Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Sensitivitas budaya pelayanan kesehatan pada masyarakat plural

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Sensitivitas budaya pelayanan kesehatan pada masyarakat plural"— Transcript presentasi:

1 Sensitivitas budaya pelayanan kesehatan pada masyarakat plural
Dhanasari VIdiawati Sensitivitas budaya pelayanan kesehatan pada masyarakat plural

2 When you see You know their ethnics because of their costumes or or
You know their original race because of their characteristics face, skin, hair, eye, ect or or or or You know who they are because they are known or you know them

3 But, when you see You don’t know exactly who they are
which ethnic, which religion, what social background or what their perception about health nor anything about them

4 Some day They come and choose you as their doctor
You need to be trusted and respected You have to show that you trust and respect them You have to know, understand and get their perceptions They have to be respected as human, with any backgrounds And because you will practice in Indonesia, or at least learning field in Indonesia, it is important to know what is Indonesia in culture

5 KERAGAMAN INDONESIA Ras asli: Race pendatang: Malay mongoloid:
Ras asli: Malay mongoloid: proto malay (Batak, Toraja, Dayak) deutro malay (Bugis, Madura, Jawa, Bali) - Weddoid (Siak, Kubu, Tomuna, Enggano, Mentawai) - Negroid (Semang, Mikopsi) - Papua Melanezoid (Papua, Aru, Kai) Race pendatang: Mongoloid - Arab, - Pakistan, - India, - Caucasoid, etc 366 etnik & 746 bahasa lokal c.Kelompok ras Weddoid , antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatra Selatan dan Jambi, orangTomuna di Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano,dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai. b.Kelompok ras Negroid , antara lain orang Semang disemenanjung Malaka, orang Mikopsi di KepulauanAndaman. a. Kelompok ras Papua Melanezoid  terdapat di Papua/ Irian, Pulau Aru, Pulau Kai. Indonesia merupakan salah satu negara besar dunia yang memiliki berbagai perbedaan. Letak geografisnya yang merupakan pertemuan 2 benua yaitu benua Asia dan Australia, serta pertemuan 2 samudra, yaitu samudra Pasifik dan samudra Indonesia, mewujudkan Indonesia menjadi negara dengan berbagai ras yaitu China, India, Arab dan Kaukasoid (5-10% penduduk perkotaan Indonesia) selain 4 ras asli penduduk Indonesia yaitu ras Melayu Mongoloid (Melayu Tua dan Melayu Muda), ras Weddoid, ras Negroid dan ras Papua Melanezoid. Bentuk negaranya yang terdiri dari 6 pulau besar dan lebih dari ribuan pulau yang dibatasi oleh lautan, menyebabkan Indonesia menjadi bangsa multikultural dengan lebih dari 366 etnik dan 746 bahasa daerah yang hidup berdampingan dalam keseharian. 2)Ras Deutro Melayu(Melayu Muda)antara lain SukuBugis, Madura, Jawa, Bali. 1)Ras Proto Melayu(Melayu Tua) antara lain Suku Batak, Suku Toraja, Suku Dayak d.Kelompok ras Melayu Mongoloid yang dibedakan menjadi 2(dua) golongan. Karena Indonesia merupakan negara yang bebas beragama, maka ragam agama dan kepercayaan di Indonesia sangat bervariasi. Namun agama dengan pemeluk terbesar secara beruturut-turut adalah Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu sebanyak 95 % dan 9 juta penduduk Indonesia menganut sekitar 200 kepercayaan yang berlainan. Bila dilihat dari sudut sosial ekonomi, pada tahun 2008, 16,6% penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan, dan yang dengan penghidupan lebih kecil dari 2 US$ perhari sebanyak 49%. Di pedesaan sebagian besar penduduknya merupakan penduduk dengan keadaan sosial menengah ke bawah. . Maryanto ed.Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional oleh Sudarmi S,Waluyo.Jakarta, Disitasi pada /doc/ /2/F-KONDISI-PENDUDUK-INDONESIA. . Perlukah negara tetapkan status agama? Disitasi dari indonesia/laporan_khusus/2011/04/110405_agamasatu.shtml. . Bappenas & UNDP. Kita Suarakan MDGs demi Pencapaiannya di Indonesia. Jakarta;2007 95% dari populasi menganut 6 agama dan sisanya terdapat 200 kepercayaan 16,6% populasi penduduk miskin, dan 49% hidup dengan < 2 US$ per hari. Maryanto ed.Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional oleh Sudarmi S,Waluyo.Jakarta, Disitasi pada /doc/ /2/F-KONDISI-PENDUDUK-INDONESIA.

6 Arti budaya Seringkali budaya diartikan secara duniawi seperti tarian, makanan, bahasa, karya seni, upacara adat, permainan, dan sebagainya. Padahal dalam kehidupan banyak sekali perwujudan dari budaya yang tidak atau sedikit disadari yaitu konsep mengenai kecantikan, pola hubungan dengan orang lain, cara kepemimpinan, konsep keadilan, waktu bekerja, pola membuat keputusan kelompok, konsep kebersihan, perilaku mandiri, teori penyakit, dan sebagainya. Bahkan untuk hal-hal yang tidak disadari merupakan faktor budaya yang sangat penting, karena seringkali melekat erat secara emosi ke dalam setiap individu dalam masyarakat, yaitu pengaturan ruang, perhatian pada remaja, sikap kompetisi atau bekerjasama, konsep masa depan dan masa lalu, sikap tubuh, konsep diri dan sebagainya. . Indiana Department of Education. The Iceberg Concept of Culture. Office of English Language Learning & Migrant Education. Available from: 6

7 Dasar teori mengenai ‘budaya dapat mempengaruhi kesehatan’
Teori ekologi kedokteran Yang menjelaskan bahwa budaya merupakan mediasi dalam membentuk hubungan antara fisik, biologis, benda-benda dengan lingkungan Pendekatan kritis terhadap ekonomi politis Memperlihatkan bagaimana kesehatan dipengaruhi oleh sumberdaya ekonomi, kekuasaan dan kegiatan sosial yang mengakibatkan risiko kesehatan dan penyebaran sumber daya Pendekatan simbolis Menjelaskan bagaimana budaya bermakna pada terjadinya proses penyembuhan yang diakui dan berhubungan dengan kepercayaan sebagai proses psikologis Penjelasan Winkerman menguatkan bahwa pendekatan teori yang erat hubungannya dengan pelayanan kedokteran keseharian adalah pendekatan simbolis pada teori budaya, , walaupun kedua teori lainnya tidak dapat ditapiskan begitu saja Winkelman M. Culture and Health, Applying Medical Anthropology. USA: Jossey-Bass; 2009.

8 Ruang lingkup antropologi kesehatan
Kutub biologis Tumbuh kembang manusia Peran penyakit pada evolusi manusia Adaptasi biologis terhadap perubahan lingkungan & pola penyakit Epidemiologis & ekologi budaya Kutub sosiobudaya Sistim kesehatan tradisional Etiologi & terapi tradisional Praktisi pengobat tradisional Ide & praktik pencegahan penyakit Perawatan kesehatan modern Peran personil medis Perilaku kesehatan Perilaku dalam keadaan sakit Interaksi dokter-pasien Dinamika pelayanan medis kedokteran dalam masyarakat non barat Inovasi kesehatan dan maalahnya Nico S Kalangie, seorang antropolog senior Indonesia dalam bukunya ‘Kebudayaan dan Kesehatan’ yang mengelompokkan ruang lingkup antropologi pada kesehatan terbagi atas kutub biologis dan kutub sosiobudaya, serta diantara kedua kutub tersebut adalah masalah epidemiologi dan ekologi budaya. Kalangie menjelaskan bahwa pelayanan kedokteran modern merupakan salah satu lahan aplikasi perkembangan budaya dari kutub sosiobudaya, yang dipengeruhi oleh epidemiologi dan tentu saja epidemiologi dipengaruhi oleh kutub biologis. . Kalangie NS.Kebudayaan dan kesehatan, Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer melalui Pendekatan sosiobudaya. Kesaint Blanc. Jakarata; 1994 Kalangie NS.Kebudayaan dan kesehatan, Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer melalui Pendekatan sosiobudaya. Kesaint Blanc. Jakarata; 1994

9 Aspek2 dalam sistim budaya
Harris disini menjelaskan bahwa ketiga aspek ini berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan aspek material suatu budaya mendorong perkembangan aspek mental dan sosial budaya tersebut, dan demikian sebaliknya perkembangan aspek mental mempengaruhi perkembangan aspek maerial pada suatu budaya. Sebagai contoh persepsi sehat dan sakit budaya tertentu yang semula tradisional dapat berkembang menjadi modern sejalan dengan perkembangan infrastruktur transportasi dan komunikasi.6 Harris (1988) dalam Winkelman M. Culture and Health, Applying Medical Anthropology. USA: Jossey-Bass; 2009

10 Kemampuan pada Kompetensi Budaya
memahami perspektif pasien mengenai penyakit yang dialaminya, membantu pasien dalam memahami penyakit dan penatalaksanaan perspektif biomedis, membantu pasien dan keluarganya dalam mengarahkan, membahas, merasa nyaman di dalam dunia kedokteran yang kompleks dan tidak bersahabat agar dapat melaksanakan penatalaksanaan yang sesuai Pada suasana dengan latar belakang yang berbeda antara dokter-pasien Perlu diingat, bahwa diperkotaan, dokter berkemungkinan besar untuk bertemu dengan pasien dari berbagai latarbelakang (multi), dan dipedesaan, dokter adalah manusia asing di lingkungan masyarakat homogen (namun berbeda dengan dokternya) Perlu diingat pula bahwa ilmu kedokteran yang kita pelajari adalah ilmu yang datang dari negeri barat, sehingga merupakan barang asing yang kita hendak paksakan untuk diterima oleh masyarakat timur. Denberg T, Welch M, Feldman, MD. Cross-Cultural Communication. In C. J. M Feldman, Behavioral Medicine in Primary Care, A Practical Guide. 2nd ed. USA: Lange Medical Book/Mc Graw Hill.2003

11 cultural competence Dokter yang bekerja berhadapan dengan pasien maupun dokter yang bekerja untuk menyusun kebijakan kesehatan dituntut untuk dapat memahami adanya keberagaman perilaku dan persepsi kesehatan akibat multikultural dan jenjang sosial ekonomi tersebut. adalah pengetahuan, sikap, perilaku, dan kebijakan yang harmonis dalam suatu sistem organisasi atau antar tenaga kesehatan profesional, sehingga memungkinkan terjadinya kinerja yang efektif dalam situasi lintas budaya* Instrumen yang membantu petugas kesehatan untuk memahami ide dan pemikiran pasien mengenai penyakit dan sakit, sehingga perlu dibelajarkan di fakultas kedokteran** merupakan pemenuhan hak asasi manusia*** *AAMC. Cultural Competence Education, AAMC Tomorow's Doctors Tomorow's Cures [cited 5-September 2009] from ** Isaacs MR, Benjamin MP. Towards a Culturally Competent System of Care: Volume II. Washington, DC: CASSP Technical Assistance Center, Georgetown University Child Development Center.USA.1991. *** Jeffreys MR. Teaching Cultural Competence in Nursing and Health Care: Inquiry, Action and Innovation. Springer Publishing Company.New York.USA 2006.

12 Aplikasi pelayanan yang berkompetensi budaya
Institusi kesehatan dan petugasnya melaksanakan: makna keberagaman, penilaian mawas diri, penatalaksanaan berdasarkan dinamika keberagaman, kewajiban mempelajari budaya di sekitarnya, adaptasi terhadap perbedaan dan konteks budaya individu dan komunitas yang dilayani. The Joint Commission: Advancing Effective Communication, Cultural Competence, and Patient- and Family-Centered Care: A Roadmap for Hospitals. Oakbrook Terrace, IL: The Joint Commission, 2010.

13 Dalam rangka memanfaatkan budaya untuk upaya preventif, maka
seseorang yang dikatakan berkompetensi budaya bila memiliki: pengetahuan yang baik mengenai bagaimana sosial budaya dapat membentuk tindakan, persepsi dan perilaku seseorang kemampuan penilaian dan berkeinginan untuk mempelajari budaya orang lain pengetahuan khusus mengenai bahasa, kebiasaan dan nilai-nilai dari suatu budaya ketrampilan untuk merasa nyaman dan dapat berkomunikasi efektif dengan orang lain yang berlatarbelakang sosial budaya berbeda kewaspadaan terhadap pandangan sempit yang men-stereotip-kan seseorang berdasarkan latarbelakang sosial-budayanya .Victoria, E. C. ( December 2006). Cultural Competence, guidelines and protocols. Victoria, Australia.

14

15

16

17

18

19

20

21 SAMPAI DIMANAKAH ANDA? Selamat berlatih


Download ppt "Sensitivitas budaya pelayanan kesehatan pada masyarakat plural"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google