Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Tes Awal Pada Pendidikan Jasmani dan olahraga ada 3 faktor yang harus dinilai dan diakses, sebutkan ?. Dan kemampuan apa saja yang harus dinilai dan diakses.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Tes Awal Pada Pendidikan Jasmani dan olahraga ada 3 faktor yang harus dinilai dan diakses, sebutkan ?. Dan kemampuan apa saja yang harus dinilai dan diakses."— Transcript presentasi:

1 Tes Awal Pada Pendidikan Jasmani dan olahraga ada 3 faktor yang harus dinilai dan diakses, sebutkan ?. Dan kemampuan apa saja yang harus dinilai dan diakses ? Dalam proses pembelajaran penjasorkes dan latihan kapan dilakukan penilaian ? Bagaimana upaya peningkatan kualitas pembelajaran penjasorkes ? Penilaian dikatakan baik yang bagaimana ? Guru Penjas di Indonesia dalam menilai hasil belajar menggunakan instrumen apa saja? Apa asesmen ? Apa tujuan asesmen ? Prinsip assessmen apa saja ? Siapa yang mengases ? Apa bedanya asesmen dan evaluasi ? Sebutkan dan jelaskan dua metode rubrik untuk menilai (mengases) berbasis kinerja ? Bila anda mengajar / melatih, apa yang anda nilai, intrumen apa yang anda gunakan, kapan anda melakukan penilaian ?.

2 UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KBM PENJASORKES
MENGHASILKAN PENILAIAN PEMBELAJARAN MEMPENGARUHI Hary Firman (2003 :1)

3 Ada 2 Pandangan Difinisi Penjas dan Olahraga
Pandangan Modern/ Holistik Pandangan Tradisional

4 Pertama: Perubahan Paradigma Penjas
Pandangan tradisional, menganggap bahwa manusia itu sendiri terdiri dari dua komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu aspek jasmani dan rokhani. Pandangan ini menganggap bahwa penjas sebagai upaya pendidikan pelengkap penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rokhani dan jasmani manusia. Pandangan tentang pendidikan jasmani berdasarkan pandangan dikhotomi manusia ini secara empirik menimbulkan salah kaprah dalam merumuskan tujuan, program pelaksanaan, termasuk penilaian nya. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan penjas itu justru mengabaikan kepentingan jasmani itu sendiri, sehingga akhirnya mendorong timbulnya pandangan modern. 2. Pandangan modern, sering juga disebut pandangan holistik. Pandangan ini menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah-pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian yang terpadu. Oleh karena itu, pendidikan jasmani tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja, atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja.

5 Definisi pendidikan jasmani dalam pandangan holistik ini cukup banyak mendapat dukungan dari para ahli pendidikan jasmani lainnya. Siedentop (1990), mengemukakan bahwa, “Modern physical education with its emphasis upon education through the physical is based upon the biologic unity of mind and body”. (Pendidikan jasmani modern dengan penekanannya pada pendidikan melalui ativitas jasmani didasarkan pada pandangan bahwa kesatuan biologis dari jiwa dan raga merupakan kesatuan yang tak terpisahkan). Pandangan ini memandang kehidupan manusia sebagai totalitas.

6 Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan upaya pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh (jasmani, rohkani, kreatif dan sosial merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan). Tidaklah mengherankan, apabila banyak pakar yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian menyeluruh, sekaligus memilki potensi yang strategis untuk mendidik anak-anak manusia.

7 Kedua Telah diperlakukan kurikulum KTSP di Indonesia

8 Berdasarkan perubahan paradigma penjas dan diperlakukan KTSP ada konsekuensinya terjadi perubahan
Materi pembelajaran Strategi, metode, teknik dan model pembelajaran penjas. Penilaian : Penilaian proses dan hasil sama pentingnya Karena yang dinilai prosesnya maka diperlukan ASSESSMEN ALTERNATIF / ASSESMEN KINERJA

9 Perubahan Assessment Dari era Assessment untuk Seleksi
Menuju era Assessment untuk Kompetensi

10 Pendidikan Jasmani dan OR PROSES PEMBELAJARAN dan LATIHAN
OUT PUT INPUT ASESMEN / PENILAIAN

11 PROSES PEMBELAJARAN dan LATIHAN YANG DINILAI
Penilaian awal Psikomotor Kognitif Afektif Penilaian selama mengajar atau latihan Perlu Instrumen Penilaian tengah semester Penilaian akhir semester

12 Dapat mendorong siswa belajar
PENILAIAN YANG BAIK Bila instrumen yang digunakan dapat mengakses materi pembelajaran secara menyeluruh Dapat mendorong guru untuk menentukan model. Strategi, pendekatan pembelajaran yang baik Dapat mendorong siswa belajar Hopkin (1990:31) dan Linn (1998:4)

13 94 % guru menyatakan kurang mencermin permainan sesungguhnya.
KENYATAAAN DI LAPANGAN PENILAIAN PENJASORKES PENILIAN YANG DILAKUKAN SECARA KONVESIONAL TES Keterampilan OR Sepakbola AAPHER TES Keterampilan OR bolabasket AAPHER (tes basket permenit, kecepatan mendribling dan tembakan bebas) dilakukan secara terpisah-pisah) MENGGUNAKAN INSTRUMEN KETERAMPILAN OR STANDART BAKUDALAM TES PENGUKURAN 94 % guru menyatakan kurang mencermin permainan sesungguhnya. HAMPIR SEMUA GURU PERLU ASESMEN BERBASIS KINERJA (ALTERNATIF ATAU OTENTIK)

14 Apa Asesmen ? Asesmen bukti yang dilakukan secara sengaja, sistematik, berkelanjutan serta digunakan untuk menilai kompetensi siswa.

15 Beda Asesmen dan Evaluasi
Asesmen adalah tahapan pengumpulan data. Pengumpulan bukti yang sistematik, berkelanjutan dan bertujuan. Tujuan : 1. Memberi umpan balik tentang kemajuan belajar siswa dalam kaitannya dengan kompetensi selam proses belajar mengajar. 2. Memberi informasi pada para guru, orang tua dan siswa mengenai demonstrasi kompetenswi siswa. Evaluasi adalah tahapan memberikan penilaian tentang informasi yang terkumpul Tujuan: Mempunyai Tujuan yang jelas untuk semua proses asesmen dan evaluasi nyang digunakan. Mengumpulkan informasi berkelanjutan berbagai konteks auntentik. Menggunakan berbagai alat dan metode untuk mengumpulkan informasi Menciptakan sistem untuk mencatat dan mengolah data. Mempunyai waktu untuk menganalisis dan mengevaluasi dan mengambil keputusan mengenai pembelajaran yang akan datang.

16 Apa yang diasess Kognitif ( pengetahuan) Psikomotor ( skill)
Afektif ( Kualitas personal dan sikap)

17 COMPREHENSHIP/ PEMAHAMAN KNOWLEDGE/PENGETAHUAN
TAXONOMY BLOOMS EVALUATION SYNTHESIS ANALYSIS APPLICATION COMPREHENSHIP/ PEMAHAMAN KNOWLEDGE/PENGETAHUAN

18 Contoh Penilaian Kinerja: Pembelajaran Teknik Menembak dalam bermain bola basket
1. Menembak Satu tangan: Pemahaman danPengambilan keputusan (Kognitif) Sikap persiapan Pelaksanaan (Psikomotor) Gerak lanjutan 2. Menembak dua tangan Pemahaman dan Pengambilan keputusan (Kognitif) Pelaksanaan (Psikomotor)

19 Taat aturan dalam bermain
Kerjasama dalam bermain AFEKTIF Sportivitas dalam bermain

20 SIAPA YANG MELAKUKAN PENILAIAN
Guru Murid Guru dan murid

21 Tujuan mengases Formatif : Feeback Diagnosa Motivasi . Summatif :
Sertifikat Pengakuan Prestasi

22 Kapan dilakukan asesmen
Selama proses pembelajaran Akhir fase pengajaran Diluar pengajaran Continyu, periodik, terminal

23 Bagaimana cara mengases
Observasi Pengalaman Catatan/ tugas-tugas

24 Proses Asesmen meliputi:
Memberikan kesempatan pada siswa untuk mendemontrasikan kompetensinya. Mengumpulkan dan mencatat bukti demonstrasi kompetensi-kompetensi siswa Menggunakan bukti-bukti untuk penilaian secara menyeluruh demonstrasi/kinerja siswa dalam kompetensi-kompetensi tersebut. Asesmen harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari program pembelajaran.

25 Apa Tujuan Asesmen? Memberi umpan balik mengenai belajar siswa, orang tua, dan guru. Membantu guru untuk membuat keputusan-keputusan mengenai kebutuhan siswa dan pedoman perencanaan program pembelajaran

26 Tujuh Prinsip yang mendasari Assessmen Yang Baik (Stiggins 1994: 9-15)
Clear thinking and effective communication. (Pemikiran yang jelas dan komunikasi efektif) Penilaian yang baik menuntut pemikiran yang jernih dan komunikasi yang efektif. Angka bukan merupakan satu-satu cara untuk mengkomunikasi hasil belajar siswa. Guru dapat menggunaka gambar, ilustrasi dan contoh untuk mengkomunikasikan hasil

27 Teachers in charge (Guru yang memegang peranan)
Guru berperan mengarahkan penilaian untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa dan apa yang siswa rasakan berkaitan dengan penilaian yang dilakukan.

28 3. Student as the key users
3. Student as the key users. (Siswa sebagai pengguna yang harus diperhatikan) Banyak pihak yang berkepetingan hasil penilaian kepala sekolah, wali kelas dan orang tua. Namun siswa adalah orang yang paling penting dan berkepetingan hasil penialian.

29 4. Clear and appropriate targets (Sasaran yang jelas dan sesuai)
Mutu kegiatan penilaian bergantung pada kejelasan dan kelayahan hasil belajar yang akan dinilai. Dalam hal ini pemahaman guru tentang makna perilaku belajar dan kemampuannya dalam merumuska perubahan perilaku siswa sebagai tujuan pengajaran merupakan prasarat bagi penilaian yang baik.

30 5. High Quality assessment (Penilaian berkulaitas)
Dalam setiap kontek penilaian ada 5 standar yang harus dipenuhi yaitu: Target dan Tujuan pengajaran yang jelas Tujuan penialian yang jelas Penggunaan teknik penilaian yang tepat dan memadai Komprehensip ( menentukan sampel yang tepat) Perencanaan dan pelaksanaan yang memungkinkan guru dapat mengontrol sumber yang dapat mengkotaminasi hasil belajar.

31 6. Attention to interpersonal impact
6. Attention to interpersonal impact. (Perhatian terhadap dampak antarpersonal) Penilaian merupakan kegiatan interpersonal yang komplek dan tidak pernah merupakan kegiatan yang ilmiah murni. Oleh karena itu guru haus menjaga mutu penilaian setinggi mungkin dan mengkomunikasikan dengan cara yang peka dan pribadi.

32 7. Assessment as instruction. (Penilaian sebagai pembelajaran)
Penilaian dan pengajaran dapat menjadi satu atau sama.

33 PENILAIAN AlTERNATIF Penilaian ALTERNATIF lebih sering dinyatakan:
Penilaian berbasis kinerja (Performance –Based Assessment) Penilaian kinerja (Performance Assessment) Penilaian Otentik ( Othentic Assessment) ( stiggins 1994, Mueller, 2006)

34 Komponen asesmen Berbasis Kinerja
Kompetensi Tugas otentik Indikator (kriteria) Rubrik

35 Kompetensi adalah keterpaduan antara kognitif (meliputi pengetahuan, pemahaman dan perhatian), psikomotor (meliputi demonstrasi keterampilan fisik/ psikomotorik), dan afektif (meliputi nilai, sikap dan minat) yang dilakukan dalam melaksanakan tugas di lapangan (Blom) Tugas Otentik (authentic task) ialah tugas yang dirancang dan diberikan kepada siswa untuk dinilai dan diukur kinerja siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

36 Indikator merupakan tolok ukur (adalah alat untuk mengukur dan sebagai petunjuk). Dengan demikian indikator merupakan suatu penunjuk atau acuan, sehingga memudahkan guru dalam melakukan penilaian. Untuk menyusun indikator (Rohadi, 2002, dan Novianto 2005). Rubrik merupakan skala penyekoran yang digunakan untuk mengamati dan menilai kinerja siswa (Muller 2009). Rubrik merupakan pedoman penyekoran (Wiggins dalam Lund L.J ,2010 :45 ) Rubrik merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas (Andrade dalam Zainul, 2001 : 19). Tingkat capaian kerja umumnya ditunjukkan dalam angka-angka, lazimnya 1-3, 1-4 atau 1-5. Besar kecilnya angka menunjukkan capaian kinerja siswa. Tiap angka tersebut mempunyai deskripsi. Setiap deskripsi harus sesuai dengan indikator yang diukur.

37 MANFAAT RUBRIK Menganalisis kelemahan dan kelebihan sesorang siswa terletak pada kriteria yang mana Meningkatkan konsistensi skor. Meningkatkan pengajaran itu sendiri.

38 CARA MEMBUAT RUBRIK Mengidentifikasi apa yang harus diases
Identifikasi karakteristik utama Pengembangan deskripsi Pengembangan tingkatan

39 Rubrik /Kriteria Penilaian/Penskoran untuk menilai Kinerja
Metode analytic Metode holistic Grounlund, 1985

40 Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Metode holistic digunakan apabila para penskor hanya memberikan satu buah skor berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja siswa Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Metode analytic para penskor memberikan skor pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai

41 Metode analytic checklist Rating scales Grounlund, 1985

42 checklist - digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya ketrampilan
Rating scales - digunakan untuk menentukan sejauh mana perilaku yang telah dipelajari

43 Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana, yaitu dengan menggunakan checklis. Apabila kriteria kemampuan tertentu pada siswa atau produk yang dihasilkan siswa dapat diamati oleh penskor, maka siswa tersebut mendapat skor dan apabila tidak, siswa tersebut tidak mendapat skor. Ada beberapa kelemahan checklist, penskor hanya bisa memilih dua kategori pilihan yang absolut, teramati dan tidak teramati, jadi tidak ada skor di antaranya, dan sukar menyimpulkan kemampuan peserta tes dalam satu skor.

44 Pedoman penskoran dengan menggunakan rating scala memungkinkan penilai untuk menilai kemampuan siswa secara kontinum. Rating scale memiliki lebih dari dua kategori penilaian, misalnya sangat teramati, teramati, cukup teramati dan tidak teramati. Checklist dan rating skala sama-sama berdasarkan pada beberapa kumpulan kemampuan keterampilan yang hendak diukur, bedanya adalah checklist hanya memiliki dua kategori penilaian sedangkan rating scala memiliki lebih dari dua kategori penilaian.

45 Langkah Penyusunan Rubrik
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Variabel Faktor Indikator R ubrik Scala rating Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi permainan bola besar, serta nilai kerjasama, sportivitas dan kejujuran. Permaijnan bola basket modifikasi 1.Shooting 2. Operan dada 4. kerjasama - Pengambil keputusan - Sikap awal -Pelaksanaan -Sikap akhir pengambilan keputusan Sikap awal Pelaksanaan - dukungan tim Taat Aturan 1 s/d 3 Idem 1dem

46 Pengambilan Keputusan ( Kriteria)
Pengambilan Keputusan ( Kriteria) 1.Pengambilan keputusan menembak ke sasaran apabila tersedianya ruang untuk menembak 2. Pengambilan keputusan kekuatan menembak pelan apabila jaraknya dekat, atau kekuatan menembak keras apabila jaraknya jauh dari sasaran. 3.Pengambilan keputusan posisi tubuh menghadap ke sasaran saat melakukan tembakan CONTOH RUBRIK

47 Sikap persiapan Shooting
1. Tangan menembak berada pada belakang bola 2. Siku ditekuk masuk dalam 3. Bola berada di atas depan dahi

48 Pelaksanaan Shooting 1. Kaki, pungung, dan bahu diluruskan secara berurutan 2. Siku diluruskan 3. Lencutkan pergelangan tangan

49 Gerak Lanjutan 1. Lihat target 2. Jari telunjuk ke arah sasaran
3. Posisi lengan tetap di atas sampai bola di sasaran

50 Petunjuk Observasi Beri Skor 1 sampai 3 sesuai dengan kondisi yang didemonstrasikan oleh siswa Skor = Jika memenuhi 3 kriteria Skor = Jika memenuhi 2 kriteria Skor = Jika memenuhi 1 kriteria

51 Lembar Observasi NO Nama Shooting Operan dada Kejujuran Kerjasama Total PK SP PL Gl GL 1 Anis 3 2 28 Nilai siswa =( Skor total dibagi skor maksimal ) x 100 = Skor total = jumlah skor indikator yang dinilai Skor maksimal = skor indikator (3) x jumlah indikator (10) =30 Nilai Anis = (28 : 30) x 100 = 93

52 Kesalahan dalam Penilaian Kinerja Scoring instrument flaws
Procedural flaws Teacher personalbias errors. Popham 1995

53 Scoring instrument flaws merupakan instrumen pedoman penskoran tidak jelas sehingga sukar untuk digunakan oleh penilai. Umumnya, karena komponen-komponen tersebut sukar untuk diamati. Procedural flaws merupakan prosedur yang digunakan tidak baik sehingga mempengaruh hasil penskoran. Teacher personalbias errors merupakan penskor (rater) cenderung sukar menghilangkan masalah personal bias, yakni ada kemungkinan penskor mempunyai masalah generocity error. Artinya, penskor cenderung memberi nilai yang tinggi, walaupun kenyataan yang sebenarnya hasil pekerjaan siswa tidak baik atau sebaliknya.

54 Apa Instrumen Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif

55 Langkah-langkah Penyususnan dan Pengembangan Instrumen

56 1. Merumuskan definisi konseptual dan operasional
Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan diukur.

57 2. Penelaahan pernyataan
Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel (FG D) yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator. Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.

58 3. Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan
Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan. Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.

59 4. Uji coba Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.

60 5. Analisis Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen.

61 6. Revisi Instrumen Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.

62 7. Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas instrumen.

63 Validitas Validitas berasal dari kata validity yang berarti “keshahihan”. Validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur atau tes melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Atau dengan kata lain validitas adalah kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran ukur. Tes yang valid adalah tes yang mampu mengukur apa yang hendak diukur, tes yang valid untuk tujuan tertentu mungkin tidak valid untuk tujuan lain. Oleh karena itu validitas selalu dikaitkan dengan tujuan tertentu. Validitas pengukuran memiliki nilai dari rendah ke tinggi, makin tinggi tingkat validitas makin baik pengukuran itu.

64 Ada 3 jenis validitas pengukuran
validitas isi, Validitas isi adalah kecocokan di antara isi alat ukur (tes) dengan isi sasaran ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam kurikulum.

65 2. Validitas Kriteria Validitas kriteria adalah validitas yang berdasarkan kriteria yaitu kecocokan diantara prediktor (skor prediktor) dengan kriteria (skor kriteria). Validitas kriteria ditujukan kepada baik atau tidak baiknya prediktor (skor prediktor).

66 3. Validitas Konstruk Validitas konstruk hakekatnya adalah sama dengan validitas isi namun digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konstruk. Variabel konstruk adalah variabel yang abstrak hasil konstruksi para pakar, misalnya sikap, motivasi, inteligensi, minat dan lain-lain. Validitas ini digunakan untuk menunjukkan seberapa tepat pengukuran variabel itu terhadap maksud sesungguhnya dari variabel itu.

67 Reliabilitas Reliabilitas adalah terjemahan dari kata reliability yang berasal dari kata rely dan ability. Reliabiltas tes menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan tes tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama atau dengan tes yang setara pada kondisi berbeda. Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap sekor atau tingkat kecocokan sekor dengan sekor sesungguhnya. Makin cocok dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya.

68 Reliabilitas dapat dihitung pada hasil uji coba dan pada hasil uji sesungguhnya.
Fungsi reliabilitas pada konstruksi alat ukur/ tes (ujicoba) adalah untuk melakukan perbaikan pada alat ukur yang dikonstruksi. Fungsi reliabilitas pada pengukuran/tes sesungguhnya adalah untuk memberi informasi tentang kualitas sekor hasil ukur kepada mereka yang memerlukannya.

69 TERIMAKASIH SELAMAT BELAJAR


Download ppt "Tes Awal Pada Pendidikan Jasmani dan olahraga ada 3 faktor yang harus dinilai dan diakses, sebutkan ?. Dan kemampuan apa saja yang harus dinilai dan diakses."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google