Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PROGRAM DOKTOR UNIVERSITAS TARUMANEGARA FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM. FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PROGRAM DOKTOR UNIVERSITAS TARUMANEGARA FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM. FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM."— Transcript presentasi:

1 PROGRAM DOKTOR UNIVERSITAS TARUMANEGARA FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM. FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM.

2 2 BAHAN BACAAN Kertanegara, Mulyadhi. 2005. Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung: PT Mizan Pustaka. Akhyar Yusuf Lubis.2004 Metodologi Posmodernis. Cimanggis: AkademiaA. Tim Dosen Fil.Ilm. UGM. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty. Poedjawijatna, I.R. 2004. Tahu dan Pengetahuan: Pengantar ke Ilmu dan Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.

3 3 Reduksionisme dalam IP Moderen  Paradigma positivisme telah melahirkan bahwa manusia sama dengan alam, manusia hanya merupakan produk evolusi yang terjadi secara kebetulan (Charles Darwin).Rene Descartes (1596-1650) mewariskan cara pandang bhw manusia sebagai tubuh yang mekanis.  Thomas Hobbes dan Le Matrie menyamakan manusia dengan mesin yang bergerak secara mekanis sehingga manusia sepenuhnya bertingkah laku berdasarkan gerak mekanis tersebut.  Dalam psikologi, Freud menitikbertakan pada aspek determinisme dan pandangan mekanis dalam teori psikoanalisa dan stimulus respon pada behaviorisme.  Paradigma positivisme telah melahirkan bahwa manusia sama dengan alam, manusia hanya merupakan produk evolusi yang terjadi secara kebetulan (Charles Darwin).Rene Descartes (1596-1650) mewariskan cara pandang bhw manusia sebagai tubuh yang mekanis.  Thomas Hobbes dan Le Matrie menyamakan manusia dengan mesin yang bergerak secara mekanis sehingga manusia sepenuhnya bertingkah laku berdasarkan gerak mekanis tersebut.  Dalam psikologi, Freud menitikbertakan pada aspek determinisme dan pandangan mekanis dalam teori psikoanalisa dan stimulus respon pada behaviorisme.

4 4 Pandangan yg menyamakan manusia dengan alam yang melihat hanya dari satu aspek atau dimensi saja adalah bentuk reduksionisme. Pandangan yg menyamakan manusia dengan alam yang melihat hanya dari satu aspek atau dimensi saja adalah bentuk reduksionisme. Bentuk reduksionisme dapat juga dilihat ketika seseorang hanya melihat manusia dari aspek/dimensi intelek, emosional atau aspek spiritual saja. Bentuk reduksionisme dapat juga dilihat ketika seseorang hanya melihat manusia dari aspek/dimensi intelek, emosional atau aspek spiritual saja. Pandangan dlm IP moderen cenderung sangat reduksionis dan selalu menekankan dimensi yang teramati dan terukur. Hal ini disebabkan pengaruh naturalisme dan materialisme ilmiah sbg aliran pemikiran yang dominan setelah zaman pencerahan Pandangan dlm IP moderen cenderung sangat reduksionis dan selalu menekankan dimensi yang teramati dan terukur. Hal ini disebabkan pengaruh naturalisme dan materialisme ilmiah sbg aliran pemikiran yang dominan setelah zaman pencerahan

5 5 Pergeseran paradigma abad pertengahan yg didasarkan pada filsafat Aristoteles dan teologi kristen, berubah secara radikal melalui pemikir Renaisans dan Pencerahan. Pergeseran paradigma abad pertengahan yg didasarkan pada filsafat Aristoteles dan teologi kristen, berubah secara radikal melalui pemikir Renaisans dan Pencerahan. Pandangan alam semesta organik, hidup dan spiritual digantikan pandangan alam semesta sebagai sebuah mesin. Pandangan alam semesta organik, hidup dan spiritual digantikan pandangan alam semesta sebagai sebuah mesin. Perubahan ini didahului penemuan dalam bidang fisika, astronomi dan matematika, dgn tokohnya Galileo Galilei dan Newton yg membatasi IP pada fenomena yg dapat diukur dan dikuantifikasi. Perubahan ini didahului penemuan dalam bidang fisika, astronomi dan matematika, dgn tokohnya Galileo Galilei dan Newton yg membatasi IP pada fenomena yg dapat diukur dan dikuantifikasi.

6 6 Ketika Galileo mengatakan bahwa alam adalah sebuah buku yang ditulis dalam bahasa matematika, maka yang dimaksudkan adalah bahasa ilmiah yang reduksionis. Ketika Galileo mengatakan bahwa alam adalah sebuah buku yang ditulis dalam bahasa matematika, maka yang dimaksudkan adalah bahasa ilmiah yang reduksionis. Misal: Bahasa Matematika yg tidak hanya berfungsi untuk keterukuran dan kepastian akan tetapi juga berkemampuan untuk mempresentasikan benda (objek apa adanya).Kosa kata hrs sesuai dgn realitas. Misal: Bahasa Matematika yg tidak hanya berfungsi untuk keterukuran dan kepastian akan tetapi juga berkemampuan untuk mempresentasikan benda (objek apa adanya).Kosa kata hrs sesuai dgn realitas. Descartes menciptakan model berpikir analitik, dengan memecah fenome (realitas) yg rumit ke dalam kepingan-kepinga, untuk mengetahui keseluruhan dari sifat bagian-bagiannya secara pasti Descartes menciptakan model berpikir analitik, dengan memecah fenome (realitas) yg rumit ke dalam kepingan-kepinga, untuk mengetahui keseluruhan dari sifat bagian-bagiannya secara pasti

7 7 Pemikir Renaisans dan Pencerahan menciptakan gambaran alam sebagai mesin yang sempurna yang diatur oleh hukum-hukum matematis, puncaknya pada penemuan mekanika oleh Newton. Pemikir Renaisans dan Pencerahan menciptakan gambaran alam sebagai mesin yang sempurna yang diatur oleh hukum-hukum matematis, puncaknya pada penemuan mekanika oleh Newton. Freud dalam “The Interpretation of Dream” menyatakan bahwa mahluk hidup (manusia) lahir dan berkembang akibat daya-daya kosmik terhadap benda-benda anorganik. Freud dalam “The Interpretation of Dream” menyatakan bahwa mahluk hidup (manusia) lahir dan berkembang akibat daya-daya kosmik terhadap benda-benda anorganik.

8 8 Daya kosmik mendorong proses evolusi dari binatang paling sederhana menuju manusia. Daya kosmik mendorong proses evolusi dari binatang paling sederhana menuju manusia. Manusia memperoleh aneka dorongan dasar yang lebih bersifat turunan dan naluriah dimana dorongan seks yang paling dominan dalam menentukan tingkah laku manusia. Atas asumsi ini, Freud lalu berusaha mereduksi tingkah laku manusia ke dalam ukuran fisis- kimiawi belaka. Bahkan tingkah laku manusia sepenuhnya ditentukan secara determinis oleh dinamika (daya dorong dan penghambat) dari : “id”, “ego”, dan “super ego” Atas asumsi ini, Freud lalu berusaha mereduksi tingkah laku manusia ke dalam ukuran fisis- kimiawi belaka. Bahkan tingkah laku manusia sepenuhnya ditentukan secara determinis oleh dinamika (daya dorong dan penghambat) dari : “id”, “ego”, dan “super ego”

9 9 Tokoh behavioris seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, B.F Skinner menerapkan paradigma positivisme pada psikologi. Tokoh behavioris seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, B.F Skinner menerapkan paradigma positivisme pada psikologi. Watson dalam bukunya “Behaviorism” menyatakan, bahwa manusia adalah binatang perbedaannya hanya pada tingkah laku yang ditampilkannya. Watson dalam bukunya “Behaviorism” menyatakan, bahwa manusia adalah binatang perbedaannya hanya pada tingkah laku yang ditampilkannya. Atas dasar asumsi dan demi alasan objektivisme ilmiah, maka kaum behavioris melakukan percobaan psikologisnya melalui tingkah laku binatang (anjing, tikus, monyet) dan mengasumsikan hasil penelitiannya dapat berlaku pada manusia karena adanya persamaan ontologism Atas dasar asumsi dan demi alasan objektivisme ilmiah, maka kaum behavioris melakukan percobaan psikologisnya melalui tingkah laku binatang (anjing, tikus, monyet) dan mengasumsikan hasil penelitiannya dapat berlaku pada manusia karena adanya persamaan ontologism

10 10 Dominasi pandangan paradigma positivisme ilmiah berlangsung sampai munculnya kritik- kritik tajam terhadap asumsi-asumsi positivisme yangmunculnya sekitar tahun 1960-an/70-an. Dominasi pandangan paradigma positivisme ilmiah berlangsung sampai munculnya kritik- kritik tajam terhadap asumsi-asumsi positivisme yangmunculnya sekitar tahun 1960-an/70-an. Tokohnya seperti Karl R. Popper, Thomas S. Kuhn, Michael Polanyi, Paul Feyerabend dan tokoh postmodernis Heidegger, Gadamer, Derrida, Michael Foucault dan Richard Rorty. Tokohnya seperti Karl R. Popper, Thomas S. Kuhn, Michael Polanyi, Paul Feyerabend dan tokoh postmodernis Heidegger, Gadamer, Derrida, Michael Foucault dan Richard Rorty. Semua tokoh tersebut diberi predikat sebagai anti fundasionalis dan memiliki andil besar bagi perkembangan pluralisme paradigma ilmiah. Semua tokoh tersebut diberi predikat sebagai anti fundasionalis dan memiliki andil besar bagi perkembangan pluralisme paradigma ilmiah.

11 11 Karl R. Popper dlm bukunya “The Poverty of Hitoricism” menjelaskan perbedaan yg menyolok antara kelompok pronaturalis ( yg mendukung penggunaan metode ilmu alam untuk ilmu sosial humaniora) dgn pendukung anti naturalis. Pertimbangannya adalah karena adanya perbedaan yg sangat mendasar antara eksistensi manusi dengan alam dan hewan. Karl R. Popper dlm bukunya “The Poverty of Hitoricism” menjelaskan perbedaan yg menyolok antara kelompok pronaturalis ( yg mendukung penggunaan metode ilmu alam untuk ilmu sosial humaniora) dgn pendukung anti naturalis. Pertimbangannya adalah karena adanya perbedaan yg sangat mendasar antara eksistensi manusi dengan alam dan hewan.

12 12 Perbedaan Doktrin Pronaturalis dan antinaturalis Problem Ilmu alam Sosial-Humaniora Generalisasi Ya (uniformitas alam) Tidak (keunikan & hterogenitas) Eksperimen Ya: terkontrol Tidak: sulit dikontrol KebaruanStatisDinamis Kompelsitas Tidak rumit Kompleks PrediksiYaSulit ObyektifitasYaTidak HolismeTidakYa IntuisiTidakYa NominalisNominalisEsensialis KuantitatifYaTidak

13 13 Pengelompokan ini didasarkan pada adanya perbedaan ontologi sejalan dengan pemilahan epistemologis antara IP alam dengan IP yang berhubungan dengan ilmu Humaniora yg memiliki ‘Geist” (jiwa) Pengelompokan ini didasarkan pada adanya perbedaan ontologi sejalan dengan pemilahan epistemologis antara IP alam dengan IP yang berhubungan dengan ilmu Humaniora yg memiliki ‘Geist” (jiwa) Ilmu yang termasuk pada “Geisteswissenschaften” adalah IP yang berhubungan dgn manusia, fenomena manusia dipandang memiliki keunikan, kesadaran, tingkah laku, makna dan tujuan hidup. Ilmu yang termasuk pada “Geisteswissenschaften” adalah IP yang berhubungan dgn manusia, fenomena manusia dipandang memiliki keunikan, kesadaran, tingkah laku, makna dan tujuan hidup. Tingkah laku manusia adalah tingkah laku yg bertujuan dan bermakna jadi ada perbedaan yg mendasar antara objek kajian (ontologi) antara kedua bidang. Tingkah laku manusia adalah tingkah laku yg bertujuan dan bermakna jadi ada perbedaan yg mendasar antara objek kajian (ontologi) antara kedua bidang.

14 14 Perbedaan antara ilmu-ilmu empiris dengan non empiris Kelompok Ilmu Subjek-ObjekMetodeTujuan Ilmu Formal Objeknya Dunia III UniversalDeduktif-AxiomatisKepastianUniversalitas Ilmu Alam Objek anorganis Jarak S-O EmpirisDeduktifInduktif Explanasi klausal - mekanis PrediksiRetroduksiNomotetis Ilmu hayat Objek organik EmpirisDeduktifInduktifEksplanasiFungsional Ilmu Sosial Manusia dan masyarakat EmpirisDeduktifInduktifIntuitifFenomenologisHermeneutisEksplanasiKualitatifVerstehen Ilmu Budaya Manusia dan Budaya EmpirisFenomenologisHermenutikaSemiotikaFramingDeskripsiRetrodiksiVerstehenKualitatif

15 15 Kritik terhadap paradigma positivisme dapat dimasukkan dalam 2(dua) sisi yaitu : Kritik terhadap paradigma positivisme dapat dimasukkan dalam 2(dua) sisi yaitu : 1. Kritik internal 2. Kritik eksternal Kritik internal bersifat dekonstruksi seperti : Kritik internal bersifat dekonstruksi seperti : 1. Penekanan pada generalisasi dan universalitas teori 2. Positivisme mengabaikan makna dan tujuan penelitian, sementara penelitian tentang tingkah laku manusia tidak dapat dipahami tanpa mengacu pada makna, tujuan dan motivasi 3. Positisme menekankan pada teori agung sehingga mengabaikan konteks lokal. 4. Paradigma positivisme menekankan pencarian hukum alam 5. Postivisme hanya menekankan konteks pembenaran sehingga mengabaikan konteks penemuan

16 16 Kritik eskternal bukan hanya berkaitan dengan kualifikasi pendekatan ilmiah akan tetapi berupa penyesuaian asusmi- asumsi yang membimbing penelitian bersama kelompok ilmuwan tertentu. Kritik eskternal bukan hanya berkaitan dengan kualifikasi pendekatan ilmiah akan tetapi berupa penyesuaian asusmi- asumsi yang membimbing penelitian bersama kelompok ilmuwan tertentu. Kritik eksternal antara lain adalah : Kritik eksternal antara lain adalah : 1. Ketergantungan fakta pada teori 2. Kritik terhadap metode induksi yang disebut juga dengan “ the underdetermination of theory”. Popper menolak prinsip verifikasi sebagai kriteria untuk menentukan antara ilmu dan non-ilmu lalu menggantikannya dengan falsifikasi. Popper menolak prinsip verifikasi sebagai kriteria untuk menentukan antara ilmu dan non-ilmu lalu menggantikannya dengan falsifikasi. Sebagai pengganti kebenaran obyektif teori, Popper memasukkan konsep teori yang benar untuk sementara (tentative theory) sebelum dibuktikan salah. Pergantian teori dengan teori baru menurut Popper adalah sebagai upaya ilmuwan untuk semakin lama mendekati kebenaran Sebagai pengganti kebenaran obyektif teori, Popper memasukkan konsep teori yang benar untuk sementara (tentative theory) sebelum dibuktikan salah. Pergantian teori dengan teori baru menurut Popper adalah sebagai upaya ilmuwan untuk semakin lama mendekati kebenaran

17 17 Kuhn berpendapat bahwa tidak ada standar keilmiahan yang lebih tinggi selain konvensi masyarakat ilmiah yang bersangkutan. Kuhn berpendapat bahwa tidak ada standar keilmiahan yang lebih tinggi selain konvensi masyarakat ilmiah yang bersangkutan. Kuhn juga berpendapat bahwa adanya kemungkinan adanya paradigma yang bersaing dalam IP. Sementara Ritzer mengemukakan bahwa sosiologi sebagai ilmu yang berparadigma ganda. Kuhn juga berpendapat bahwa adanya kemungkinan adanya paradigma yang bersaing dalam IP. Sementara Ritzer mengemukakan bahwa sosiologi sebagai ilmu yang berparadigma ganda. Karya Durkeheim, dalam The Role of Sosiological Method dijadikan sebagai contoh penelitian dalam paradigma positivisme dikarenakan buku itu mengandung konsep-konsep dasar tentang metode penelitian empiris dalam lapangan sosiologis Karya Durkeheim, dalam The Role of Sosiological Method dijadikan sebagai contoh penelitian dalam paradigma positivisme dikarenakan buku itu mengandung konsep-konsep dasar tentang metode penelitian empiris dalam lapangan sosiologis

18 18 Sosiologi dalam pandangan Durkheim harus didasarkan atas fakta material dan non material, seperti egoisme, altruisme, dan opini. Sosiologi dalam pandangan Durkheim harus didasarkan atas fakta material dan non material, seperti egoisme, altruisme, dan opini. Paradigma definisi sosial menyatakan bahwa sosiologi membahas tindakan sosial antar hubungan sosial, yaitu tindakan yang penuh arti atau tindakan yang mengandung arti subyektif (problem ontologi). Paradigma definisi sosial menyatakan bahwa sosiologi membahas tindakan sosial antar hubungan sosial, yaitu tindakan yang penuh arti atau tindakan yang mengandung arti subyektif (problem ontologi). Bagi Weber sosiologi adalah ilmu yang berusaha memahami dan menafsirkan tindakan sosial serta hubungan sosial, namun tujuannya tetap penjelasan kausal. Bagi Weber sosiologi adalah ilmu yang berusaha memahami dan menafsirkan tindakan sosial serta hubungan sosial, namun tujuannya tetap penjelasan kausal.

19 19 Ada tiga teori yang termasuk dalam payung paradigma ini yaitu : Ada tiga teori yang termasuk dalam payung paradigma ini yaitu : 1. Teori Aksi 2. Teori Interaksionisme. 3. Teori Fenomenologi. Jika sosiologi intepretatif Weber masih mengandaikan adanya kesatuan interpretasi dan pencarian hukum-hukum sosial (masih terpengaruh positivisme ilmiah) maka berbeda dengan Thomas S.Swandt yang memasukkan metode hermeneutika, fenomenologi bukan berada pada payung paradigma positivisme akan tetapi dalam payung paradigma kosntruktivisme. Jika sosiologi intepretatif Weber masih mengandaikan adanya kesatuan interpretasi dan pencarian hukum-hukum sosial (masih terpengaruh positivisme ilmiah) maka berbeda dengan Thomas S.Swandt yang memasukkan metode hermeneutika, fenomenologi bukan berada pada payung paradigma positivisme akan tetapi dalam payung paradigma kosntruktivisme. Metode konstruktivisme ini mengandung metode interpretasi, fenomenologi, interpretasi-hermeneutik, psostrukturalisme dan interaksionisme simbolik. Metode konstruktivisme ini mengandung metode interpretasi, fenomenologi, interpretasi-hermeneutik, psostrukturalisme dan interaksionisme simbolik.

20 20 Perbedaan Asumsi Paradigma Lama (Positivisme) dan Paradigma Baru Paradima Lama Paradigma Baru Pengukuran, perhitungan, prediksi, kontrol Pemahaman, deskripsi, prediksi Kausalitas, frekuensi Makna Reduksi pada angka (kuantitatif) Bahasa, wacana, simbol AtomistikHolistik UniversalPartikular Bebas Konteks Terkait Konteks Budaya ObyektivitasSubjektivitas

21 21 Paradigma lama menggunakan metode kuantitatif maka pengukuran perhitungan, analisa statistik, penemuan hukum, tindakan kontrol menjadi faktor yang sangat penting. Bahkan oleh lingkaran Wina (Positivisme logis) metode empiris-kuantitatif dijadikan sebagai satu-satunya metode yg valid bagi IP. Paradigma lama menggunakan metode kuantitatif maka pengukuran perhitungan, analisa statistik, penemuan hukum, tindakan kontrol menjadi faktor yang sangat penting. Bahkan oleh lingkaran Wina (Positivisme logis) metode empiris-kuantitatif dijadikan sebagai satu-satunya metode yg valid bagi IP. Dalam pandangan ini IP bertujuan meneukan hukum alam, ilmu sosial budaya mencoba menemukan hukum stimulus respon pada psikologi behaviorisme. Dalam paradigma ini alam dapat dianalisis dalam bagian-bagian Dalam pandangan ini IP bertujuan meneukan hukum alam, ilmu sosial budaya mencoba menemukan hukum stimulus respon pada psikologi behaviorisme. Dalam paradigma ini alam dapat dianalisis dalam bagian-bagian

22 22 Sementara hasil IP dianggap menggambarkan keseluruhan objek yang diteliti, bebas dari bias dan nilai-nilai subjek dan konteks sosila-historis, maka IP dinyatakan objektif dan bersifat Universal. Sementara hasil IP dianggap menggambarkan keseluruhan objek yang diteliti, bebas dari bias dan nilai-nilai subjek dan konteks sosila-historis, maka IP dinyatakan objektif dan bersifat Universal. Bila alam diasumsikan sama dngan hewan dan manusia maka metode untuk ilmu alam dan biologi dapat pula diterapkan pada ilmu budaya dan humaniorakarena adanya kesamaan asumsi kesamaan. Bertolak dari asumsi-asumsi ontologis itu, maka kaum positivisme mengajukan adanya kesatuan metode ilmiah (kesatuan metodologis). Bila alam diasumsikan sama dngan hewan dan manusia maka metode untuk ilmu alam dan biologi dapat pula diterapkan pada ilmu budaya dan humaniorakarena adanya kesamaan asumsi kesamaan. Bertolak dari asumsi-asumsi ontologis itu, maka kaum positivisme mengajukan adanya kesatuan metode ilmiah (kesatuan metodologis). Pandangan bahwa ada satu metode dan kriteria yang terpercaya bagi IP disebut fundasionalisme epistemologis. Rene Descarte, Locke, Hume, dan Comte dapat juga disebut sebagai tokoh epistemologi fundasionalis. Pandangan bahwa ada satu metode dan kriteria yang terpercaya bagi IP disebut fundasionalisme epistemologis. Rene Descarte, Locke, Hume, dan Comte dapat juga disebut sebagai tokoh epistemologi fundasionalis.

23 23 Rene Descarte menempatkan ratio sebagai fondasi IP, Locke dan Hume, meletakkan empiris sebagai fondasi IP. Kaum rationalis disebut sebagai kelompok fundasionalis karena percaya bahwa ratio dapat menemukan kebenaran yang pasti, tidak dapat diragukan dan tidak dapat dikoreksi. Rene Descarte menempatkan ratio sebagai fondasi IP, Locke dan Hume, meletakkan empiris sebagai fondasi IP. Kaum rationalis disebut sebagai kelompok fundasionalis karena percaya bahwa ratio dapat menemukan kebenaran yang pasti, tidak dapat diragukan dan tidak dapat dikoreksi.

24 24 Anti Fundasionalisme dan Analisis Keterbatasan keilmuan Tokoh filsafat IP pasca positivis dan posmodernis tidak mempercayai sepenuhnya fundasionalisme dengan alasan keterbatasan manusia. Terhadap ratio, empiri, bahasa, latar belakang sosial budaya yang bertujuan untuk mengetahui keterbatasan manusia (subjek ilmuwan) dalam dunia relaitas. Tokoh filsafat IP pasca positivis dan posmodernis tidak mempercayai sepenuhnya fundasionalisme dengan alasan keterbatasan manusia. Terhadap ratio, empiri, bahasa, latar belakang sosial budaya yang bertujuan untuk mengetahui keterbatasan manusia (subjek ilmuwan) dalam dunia relaitas. Nietzsche dianggap sebagai tokoh antifundasionalisme yg mendukung analisis keterbatasa manusia dalam menemukan kebenaran. Nietzsche dianggap sebagai tokoh antifundasionalisme yg mendukung analisis keterbatasa manusia dalam menemukan kebenaran. Ia mengungkapkan konsep perspektivisme yg membawa pada pluralisme ilmiah dan budaya Ia mengungkapkan konsep perspektivisme yg membawa pada pluralisme ilmiah dan budaya

25 25 Anti Fundasionalisme dan Analisis Keterbatasan keilmuan Perspektivisme adalah suatu pandangan yang percaya bahwa pengetahuan dan penilaian atas IP bersifat perspektivis artinya pengetahuan senantiasa terjadi didalam kerangka (paradigma, sudut pandang, konseptual) suatu realitas/fakta dijelaskan. Perspektivisme adalah suatu pandangan yang percaya bahwa pengetahuan dan penilaian atas IP bersifat perspektivis artinya pengetahuan senantiasa terjadi didalam kerangka (paradigma, sudut pandang, konseptual) suatu realitas/fakta dijelaskan. Michel Foulcault pemikir konstruktivis menyatakan bahwa untuk mengetahui kebenaran (objektif universal) sangat tergantung pada kemampuan manusia,perangkat mental yang berevolusi dan media penelitian yang memiliki keterbatasan. Tidak benar jika pendapat dan kritik terhadap keterbatasan manusia dan perangkat yg dimilikinya dikataksn sebagai bentuk pesimisme, nihilisme atau relativsme. Michel Foulcault pemikir konstruktivis menyatakan bahwa untuk mengetahui kebenaran (objektif universal) sangat tergantung pada kemampuan manusia,perangkat mental yang berevolusi dan media penelitian yang memiliki keterbatasan. Tidak benar jika pendapat dan kritik terhadap keterbatasan manusia dan perangkat yg dimilikinya dikataksn sebagai bentuk pesimisme, nihilisme atau relativsme. Secara umum aliran filsafat menerima bahwa semua IP dan filsafat disusun menggunakan wacana bahasa. Jadi ada ketergantungan IP pada bahasa. Karena bahasa adalah alat untuk menjelaskan realitas, sementara bahasa memiliki keterbatasan dan sifatnya arbiter Secara umum aliran filsafat menerima bahwa semua IP dan filsafat disusun menggunakan wacana bahasa. Jadi ada ketergantungan IP pada bahasa. Karena bahasa adalah alat untuk menjelaskan realitas, sementara bahasa memiliki keterbatasan dan sifatnya arbiter

26 26 Asumsi Metafisik dan Pluralisme Paradigma Ilmiah Kaum eksistensialis menolak penerapan epistemologi posivisme terhadap manusia karena melihat manusia sebagai memiliki keunikan. Manusia sebagai sebuah misteri. Tuntutan penggunaan metode ilmu alam pada fenomena manusia tidak lain karena ketidaktahuan yang mendasar tentang perbedaan antara manusia dengan benda fisis. Kaum eksistensialis menolak penerapan epistemologi posivisme terhadap manusia karena melihat manusia sebagai memiliki keunikan. Manusia sebagai sebuah misteri. Tuntutan penggunaan metode ilmu alam pada fenomena manusia tidak lain karena ketidaktahuan yang mendasar tentang perbedaan antara manusia dengan benda fisis. Gadamer menolak kesatuan kebenaran pada kaum rasionalis dengan menyatakan pengetahuan yang diinformasikan didasarkan atas tradisi dan prasangka sehingga IP tidak bersifat objektif-universal. Gadamer menolak kesatuan kebenaran pada kaum rasionalis dengan menyatakan pengetahuan yang diinformasikan didasarkan atas tradisi dan prasangka sehingga IP tidak bersifat objektif-universal.

27 27 4 Paradigma dalam IP dengan berbagai asumsi yang mendasarinya 4 Paradigma dalam IP dengan berbagai asumsi yang mendasarinya 1. Paradigma Pospositivisme : memodifikasikan asumsi-asumsi paradigma positivisme, memodifikasi realisme naif dgn menolak bahwa IP dapat menjelaskan relaitas apa adanya. PP menolak anggapan bahwa ilmuwan sama sekali tidak terlibat dalam mengkonstruksi ilmu atau dalam melihat realitas. Seperti halnya Kuhn melalui paradigma, kerangka konseptual yang dipilih ilmuwan berperan menentukan realitas Epistemologi pospositivisme : paradigma PP memodifikasi asumsi dualisme dan objektivisme dgn mengemukakan keterkaitan antara teori dan fakta, keterkaitan antara fakta dan nilai dan keterkaitan antara subyek dengan obyek. 2. Paradigma teori Kritis : realitas diasumsikan sbg sesuatu yg dapat dipahami dan bersifat plastis dan dipengaruhi oleh faktor, sosial, kultural, ekonomi, etnik dan gender. Teori kritis melihat bahwa problem ontologi dalam IP, khususnya ilmu budaya tidak dapat disamakan dgn realitas ilmu alam yg bersifat statis dan tidak tercampuri. Epistemologi : dialogis dan dialektis. Ada saling pengaruh antara peneliti dgn obyek yag diteliti. Obyektifitas murni sulit dilakukan karena nilai-nilai tanpa disadari berperan dalam menentukan masalah, pemilihan paradgma/kerangka teori.

28 28 4 Paradigma dalam IP dengan berbagai asumsi yang mendasarinya 4 Paradigma dalam IP dengan berbagai asumsi yang mendasarinya 3. Paradigma Konstruktivis : relativis, Realitas yang dipahami bersifat ganda (there are multiple realities). Realitas tidak dapat dinyatakan secara obyektif dan pasti dan merupakan konstruksi mental yang didasari atas pengalaman yang bersifat sosial-budaya, lokal dan spesifik. Konstruksi manusia atas realitas itu tidak tunggal, akan tetapi berganda, sementara relaitas yang diterima umum adalah realitas keseharian yang dianggap normal, obyektif dan wajar. Espitemologi: Transaksional dan Subyektivis. Dalam penelitian diasumsikan bahwa antara peneliti dengan obyek yang diteliti saling terkait dan interaktif. Realitas bersifat virtual, realitas sosial - budaya adalah realitas yang dikonstruksi.


Download ppt "PROGRAM DOKTOR UNIVERSITAS TARUMANEGARA FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM. FILSAFAT ILMU Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google