Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH (PERTANIAN)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH (PERTANIAN)"— Transcript presentasi:

1 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH (PERTANIAN)

2 DASAR PERTIMBANGAN KEPUTUSAN DALAM PROYEK
Oleh: Senthot Sudirman

3 Kegiatan proyek dibutuhkan dalam suatu negara yang sedang membangun.
Proyek dalam hal ini dipandang sebagai unit operasional pembangunan yang terkecil. Melalui proyek diharapkan pendapatan suatu negara (yang sedang membangun) diharapkan dapat meningkat. Investasi dalam wujud proyek tersebut diharapkan dapat mengurangi disparitas pendapatan masyarakat.

4 Investasi (invesment) dapat dilihat sebagai:
Autonomous Invesment  macam investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan  I = Io. Contohnya  investasi pada rehabilitasi prasarana jalan, irigasi dan sebagainya. Investasi tersebut di dalam kenyatannya tidak mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan, tetapi dilaksanakan untuk tujuan memperlancar roda perekonomian itu sendiri. b. Induce Invesment  macam investasi yang mempunyai ikatan dengan tingkat pendapatan  In = f (Y). Contohnya  adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi.

5 c. Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya tingkat bunga uang atau modal yang berlaku di masyarakat  I = f (r). Contohnya  investasi pada suatu badan usaha atau perusahaan dan kegiatan lainnya yang dapat menguntungkan, akan dilakukan bila tingkat bunga yang berlaku pada saat itu lebih rendah jika dibandingkan dengan keuntungan (returns) investasi. Bentuk investasi jenis (a) akan lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut aspek sosial-budaya yang ada di masyarakat. Bentuk investasi jenis (b) dan (c) akan lebih banyak melibatkan sektor swasta, walaupun kenyataannya juga banyak badan usaha pemerintah yang ikut campur dalam investasi kelompok ini. Oki, baik pemerintah maupun pihak swasta berkepentingan untuk menganalisis kegiatan proyek guna melihat kelayakan/fisibilitas proyek yang akan dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan ataupun yang telah selesai dikerjakan.

6 Suatu proyek perlu dianalisis atau dievaluasi untuk bahan pertimbangan (alat perencanaan) dari pengajuan suatu usulan kegiatan di suatu daerah tertentu. Analisis ini terutama diperlukan untuk analisis dari aspek ekonomi  pertimbangan ekonomi merupakan salah satu faktor yang akan menentukan kelancaran jalannya proyek, terutama sekali untuk badan usaha swasta. Pertimbangan terhadap usulan proyek tersebut sangat diperlukan bagi pimpinan, lembaga-lembaga keuangan (bank), pemerintah pusat dan daerah sendiri, serta badan-badan lainnya.

7 Teori dalam analisis keputusan investasi (invesment decision theory) yang melandasi pembahasan keputusan proyek seperti yang disebutkan di atas banyak dikaitkan dengan keadaan tingkat bunga yang sedang berlaku (pertimbangan profitability invesment). Hal ini penting karena tingkat bunga (r) akan mempengaruhi pendapatan proyek yang akan diperoleh. Secara sederhana fungsi tersebut menjelaskan bahwa jika tingkat bunga yang berlaku naik dari r0 menjadi r1, maka banyaknya investasi akan menjadi berkurang dari I0 hingga menjadi I1 . Sebaliknya, jika tingkat bunga berubah dari r0 menjadi r2, maka banyaknya investasi akan meningkat dari I0 menjadi I2.

8 Yang menjadi pertimbangan hingga situasi tersebut dapat terjadi adalah keuntungan (benefit) dan biaya proyek (cost). Biaya (Cost) di sini adalah meliputi biaya-biaya permulaan ditambah dengan biaya-biaya administrasi lainnya jika ada. Keuntungan dalam konteks ini adalah manfaat yang dapat dihasilkan dari adanya proyek tersebut. Fenomena di atas dapat dijelaskan dengan kurva yang menggambarkan Demand Invesment Function seperti pada gambar 1.

9 Gbr. 1. Demand Invesment Function
Tingkat Bunga (r) r1 I = f (r) r0 r2 Investasi I I2 I1 I0 Gbr. 1. Demand Invesment Function

10 Untuk mengambil keputusan  apakah investasi akan diterima atau ditolak, biasanya mendasarkan pada besarnya keuntungan dan biaya yang dikeluarkan  keuntungan harus lebih besar (>) dari biayanya. Namun demikian, semua biaya dan keuntungan yang akan diperoleh dari periode ke periode (dari tahun ke tahun) harus disesuaikan (be adjusted) dengan nilai pada saat ini ( at present worth). Metode Present Worth atau Present Value (PV) yang sering dikenal dalam analisis proyek adalah dihitung dengan pemikiran sbb:

11 Tahun ke 0  terdapat investasi awal = P0
Pada tahun 1  Menghasilkan Returns (R1) dan Present Value (PV) sbb: R1 = P0 (1 + r1) PV1 = 𝑅1 (1+𝑟) Pada tahun 2  Menghasilkan Returns (R2) dan Present Value (PV) sbb: R2 = P0(1+r1)(1+r2)  R2 = P0 (1+r)2 PV2 = 𝑅2 1+𝑟 2 ………………………….. ……………….. Pada tahun ke n Menghasilkan Returns (Rn) dan Present Value (PV) sbb:

12 Rn = P0(1+r1)(1+r2)(1+r3) (…)(1+rn)  Rn = P0 (1+r)n PV2 = 𝑅𝑛 1+𝑟 𝑛 Oki, PV = 𝑖=1 𝑛 𝑅𝑛 1 1+𝑟 𝑛  dalam hal ini 1 1+𝑟 𝑛 disebut “discount factor”, sedangkan (1+r)n disebut “Compounding Factor”. Dengan begitu, seorang pemimpin atau manajer dihadapkan pada pembuatan suatu keputusan investasi  apakah akan mengadakan investasi atau tidak.

13 Untuk membuat keputusan investasi tsb  menggunakan pedoman sbb:
Jika Cost of Invesment < Profitability Invesment  sebaiknya dilakukan investasi. Jika Cost of Invesment > Profitability Invesment  sebaiknya tidak dilakukan investasi. Dari pandangan pemerintah  pengambilan keputusan tidak hanya didasarkan pada pertimbangan ekonomis semata, namun juga dipertimbangkan aspek sosial-budaya-dan politik. Contoh proyek pembangunan jalan pedesaan  secara ekonomi tidak menguntungkan bagi pemerintah, tetapi karena proyek tersebut bermanfaat terhadap keadaan sosial-budaya dan politik masyarakat, maka proyek tersebut harus tetap dibiayai dan bijalankan.

14 Metode present value masih mengandung kelemahan sbb:
a. Metode ini menganggap bahwa tingkat bunga yang berlaku dari waktu ke waktu sama besar (konstan), padahal sebetulnya dalam kenyatannya tidak demikian. b. Besarnya opportunity cost yang menunjukkan tingkat bunga ini didalam praktek sulit untuk ditentukan/dicari sehingga biasanya penentuan besarnya opportunity cost hanya berdasarkan perasaan saja. c. Metode penghapusan aktiva dianggap sama untuk setiap periodenya (straight line method), pada hal sebetulnya di dalam kenyataannya tidak demikian. Bagi proyek yang baru berdiri, semestinya dibebani penghapusan yang lebih kecil dibandingkan dengan periode proyek yang sudah berjalan.

15 Apakah akan dilakukan investasi atau tidak, sebetulnya juga dapat dilihat dari besarnya kemampuan investasi untuk menghasilkan return. Dalam ekonomi perusahaan (tinjauan ekonomi mikro), kemampuan untuk menghasilkan returns ini sering disebut dengan internal rate of Returns (IRR), sedangkan secara makro kemampuan ini disebut dengan Marginal Efisiency of Capital (MEC). Perumusan IRR tersebut dalam analisis proyek dapat dijelaskan sebagai berikut:

16 𝑖=1 𝑛 𝐶𝑖 1+𝑟 𝑛 = 𝑖=1 𝑛 𝑅𝑖 1+𝑟 𝑛 atau dapat ditulis sbb:
𝑖=1 𝑛 𝐶𝑖 1+𝑟 𝑛 - 𝑖=1 𝑛 𝑅𝑖 1+𝑟 𝑛 = 0 Dan juga 𝑖=1 𝑛 𝐶𝑖 1+𝑑 𝑛 - 𝑖=1 𝑛 𝑅𝑖 1+𝑑 𝑛 = 0 Dalam hal ini d menunjukkan IRR Pedoman berinvestasi adalah sbb: d > r  sebaiknya investasi proyek dilakukan d < r  sebaiknya investasi proyek tidak dilakukan

17 Selanjutnya hubungan antara tingkat bunga (r) dengan (d) dapat dirumuskan sbb:
a. Semakin tinggi r, maka akan semakin kecil d dan menjadi lebih rendah dari r  yang berarti bahwa semakin kecil pula suatu investasi tersebut akan menguntungkan. b. Semakin rendah r, maka akan semakin tinggi d dan menjadi lebih tinggi dari r  yang berarti bahwa semakin besar suatu investasi tersebut akan menguntungkan.

18 Project Cycle Project Cycle merupakan tahap-tahapan atau urut-urutan yang dilalui di dalam kegiatan suatu proyek. Menurut buku Economic Analysis of Agricultural Project,  project cycle ini disebutkan sebagai berikut: Identifikasi  tahap ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat gambaran mengenai kemampuan potensial dari proyek-proyek yang akan dilaksanakan (identifikasi potensi proyek). Potensi ini dapat diperoleh dari survei lingkungan proyek yang akan dilaksanakan, dengan memperhatikan saran-saran dari ahli tehnik ataupun pemuka-pemuka masyarakat. Preparation and Analysis  mengadakan persiapan terhadap pelaksanaan proyek yang akan dilaksanakan  Dalam tahapan ini berkaitan dengan pembuatan Feasibility Study (FS) terhadap daerah lingkungan proyek meliputi analisis lingkungan (environment analysis), sosial ekonomi, budaya dan aspek-aspek lainnya.

19 Khususnya dalam proyek-proyek pertanian  persiapan untuk FS termasuk biaya konsultan umumnya mencapai 7-10% dari total nilai investasi. 3. Appraisal  tahap penilaian terhadap persiapan yang telah dilakukan. Dalam tahap appraisal ini suatu tim dapat memberikan pandangannnya, apakah suatu FS disetujui atau harus diperbaiki. Untuk hal ini biasanya sekaligus ditetapkan badan atau lembaga-lembaga yang akan membiayai proyek tersebut.

20 4. Implementation  merupakan tahapan pelaksanaan proyek yang telah direncanakan. Yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah: a. bahwa proyek yang akan dilaksanakan harus diusahakan untuk dapat mencapai manfaat seperti yang telah ditetapkan. b. bahwa proyek yang akan dilaksanakan mempunyai pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Tahap Implementasi meliputi: Periode investasi pada saat proyek utama (master project) telah dikerjakan. Periode investasi pada saat proyek keseluruhan telah selesai dikerjakan.

21 5. Evaluation => merupakan tahap penelitian
5. Evaluation => merupakan tahap penelitian. Evaluasi atau penilaian yang telah dilakukan diharapkan juga dapat sebagai bahan masukan (inputs) bagi rencana proyek yang akan datang. Evaluasi ini biasanya dilakukan oleh tim dari berbagai disiplin ilmu. Pelaksanaan evaluasi tidak harus pada akhir pyoyek, tetapi dapat dilakukan pada saat proyek sedang berjalan. Secara keseluruhan Project Cycle tersebut dapat digambarkan sbb:

22 Preparation and Analysis
Evaluation Identification Preparation and Analysis Implementation Appraisal Gbr. 2. Project Cycle

23 Disamping analisis /evaluasi secara economis (economics analysis), suatu proyek biasanya juga dibahas dari segi fisiknya (physical analysis) dan analisis finansial (financial analysis). Analisis fisik melihat keadaan fisik proyek, sedangkan analisis finansial melihat keadaan proyek dari arus pemasukan dan pengeluaran dana (cash flow). Analisis finansil lebih banyak menggunakan analisis rasio (ratio analysis). Analisis rasio ini sering dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi dalam perusahaan-perusahaan swasta (non pemerintah)

24 RATIO ANALYSIS Analisis ratio ialah menghitung indikator yang berbeda-beda yang diperoleh dari balance sheet dan profit/loss account. Analisis ini dipakai untuk menentukan keadaan keuangan (finacial soundness) dari suatu proyek. Oleh karena itu, kemanfaatan dari analisis rasio ini sangat tergantung pada ketepatan penaksiran yang dibuat mengenai sales (penjualan), cost, serta profitability dari proyek baru tersebut. Selain itu, analisis rasio juga dipakai untuk mencari daerah-daerah “lemah” dari proyek tersebut. Analisis rasio merupakan permulaan dari analisis dan bukan akhir dari analisis. Jika rasio menunjukkan situasi yang kurang baik atau trend yang menunjukkan bahwa perusahaan akan menghadapi kesulitan  maka analyst dapat mengetahui dimana ia harus mengkonsentrasikan waktunya dalam analisis proyek tersebut.

25 Ratio-ratio tersebut dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu:
Loan Safety Ratios  Merupakan ratio-ratio yang mengukur tingkat likuiditas perusahaan, seperti misalnya current ratio dan indebtedness (misal mengukur dept/equity ratio). Management Efficiency Ratio  ratio-ratio yang mengukur kemampuan management untuk mengawasi biaya-biaya, mengatur inventory, serta mengumpulkan tagihan-tagihan Profitability Ratio  Ratio-ratio yang menunjukkan profitabilitas dari investasi seperti misalnya returns on equity atau return on sales.

26 Loan Safety Ratios Loan safety ratios anlysis bertujuan untuk menentukan tingkat resiko finansial yang terdapat dalam proyek. Beberapa perusahaan berusaha untuk membiayai usahanya dengan hutang sebanyak mungkin. Hal ini dapat membahayakan sekali terutama bagi industri yang tidak stabil ataupun perekonomian yang akan mengalami resesi. Suatu perusahaan haruslah dibelanjai sedemikian rupa sehingga dapat dipercayai tetap survive.

27 1. Current Ratio = 2.0 Current Ratio = 2,0 adalah Current Assets dibagi dengan Current Liabilities. Bagi bankir-bankir, current ratio ini merupakan ratio yang memberikan margin perusahaan sebelum ia mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya (current obligations). Dalam hal ini, apabila current assets dalam likuidasi (pencairan) hanya bernilai setengah dari nilai yang tercantum di dalam buku (book value), maka perusahaan tersebut masih tetap membayar kembali kepada kreditornya dengan cara menguangkan/mencairkan/menjual) asetnya. Apabila suatu perusahaan mempunyai ratio sebesar 1:1 atau lebih kecil dari itu, maka hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut undercapitalized dan harus menunda pembayaran terhadap kreditornya.

28 Dalam hal seperti itu, kebanyakan perusahaan mungkin hanya pas-pasan keuntungannya (marginally profitable) dan bahkan mungkin mengalami rugi (unprofitable). Selain itu, perusahaan tersebut mungkin telah melakukan sistem pembelian fixed assets dengan menggunakan pinjaman jangka pendek.

29 Quick ratio atau Acid Test ratio = 0.7
Persediaan (inventory) tidak dimasukkan ke dalam perhitungan ratio ini, karena persediaan tidak dapat cepat dijadikan uang. Jadi yang dimasukkan dengan quick assets di sini adalah bagian dari current assets yang sangat likuid, yaitu cash + receivable. Jika Quick ratio rendah, tetapi current ratio tinggi, maka mungkin perusahaan ini menahan persediaan terlalu banyak, atau mungkin tidak dapat menjual barang akhir (finished products)nya. Rule of Thumb dari ratio ini adalah lebih besar dari 1:1.

30 3. Debt/Equity Ratio

31 4. Dept/capitalization ratio

32 5. Fixed Assets Coverage

33 6. Dept Coverage Ratio


Download ppt "PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH (PERTANIAN)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google