Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Mengenal Abhidhamma.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Mengenal Abhidhamma."— Transcript presentasi:

1 Mengenal Abhidhamma

2 Abhidhamma Pali Canon, atau Tipitaka, berisikan kumpulan dari Tiga Pitaka : Sutta Pitaka, Vinaya Pitaka dan Abhidhamma Pitaka. Although traditionally attributed to the Buddha, Abhidhamma Pitaka is generally accepted to be the watauk of later scholar monks who re-atauganized and tabulated His teachings into this set of 7 books.

3 Abhidhamma Pali Canon, atau Tipitaka, berisikan kumpulan dari Tiga Pitaka : Sutta Pitaka, Vinaya Pitaka dan Abhidhamma Pitaka. Walaupun secara tradisional dikatakan bersumber dari Buddha, Abhidhamma Pitaka pada umumnya diterima sebagai hasil dari bhikkhu kaum pelajar belakangan yang mengatur kembali dan menstabulasi ajaran Buddha kedalam kumpulan 7 buku..

4 Abhidhamma Menurut tradisi dalam Kitab Komentar pada Abhidhamma, Buddha naik ke surga Tavatimsa dengan tiga langkah besar setelah melakukan keajaiban ganda. The Buddha then preached Abhidhamma to his late mother (who was rebataun in the heavenly realms), together with an audience of thousands of Devas.

5

6 Abhidhamma Menurut tradisi dalam Kitab Komentar pada Abhidhamma, Buddha naik ke surga Tavatimsa dengan tiga langkah besar setelah melakukan keajaiban ganda. Buddha kemudian membabarkan Abhidhamma kepada ibunya yang terdahulu (yang terlahir kembali di alam surga), bersamaan dengan pendengar dari ribuan Dewa.

7

8 Abhidhamma Selama 3 bulan membabarkan Dhamma, Buddha akan turun ke bumi untuk meminta sedekah, dengan menciptakan kesan dari dirinya di Tavatimsa untuk melanjuti pembabaran. He taught Abhidhamma to the Devas rather than to humans because to give a complete picture, it has to be expounded from the beginning to the end to the same audience in a single session.

9 Abhidhamma Selama 3 bulan membabarkan Dhamma, Buddha akan turun ke bumi untuk meminta sedekah, dengan menciptakan kesan dari dirinya di Tavatimsa untuk melanjuti pembabaran. Beliau mengajarkan Abhidhamma kepada Dewa daripada Manusia, dengan gambaran penuh, karena ajaran tersebut harus dibabarkan dari awal sampai akhir kepada pendengar yang sama dalam satu bagian.

10 Abhidhamma Berhubung seluruh ajaran membutuhkan masa 3 bulan, hanya Dewa dan Brahma yang dapat menerimanya secara penuh, karena mereka mampu berdiam dalam satu postur tubuh dalam waktu yang lama. Back on the Alam Manusia fatau His alms, the Buddha would then relate it to Ven. Sariputta who then taught it to his own 500 pupils.

11 Abhidhamma Berhubung seluruh ajaran membutuhkan masa 3 bulan, hanya Dewa dan Brahma yang dapat menerimanya secara penuh, karena mereka mampu berdiam dalam satu postur tubuh dalam waktu yang lama. Semasa pengembaliannya ke alam Manusia untuk bersedekah, Buddha akan menyampaikan ajaran tersebut kepada Yang Mulia Sariputta yang kemudian mengajari ke 500 muridnya.

12 Abhidhamma Setelah selesai membabarkan Abhidhamma, Raja Dewa menciptakan tiga tangga yang terbuat dari perak, emas dan permata yang berharga sehingga Buddha dapat turun ke kota Manusia yang bernama Sankassa. While descending, the Buddha used his powers to enable the millions of humans who had come to welcome him, to see the celestial beings accompanying him down.

13 Abhidhamma Setelah selesai membabarkan Abhidhamma, Raja Dewa menciptakan tiga tangga yang terbuat dari perak, emas dan permata yang berharga sehingga Buddha dapat turun ke kota Manusia yang bernama Sankassa. Semasa turun, Buddha menggunakan kekuatannya sehingga jutaan Manusia yang datang menyambut, mampu melihat makhluk surgawi yang menemaninya turun.

14

15

16 Abhidhamma Akan tetapi, para pelajar umumnya memperkirakan Abhidhamma muncul sekitar 100 sampai 200 tahun setelah kemangkatan Buddha. Also, there is no mention of Abhidhamma in the First Council and the early schools all had different versions. Therefataue, Abhidhamma is likely not to represent the watauds of the Buddha directly, but those of his later disciples.

17 Abhidhamma Akan tetapi, para pelajar umumnya memperkirakan Abhidhamma muncul sekitar 100 sampai 200 tahun setelah kemangkatan Buddha. Juga, tidak disebutkan tentang Abhidhamma di Sidang Pertama dan sekolah-sekolah awal semuanya memiliki versi yang berbeda-beda. Therefataue, Abhidhamma is likely not to represent the watauds of the Buddha directly, but those of his later disciples.

18 Abhidhamma Akan tetapi, para pelajar umumnya memperkirakan Abhidhamma muncul sekitar 100 sampai 200 tahun setelah kemangkatan Buddha. Juga, tidak disebutkan tentang Abhidhamma di Sidang Pertama dan sekolah-sekolah awal semuanya memiliki versi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, Abhidhamma sepertinya tidak langsung mewakili perkataan Buddha, tetapi murid-murid belakangannya.

19 Abhidhamma Bagaimanapun, itu adalah kumpulan tulisan yang rumit dan menarik yang menghadirkan ajaran dalam kaitannya dengan “Realitas Pokok” sebagai ajaran yang berlawanan dengan “Realitas Konvensional”. Kesadaran is defined. Thoughts and mental states are analyzed and classified from an ethical standpoint. Mind and matter are discussed, with the aim of realizing Nibbana.

20 Abhidhamma Bagaimanapun, itu adalah kumpulan tulisan yang rumit dan menarik yang menghadirkan ajaran dalam kaitannya dengan “Realitas Pokok” sebagai ajaran yang berlawanan dengan “Realitas Konvensional”. Kesadaran dijelaskan. Pemikiran dan keadaan mental dianalisis dan dikelompokkan dari sudut pandang yang etis. Mental dan materi didiskusikan, dengan tujuan mencapai Nibbana.

21 Abhidhamma Kesadaran / Citta Proses Pemikiran Faktor Mental / Cetasika
Proses pemikiran terakhir Bentuk / Rupa

22 Abhidhamma Kesadaran / Citta Proses Pemikiran Faktor Mental / Cetasika
Proses pemikiran terakhir Bentuk / Rupa

23 Abhidhamma Kesadaran / Citta Proses Pemikiran Faktor Mental / Cetasika
Proses pemikiran terakhir Bentuk / Rupa

24 Abhidhamma Kesadaran / Citta Proses Pemikiran Faktor Mental / Cetasika
Proses pemikiran terakhir Bentuk / Rupa

25 Abhidhamma Kesadaran / Citta Proses Pemikiran Faktor Mental / Cetasika
Proses pemikiran terakhir Bentuk / Rupa

26

27 31 Alam Kehidupan 4 Alam Tanpa Bentuk Makhluk dengan batin saja
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas 16 Alam Berbentuk Makhluk materi halus 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) 7 Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia 4 Alam Menderita Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

28 31 Alam Kehidupan 4 Alam Tanpa Bentuk Makhluk dengan batin saja
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas 16 Alam Berbentuk Makhluk materi halus 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) 7 Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia 4 Alam Menderita Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

29 31 Alam Kehidupan 4 Alam Tanpa Bentuk Makhluk dengan batin saja
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas 16 Alam Berbentuk Makhluk materi halus 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) 7 Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia 4 Alam Menderita Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

30 31 Alam Kehidupan 4 Alam Tanpa Bentuk Makhluk dengan batin saja
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas 16 Alam Berbentuk Makhluk materi halus 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) 7 Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia 4 Alam Menderita Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

31 31 Alam Kehidupan 4 Alam Tanpa Bentuk Makhluk dengan batin saja
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas 16 Alam Berbentuk Makhluk materi halus 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

32 31 Alam Kehidupan 4 Alam Tanpa Bentuk Makhluk dengan batin saja
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas Alam Berbentuk 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

33 31 Alam Kehidupan Alam Tanpa Bentuk
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas Alam Berbentuk 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

34 31 Alam Kehidupan Pandangan secara harfiah :
These are actual places of existence. Psychological view : These are states of mind. Composite view : These are states of mind pertaining to the 31 Planes, leading eventually to rebirth in one of these 31 Planes.

35 31 Alam Kehidupan Pandangan secara harfiah :
These are actual places of existence. Pandangan secara psikologis : These are states of mind. Composite view : These are states of mind pertaining to the 31 Planes, leading eventually to rebirth in one of these 31 Planes.

36 31 Alam Kehidupan Pandangan secara harfiah :
Ini adalah alam-alam kehidupan yang sebenarnya. Pandangan secara psikologis : These are states of mind. Composite view : These are states of mind pertaining to the 31 Planes, leading eventually to rebirth in one of these 31 Planes.

37 31 Alam Kehidupan Pandangan secara harfiah :
Ini adalah alam-alam kehidupan yang sebenarnya. Pandangan secara psikologis : Ini adalah keadaan mental. Composite view : These are states of mind pertaining to the 31 Planes, leading eventually to rebirth in one of these 31 Planes.

38 31 Alam Kehidupan Pandangan secara harfiah :
Ini adalah alam-alam kehidupan yang sebenarnya. Pandangan secara psikologis : Ini adalah keadaan mental. Pandangan gabungan : These are states of mind pertaining to the 31 Planes, leading eventually to rebirth in one of these 31 Planes.

39 31 Alam Kehidupan Pandangan secara harfiah :
Ini adalah alam-alam kehidupan yang sebenarnya. Pandangan secara psikologis : Ini adalah keadaan mental. Pandangan gabungan : Ini adalah keadaan mental sehubungan dengan 31 alam, yang pada akhirnya menuntun pada kelahiran ulang di salah satu dari 31 alam.

40 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

41 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

42 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

43 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

44 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

45 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

46 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

47 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

48 Kesadaran / Citta - Akar
Yang Tak Bajik (Akusala) Yang Bajik (Kusala) Ketamakan (Lobha) Tiada ketamakan (Alobha) Kebencian (Dosa) Tiada kebencian (Adosa) Kebodohan batin (Moha) Tiada kebodohan batin (Amoha)

49 Kesadaran / Citta - Jenis
Kehendak (Kamma) Yang dihasilkan (Vipaka) Fungsional (Kriya)

50 Kesadaran / Citta - Jenis
Kehendak (Kamma) Yang dihasilkan (Vipaka) Fungsional (Kriya)

51 Kesadaran / Citta - Jenis
Kehendak (Kamma) Yang dihasilkan (Vipaka) Fungsional (Kriya)

52 Kesadaran / Citta - Jenis
Kehendak (Kamma) Yang dihasilkan (Vipaka) Fungsional (Kriya)

53 31 Alam Kehidupan Alam Tanpa Bentuk
Bukan persepsi pun bukan tidak-persepsi Kekosongan Kesadaran tanpa batas Ruang tanpa batas Alam Berbentuk 5 Kediaman Murni untuk Anagami 10 Alam Brahma 1 Alam untuk makhluk dengan tubuh saja (tanpa batin) Alam Nafsu Indera 6 Alam Dewa 1 Alam Manusia Alam Raksasa Alam Hantu kelaparan Alam Binatang Alam Neraka

54 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

55 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

56 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

57 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

58 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

59 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

60 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

61 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

62 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

63 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Penghasil Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

64 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Penghasil Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

65 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Penghasil Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Yang dihasilkan Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

66 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Penghasil Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Penghasil Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

67 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Penghasil Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Penghasil Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

68 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Penghasil Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Penghasil Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

69 PENGGOLONGAN CITTA BERDASARKAN ALAM KEHIDUPAN
Kesadaran atau Citta (89) Alam Nafsu Indera Alam Berbentuk Alam Tanpa Bentuk Pembebasan Yang Bajik Penghasil Fungsional Jalan Buah Yang Bajik Penghasil Fungsional Yang Bajik Yang Tak Bajik Fungsional Tak berakar

70 Kesadaran / Citta Menurut Abhidhamma, jutaan pemikiran melewati pikiran kita setiap detiknya. Each thought consists of a stream of 17 thought moments which are Jenis of Kesadaran atau Citta. Therefataue, there are billions of Citta occurring in our minds each second, which are too quick to be perceived.

71 Kesadaran / Citta Menurut Abhidhamma, jutaan pemikiran melewati pikiran kita setiap detiknya. Setiap pemikiran berisikan arus dari 17 momen pemikiran yang merupakan jenis dari kesadaran atau citta. Therefataue, there are billions of Citta occurring in our minds each second, which are too quick to be perceived.

72 Kesadaran / Citta Menurut Abhidhamma, jutaan pemikiran melewati pikiran kita setiap detiknya. Setiap pemikiran berisikan arus dari 17 momen pemikiran yang merupakan jenis dari kesadaran atau citta. Oleh sebab itu, terdapat milyaran citta dalam pikiran kita setiap detiknya, yang terlalu cepat untuk dirasakan.

73 Proses Pemikiran Proses pemikiran dimulai ketika suatu objek mengenai salah satu dari indera kita. Dalam ajaran Buddha, terdapat 6 indera : 1. Melihat (Mata) 2. Mendengar (Telinga) 3. Membaui (Hidung) 4. Mencicipi (Lidah) 5. Menyentuh (Tubuh) 6. Berpikir (Pikiran)

74 Proses Pemikiran Proses pemikiran dimulai ketika suatu objek mengenai salah satu dari indera kita. Dalam ajaran Buddha, terdapat 6 indera : 1. Melihat (Mata) 2. Mendengar (Telinga) 3. Membaui (Hidung) 4. Mencicipi (Lidah) 5. Menyentuh (Tubuh) 6. Berpikir (Pikiran)

75 Proses Pemikiran Proses pemikiran dimulai ketika suatu objek mengenai salah satu dari indera kita. Dalam ajaran Buddha, terdapat 6 indera : 1. Melihat (Mata) 2. Mendengar (Telinga) 3. Membaui (Hidung) 4. Mencicipi (Lidah) 5. Menyentuh (Tubuh) 6. Berpikir (Pikiran)

76 Proses Pemikiran Proses pemikiran dimulai ketika suatu objek mengenai salah satu dari indera kita. Dalam ajaran Buddha, terdapat 6 indera : 1. Melihat (Mata) 2. Mendengar (Telinga) 3. Membaui (Hidung) 4. Mencicipi (Lidah) 5. Menyentuh (Tubuh) 6. Berpikir (Pikiran)

77 Proses Pemikiran Proses pemikiran dimulai ketika suatu objek mengenai salah satu dari indera kita. Dalam ajaran Buddha, terdapat 6 indera : 1. Melihat (Mata) 2. Mendengar (Telinga) 3. Membaui (Hidung) 4. Mencicipi (Lidah) 5. Menyentuh (Tubuh) 6. Berpikir (Pikiran)

78 Proses Pemikiran Proses pemikiran dimulai ketika suatu objek mengenai salah satu dari indera kita. Dalam ajaran Buddha, terdapat 6 indera : 1. Melihat (Mata) 2. Mendengar (Telinga) 3. Membaui (Hidung) 4. Mencicipi (Lidah) 5. Menyentuh (Tubuh) 6. Berpikir (Pikiran)

79 Proses Pemikiran Proses pemikiran dimulai ketika suatu objek mengenai salah satu dari indera kita. Dalam ajaran Buddha, terdapat 6 indera : 1. Melihat (Mata) 2. Mendengar (Telinga) 3. Membaui (Hidung) 4. Mencicipi (Lidah) 5. Menyentuh (Tubuh) 6. Berpikir (Pikiran)

80 Contoh proses pemikiran dari Melihat :
Bawah Sadar (3) Yang dihasilkan Bergerak ke pintu indera (1) Fungsional Indera kesadaran (3) Kesadaran penentuan (1) Kesadaran yang dikehendaki (7) Kamma Kesadaran ingatan (2)

81 Contoh proses pemikiran dari Melihat :
Bawah Sadar (3) Penghasil Bergerak ke pintu indera (1) Fungsional Indera kesadaran (3) Yang dihasilkan Kesadaran penentuan (1) Kesadaran yang dikehendaki (7) Kamma Kesadaran ingatan (2)

82 Contoh proses pemikiran dari Melihat :
Bawah Sadar (3) Penghasil Bergerak ke pintu indera (1) Fungsional Indera kesadaran (3) Yang dihasilkan Kesadaran penentuan (1) Kesadaran yang dikehendaki (7) Kamma Kesadaran ingatan (2)

83 Contoh proses pemikiran dari Melihat :
Bawah Sadar (3) Penghasil Bergerak ke pintu indera (1) Fungsional Indera kesadaran (3) Kesadaran penentuan (1) Kesadaran yang dikehendaki (7) Kamma Kesadaran ingatan (2) Yang dihasilkan

84 Contoh proses pemikiran dari Melihat :
Bawah Sadar (3) Penghasil Bergerak ke pintu indera (1) Fungsional Indera kesadaran (3) Kesadaran penentuan (1) Kesadaran yang dikehendaki (7) Kamma Kesadaran ingatan (2) Yang dihasilkan

85 Contoh proses pemikiran dari Melihat :
Bawah Sadar (3) Penghasil Bergerak ke pintu indera (1) Fungsional Indera kesadaran (3) Kesadaran penentuan (1) Kesadaran yang dikehendaki (7) Kamma Kesadaran ingatan (2) Yang dihasilkan

86 Contoh proses pemikiran dari Melihat :
Bawah Sadar (3) Penghasil Bergerak ke pintu indera (1) Fungsional Indera kesadaran (3) Kesadaran penentuan (1) Kesadaran yang dikehendaki (7) Kamma Kesadaran ingatan (2)

87 Faktor Mental / Cetasika
These are the 52 Faktor Mental that arise together, and are associated, with Kesadaran and can be subdivided into four Jenis : 1. Universal 2. Berkala 3. Yang Tak Bajik 4. Yang Bajik

88 Faktor Mental / Cetasika
Ini adalah ke 52 faktor mental yang muncul bersamaan, dan berhubungan dengan kesadaran dan dapat dibagi kedalam empat jenis : 1. Universal 2. Berkala 3. Yang Tak Bajik 4. Yang Bajik

89 Faktor Mental / Cetasika
Ini adalah ke 52 faktor mental yang muncul bersamaan, dan berhubungan dengan kesadaran dan dapat dibagi kedalam empat jenis : 1. Universal 2. Berkala 3. Yang Tak Bajik 4. Yang Bajik

90 Faktor Mental / Cetasika
Ini adalah ke 52 faktor mental yang muncul bersamaan, dan berhubungan dengan kesadaran dan dapat dibagi kedalam empat jenis : 1. Universal 2. Berkala 3. Yang Tak Bajik 4. Yang Bajik

91 Faktor Mental / Cetasika
Ini adalah ke 52 faktor mental yang muncul bersamaan, dan berhubungan dengan kesadaran dan dapat dibagi kedalam empat jenis : 1. Universal 2. Berkala 3. Yang Tak Bajik 4. Yang Bajik

92 Faktor Mental / Cetasika
Ini adalah ke 52 faktor mental yang muncul bersamaan, dan berhubungan dengan kesadaran dan dapat dibagi kedalam empat jenis : 1. Universal 2. Berkala 3. Yang Tak Bajik 4. Yang Bajik

93 Faktor Mental / Cetasika
Universal (7) : Ini terjadi dalam setiap kesadaran. Sebagai contoh, Kontak dan Perhatian. Berkala (6) : These may atau may not arise together with Kesadaran. Fatau example, Effataut and Joy.

94 Faktor Mental / Cetasika
Universal (7) : Ini terjadi dalam setiap kesadaran. Sebagai contoh, Kontak dan Perhatian. Berkala (6) : Ini mungkin saja muncul bersamaan dengan kesadaran ataupun tidak. Sebagai contoh, Usaha dan Kegirangan.

95 Faktor Mental / Cetasika
Yang Tak Bajik (14) : Ini berhubungan dengan 3 akar kejahatan. Sebagai contoh, Kecemburuan dan Keegoisan. Yang Bajik (25) : These are associated with the 3 Yang Bajik Akar. Fatau example, Mindfulness and Compassion.

96 Faktor Mental / Cetasika
Yang Tak Bajik (14) : Ini berhubungan dengan 3 akar kejahatan. Sebagai contoh, Kecemburuan dan Keegoisan. Yang Bajik (25) : Ini berhubungan dengan 3 akar kebajikan. Sebagai contoh, Kewaspadaan dan Belas kasih.

97 Proses pemikiran terakhir
Menurut Theravada Abhidhamma, momen pemikiran terakhir sebelum kematian adalah sangat penting karena menentukan tujuan dan kondisi dari kehidupan yang akan datang. Therefataue, a person who has done much good in his life, may have an unfatautunate rebirth due to an adverse last thought moment, and vice versa.

98 Proses pemikiran terakhir
Menurut Theravada Abhidhamma, momen pemikiran terakhir sebelum kematian adalah sangat penting karena menentukan tujuan dan kondisi dari kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu, seseorang yang telah banyak berbuat kebajikan dalam hidupnya, bisa memperoleh kelahiran ulang yang tidak beruntung sehubungan dengan momen pemikiran terakhir yang kurang baik, dan sebaliknya.

99 Proses pemikiran terakhir
Akan tetapi, hal ini berlawanan dengan prinsip dasar dari kamma bahwa suatu momen pemikiran tunggal dapat menggantikan kebajikan yang telah dilakukan seumur hidupnya, atau sebaliknya, kejahatan yang telah dilakukan seumur hidupnya. In any case, it is impossible to control atau predict Proses pemikiran terakhir as there are billions of thought moments arising and passing away every second.

100 Proses pemikiran terakhir
Akan tetapi, hal ini berlawanan dengan prinsip dasar dari kamma bahwa suatu momen pemikiran tunggal dapat menggantikan kebajikan yang telah dilakukan seumur hidupnya, atau sebaliknya, kejahatan yang telah dilakukan seumur hidupnya. Dalam kasus apapun, tidak mungkin untuk mengendalikan atau melamarkan momen pemikiran terakhir karena terdapat milyaran dari momen pemikiran yang muncul dan lenyap setiap detiknya.

101 Proses pemikiran terakhir
Nampaknya, lebih memungkinkan bahwa seseorang yang telah banyak berbuat kejahatan akan memiliki kamma buruk dari momen pemikiran terakhir yang tidak bajik, daripada kondisi kematian, yang menuntun pada kelahiran ulang yang kurang beruntung. In the same way, a person who has done many good things, will very likely have the good kamma of a Yang Bajik last thought moment, leading to a fatautunate rebirth, despite the conditions of death.

102 Proses pemikiran terakhir
Nampaknya, lebih memungkinkan bahwa seseorang yang telah banyak berbuat kejahatan akan memiliki kamma buruk dari momen pemikiran terakhir yang tidak bajik, daripada kondisi kematian, yang menuntun pada kelahiran ulang yang kurang beruntung. Dengan cara yang sama, seseorang yang telah banyak berbuat kebajikan, akan memungkinkan untuk memiliki kamma baik dari momen pemikiran terakhir yang bajik, yang menuntun pada kelahiran ulang yang menyenangkan.

103 Bentuk / Rupa All matter is comprised of 4 elements, in varying degrees, which are the building blocks of all material things : 1. Earth element : Solidity 2. Water element : Fluidity 3. Fire element : Temperature 4. Wind element : Motion

104 Bentuk / Rupa Semua materi terdiri dari 4 elemen, dalam kadar yang berbeda, yang merupakan balok pembangun dari semua hal-hal material : 1. Earth element : Solidity 2. Water element : Fluidity 3. Fire element : Temperature 4. Wind element : Motion

105 Bentuk / Rupa Semua materi terdiri dari 4 elemen, dalam kadar yang berbeda, yang merupakan balok pembangun dari semua hal-hal material : 1. Elemen tanah : Padat 2. Water element : Fluidity 3. Fire element : Temperature 4. Wind element : Motion

106 Bentuk / Rupa Semua materi terdiri dari 4 elemen, dalam kadar yang berbeda, yang merupakan balok pembangun dari semua hal-hal material : 1. Elemen tanah : Padat 2. Elemen air : Cair 3. Fire element : Temperature 4. Wind element : Motion

107 Bentuk / Rupa Semua materi terdiri dari 4 elemen, dalam kadar yang berbeda, yang merupakan balok pembangun dari semua hal-hal material : 1. Elemen tanah : Padat 2. Elemen air : Cair 3. Elemen api : Panas 4. Wind element : Motion

108 Bentuk / Rupa Semua materi terdiri dari 4 elemen, dalam kadar yang berbeda, yang merupakan balok pembangun dari semua hal-hal material : 1. Elemen tanah : Padat 2. Elemen air : Cair 3. Elemen api : Panas 4. Elemen udara : Pergerakan

109 Abhidhamma Walaupun Abhidhamma bukan merupakan perkataan langsung dari Buddha, kebanyakan dari elemennya yang penting dapat dijejaki kedalam ajaran Beliau. Therefataue, if placed in the proper context, we should learn Abhidhamma to broaden our knowledge and acquire different perspectives of the Buddha’s teachings.

110 Abhidhamma Walaupun Abhidhamma bukan merupakan perkataan langsung dari Buddha, kebanyakan dari elemennya yang penting dapat dijejaki kedalam ajaran Beliau. Oleh sebab itu, jika ditempatkan dalam konteks yang sesuai, kita harus mempelajari Abhidhamma untuk meluaskan pengetahuan kita dan memperoleh berbagai perspektif ajaran Buddha.

111 Abhidhamma Pengetahuan Abhidhamma berguna untuk meditasi, terutama praktisi dari meditasi Vipassana. Mataue impatautantly, it is useful and applicable fatau our daily lives. It can help us to see our own states of mind and recognize whether they are Yang Bajik atau Yang Tak Bajik. In this way, we can be better Buddhists and people too.

112 Abhidhamma Pengetahuan Abhidhamma berguna untuk meditasi, terutama praktisi dari meditasi Vipassana. Lebih penting lagi, ia berguna dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Ia dapat membantu kita untuk melihat keadaan mental kita sendiri dan mengenali apakah mereka bajik atau tidak bajik.

113 Dipersiapkan oleh T Y Lee


Download ppt "Mengenal Abhidhamma."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google