Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA"— Transcript presentasi:

1 SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA
DALAM RPJM TAHUN 2010 – 2014 SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Makasar , 16 November 2009

2 DAFTAR ISI PERAN SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POTENSI ENERGI DAN MINERAL NASIONAL KEBIJAKAN ENERGI DAN MINERAL RENCANA KE DEPAN STRATEGI

3 I. PERAN SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

4 PERAN DAN KINERJA SEKTOR ESDM Energi & Bahan Baku Domestik
Neraca Perdagangan Pembangunan Daerah Investasi Sumber Penerimaan Negara Pembangunan Nasional Perekonomian Indonesia Subsidi Fiskal Moneter Sektor Riil Energi & Bahan Baku Domestik Efek Berantai/ Ketenaga- kerjaan Faktor Dominan IHSG

5 KONTRIBUSI SEKTOR ESDM TERHADAP
PENERIMAAN NASIONAL Miliar Rp. Penerimaan negara Pertambangan Umum tahun , naik rata-rata 51 % per tahun. Sejak tahun 2005 telah dibentuk Tim Optimalisasi Penerimaan Negara bekerjasama dengan BPKP yaitu untuk melakukan audit terhadap pelaksanaan kegiatan pertambangan, sehingga penerimaan negara akan meningkat. Ke-depan kegiatan untuk mendorong peningkatan penerimaan negara dari sub-sektor pertambangan umum terus ditingkatkan, diantaranya: Mendorong inventarisasi Kuasa Pertambangan yang diterbitkan Pemerintah Daerah Menerapkan harga patokan batubara pada penjualan batubara di Indonesaia Audit pemenuhan kewajiban PNBP bersama Tim Optimalisasi Penerimaan Negara, bekerjasama dengan BPKP Optimalisasi engawasan produksi dan penjualan batubara. Catatan:Diolah dari laporan BPS dan Bank Indonesia (Triliun) 2008

6 KONTRIBUSI SEKTOR ESDM DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
DANA BAGI HASIL LISTRIK PEDESAAN BIMBINGAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMUR TUA KEAGAMAAN KESEHATAN PENDIDIKAN KEGIATAN ESDM Kegiatan CD pada subsektor pertambangan, telah menjadi tradisi yang wajib dilakukan, khususnya oleh perusahaan pertambangan KK, PKP2B dan BUMN Pertambangan. Hal ini lebih ditekankan lagi oleh amanat UU No 4 tahun tentang Pertambangan Mineral dan Batubara di dalam sejumlah pasal-pasalnya, seperti psal 3e, pasal 6e, 7i, 39, dsb. Kegiatan CD pada subsektor pertambangan meliputi: Program CD antara lain: Hubungan komunitas yang meliputi : Bidang Keagamaan, Bidang sosial budaya, Bidang olahraga dan kepemudaan Pemberdayaan Masyarakat yang meliputi : Bidang pendidikan, Bidang kesehatan, Bidang ekonomi, Bidang pertanian, Bidang peternakan perikanan Pengembangan Infrastruktur yang meliputi : Sarana pendidikan, Sarana kesehatan, Sarana pertanian, Sarana pemberdayaan ekonomi COMDEV/CSR 615 918 1.149 1.734 2.166 6

7 (Rasio Elektrifikasi)
KONDISI SAAT INI (Rasio Elektrifikasi) NAD 76,98% Category : > 60 % % % Sumut 69,68% Kaltim 68,56% Kalteng 45,22% Gorontalo 49,79% Riau + Kepri 55,84% Sulut 66,87% Kalbar 45,83% Malut 49,44% Sumbar 69,37% Sumsel 50,30% Sulbar N.A Sulteng 48,30% Babel 72,88% Jambi 51,41% Sulsel 55,20% Jakarta 100% Sultra 38,09% Bengkulu 51,46% Kalsel 72,29% Maluku 54,51% Bali 74,98% Lampung 48,82% Banten 63,90% Jabar 67,40% Jateng 71,24% Jatim 71,55% NTB 32.51% NTT 24.55% Papua + Irjabar 32, 35% Jogya 84,48% 7

8 PROGRAM LISTRIK PERDESAAN 2008
( Sumber Pembiayaan APBN) Pemerintah melakukan program pengembangan listrik perdesaan di seluruh propinsi Indonesia Sumber pendanaan listrik perdesaan tersebut berasal dari APBN Program listrik perdesaan, menggunakan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan seperti mini/mikrohydro, matahari dan angin.

9 PEMBANGUNAN LISTRIK PERDESAAN (LISDES)
No Jenis Pembangkit Satuan 2005 2006 2007 2008 PLTMH kW 314 714 269 1.909 PLTS kWp 1.690 1.550 2.029 1.864 PLTS Terpusat - 102 240 PLTB 80 160 735 202 5 Gardu Distribusi Unit/kVA 828/23.025 1.093/ 938/ 921/ 6 Jaringan Tegangan Menengah kms 1.150 1.279 1.306 7 Jaringan Tegangan Rendah 1.470 1.640 1.475 1.323 9

10 DME Berbasis Energi non BBN
DESA MANDIRI ENERGI (KUMULATIF) Program 2007 2008 Berbasis Energi Setempat Non BBN (Unit) 103 286 Berbasis BBN (Unit) 127 138 TOTAL 230 424 DME Berbasis Energi non BBN Berbasis Mikro Hydro Berbasis Tenaga Angin Berbasis Tenaga Surya Berbasis Biogas Berbasis Biomassa DME Berbasis BBN Berbasis jarak pagar Berbasis kelapa Berbasis sawit Berbasis singkong Berbasis tebu

11 PENGGERAK UTAMA PEMBANGUNAN (EFEK BERANTAI)
PRO POOR JOB GROWTH Pembangunan daerah Pembukaan lapangan kerja Meningkatkan nilai tambah Community Development Meningkatkan kegiatan ekonomi SEKTOR ESDM Kegiatan pertambangan yang banyak dilakukan di wilayah yang jauh dari keramaian (penduduk), dapat menjadi pendorong atau prime-mover terhadap tumbuhnya suatu wilayah atau subsektor lainnya, seperti: pendidikan, kesehatan, pertanian, dll. Terpenting adalah bahwa di dalam proses ini terus dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah pusat dan daerah seperti di dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan wilayah, agar terjadi sinergi kegiatan yang dilaksanakan oleh pertambangan dengan rencana pemerintah dan sektor lainnya. BACKWARD LINKAGE INDUSTRI ESDM FORWARD LINKAGE contoh: industri material & industri peralatan di Batam contoh: pabrik pupuk, petrokimia, dll

12 PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI TAHUN 2008

13 II. POTENSI ENERGI DAN MINERAL

14 CADANGAN MINYAK BUMI INDONESIA (2008)
113.34 852.48 596.81 414.03 765.75 60.83 913.09 PAPUA CADANGAN MINYAK BUMI (MMSTB) NATUNA MALUKU TERBUKTI = 3, MMSTB POTENSIAL = 4, MMSTB TOTAL = 8, MMSTB 136.71 58.02 144.42 NAD SUMATERA UTARA SUMATERA TENGAH SUMATERA SELATAN JAWA TIMUR JAWA BARAT SULAWESI KALIMANTAN 4,163.75 14 14

15 CEKUNGAN MIGAS INDONESIA
-10 100 105 110 115 120 125 130 135 140 5 -5 5 6 21 8 5 10 4 17 14 5 3 Dalam rangka meningkatkan produksi, saat ini dilakukan eksplorasi di 107 wilayah kerja migas. Dari jumlah tersebut dilaporkan 19 lokasi temuan yang sedang dievaluasi potensi cadangan migasnya. Diharapkan dalam waktu dekat akan ada tambahan temuan lagi. Penambahan produksi dari lapangan baru ini, di samping untuk mengkompensasi penurunan alamiah produksinya, juga untuk menambah produksi. 18 3 Wilayah eksplorasi (119)  20 dilaporkan menemukan cadangan migas Cekungan telah dibor, belum ditemukan hidrokarbon (14) Cekungan sudah berporduksi (16) Cekungan telah ditemukan hidrokarbon, belum berproduksi (8) Cekungan belum dieksplorasi (22) 15 15

16 CADANGAN GAS BUMI DAN CBM INDONESIA (2008)
1.27 3.18 8.15 4.16 52.59 24.96 24.21 NATUNA 5.72 NORTH SUMATRA 13.65 28.00 CENTRAL SUMATRA ACEH (NAD) SOUTH SUMATRA WEST JAVA 5.08 EAST JAVA EAST BORNEO CELEBES MOLUCCAS PAPUA (Advance Resources Interational, Inc., processed) CADANGAN GAS (TSCF) CBM RESOURCES (TCF) TERBUKTI = TSCF POTENSIAL = TSCF TOTAL = TSCF TOTAL = ,3 TSCF

17 CEKUNGAN BATUBARA DAN CBM INDONESIA
OMBILIN BASIN CENTRAL SUMATRA BASIN (52.50 TCF) OMBILIN BASIN (0.50 TCF) SOUTH SUMATRA BASIN ( TCF) BENGKULU BASIN (3.60 TCF) JATIBARANG BASIN (0.80 TCF) PASIR AND ASEM ASEM BASINS (3.00 TCF) BARITO BASIN ( TCF) SOUTHWEST SULAWESI BASIN (2.00 TCF) KUTEI BASIN (80.40 TCF) NORTH TARAKAN BASIN (17.50 TCF) BERAU BASIN (8.40 TCF) Indragiri Hulu Kutai Sangatta I Bentian Besar Sekayu Barito Banjar II Barito Banjar I 54 perusahaan telah mengajukan permohonan Wilayah Kerja CBM melalui Penawaran Langsung di daerah Sumatera dan Kalimantan : 2 perusahaan telah selesai melakukan joint evaluation,  3 perusahaan sedang  melakukan joint evaluation, 1 perusahaan sedang melakukan joint study, 3 perusahaan telah menandatangani kontrak kerja sama 45 lainnya masih dalam proses melengkapi persyaratan administrasi. 3 perusahaan yang telah menandatangani kontrak, sebagai berikut: 1 blok yaitu Blok Sekayu (Medco, Ephindo, dan McLaren) ditandatangani tanggal 27 Mei 2008 2 blok yaitu Blok Indragiri Hulu (PT. Samantaka Mineral Prima) dan Blok Bentian Besar (PT. Ridlatama Mining Utama) ditandatangani Tanggal 26 Juni 2008, Untuk penyempurnaan dan optimalisasi penerimaan negara, saat ini sedang dilakukan revisi Permen ESDM Nomor 033 Tahun 2006 tentang Pengusahaan Gas Metana Batubara. Total sumber daya = TCF Total cekungan CBM = 11 = 7 Wilayah Kerja CBM yang telah ditandatangani, 2008 (Advance Resources Interational, Inc., 2003) 17

18 POTENSI DAN INFRASTRUKTUR BATUBARA (2008)
Grissik Palembang Semarang Pacific Ocean AUSTRALIA Indian Ocean Bangkok Phnom Penh Ban Mabtapud Ho Chi Minh City CAMBODIA VIETNAM THAILAND LAOS Khanon Songkhla Erawan Bangkot Lawit Jerneh WEST MALAYSIA Penang Kerteh Kuala Lumpur Manila Philipines South China Sea Natuna Alpha Kota Kinibalu BRUNEI Bandara Seri Begawan Bintulu EAST Kuching Banda Aceh Lhokseumawe Medan Duri Padang S U M A T R A Jambi Bintan SINGAPORE Samarinda Balikpapan Bontang KALIMANTAN Banjarmasin Manado SULAWESI Ujung Pandang BURU SERAM Ternate HALMAHERA Sorong IRIAN JAYA Jakarta J A V A Surabaya Bangkalan BALI SUMBAWA Pagerungan LOMBOK FLORES SUMBA TIMOR I N D O N E S I A Duyong West Natuna Port Dickson Port Klang Mogpu Dumai Batam Guntong MADURA TOTALCAPACITY 24,000 MW Jayapura Merauke Sumber daya: 104,76 miliar ton Kapasitas maksimum terminal (DWT) Tarakan 7.500 Muara Pantai Tanjung Redep Tanjung Bara Tanjung Meranggas Muara Berau 8.000 B el o r o Loa Tebu Balikpapan Tanah Merah 51.92 52.44 0.002 0.15 Apar Bay 6.000 Tanjung Pemancingan 8.000 North Pulau Laut Tanjung Peutang 8.000 IBT Sembilang Air Tawar* Muara Satui 7.500 S a t u i* Kelanis* Jorong 7.000 Taboneo 0.23 0.014 Tarahan Pulau Baai Kertapati Teluk Bayur 18

19 19

20 WILAYAH PENGEMBANGAN PANAS BUMI (2008)
SEULAWAH AGAM 160 MW SIBAYAK 12 MW SARULA 330 MW Tahap Pengembangan : 1.537,5 MW Tahap Produksi : MW JABOI 50 MW Akan Ditenderkan : 680 MW JAILOLO 75 MW LUMUTBALAI (UNOCAL) LUMUT BALAI 110 MW DIENG 60 MW KARAHA 400 MW Berdasarkan peta potensi panas bumi yang dirilis Badan Geologi ESDM Tahun 2008, potensi panas bumi Indonesia sebesar MW Kapasitas terpasang saat ini (s.d Agustus 2009) adalah sebesar MW LAHENDONG I - II 40 MW T.PERAHU 100 MW KAMOJANG 200 MW BEDUGUL 175 MW ULUMBU 10 MW TAMPOMAS 50 MW UNGARAN 50 MW SOKORIA 30 MW ULUBELU 110 MW NGEBEL 120 MW CISOLOK 45 MW SALAK 375 MW PATUHA 400 MW WAY. WINDU I 110 MW DARAJAT 255 MW MATALOKO 2.5 MW Total Potensi: MW Total Kapasitas : MW

21 CADANGAN DAN PRODUKSI ENERGI INDONESIA (2008)
No ENERGI FOSIL SUMBER DAYA (SD) CADANGAN (CAD) RASIO SD/CAD (%) PRODUKSI (PROD) RASIO CAD/PROD (TAHUN)*) 1 2 3 4 5 = 4/3 6 7 = 4/6 Minyak Bumi (miliar barel) 56,6 8,2 **) 14 0,357 23 Gas Bumi (TSCF) 334,5 170 51 2,9 59 Batubara (miliar ton) 104,8 18.8 18 0,229 82 Coal Bed Methane/CBM (TSCF) 453 - *) Dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru **) Termasuk Blok Cepu NO ENERGI NON FOSIL SUMBER DAYA (SD) KAPASITAS TERPASANG (KT) RASIO KT/SD (%) 1 2 3 4 5 = 4/3 Tenaga Air MW (e.q. 845 juta SBM) 4.200 MW 5,55 Panas Bumi MW (e.q. 220 juta SBM) 1.052 MW 3,8 Mini/Micro Hydro 500 MW 86,1 MW 17,22 Biomass MW 445 MW 0,89 5 Tenaga Surya 4,80 kWh/m2/hari 12,1 MW - 6 Tenaga Angin 9.290 MW 1,1 MW 0,012 7 Uranium 3.000 MW (e.q. 24,112 ton) untuk 11 tahun*) 30 MW 1,00 *) Hanya di Kalan – Kalimantan Barat Koreksi: Cadangan batubara seharusnya 20,98 miliar ton Sumberdaya panas bumi seharusnya Mw - Kapasitas terpasang saat ini (s.d Agustus 2009) adalah sebesar MW Perkembangan yang terjadi ini tentu harus kita sikapi dengan bijak dan dengan tetap mempertimbangkan kepentingan nasional jangka panjang. Sebagaimana kita ketahui, bahwa ke depan kita akan menghadapi beberapa persoalan yang menjadi tantangan dalam pengembangan sumber daya energi dan mineral di indonesia, antara lain keterdapatan sumber daya mineral dan energi semakin sulit karena keberadaannya di daerah remote atau frontier, kemungkinan penambangan kembali tailing hasil penambangan lama yang masih memiliki nilai ekonomis, kewajiban untuk melakukan pengolahan di dalam negeri, adanya persyaratan lingkungan hidup yang semakin ketat yang salah satu diantaranya dipengaruhi oleh faktor pemanasan global dan berkembangnya subsitusi mineral yang hal ini tentu memerlukan dukungan teknologi dan penelitian. Disadari bahwa untuk mewujudkan keinginan tersebut tersebut tentu banyak hal yang perlu dipersiapkan dengan baik termasuk dukungan para peneliti yang berkualitas, tetapi saya yakin kita mampu melaksanakannya. 21 21

22 CADANGAN DAN PRODUKSI MINERAL INDONESIA (2008)
NO MINERAL UNIT SUMBER DAYA (SD) CADANGAN (CAD) RATIO CAD/SD (%) PRODUKSI (PROD) RATIO CAD/PROD (TAHUN) (1) (2) (3) (4) (5) 6 = (5/4) (7) 8 = (5/6) 1 Timah (metal) Ton 74 62.430 8 2 Bijih Nikel 47 *) 29 3 Nikel – FeNi -  - 16.350 4 Nikel – Matte 79.060 5 Tembaga (metal) 63 49 6 Emas (metal) 5.297 3.156 60 122.33 26 7 Perak (metal) 36.013 11.417 32 280.33 41 Bijih Besi (konsentrat) 20 89.644 107 9 Bauxite (metal) 12 10 Manganese (metal) 34.793 11 Intan Karat 93.565 17 5.761 16 Granit 23 Produksi logam berfluktuasi dan dipengaruhi oleh faktor teknis dan non-teknis. Faktor teknis misalnya adalah kandungan logam emas di dalam konsentrat yang ada, tahun 2008 produksi emas turun karena kandungan emas di dalam rata-rata konsentrat (PTFI) menurun. *) Bijih nikel ini berasal dari PT. Antam Tbk sebesar ton dan ton yang digunakan untuk memproduksi Nikel -FeNi serta dari PT INCO Tbk sebesar ton yang digunakan untuk memproduksi Nikel in Matte. 22 22 22

23 III. KEBIJAKAN ENERGI DAN MINERAL

24 KEBIJAKAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL (Berdasarkan UU Energi No
KEBIJAKAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL (Berdasarkan UU Energi No. 30 tahun 2007 & UU Minerba No. 4 tahun 2009) EKSPLORASI PRODUKSI SUPPLY SIDE POLICY JAMINAN PASOKAN KONSERVASI (OPTIMASI PRODUKSI) SHIFTING PARADIGM HARGA ENERGI SUBSIDI LANGSUNG KETAHANAN ENERGI DAN MINERAL eberapa tahun ke depan pertumbuhan konsumsi energi rata-rata Indonesia masih akan tetap tinggi. Beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi tersebut mencapai 6.8%, jauh lebih tinggi dari konsumsi energi dunia dan APEC yang hanya 2,6% per tahun. Tingginya laju konsumsi energi ini mengakibatkan berbagai masalah ketimpangan dan pengurasan sumberdaya energi fosil terutama minyak bumi yang jauh lebih cepat dibanding kecepatan untuk menemukan cadangan baru, sehingga diperkirakan dalam waktu yang tidak lama lagi cadangan energi fosil akan habis. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan di bidang energi yang pada intinya difokuskan pada dua pilar utama, yaitu : diversifikasi dan konservasi energi. Kedua pilar penting ini dijalankan secara simultan dan diupayakan secara terus menerus untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi, menjamin keamanan pasokan energi di dalam negeri, meningkatkan kemandirian pemenuhan kebutuhan energi dan meningkatkan pelestarian lingkungan. Konservasi mineral merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dengan konservasi energi. Kita sebagai bangsa Indonesia patut bersyukur memiliki potensi mineral yang cukup tinggi. Seperti kita ketahui, mineral adalah sumber daya yang tidak terbarukan, oleh sebab itu, penggunaannya harus dilakukan sehemat mungkin. Kita juga harus berhati-hati agar pemanfaatan dan pengolahan sumber daya mineral dapat dioptimalisasi, namun harus tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup dan berkelanjutan. DIVERSIFIKASI DEMAND SIDE POLICY KESADARAN MASYARAKAT KONSERVASI (EFISIENSI)

25 BBM BERSUBSIDI (KEBIJAKAN DAN VOLUME)
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM 2009 VOLUME BBM BERSUBSIDI 2006 2009 (?) BBM Non-Subsidi BBM Subsidi BBM bersubsidi: kL M. Tanah 60 40 20 Juta KL No JENIS BBM TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV (?) 1 M. Tanah S 2 Premium NS 3 M. Solar 4 M. Diesel 5 M. Bakar 6 Avtur 7 Avgas S = Subsidi NS = Non Subsidi PENURUNAN VOLUME BBM BERSUBSIDI 25

26 HARGA JUAL LISTRIK vs BPP TAHUN 2009 (Pelanggan Tegangan Rendah/TR)
BPP TR : Rp 1.069/kWh 923 Keterangan: Harga Jual realisasi bulan Nopember 2008

27 PROGRAM DIVERSIFIKASI ENERGI
Jenis Bahan Bakar Rumah Tangga Transportasi Industri Pembangkit Gas LPG BBG Coal Briket batubara Coal gasification Coal liquefaction Biofuel Bio-ethanol Bio-diesel Bio-oil Panas Bumi Energi lainnya Biomass Air Solar cell Angin CBM Hydrogen / Fuel Cell Oil Shale Biogenic Gas

28 SASARAN BAURAN ENERGI PRIMER NASIONAL 2025
Tahun 2008 Tahun 2025 (Skenario Optimal) Tahun 2025 (Skenario BaU) warnaaa OPTIMALISASI PENGELOLAAN ENERGI

29 JALUR CEPAT PENGEMBANGAN BAHAN BAKAR NABATI
Setiap daerah mengembangkan BBN sesuai potensi Kawasan Khusus Pengembangan BBN Penciptaan lapangan kerja Pengurangan kemiskinan Energi JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG Desa Mandiri 29

30 IV. RENCANA KE DEPAN

31 RENCANA INVESTASI SEKTOR ESDM TAHUN 2010-2014

32 RENCANA INVESTASI INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
2010 – 2014 Catatan: Pendanaan investasi dominan bersumber dari Swasta Investasi untuk pengembangan infrastruktur (tidak termasuk perbaikan) *) belum termasuk investasi pengembangan lapangan

33 PROGRAM PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK
Program MW Tahap I (Perpres 71/2006) Pra kontrak : 438 MW (7 proyek) (pra kontrak: 34/2 proyek & digabung, ditunda, dibatalkan, diganti IPP: 404 MW/5 proyek) Pasca kontrak (tanda tangan EPC): MW (33 proyek) Program MW Tahap II (Perpres dalam penyelesaian) PLTP : MW (Jawa-Bali: 1.525; Luar Jawa-Bali: 2.058) PLTA : MW (Jawa-Bali: MW; Luar Jawa-Bali: 174 MW) PLTU : 2000 MW (Jawa-Bali); MW (Luar Jawa-Bali: MW) PLTGU: MW (Jawa-Bali: MW; Luar Jawa-Bali: 426 MW) Program IPP Pra kontrak : 937 MW (6 proyek); Tender : MW (30 proyek) Pasca kontrak : MW (47 proyek); Beroperasi : MW (19 proyek) Rencana pengembangan PLTP pada tahun 2009 s.d adalah sebesar MW IPP Konstruksi : MW (16 proyek) Pendanaan : MW (31 proyek) Finalisasi PPA : 937 MW (6 proyek) Tender : MW (30 proyek) Disamping untuk mengejar pertumbuhan kebutuhan listrik yang demikian pesat, langkah pemerintah tersebut juga untuk menekan biaya operasi PLN yang sangat dibebani biaya pembelian BBM yang pada saat itu mencapai lebih dari Rp 56 triliun per tahun atau 42% dari total biaya operasi PLN. Dengan struktur tarif listrik saat ini yang masih rendah mengakibatkan subsidi listrik yang besar, pemerintah berusaha mengurangi subsidi tersebut dengan mengurangi biaya pokok produksi yang tadinya menggunakan BBM digantikan non-BBM dalam program MW. Diharapkan pada tahun 2011 pemakaian BBM hanya tinggal 2% dari total pemakaian energi untuk pembangkitan listrik. Walaupun batubara akan banyak digunakan, tetapi Pemerintah tetap memperhatikan dampak lingkungan dan kedepan pengembangan pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan akan diintensifkan. Melalui Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2006, PT. PLN (Persero) ditugaskan untuk melakukan pembangunan pembangkit listrik menggunakan batubara dengan kapasitas sebesar MW dengan skema pembiayaan yang memungkinkan sesuai kondisi keuangan PLN dan difokuskan pemilihan lokasinya pada daerah-daerah yang konsumsi BBM-nya sangat signifikan, pertumbuhan permintaan listrik yang tinggi, proyek yang ada masih belum cukup untuk memenuhi permintaan listrik dan daerah krisis serta berpotensi krisis. Agar Program Percepatan MW dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka bersamaan dengan pemberian penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, telah dibentuk Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik sesuai Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun Sesuai peraturan tersebut, Tim Koordinasi mempunyai tugas antara lain mengambil langkah-langkah yang diperlukan bagi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pendanaan, pengadaan tanah, pembebasan dan kompensasi jalur transmisi, perizinan, percepatan persetujuan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan ketersediaan batubara. Dengan tingkat pertumbuhan tenaga listrik yang tinggi tersebut dan memperhatikan reserve margin yang berkisar antara 30% - 40%, penambahan kapasitas pembangkit listrik baru, baik yang dibangun Pemerintah lewat APBN, PT. PLN (Persero) lewat APLN maupun melalui partisipasi badan usaha lain seperti antara lain BUMD, swasta dan koperasi dibuka seluas-luasnya agar tidak terjadi krisis penyediaan tenaga listrik yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. 33

34 PETA LOKASI PROYEK PERCEPATAN 10.000 MW TAHAP I
TOTAL 9.537 MW PLTU NAD – Meulaboh (2 x 110 MW) PLTU SUMUT – Pangkalansusu (2 x 200 MW) KALIMANTAN 405 MW 4 LOKASI SULAWESI 220 MW 4 LOKASI MALUKU 46 MW 2 LOKASI PLTU SULUT – Amurang (2 x 25 MW) PLTU 1 RIAU – Bengkalis (2 x 10 MW) PLTU 1 KALBAR – Parit Baru (2 x 50 MW) PLTU KEP.RIAU – Tj. Balai Karimun (2 x 7 MW) PLTU MALUT – Tidore (2 x 8 MW) PLTU 2 RIAU – Selat Panjang (2 x 7 MW) PLTU 2 KALBAR – Bengkayan (2 x 27,5 MW) PLTU GORONTALO – Anggrek (2 x 25 MW) PAPUA 34 MW 2 LOKASI PLTU SUMBAR – Teluk Sirih (2 x 112 MW) PLTU 3 BANGKA – Bangka Baru (2 x 30 MW) PLTU 1 KALTENG – Pulang Pisau (2 x 60 MW) PLTU 1 KALSEL – Asam Asam (2 x 65 MW) PLTU 2 PAPUA – Jayapura (2 x 10 MW) SUMATERA 1225MW 9 LOKASI PLTU 4 BANGKA – Belitung (2 x 16,5 MW) PLTU SUTENG – Kendari (2 x 10 MW) PLTU MALUKU – Ambon (2 x 15 MW) PLTU LAMPUNG – Tj. Selaki (2 x 100 MW) PLTU 1 PAPUA – Timika (2 x 7 MW) PLTU 3 BANTEN – Lontar (3 x 315 MW) PLTU SUSEL – Barru (2 x 50 MW) NUSA TENGGARA 117 MW 4 LOKASI PLTU 1 JABAR – Indramayu (3 x 330 MW) PLTU 1 BANTEN – Suralaya (1 x 625 MW) PLTU 1 JATENG – Rembang (2 x 315 MW) PLTU 2 BANTEN – Labuhan (2 x 315 MW) PLTU 3 JATIM – Tj. Awar Awar (2 x 350 MW) PLTU 2 JABAR –Pelabuhan Ratu (2 x 350 MW) PLTU 2 JATIM – Paiton (1 x 660 MW) PLTU 2 JATENG – Cilacap Baru (1 x 660 MW) PLTU 1 NTB – Bima (2 x 10 MW) PLTU 1 JATIM – Pacitan (2 x 315 MW) PLTU 1 NTT – Ende (2 x 7 MW) JAWA 7490 MW 10 LOKASI PLTU 2 NTB – Lombok (2 x 25 MW) PLTU 2 NTT – Kupang (2 x 16,5 MW) 34

35 RENCANA PROYEK PERCEPATAN 10.000 MW TAHAP II
TOTAL PLTA : MW PLTP : MW PLTU : MW PLTGU : MW TOTAL : MW SUMATERA PLTA : MW PLTP : MW PLTU : MW PLTGU : MW Subtotal : MW KALIMANTAN PLTU : MW PLTGU : MW Subtotal : MW SULAWESI PLTP : MW PLTU : MW PLTGU : MW Subtotal : MW PAPUA PLTU : MW Subtotal : MW JAWA PLTA : MW PLTP : MW PLTU : MW PLTGU : MW Subtotal : MW MALUKU PLTP : MW PLTU : MW Subtotal : MW NTB PLTP : MW PLTU : MW Subtotal : MW NTT PLTP : MW PLTU : MW Subtotal : MW 35

36 KONDISI/MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI PROGRAM 10.000 MW TAHAP I DAN II
No PROGRAM PRIORITAS STATUS UPAYA PEMECAHAN MASALAH INSTANSI TERKAIT 1. Program Percepatan Pembangunan Pembangkit MW Tahap I Telah siap beroperasi : PLTU Jabar (Indramayu) PLTU Banten (Labuan) PLTU Jateng (Rembang) Beberapa proyek mengalami penundaan, dengan progres: Proses pembebasan lahan (10 proyek) Proses pinjam pakai lahan/izin pemanfaatan hutan lindung / pelepasan hak (3 proyek) Proses izin pelabuhan/ izin konstruksi (6 proyek) Menunggu persetujuan pencairan dana dari Menteri Keuangan China (1 proyek) Dalam tahap proses pinjaman (15 proyek) Belum ada kepastian pendanaan (11 proyek). Mempercepat pembebasan lahan untuk pembangkit dan transmisi serta mencari opsi sumber pendanaan lain Mempermudah proses perizinan pelabuhan Mempercepat proses izin pemanfaatan kawasan hutan Memperpanjang masa tugas Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2009. Pemda BPN Dep. Kehutanan Dep. Keuangan Dep. Perhubungan 2. Fasilitas perpajakan, bea masuk, dan jaminan pemerintah untuk Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik MW Tahap II Diperlukan peraturan yang memberi keringan bagi investor Konsep Perpres tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara, Gas, dan Energi Terbarukan, sudah disampaikan kepada Deputi Bidang Koordinasi Energi, Sumber Daya Mineral dan Kehutanan, Kantor Menko Bidang Perekonomian untuk dibahas lebih lanjut Akan dilakukan koordinasi untuk penyelesaian Rancangan Perpres tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara, Gas, dan Energi Terbarukan, dengan mempertimbangkan perlu atau tidaknya fasilitasi perpajakan, bea masuk, dan jaminan pemerintah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Negara.

37 PROYEK IPP TAHAP OPERASI
PLTGU Palembang Timur 150 MW, COD: Sept 2004 PLTG Gn. Megang 2 x 40 MW, COD: Nop 2007 PLTP Sibayak 10 MW, COD: 2008 PLTU Embalut 2 x 25 MW, COD: Okt 2008 PLTM Mobuya 3 x 1 MW, COD: Akhir 2007 PLTU Tawaeli 2 x 13,5 MW, COD Nop 2007 PLTGU Sengkang 135 MW, COD Mar 1999 PLTD Pare Pare (Suppa) 6 x 10,37 MW, COD: Mei 1998 PLTG Sengkang (ekspansi 1) 1 x 60 MW, COD: Sept 2008 PLTP Dieng 1 x 60 MW, COD: Okt 2002 PLTU Cilacap 2 x 281 MW, COD: Peb 2007 PLTP Salak Unit 4, 5 & x 55 MW, COD: Okt 1997 PLTP Darajat Unit x 90 MW, COD: Peb 2000 PLTP Wayang Windu Unit x 110 MW, COD: Juni 2000 PLTP Darajat Unit x 90 MW, COD: Agus 2007 PLTP Kamojang x 60 MW, COD: Jan 2008 PLTP Wayang Windu Unit x 110 MW, COD: 2009 PLTU Paiton I – PEC 2 x 615 MW, COD: Juli 2000 PLTU Paiton II – JP 2 x 610 MW, COD: Nop 2000 Sumatera : MW (3 IPP) Jamali & NTB/NTT : MW (10 IPP) Kalimantan : MW (1 IPP) Sulawesi & Indonesia Timur : MW (5 IPP) TOTAL : MW (19 IPP)

38 PROYEK IPP TAHAP KONSTRUKSI
PLTM Parluasan 2 x 2,1 MW, COD: 2009 PLTM Hutaraja 2 x 2,25 MW, COD: akhir 2009 PLTA Asahan x 90 MW, COD: Mid 2010 PLTU Tanjung Pinang 2 x 10 MW, COD: Juli 2010 PLTU Tj. Balai Karimun 2 x 6 MW, COD: akhir 2010 PLTU Tanah Grogot 2 x 7 MW, COD: mid 2010 PLTU Pontianak 2 x 25 MW, COD: mid 2010 PLTU Ketapang 2 x 6 MW, COD: Sept. 2010 PLTU Gorontalo 2 x 6 MW, COD: mid 2010 PLTU Bangka 2 x 10 MW, COD: Akhir 2010 PLTA Poso 3 x 65 MW, COD: awal 2010 PLTU Lampung Tengah 2 x 6 MW, COD: Akhir 2010 PLTM Ranteballa 2 x 1,2 MW, COD: Mid 2009 PLTM Manippi 1 x 10 MW, COD 2011 PLTU Tj. Jati B (Ekspansi) 2 x 660 MW, COD: Akhir 2011 PLTU Celukan Bawang 2 x 125 MW, 1 x 130 MW, COD: mid 2011 Sumatera : MW (7 IPP) Jamali & NTB/NTT : MW (2 IPP) Kalimantan : MW (3 IPP) Sulawesi & Indonesia Timur : MW (4 IPP) TOTAL : MW (16 IPP)

39 RENCANA PENINGKATAN AKSESIBILITAS MASYARAKAT TERHADAP KELISTRIKAN
Uraian Target 2010 2011 2012 2013 2014 Rasio Elektrifikasi (%) 67,2 69,6 72 74,4 76,8 Rasio Desa Berlistrik (%) 94,49 95,59 96,7 97,8 98,9 Kapasitas pembangkit tenaga listrik yang dibangun (MW) 7.819 5.548 7.077 4.776 5.393 Panjang (kms) jaringan transmisi yang dibangun 13.170 4.326 3.325 2.116 4.842 Kapasitas ) gardu induk yang dibangun (MVA) 17.940 7.306 6.100 8.610 9.250 Panjang (kms) jaringan distribusi yang dibangun 33.278 33.440 35.045 36.946 37.908 Jumlah (unit dan kapasitas) gardu distribusi yang dibangun (MVA) 2.348 2.424 2.617 2.862 2.897

40 TARGET ENERGI PRIMER UNTUK PEMBANGKITAN
OPTIMALISASI PASOKAN 40

41 RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS TERPASANG ENERGI BARU TERBARUKAN
Pembangkit Tenaga Listrik 2010 2011 2012 2013 2014 PLTMH (MW) 1.296 1.425 1.568 1.725 1.897 PLTS (MWp) 4.180 4.598 5.058 5.564 6.120 PLT Angin (MW) 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 PLTP (MW) 1,261 1,419 2,392 3,187 5,807

42 RENCANA PRODUKSI ENERGI FOSIL TAHUN 2010-2014

43 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI 2010 - 2014
NO URAIAN KAPASITAS TAHUN TOTAL 2010 2011 2012 2013 2014 1. Fasilitas Produksi Minyak BOPD 60.000 66.534 2. Fasilitas Produksi Gas MMSCFD 1.020 1.375 1.900 13.456 2.510 20.261 3. Fasilitas Produksi GMB (Gas Metana Batubara / Coal Bed Methane) 1 8 12 25 40 85 4. Kilang minyak 800 -

44 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI 2010 - 2014
NO. URAIAN KAPASITAS TAHUN TOTAL 2010 2011 2012 2013 2014 5. Kilang LPG (Ton/hari) 21 12 - 1.100 1.133 6. Kilang LNG (MMSCFD) 250 7. LNG Receiving Terminal 300 500 800 8. Jaringan pipa gas kota*) Sambungan Rumah 16.000 80.000 9. Jaringan Transmisi Km 200 420 230 275 975 Catatan: *) Pendanaan dari APBN

45 PETA KILANG MINYAK & HASIL OLAHAN INDONESIA
PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP I Pk. Brandan KAPASITAS : 4,5 MBCD (Tidak Beroperasi sejak 2007) TOTAL KAPASITAS KILANG MINYAK 1.155,6 MBCD PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP II Dumai KAPASITAS : 127 MBCD PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP V Balikpapan KAPASITAS : 260 MBCD PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP VII Kasim KAPASITAS : 10 MBCD PT. PATRA SK - DUMAI Kilang Hasil Olahan KAPASITAS : 25 MBCD PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP VI Balongan KAPASITAS : 125 MBCD PT. PRIMERGY SOLUTION Kilang Hasil Olahan KAPASITAS : 600 Ton/Bln Pelumas Bekas PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP II Sungai Pakning KAPASITAS : 50 MBCD PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP III Plaju KAPASITAS : 127,3 MBCD PT. PERTAMINA (Persero) Kilang UP IV Cilacap KAPASITAS : 348 MBCD PUSDIKLAT MIGAS Kilang Cepu KAPASITAS : 3,8 MBCD PT. TRANS PACIFIC PETROCHEMICAL INDOTAMA - Tuban KAPASITAS : 100 MBCD

46 PETA RENCANA PENGEMBANGAN KILANG MINYAK
KILANG MUBA KAPASITAS : 800 B/D STATUS : KONSTRUKSI BANTEN BAY REFINERY KAPASITAS : 150 MBCD STATUS : Pembentukan JV BALONGAN EXPANSION KAPASITAS : 200 MBCD STATUS : RENCANA PERTAMINA TRI WAHANA UNIVERSAL KAPASITAS : 6 MBCD STATUS : KONSTRUKSI EAST JAVA REFINERY KAPASITAS : 200 MBCD STATUS : RENCANA PERTAMINA

47 PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR GAS BUMI/LNG
NATUNA Dalam proses ARUN 12,3 MTPA TERBUKTI = 112,47 TSCF POTENSIAL = 57,60 TSCF TOTAL = 170,07 TSCF NAD ACEH (NAD) 5,72 BONTANG 22,25 MTPA 1,27 TANGGUH KAPASITAS: 7,6 MTPA Rencana pengembangan: 3,6 MTPA 52,59 SUMATERA UTARA NATUNA KALIMANTAN TIMUR 8,15 24,96 SUMETERA TENGAH PAPUA 24,21 3,18 28,00 SULAWESI SUMATERA SELATAN MALUKU JAWA BARAT 4,16 DONGGI-SENORO Dalam proses: 2 MTPA JAWA TIMUR 5,08 6.30 13,65 Kilang LNG (MTPA) Cadangan Gas(TSCF) MASELA Dalam proses: 3 MTPA Rencana pembangunan LNG Receiving terminal (+ 3 MTPA) 47

48 RENCANA PEMBANGUNAN JARINGAN DISTRIBUSI GAS BUMI UNTUK RUMAH TANGGA
Nama Kegiatan TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Penyusunan Regulasi & Kebijakan Pendukung Proses Revisi mjd Perencanaan Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi utk 6 wilayah (FEED, DEDC & Kajian Kelembagaan) FEED dan DEDC Jaringan Gas Bumi utk Rumah Tangga Kabupaten Blora; Palembang (Kel. Lorok Pakjo dan Kel. Siring Agung) Bekasi (Kel. Pejuang dan Kel. Kali Abang) Depok (Kel. Bakti Jaya dan Kel. Depok Jaya) Surabaya (Kel. Kalirungkut dan Kel. Rungkut Kidul) Medan (Kel. Sunggal dan Kel. Sei Sikambing) Tarakan, Kaltim Sidoarjo, Jatim Semarang, Jateng Rmh Susun Jabodetabek Bontang, Kaltim Bangkalan, Madura Balikpapan, Kaltim Sengkang Sulsel Provinsi Jambi Sorong, Papua Pekanbaru, Riau Subang, Jabar Lhokseumawe Samarinda, Kaltim, Muara Enim Lampung Prabumulih Cilegon Tenggarong Kaltim Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi utk Rumah Tangga (Tahap Konstruksi) Kota Palembang; Kota Surabaya. Bekasi; Depok; Tarakan, Kaltim; Rmh Susun, Apartemen bersubsidi Jabodetabek Balikpapan/ Kal-Tim, Sengkang, Sulsel Samarinda, Kaltim

49 V. STRATEGI

50 STRATEGI SEKTOR ESDM DALAM MEMPERTAHANKAN PERAN DAN KINERJA
Mempertahankan kontribusi dalam penerimaan negara Meningkatkan eksplorasi Meningkatkan cadangan migas, batubara dan mineral Optimasi produksi migas dan pertambangan Meningkatkan kontribusi dalam pembangunan daerah Dana bagi hasil: CSR: Lisdes: DME: Pemboran air tanah: Meningkatkan neraca perdagangan, dengan mengurangi impor

51 STRATEGI SEKTOR ESDM DALAM MEMPERTAHANKAN PERAN DAN KINERJA (Lanjutan)
Meningkatkan Investasi Intensifikasi penawaran Wilayah Kerja dan Kontrak Kerja Sama migas dan panas bumi Penyederhanaan prosedur dan birokrasi dalam pemberian izin usaha Penyusunan dan penyempurnaan produk regulasi untuk menjamin kepastian hukum Peningkatan pengelolaan data dan informasi yang handal dan akurat Mengurangi beban subsidi Meningkatkan efisiensi penggunaan BBM-subsidi dan listrik (sosialisasi, gerakan hemat energi) Substitusi BBM ke non-BBM (minyak tanah ke LPG, BBN dan bahan bakar non-BBM lainnya) Mengurangi jenis BBM-subsidi secara bertahap Penyesuaian tarif listrik bagi golongan mampu

52 STRATEGI SEKTOR ESDM DALAM MEMPERTAHANKAN PERAN DAN KINERJA (Lanjutan)
Menjamin pasokan energi & bahan baku domestik Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengolahan energi Meningkatkan kemampuan pasokan energi Mengembangkan berbagai sumber energi Pembangunan infrastruktur energi Mendorong Peningkatan Efek Berantai/Ketenagakerjaan Pembukaan lapangan kerja Meningkatkan pemberdayaan nasional (kelembagaan dan SDM) Mengutamakan local content (jasa dan produk nasional) Meningkatkan value added Meningkatkan kegiatan ekonomi (backward and forward linkages)

53 Terima Kasih


Download ppt "SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google