasi dipandang sebagai material bila disajikan salah atau tidak disajikan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan ekonomis yang diambil oleh pengguna laporan yang mendasarkan keputusan-keputusannya sebagian pada informasi dalam laporan keuangan.

38 Lanjutan… Tujuan penetapan materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika auditor menetapkan jumlah yang rendah berarti lebih banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan. Tanggung jawab auditor adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan salah saji dalam jumlah yang material. Apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material, ia harus memberitahukan hal tersebut pada auditan, sehingga koreksi dapat dilakukan. Jika auditan menolak untuk mengkoreksi laporan tersebut, pendapat dengan pengecualian atau pernyataan tidak wajar harus diberikan. Oleh karena itu, auditor harus memahami benar penerapan materialitas. Materialitas menunjukkan dua aspek dari auditing. Aspek pertama yang lebih umum adalah penggunaan materialitas pada ukuran dan sensitivitas kesalahan yang dapat mempengaruhi laporan audit. Aspek lainnya seperti yang telah dikemukakan sebelumnya berkenaan dengan kedalaman pemeriksaan dalam suatu audit.

39 Lanjutan… Ada lima langkah audit yang terkait dengan penerapan konsep materialitas, dua diantaranya dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu: 1. Menetapkan penentuan awal tentang materialitas. Penentuan ini dinyatakan sebagai penentuan awal karena akan berubah sepanjang audit proses bila ada perubahan kondisi. Alasan utama untuk menetapkan penentuan awal ini adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dan dievaluasi. Jika auditor menetapkan tingkat materialitas yang rendah maka diperlukan bukti yang lebih banyak daripada jika auditor menetapkan tingkat materialitas yang lebih tinggi. 2. Mengalokasikan penentuan materialitas awal kepada berbagai bidang atau segmen. Alokasi ini diperlukan karena bukti-bukti dikumpulkan untuk setiap bidang atau segmen pemeriksaan, bukannya keseluruhan pemeriksaan. Jika auditor memiliki penetapan materialitas awal untuk setiap bidang atau segmen, penetapan ini akan membantunya menentukan bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap bidang atau segmen. Dalam praktik, alokasi ini sulit dilakukan karena sulitnya menduga bidang atau segmen mana yang mungkin mengandung salah saji atau temuan. Oleh karena itu, alokasi materialitas ini juga memerlukan pertimbangan profesional. 3. Mengestimasikan kesalahan pada setiap segmen. 4. Mengestimasikan kesalahan secara total. 5. Membandingkan estimasi kesalahan total dengan penetapan materialitas awal atau yang sudah direvisi.

40 Risiko Audit Risiko dalam audit berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Risiko adalah penilaian auditor akan kemungkinan terjadi kesalahan dalam simpulan-simpulannya yang dinyatakan dalam laporan audit. Risiko audit dapat didefinisikan sebagai risiko yang dihadapi auditor dengan menderita kerugian karena menghasilkan laporan atau memberikan opini audit yang tidak layak. Kerugian ini dapat berupa rusaknya reputasi auditor atau dalam bentuk kompensasi moneter atas kerugian yang diderita pihak lain (misalnya auditan atau pihak yang memberikan penugasan) atau bahkan keduanya. Menurut Nasamiku Liandu, laporan/opini yang tidak layak ini dapat terjadi karena: Tidak mengumpulkan bukti audit yang layak. Secara sengaja diarahkan pengumpulan buktinya oleh pihak-pihak yang menyediakan bukti dengan menyembunyikan bukti yang bila diberikan kepada auditor dapat mengarah pada simpulan/opini yang berbeda. Salah menginterpretasikan (mengambil simpulan yang salan) dari bukti yang dikumpulkan.

41 Risiko Audit lanjutan…
Auditor akan memerlukan perencanaan berkaitan dengan risiko bila menghadapi tiga situasi berikut: 1. Bila melakukan perencanaan pekerjaan audit yang menggunakan pendekatan non-statistik. 2. Bila tingkat kesalahan dalam sampling diperkirakan akan tinggi. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan sampling statistik pada bagian berikutnya. 3. Menilai kebergantungan kepada pengendalian intern. Hal ini akan dibahas pada bagian pemahaman dan penilaian pengendalian intern.

42 Lanjutan… Model risiko audit dapat digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus. Rumusnya adalah sebagai berikut:

43 Tabel Faktor-faktor Yg mempengaruhi Risiko

44 Perencanaan Audit Rinci dan Penjadwalan
Setelah menentukan materialitas dan risiko audit, auditor merencanakan program audit secara rinci. Praktik yang lebih disukai adalah setiap siklus memiliki program audit tersendiri. Program audit pada umumnya dirancang dalam tiga bagian pengujian substantif: prosedur analitis, Pengujian rinci atas transaksi, dan pengujian terinci atas saldo.

45 Prosedur Analitis Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah. Perhatian harus diberikan pada bagaimana prosedur analitis dapat membantu pencapaian risiko deteksi yang dapat diterima sebelum memilih pengujian terinci. Pada saat hasil prosedur analitis sesuai dengan yang diharapkan dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, maka tidak perlu dilakukan pengujian terinci

46 Pengujian Rinci Atas Transaksi
Pengujian rinci atas transaksi terutama melibatkan penelusuran (tracing) dan pemeriksaan (vouching). Contoh, transaksi penjualan dapat ditelusuri ke catatan akuntansi seperti jurnal penjualan atau dokumen sumber seperti faktur dan voucher penjualan. Fokus auditor melakukan pengujian ini adalah penemuan kesalahan moneter, bukan penyimpangan dari pengendalian. Prosedur lainnya yang dapat dilakukan adalah pengajuan pertanyaan (inquiry) dan pelaksanaan kembali (reperformance). Pengujian rinci atas transaksi biasanya lebih banyak memakan waktu sehingga lebih mahal dari pengujian analitis, meski masih lebih murah dibandingkan dengan pengujian atas saldo. Pengujian rinci atas transaksi dapat efektif jika ditargetkan pada kesalahan potensial. Efisiensi biaya juga dapat dilakukan dengan melakukan pengujian bertujuan ganda. Contohnya, terdapat laporan pengecualian atas pos-pos yang telah ditagih tetapi barang belum dikirim. Auditor dapat menguji perincian transaksi bersamaan dengan pengujian prosedur tindak lanjut atas laporan pengecualian.

47 Pengujian Rinci Atas Saldo
Pengujian rinci atas saldo berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun, bukan debet dan kredit secara individual yang ada dalam neraca. Contoh, auditor meminta konfirmasi bank atas saldo kas dan konfirmasi pada pelanggan atas saldo piutang. Kefektifan pengujian ini bergantung pada prosedur tertentu yang dilakukan dan jenis bukti yang diperoleh. Jika risiko deteksi tinggi, maka auditor menggunakan dokumendokumen yang disiapkan secara intern dan melakukan prosedur audit secara terbatas. Sebaliknya jika risiko deteksi rendah, auditor cenderung menggunakan dokumen eksternal dan memperluas prosedur auditnya. Pengujian rinci atas saldo sering menggunakan dokumen eksternal dan pengetahuan auditor secara langsung. Pengujian ini sangat efektif tetapi cenderung sangat memakan waktu dan mahal untuk dilakukan.

48 Penjadwalan Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mungkin mempengaruhi penentuan waktu pengujian. Jika tingkat risiko deteksi tinggi, pengujian substantif dapat dilakukan beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya pada saat risiko deteksi rendah, pengujian substantif dilakukan pada atau mendekati tanggal neraca. Akan tetapi terdapat kemungkinan bertambahnya risiko audit sampai tanggal neraca. SAS No. 45 tentang Substantive Test Prior to Balance Sheet Date menyebutkan bahwa kondisi yang memberikan kontribusi pada pengendalian risiko adalah: 1. Pengendalian intern yang efektif selama periode tersisa 2. Tidak ada kondisi yang mendorong manajemen untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan selama periode tersisa 3. Saldo akhir tahun dari akun yang telah diuji pada tanggal interim dengan pertimbangan yang tepat, dapat diprediksi dalam hal jumlah, signifikansi relatif serta komposisi 4. Sistem akuntansi auditan dapat memberikan informasi mengenai transaksi yang tidak biasa maupun fluktuasi yang signifikan selama periode tersisa tersebut. Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka akun tersebut harus diuji pada tanggal neraca. Akan tetapi dalam praktik, auditor tidak akan melakukan pengujian substantif terhadap seluruh asersi dalam suatu akun. Misalnya, auditor dapat melakukan pemeriksaan fisik terhadap persediaan auditan pada tanggal interim untuk memenuhi asersi eksistensi. Tetapi auditor baru akan memperoleh nilai pasar setelah tanggal neraca untuk memenuhi asersi penilaian.

49 Siapa yang Menyiapkan dan Menelaah Program Audit?
Penyelia (supervisor) akan memberikan arahan-arahan bagaimana program audit harus dibuat. Pada organisasi yang baik, pola dasar program audit biasanya telah dibakukan dalam buku petunjuk audit sehingga pembuat program audit tidak perlu menyiapkan program audit dari kertas kosong. Pada umumnya, staf yang paling tepat untuk menyusun draft program audit adalah staf audit senior yang berpengalaman berhubungan dengan auditan sehingga memahami berbagai kegiatan dan permasalahan harian dari auditan. Manajer audit (supervisor) biasanya akan mengerjakan bagian persiapan dari penyusunan program audit yaitu ruang lingkup audit dan jangka waktu penyelesaian kegiatan audit.

50 Siapa yang Menyiapkan dan Menelaah Program Audit? Lanjutan…
Program audit secara rinci akan dikembangkan oleh ketua tim audit (staf audit senior). Setelah draft selesai disusun, draft tersebut akan ditelaah oleh manajer audit dengan menggunakan dua kriteria berikut: 1. Apakah penyusun memahami apa yang manajer audit butuhkan dari audit? 2. Apakah manajer audit memahami implikasi-implikasi dari instruksi-instruksi dalam draft program audit, terutama dalam mencapai tujuan-tujuan audit?

51 Bentuk dan Isi Program Audit
Beberapa atribut berikut penting dimiliki oleh suatu program audit, yaitu: Mengikuti pola perencanaan yang logis. Dalam bentuk terketik. Memiliki bukti telah ditelaah oleh manajer audit. Harus berisi rincian penting dari setiap aspek pekerjaan yang penting. Harus memiliki judul-judul dan subjudul-subjudul yang jelas. Disusun sependek mungkin.

52 Bentuk dan Isi Program Audit
Format seperti ini berlaku untuk semua jenis audit. Judul/subjudul yang pada umumnya ada dalam suatu program audit sebagai berikut: Auditan/Judul/Tanggal. Informasi ini merupakan informasi mendasar yang harus ada dalam program audit. Tujuan-tujuan audit dan ranking tujuan-tujuan tersebut. Format pelaporan. Rincian staf audit Staf auditan. Jadwal Hal-hal penting berkenaan dengan audit. Angka-angka yang akan diaudit. Materialitas Prosedur audit rinci.


Download ppt "PERENCANAAN AUDIT."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google