Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Orasi Ilmiah Membangun Benua Maritim Indonesia

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Orasi Ilmiah Membangun Benua Maritim Indonesia"— Transcript presentasi:

1 Orasi Ilmiah Membangun Benua Maritim Indonesia
Bacharuddin Jusuf Habibie Dies Natalis ke 52, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, 10 November 2012

2 Benua Maritim Indonesia Masyarakat Madani Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia luas: km2 daratan 20%, lautan 80% > pulau > 300 etnik Benua Maritim Indonesia Masyarakat Madani Indonesia

3 Reformasi & Peningkatan Produktivitas Bangsa
Sejak era Kabinet Reformasi Pembangunan secara sistematis dan berkelanjutan dimulai proses reformasi di segala aspek kehidupan & lapisan Masyarakat Madani Indonesia Produktivitas suatu masyarakat hanya mekar berkembang di atas KEMERDEKAAN dan KEBEBASAN yg bertanggung jawab dari suatu bangsa BERBUDAYA Sejak reformasi syarat tsb terpenuhi  sehingga produktivitas Masyarakat Madani Indonesia dipercepat, karena peningkatan proses-proses: Proses Pembudayaan, Proses Pendidikan, dan Proses Pengembangan Wahana Jam Kerja

4 Perkembangan Masyarakat Madani sbg Penggerak Utama Pembangunan
Proyeksi Perkembangan Masyarakat Madani sbg Penggerak Utama Pembangunan awal proses REFORMASI masyarakat madani  60% daya beli Rp. 2 triliun masyarakat madani  80% daya beli Rp. 5 triliun (2045) (2023) (1998) PRASYARAT Pertumbuhan 7-8% per tahun Pemerataan kesempatan kerja Pemerataan pendapatan Pengangguran minimun (<2%) Stabilitas politik

5 Wahana jam kerja:  ketimpangan UKM vs UB
Data statistik Lapangan kerja: Usaha Kecil & Menengah (UKM)  99,46 % Usaha Besar (UB)  0,54% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Usaha Besar  44,9% Usaha Kecil & Menengah  55,1% mencerminkan: Kesenjangan kualitas sumberdaya manusia kesenjangan pendidikan kesenjangan produktivitas kesenjangan penguasaan Iptek LAPANGAN KERJA yang disediakan ketimpangan PDB yang dihasilkan

6 Industri yang mengandalkan SDA (1)  tantangan peningkatan produktivitas & daya saing
Kondisi saat ini usaha Usaha masih terpusat pada kegiatan hulu  nilai tambah relatif rendah Tantangan ke depan: meningkatkan nilai tambah & daya saing komoditas pertanian melalui industrialisasi pertanian terutama agroindustri di pedesaan. Meningkatkan jumlah unit usaha agroindustri (yg baru sktr,52% per tahun) Pertanyaan kita: Mengapa unit usaha agroindustri rata-rata meningkat hanya 5,52% tiap tahun? Bagaiman meningkatkan produktivitas dan daya saing unit usaha agroindustri?

7 Industri yang mengandalkan SDA (2)  esensi pengembangan agroindustri
tidak hanya untuk peningkatan jumlah dan jenis produk pangan yang lebih penting adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat  peningkatan ekonomi daerah Untuk itu upaya pengembangan agroindustri dapat bersenergi positip dengan usaha mikro, kecil dan menengah Kenyataan: penyerapan tenaga kerja sektor pertanian memiliki kontribusi 33%, (= 36,54 juta tenaga kerja)

8 Industri yang mengandalkan SDA (3)  pertanyaan kita utk peningkatan agroindustri
Perlu kita kaji: Apakah pendapatan petani sudah dapat mengeluarkan keluarga mereka dari kehidupan di bawah garis kemiskinan? Dapatkah pendapatan petani berkembang menjadi stabil di atas garis kemiskinan? Apa kontribusi sektor pertanian terhadap neraca perdagangan, neraca pembayaran dan neraca jam kerja? Komoditas apa saja yang perlu diperhatikan? teknologi tepat guna apa saja yang perlu dikembangkan? Mekanisme kerja sama apa yg perlukan untuk meningkatkan SINERGI antara unit usaha agroindustri pedesaan dengan unit usaha perkebunan (swasta & pemerintah) agar  saling menguntungkan)? `

9 Industri yang mengandalkan SDA (4)  terbatasnya lahan hutan
Luas hutan tinggal 130,68 juta hektar, akibat pembalakan liar (illegal logging) sebesar 4 juta hektar tiap tahun  kerugian lebih besar dibanding penyelewengan dana BLBI (Rp 600 triliun) Dalam pengelolaan kawasan hutan keseimbangan antara kepentingan manusia dan kehidupan flora serta fauna harus seimbang  kalau terganggu terjadi bencana banjir atau kelangkaan air Dari 26,82 juta hektar hutan konservasi dapat dimanfaatkan hasil hutan 10% kayu dan 90% non-kayu (seperti getah, madu, dan rotan,dsb). Dengan hanya memanfaatkan produk nonkayu  menjaga pohonnya tidak terganggu. Hutan juga dapat dijadikan wahana wisata alam

10 Industri yang mengandalkan SDA (5)  upaya pelestarian hutan (1)
Perlu diperhatikan pelestarian hutan mangrove (bakau), karena memberi banyak manfaat, antara lain: menahan abrasi, pemijahan biota laut, mengendapkan material yang hanyut di sungai, buahnya dapat dijadikan tepung dan sirup Kerusakan mangrove akibat ketidaktahuan masyarakat dan kegiatan pertambangan yang tidak bertanggungjawab. Padahal kerusakan mangrove bersifat irreversibel perlu dilakukan sosialisasi tentang pelestarian hutan mangrove Perbaikan kondisi hutan tidak hanya dengan melakukan penanaman pohon saja, tapi perlu dibarengi perubahan pola pikir dan budaya masyarakat terhadap keberadaan hutan, khususnya di daerah yang mempunyai tingkat kerusakan yang tinggi. Budaya menanam itu harus di tumbuhkan sejak dini.

11 Industri yang mengandalkan SDA (6)  upaya pelestarian hutan (2)
Dalam rangka pelestarian hutan perlu diintensifkan program pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), yang baru terlaksana 25% dari luas yang ( hektar), baru di 37 kabupaten dari 104 kabupaten yang direncanakan dilakukan HTR Di Papua, sekitar 200 ribu hektar kawasan hutan tercemar material sisa pasir tambang – yang berasal dari satu perusahaan saja – akibat pembuangan 300 ribu ton limbah per hari ke sungai. Kalau dibiarkan berlangsung  akan mengancam 30 juta hekter hutan primer di Papua Adalah wajar dan adil kalau perusahaan tersebut harus segera meperbaiki dampak kerusakan hutan yang terjadi, dan wajar kalau Pemerintah (Pusat & Daerah) menuntut ganti rugi yang sepadan untuk memperbaiki ekosistem yang rusak

12 Industri yang mengandalkan SDA (7)  potensi periknan (1)
Pasar dalam negeri mampu menyerap 85% produksi perikanan, a.l. dipasarkan di carrefour. Kedepan, produk UKM ini diharapkan dapat menembus wahana ritel lain, seperti: alfamart, alfamidi, lottemart dan indomarket. Agar dapat menembus pasar ritel tersebut, perlu dilakukan hal- hal sbb: Pengembangan dan penyempurnaan mekanisme pembayaran antara UKM dan riteler agar pendapatan dan kesejahteraan nelayan dapat lebih meningkat Pembinaan dalam rangka memperbaiki mutu hasil olahan perikanan agar produk dapat dengan mudah dipasarkan di ritel modern Penerapan sistem sertifikasi kelayakan pengolahan secara bertahap kepada seluruh UKM

13 Industri yang mengandalkan SDA (8)  potensi perikanan (2)
KADIN dapat berperan dalam memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para pelaku usaha di daerah untuk mengangkat dan memperluas pemasaran produk perikanan KKP telah menginisiasi program branding produk sebagai upaya memfasilitasi pemasaran produk ke industri ritel modern (ada 12 produk yang telah lulus program branding), program branding meliputi cara produksi yang mengikuti standar mutu, perbaikan sisi kemasan, dan harga yang bersaing Masuknya produk-produk perikanan lokal ke pasar ritel modern, merupakan suatu keuntungan bagi pelaku UKM, karena produk mereka dapat menjangkau masyarakat luas di seluruh kawasan tanah air.

14 Industri yang mengandalkan SDA (9)  kesimpulan
usaha mikro, kecil dan menengah potensi SDA yang ada sinergi untuk peningkatan kualitas SDM untuk memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan alam, khususnya hutan tropis sbg paru-paru dunia yang menentukan iklim lokal, regional dan global

15 Industri yang mengandalkan SDM (1)  ilosofi pembangunan industri
“Mulai pada akhir dan berakhir pada awal”;  kita memproduksi barang yg dibutuhkan pasar, kemudian secara bertahap mengembangkannya sampai dapat menguasai teknologi. Investasi proses pendidikan dan pembudayaan “hari ini” baru akan bermakna 25 tahun yad  peningkatan ketrampilan dan keunggulan SDM membutuhkan waktu yang cukup lama Transformasi & perkembangan industrialisasi dibiayai oleh hasil ekspor SDA dan energi. Tiap kebijakan & keputusan (eksekutif maupun legislatif) wajib memprioritaskan “jam kerja” nasional. Usaha dan investasi pada bidang ilmu terapan dan teknologi tepat guna untuk produksi barang yang dibutuhkan di pasar nasional saja yang dibiayai dari hasil ekspor SDA dan energi.

16 Industri yang mengandalkan SDM (2)  proyeksi dan harapan
Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua setelah China: Tahun 2020 diperkirakan telah sebanyak 58 % penduduk Indonesia  masyarakat kelas menengah dengan daya beli hingga Rp 1,8 triliun Tahun 2025 diharapkan bisa tercapai pendapatan per kapita di atas US$  akan masuk “sepuluh negara besar di dunia yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi“, yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Lulusan perguruan tinggi sbd SDM pendukung industrialisasi: Saat ini baru mencapai sekitar 8% dari jumlah penduduk Tahun 2020 diharapkan mencapai sekitar 20 %, yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai kebutuhan pasar dan wahana jam kerja yang ada

17 Industri yang mengandalkan SDM (3)  faktor yang mempengaruhi & harus diperhatikan
Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh inovasi, percepatan inovasi dan konektivitas antara pusat dan daerah  untuk mengatasi masalah pemerataan pembangunan, hal-hal tersebut perlu mendapat perhatian, perbaikan dan peningkatan Pasar domestik nasional menjadi penggerak utama pembangunan Masyarakat Madani Indonesia, dengan memanfaatkan kelima dasar strategi (filosofi) proses industrialisasi Pengangkutan manusia dan barang (melalui darat, laut dan udara) dan pemberian informasi (yang cepat dan tepat waktu) adalah produk proses nilai tambah (PNT) yang sangat intensip jam kerja dan hanya dapat dilaksanakan oleh SDM yang mampu dan trampil.

18 Industri yang mengandalkan SDM (4)  ‘cabotase’ sbg kebijakan perlidungan (1)
Sejarah perkembangan ekonomi membuktikan: proses pertumbuhan produk perangkat pemikiran (brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) perlu diberi perlindungan dan mendapat prioritas, sampai SDM dan produknya mampu bersaing di pasar domestik dan global Contoh/ilustrasi: Pada masa penjajahan, Belanda melakukan kebijakan “Cabotage“, hak monopoli mengangkut perdagangan hanya oleh kapal-kapal berbendera Belanda, sehingga praktis barang dari Indonesia hanya diangkut ke luar negeri dengan kapal KPM (Koningklijke Pakketvaart Maatschappy) saja Wilayah Benua Maritim Indonesia tertutup bagi jasaangkutan yang berbendera negara lain

19 Industri yang mengandalkan SDM (5)  ‘cabotase’ sbg kebijakan perlidungan (2)
Contoh/ilustrasi lain: Praktek cabotage juga pernah dilakukan di USA. Merchant Act PL (“Jones Act”)  mengharuskan barang-barang yang dibeli dari AS atau yang dibiayai pinjaman Exim Bank AS dan PL-480 bantuan AS hanya dapat diangkut oleh kapal-kapal berbendera AS. Kebijakan tersebut dilakukan untuk membuka lapangan kerja bagi warga AS sebagai pelaut kapal dan pekerja galangan kapal serta industri pendukung lainnya. Pertimbangan lain adalah menghubungkan kota-kota tepi pantai sekeliling AS dan sekaligus berfungsi mengawal negara dari ancaman asing, penyelundupan, dan migrasi gelap. Walaupun AS -- dan negara maju lain -- memperjuangkan liberalisasi perdagangan dan keuangan/perbankan, tapi dalam perhubungan laut mereka memegang ketat kebijakan cabotage.

20 Industri yang mengandalkan SDM (6)  ‘cabotase’ sbg kebijakan perlidungan (3)
Pertanyaan untuk direnungkan: Mengapa di wilayah NKRI Benua Maritim Indonesia kita masih ragu menerapkan kebijakan Cabotage dan ragu membuat Undang-Undang yang mengamankan kebijakan Cabotage? Mengapa kita lebih melaksanakan peraturan WTO yang pernah saya sebut tidak lain adalah ”baju baru dari VOC”? Mengapa kita korbankan ”Neraca Jam Kerja” demi kepentingan apa yang dipelajari pada perguruan tinggi -- yang hanya menonjolkan ”Neraca Perdagangan“ & “Neraca Pembayaran“ saja? Mengapa kita tidak melaksanakan kajian & penelitian untuk meningkatkan daya saing masyarakat dengan mengutamakan „Neraca Jam Kerja“?

21 Industri yang mengandalkan SDM (7)  yang kita perlukan untuk pengembangan industri kelautan
Perlu memanfaatkan armada pelayaran (jalur utama, penunjang & perintis) sebagai wahanan bagi proses nilai tambah pribadi bagi sekolah-sekolah pelayaran, yang selalu dikembangkan sesuai kebutuhan Perlu membuka lapangan kerja terampil untuk galangan kapal dan ahli perkapalan yang mampu mendisain kapal sesuai dengan sifat watak kelautan kita. Misalnya: kapal-kapal didisain mengikuti sifat pasang surut sungai  sehingga di musim apa pun bisa masuk menelusuri sungai sampai ke pedalaman kapal juga harus mampu melewati gelombang besar - di lautan Banda misalnya -- karena berstruktur sesuai alur yang dilaluinya. Dengan teknologi yang semakin maju, perilaku lautan Indonesia sudah bisa diperhitungkan dalam pembuatan kapal  membuka kesempatan membangun galangan modern yang pembuatan kapal-kapal sesuai dengan perilaku lautan dan kebutuhan jejaring angkutan Galangan kapal harus dijadikan sentra pertumbuhan masyarakat maritim mencakup pengembangan pelabuhan-pengumpul (hub ports) barang umum, produk hasil rakyat dan perikanan ditopang oleh fasilitas bungker minyak yang tersebar di pulau-pulau strategis di NKRI

22 Industri yang mengandalkan SDM (8)  strategi pengembangan industri kelkautan
Pengembangan perhubungan laut – yang mencakup pengembangan sistem jejaring jalur angkutan utama, penunjang, dan perintis -- dilaksanakan dengan membangun dan mengembangkan pelabuhan utama (hub ports). Perlu dikembangkan dan dibangun jaringan fasilitas galangan kapal utama yang memproduksi dan memperbaiki kapal-kapal yang sesuai dengan perilaku lautan kita dan yang mampu memasuki sungai- sungai besar. Perlu difikirkan: apakah di masa depan kita perlu mengembangkan dan menerapkan kebijakan “cabotage” dengan memanfaatkan Badan Usaha Jasa dan Badan Usaha Produksi yang dimiliki oleh siapa saja dan beroperasi di NKRI? Kebijakan cabotage pada prinsipnya dapat diterapkan untuk semua produk sarana dan prasarana ekonomi yang dibutuhkan dan beroperasi di wilayah NKRI, berdasarkan persaingan yang sehat!

23 Industri yang mengandalkan SDM (9)  perkembangan industri strategis (1)
Kilasan sejarah: Pada Kongres Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) se Eropa 1958, saya mendapat kehormatan untuk mempersiapkan suatu seminar yang akan membicarakan Pembangunan Indonesia. Sejak itu BJH banyak memikirkan dan berusaha menyusun rencana pembangunan, khususnya industri dirgantara di Indonesia, karena permintaan akan pesawat terbang sipil akan meningkat pesat. Ini merupakan alasan utama mengapa tahun 1965 BJH bekerja di perusahaan pembuat pesawat terbang sipil HFB (Hamburger Flugzeug Bau) . \ Sejak tahun 1974 secara sistimatik BJH turut aktif melaksanakan pembangunan di tanah air, khususnya industri dirgantara dan 10 industri strategis lain. Dengan keyakinan bahwa sekitar 0,1 % - 0,8% dari penduduk Indonesia mampu menguasai IPTEK secanggih apa pun dalam segala bidang; maka sudah mencukupi untuk mentransformasi menjadi masyarakat madani Indonesia yang sejahtera dan tentram.

24 Industri yang mengandalkan SDM (10)  perkembangan industri strategis (2)
Industri strategis, yang pada tahun 1995: memiliki karyawan memiliki omset sekitar US$ 10 milyar/ tahun  menjadi ujung tombak penggerak utama proses industrialisasi Proses industrialisasi produk tradisional (industri pertanian kelautan dan pertambangan):  dimulai dari awal (hulu) Proses industrialisasi manufaktur:  dimulai dari akhir (hilir) Pusat-pusat keunggulan pendidikan dan penelitian dalam bidang yang sudah ada disempurnakan dan yang belum ada didirikan sesuai kebutuhan. Sumberdaya manusia berpendidikan rendah, menengah dan tinggi dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar. Karena Industri dirgantara dengan industri penunjangnya ditentukan di Bandung, maka pusat keunggulan pendidikan dan penelitian dipusatkan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PUSPITEK.

25 Industri yang mengandalkan SDM (11)  perkembangan industri strategis (3)
Ujung tombak industri maritim -- dengan galangan kapal dan industri penunjangnya -- ditentukan di Surabaya (PT PAL). Pusat keunggulan pendidikan dan penelitian industri maritim dipusatkan di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan PUSPITEK. Industri maritim direncanakan pula dikembangkandi Batam, Makasar dan Ambon, yang semuanya dikoordinasikan dan dibina oleh Pusat Keunggulan Galangan Kapal (PT. PAL) dan Pusat Keunggulan Penelitian dan Pendidikan Maritim ITS. Karya-karya nyata bidang dirgantara -- antara lain seperti CN 235 dan N dan bidang maritim -- antara lain: Caraka Jaya I, II dan III (kapal niaga dan penumpang), Mina Jaya (kapal ikan), Palwobuono (kapal kontainer dan barang di atas DWT) dan Kapal Naruta Jaya (kapal layar container dan barang) -- adalah produk manufaktur yang telah dimulai dan perlu terus dikembangkan.

26 Industri yang mengandalkan SDM (12)  perkembangan industri strategis (4)
Industri manufaktur kereta api oleh PT INKA dibina industri strategis. Sedangkan industri manufaktur mobil, sepeda motor, alat pembangkit listrik; dilaksanakan oleh suasta, dalam rangka kerjasama dengan industri strategis dan pusat unggulan pendidikan dan penelitian. Semua jenis industri yang mengandalkan SDM tersebut perlu terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan dan menjawab kebutuhan benua maritim Indonesia, khususnya di NKRI. Di samping itu, keberadaan dan berkembangnya berbagai industri tersebut adalah merupakan wahana jam kerja tempat berkarya dan berkembangnya keterampilan dan kualitas SDM yang dihasilkan oleh proses pembudayaan dan pendidikan.

27 harapan kepada dosen & mahasiswa
Mari secara aktif kita rajut benang masa depan bangsa dengan karya nyata membangun dan mengembangkan peradaban di benua maritim Indonesia berbekal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di kampus tercinta: Institut Teknologi Sepuluh November


Download ppt "Orasi Ilmiah Membangun Benua Maritim Indonesia"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google