Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MATA KULIAH AQIDAH ISLAMIYAH PUSAT STUDY ISLAM ASY-SYIFA’

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MATA KULIAH AQIDAH ISLAMIYAH PUSAT STUDY ISLAM ASY-SYIFA’"— Transcript presentasi:

1 MATA KULIAH AQIDAH ISLAMIYAH PUSAT STUDY ISLAM ASY-SYIFA’
Andri Ismail, MA عقيدة الإسلامية MATA KULIAH AQIDAH ISLAMIYAH PUSAT STUDY ISLAM ASY-SYIFA’ Pertemuan ke-2

2 Sumber Aqidah Wahyu: Al-Qur’an ,Sunnah Nabi, Ijma’ sahabat (sumber pokok) Akal: Ilmu Pengetahuan dan logika (Berfungsi sebagai alat untuk memahami Sumber pokok).

3 Sumber-sumber Aqidah Al-Qur'an
Diyakini bersama bahwa semua isi Al-Qur'an tidak perlu diragukan lagi, karena semuanya kalamullah. Dalam mengambil dalil dari Al-Qur'an untuk menetapkan suatu materi aqidah, para ulama menggunakan metode-metode berikut; merujuk kepada tafsir dari Al-Qur'an sendiri. Bila tidak ditemukan penjelasannya sendiri di dalam Al-Qur'an, kemudian mencari tafsirnya di dalam; hadits Nabi Saw., tafsir para sahabat, tafsir para tabi’in makna bahasa Arab.

4 Ketentuan dalam memahami AlQuran;
Haram menafsirkan dan menjelaskan Al-Qur'an khususnya yang berkenaan dengan aqidah dengan hanya menggunakan akal. Tidak boleh membawa dan mencondongkan penafsiran ayat Al-Qur'an khususnya tentang hanya kepada mazhab tertentu. Lebih memperioritaskan makna-makna syar'i dibanding makna-makna bahasa. Memahami lafadz-lafadz Al-Qur'an yang mempunyai banyak arti atas makna yang jelas dan mudah dipahami. Pendapat yang benar dari ulama berkaitan dengan lafadz-lafadz Al-Qur'an, khususnya tentang aqidah bahwa lafadz-lafadz tersebut tidak mengandung makna kiasan atau majaz.

5 Metode Al-Qur'an menetapkan masalah-masalah Aqidah
Sedangkan metode Al-Qur'an menetapkan masalah-masalah aqidah secara umum ada dua; (1). penyusunan ayat-ayat berurutan yang berkenaan dengan petunjuk-petunjuk aqidah dengan gaya bahasa pemberitaan yang mutlak benar dan jelas sekali maknanya yang tidak mungkin seorang pun mengingkarinya. (2). Penyusunan ayat-ayat yang teratur menurut pertimbangan dan ukuran akal yang sehat.

6 Penyimpangan dalam Memahami Al-Qur’an
Ada penyimpangan-penyimpangan dalam memahami Al-Qur'an dan hadits yang berkaitan dengan aqidah, yaitu sebagai berikut; ilhad, yaitu menyimpang -dengan berdalil kepada nash-nash Al-Qur'an dan hadits- dari kebenaran yang ditetapkan oleh keduanya. Hal ini terdiri dari tiga macam; (1). menamakan Allah Swt. dengan nama yang tidak layak dan tidak pantas, seperti kaum nasrani menamakan- Nya dengan Tuhan Bapak, atau ahli filsafat menamakan-Nya Super Causa atau Alam awal. (7:180).

7 (2). Mensifati Allah Swt. dengan sifat yang Allah Swt
(2). Mensifati Allah Swt. dengan sifat yang Allah Swt. sendiri mensucikan Diri-Nya Sendiri dan membebaskan Diri-Nya darinya. Seperti perkataan kaum Yahudi bahwa; Allah Swt. fakir. (3). Menamakan makhluk dengan nama dari nama-nama Allah Swt. (4). Memisahkan dan meniadakan makna-makna yang hakiki dari nama-nama Allah Swt. dan sifat-sifat-Nya. Seperti meyakini bahwa nama-nama Allah Swt. seperti Ar-rahman tanpa sifat kasih sayang. (5). Menyerupakan Allah Swt. dengan makhluk baik dalam bentuk Wujud dan Zat, ataupun sifat-Nya

8 at-Ta’thil, yaitu mengosongkan dan menghilangkan makna yang dimaksud oleh nash-nash Al-Qur'an dan hadits. Ada tiga macam; (1). meniadakan dan mengosongkan Zat Allah Swt. dari kesempurnaan-Nya yang mutlak, yaitu dengan mencabut sifat-sifat dan nama-nama- Nya dari Diri-Nya, baik salah satunya saja seperti menghilangkan nama-Nya saja, ataupun kedua- duanya yaitu sifat-Nya juga. (2). Meniadakan Muamalah dengan Allah Swt., yaitu dengan menghilangkan unsur ibadah makhluk kepada-Nya. (3). Meniadakan unsur penciptaan makhluk dari konstribusi Ciptaan Allah Swt., seperti menisbatkan bahwa sesuatu diciptakan oleh zat selain Allah Swt.

9 Hal ini terbagi dua macam;
at-Tamtsil, yaitu menyamakan selain Allah Swt. dengan Allah Swt. baik dalam zat-Nya, sifat-sifat-Nya ataupun sebaliknya yaitu menyamakan Allah Swt. dengan selain-Nya dalam hal tersebut. Ada dua macam; (1). analogi penyamaan, yaitu; menjadikan makhluk sebagai pokok kemudian Allah SWT. sebagai cabangnya dianalogikan dengannya, ataupun sebaliknya. Hal ini terbagi dua macam; Analogi penuh dan sempurna, yaitu menganalogikan zat makhluk dengan Zat Allah Swt. ataupun sebaliknya. Analogi sebagian, yaitu menganalogikan sebagian sifat Allah Swt. sama dengan sifat makhluk atau sebaliknya.

10 (2). Analogi pencakupan dan. menyeluruh, yaitu memasukkan. Allah SWT
(2). Analogi pencakupan dan menyeluruh, yaitu memasukkan Allah SWT. dan makhluk-Nya dalam kaidah yang sama, seperti setiap benda (termasuk Allah Swt.) pasti terdiri dari bentuk dan gambar, dan lain-lain.

11 - merubah lafadz yang otomatis maknanya pun berubah.
at-tahrif, yaitu merubah makna-makna nash-nash Al-Qur'an dan hadits kepada makna-makna lain yang tidak dimaksudkan oleh keduanya. Hal ini terdiri dari dua macam; - merubah lafadz yang otomatis maknanya pun berubah. -Tidak merubah lafadznya, tetapi artinya diselewengkan, seperti kata istawa diartikan dengan mengalahkan dan menguasai.

12 at-takyif, yaitu mengungkap inti dan hakikat dari makna yang tidak diketahui kecuali hanya Allah Swt., seperti mengungkapkan hakikat dari zat Allah SWT, sifat-sifat-Nya, dan hakikat Diri-Nya. At-takwil, yaitu memaknakan ayat atau hadits dengan makna yang sangat jauh dan merusak makna aslinya, seperti; ‘khatamannabiyyin’ yang aslinya bermakna penutup para nabi tetapi ditakwilkan dengan perhiasan dan cincin para nabi

13 As-Syubuhat, yaitu kesimpulan yang membingungkan dan mengacaukan dalam aqidah, baik yang naqliyah maupun yang aqliyah. Al-Majaz, yaitu mengartikan dan menggunakan suatu perkataan bukan pada hakikat maknanya yang aslinya, yang pertama kali digunakan.

14 Al-Mutasyabih, yaitu antonim dari al-Muhkamat. Al-Mutasyabih yaitu lafadz atau susunan kalimat yang belum jelas maknanya. Ada dua macam; Hal yang tidak diketahui maknanya kecuali Allah Swt. seperti urusan-urusan ghaib. (6:59). Hal yang hanya diketahui oleh sebagian manusia seperti; para ‘ar-rasikhun’ dalam mengetahui hakikat ayat-ayat mutasyabihat (3:7).

15 (2). As-Sunnah atau Hadits
Hadits merupakan penjelasan dan penafsiran bagi Al-Qur'an dan penyingkap dari rahasia-rahasia Al-Qur'an, makna-makna tersembunyinya dan hukum-hukumnya. Kaidah yang telah disepakati bersama oleh ulama adalah bahwa tidak semua hadits dapat dipakai sebagai sumber dan dalil untuk masalah aqidah. Hal ini disebabkan tidak semua hadits yang dibukukan dan diriwayatkan dapat ditetapkan dan diyakini sebagai hadits yang shahih dari Nabi Saw.

16 Hadits yang digunakan sebagai dalil dalam masalah aqidah adalah;
Hadits mutawaatir, yaitu yang diriwayatkan oleh sangat banyak perawi. Hadits masyhur, yaitu yang diriwayatkan oleh tiga perawi Hadits mustafidh, yaitu yang diriwayat oleh lebih dari tiga tetapi tidak cukup banyak untuk dikategorikan sebagai mutawattir. Hadits Aziz, yaitu diriwayat oleh dua perawi. Sedangkan hadits ‘khabarul wahid’ yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi saja, masih diperdebatkan dapat digunakan sebagai dalil atau tidak ?

17 (3). Akal Yang Sehat Definisi akal dalam aqidah dapat dibagi dua;
1). yang dimaksudkan dengan akal adalah pengetahuan-pengetahuan pokok dan utama dan kaidah-kaidah akal yang tidak dapat dibantah. 2). Akal yang dimaksud adalah kesiapan naluri dan kemampuan intelektual yang matang.

18 Kedua definisi ini didayagunakan untuk memahami masalah-masalah aqidah
Kedua definisi ini didayagunakan untuk memahami masalah-masalah aqidah. Pertimbangan dan analogi akal yang dituntut oleh Al-Qur'an adalah; analogi kontradiksi dalam Memahami keberadaan Khaliq. Yaitu bila premis pertama tidak bisa diterima maka premis ke-dua pun tidak bisa diterima. Contohnya; bila di alam semesta ini ada dua Penguasa Mutlak, maka alam semesta ini akan rusak. Lalu disimpulkan Alam ini tidak rusak, maka premis pertama yaitu adanya dua penguasa mutlak adalah salah. (QS. Al-anbiya’: 22) Analogi prioritas dan lebih utama. Seperti kalau kursi ada pembuatnya, maka manusia pun punya Pencipta.

19 Analogi metafisik (ghaib) atas fisik yang tampak secara lahiriyah
Analogi metafisik (ghaib) atas fisik yang tampak secara lahiriyah. Analogi terbagi dua; analogi yang benar, seperti membandingkan kenikmatan dengan contoh kenikmatan yang tidak bermakna secara hakekatnya, karena apa yang disediakan Allah SWT. di akhirat adalah sesuatu yang belum terlintas dalam hati, belum pernah dilihat oleh mata, dan belum didengar oleh telinga. Tetapi karena itulah satu-satunya cara menganalogikannya yang berbentuk fisik, maka terpaksa dilakukan. Analogi yang salah, seperti menganalogikan anggur di surga sama persis dengan anggur di dunia (2:25).

20 Sumber Aqidah Islam Al-Quran dan Sunnah Akal sehat sebagai dalam
(Ijma’ sahabat) Akal sehat sebagai pendukung

21 Karakteristik Aqidah Islamiyah (1)
Pertama : At-Tauqifiyah Yang dimaksud dengan at-tauqifiyah adalah prinsip bahwa Rasulullah SAW. telah menjelaskan dan membatasi pemahaman hakikat-hakikat aqidah atas umat Islam tanpa menyisakan sedikitpun melainkan diterangkan oleh beliau.

22 Hal itu mengharuskan prinsip-prinsip berikut ini; Membatasi sumber-sumber aqidah hanya pada Al-Qur'an, hadits dan pemahaman atas keduanya dengan akal yang sehat. Berpegang kepada lafadz-lafadz Al-Qur'an dan hadits yang diistilahkan oleh keduanya dalam aqidah Islamiyah. Tidak boleh memberikan makna lain kepada lafadz-lafadz Al-Qur'an dan hadits yang tidak pas dan tidak sesuai dengan makna aslinya. Tidak mengungkit sesuatu yang tidak dijelaskan oleh Al-Qur'an dan hadits. Lebih memprioritaskan apa yang terdapat Al-Qur'an dan hadits atas segala yang lain, baik; akal, perasaan, penemuan, naluri dan lain-lain.

23 Karakteristik Aqidah Islamiyah (2)
Kedua Al-Ghaibah Yaitu segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera. Beriman dan meyakini hal-hal yang ghaib adalah ciri khas dan keistimewaan dari aqidah Islamiyah. Hal ini akan membebaskan seorang mukmin dari pemojokan dan tekanan dari para pengikut hakikat dan thariqat yang bersikeras ingin mengungkapkan hal-hal ghaib. (Q.S. 6:59-66)

24 Karakteristik Aqidah Islamiyah (3)
Ketiga As-Syumuliyyah Pemahaman yang dikehendaki oleh aqidah Islamiyah adalah pemahaman yang menyeluruh dan mencakup dalam makna dan aplikasi. Dari sisi makna seorang mukmin harus benar-benar meyakini dan memiliki gambaran yang sempurna atas segala kaidah umum tentang aqidah.

25 Karakteristik Aqidah Islamiyah (4)
Ke empatAl-Wasathiyyah Makna harfiyyah dari al-wasathiyyah adalah pertengahan (QS. Al-Baqarah:143). Yang dimaksud dari wasathiyyah dalam aqidah Islamiyah yaitu bersikap pertengahan dalam poin berikut; bersikap seimbang dan pertengahan dalam pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah Swt. antara kaum Jahmiyah yang meniadakannya dan kelompok paham yang menyamakannya dengan sifat-sifat makhluk.

26 bersikap seimbang dan pertengahan dalam pemahaman terhadap perbuatan-perbuatan Allah SWT. antara kelompok Qadariyah dan Jabariyah. bersikap seimbang dan pertengahan dalam pemahaman terhadap janji dan ancaman Allah SWT. antara kelompok Murji’ah (kelewat berharap) dengan Qodariyah dan kelompok paham lainnya. bersikap seimbang dan pertengahan dalam pemahaman terhadap masalah bab nama-nama iman dan agama antara Haruriyah dan Al-Muktazilah, dan antara Al-Murji’ah dan Al-Jahmiyyah. bersikap seimbang dan pertengahan dalam pemahaman terhadap para sahabat Rasulullah SAW. antara kelompok menyanjung mereka secara berlebihan dan ekstrim dan kelompok yang mengkafirkan mereka secara ekstrim pula. bersikap seimbang dan pertengahan dalam pemahaman terhadap akal dan wahyu antara kelompok Asy’ariyyah dan Muktazilah

27 Karakter Aqidah Islamiyah
At-Tauqifiyah Ghaibah Syumuliyah Wasathiyah

28 Beberapa sebab Penyimpangan Aqidah
1). Kebodohan terhadap aqidah shahihah (aqidah yang benar), hal ini tak lain karena tak mau (enggan) mempelajari & mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar , “Sesunggunya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu, menakala di dlm Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan. 2). Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak & nenek moyangnya, sekalipun hal itu bathil, & mencampakkan apa yang menyalahi warisan nenek moyang itu, sekalipun hal itu benar(QS. Al-Baqarah : 170)

29 3). Taqlid buta (asal mengikuti), dgn mengambil pendapat manusia dlm masalah aqidah tanpa mengetahui dalilnya & tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya 4). Ghuluw (berlebihan) dlm mencintai para wali & orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga meyakini pada diri mereka sesuatu yang tak mampu dilakukan kecuali oleh Allah , baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun menolak kemudharatan. (QS. Nuh : 23)

30 Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah  yang terhampar di jagad raya ini (ayat-ayat kauniyah) & ayat-ayat Allah  yang tertuang dlm Kitab-Nya (ayat-ayat Qur’aniyah). (QS. Ash-Shaffat : 96/QS. Al-A’raf : 185/’QS. Al-Qashash : 78/QS. Az-Zumar : 49). Kelalaian Orang tua dalam melaksanakan kewajibannya . Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar (menurut Islam). (Q.S. An-Nisa’:9/At-Tahrim:6/Lukman:13). Berkuasanya kaum Kafir.

31 Perbedaan Aqidah dengan Tauhid

32 Objek kajian Aqidah ‘Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu -sesuai konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah- meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah ghaibiyyaat (hal-hal ghaib), kenabian, takdir, berita-berita (tentang hal-hal yang telah lalu dan yang akan datang), dasar-dasar hukum yang qath’i (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa’ wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan sekte yang menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka. (Lihat Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah oleh Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql, cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th H).

33 Menurut Hasan Al-Banna
Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lainnya. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.

34 Istilah aqidah ini telah melalui tiga periode
Periode awal Pada periode ini aqidah lebih banyak diartikan dengan makna etimologis yaitu; kemauan yang kuat, penghimpunan, maksud, pengikatan janji, dan diartikan dengan apa yang diyakini oleh seorang manusia baik hal itu haq ataupun batil. Periode kedua Pada periode ini aqidah telah meningkat menjadi suatu keyakinan iman yang tidak mengandung pembatalan dan kebalikannya atau lawan katanya. Periode ketiga Periode ini menjadikan aqidah mencapai kematangan dan sterilisasi. Aqidah menjadi suatu istilah yang berdiri sendiri dan ilmu khusus yaitu; “ilmu tentang hukum-hukum syariat yang berkenaan dengan keyakinan yang disimpulkan dari dalil-dalil yang diyakini dan membantah serta menolak setiap syubhat dan bukti-bukti rusak yang masih diperdebatkan”.

35 Sinonim nama-nama ‘aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah: 1
Sinonim nama-nama ‘aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah: 1. Al-Iman ‘ 2. ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id) 3. Tauhid 4. As-Sunnah 5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah 6. Al-Fiqhul Akbar 7. Asy-Syari’ah 8. Ilmu Kalam (ada perselisihan).

36 Aqidah disebut :Al-Iman  ‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihissallam. Dan para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab mereka Seperti Kitaabul Iimaan karya Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam (wafat th. 224 H), Kitaabul Iimaan karya al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah (wafat th. 235 H), al-Imaan karya Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitabul Iman karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H

37 ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id) Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu ‘aqidah dengan istilah ‘Aqidah Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab mereka Seperti ‘Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadiits karya ash-Shabuni (wafat th. 449 H), Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 5-6) oleh Imam al-Lalika-i (wafat th. 418 H) dan al-I’tiqaad oleh Imam al-Baihaqi (wafat th. 458 H),

38 Tauhid ‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid secara umum menurut ulama Salaf Seperti Kitaabut Tauhiid dalam Shahiihul Bukhari karya Imam al-Bukhari (wafat th. 256 H), Kitaabut Tauhiid wa Itsbaat Shifaatir Rabb karya Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311 H), Kitaab I’tiqaadit Tauhiid oleh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif (wafat th. 371 H), Kitaabut Tauhiid oleh Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitaabut Tauhiid oleh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (wafat th H)

39 As-Sunnah As-Sunnah artinya jalan
As-Sunnah As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah juga disebut As-Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama Seperti kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal (wafat th. 241 H), as-Sunnah karya ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (wafat th. 290 H), as-Sunnah karya al-Khallal (wafat th. 311 H) dan Syarhus Sunnah karya Imam al-Barba-hari (wafat th. 329 H)

40 Ushuluddin dan Ushuluddiyanah Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama Seperti kitab Ushuuluddin karya al-Baghdadi (wafat th. 429 H), asy-Syarh wal Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Ibnu Baththah al-Ukbari (wafat th. 387 H) dan al-Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Imam Abul Hasan al-Asy’ari (wafat th. 324 H)

41 Al-Fiqhul Akbar Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi Seperti kitab al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah rahimahullah (wafat th. 150).

42 Asy-Syari’ah Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah Seperti kitab asy-Syarii’ah oleh al-Ajurri (wafat th. 360 H) dan al-Ibaanah ‘an Syarii’atil Firqah an-Naajiyah karya Ibnu Baththah

43 Ilmu Kalam Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin (pengagung ilmu kalam), seperti aliran Mu’tazilah, Asyaa’irah Seperti Syarhul Maqaashid fii ‘Ilmil Kalaam karya at-Taftazani (wafat th. 791 H).

44 Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan –alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepecayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah b.      Menurut Husain Tripoli, Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan agama Islam dengan bukti- bukti yang yakin c.       Menurut Syekh Muhammad Abduh definisi Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz bagi-Nya dan tentang sifat-sifat yang ditiadakan dari-Nya dan juga tentang rasul-rasul Allah baik mengenai sifat wajib, jaiz dan mustahil dari mereka ( Risalah Tauhid. Bulan bintang. Jakarta Hal:25) d.      Menurut Al-Farabi definisi Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam e.       Menurut Musthafa Abdul Razak, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berkaitan dengan akidah imani yang di bangun dengan argumentasi-argumentasi rasional (Mustafa Abd. Razak. Tahmid li tarikh al-fasafah al-islamiyah, lajnah wa at-thalif wa-attarjamah wa nasyir, hal: 265)

45 Di namakan Ilmu Kalam karena:
a.       Persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan hijrah ialah ”Wahyu Allah” (Kalam Allah) dan non-azalinya Qur’an (Khalq Al-Qur’an) b.      Dasar Ilmu Kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini nampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan Mutakallimin. Mereka jarang-jarang kembali kepada dalil naql (Quran dan Hadits), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu c.       Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam fisafat, maka pembuktian dalam soal-soal agama ini di namai Ilmu Kalam untuk membedakan dengan logika dalam fisafat

46 Ilmu kalam menyerupai Ilmu Theologi, terdiri dari dua kata yaitu ”Theo” artinya ”Tuhan” dan ”Logos”  artinya ”Ilmu” jadi theologi bermakna ilmu tentang ketuhanan. Theologi dalam bahasa Arab disebut Ilahiyyat atau ilmu tentang ketuhanan.


Download ppt "MATA KULIAH AQIDAH ISLAMIYAH PUSAT STUDY ISLAM ASY-SYIFA’"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google