Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

The Five Precepts The Two Acrobats Buddhism and society

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "The Five Precepts The Two Acrobats Buddhism and society"— Transcript presentasi:

1 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

2 The Five Precepts The Two Acrobats Buddhism and society
Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2 The Five Precepts The Two Acrobats Buddhism and society

3 Lima Sila The Two Acrobats Buddhism and society
Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2 Lima Sila The Two Acrobats Buddhism and society

4 Lima Sila Dua Akrobat Buddhism and society
Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2 Lima Sila Dua Akrobat Buddhism and society

5 Lima Sila Dua Akrobat Ajaran Buddha dan masyarakat
Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2 Lima Sila Dua Akrobat Ajaran Buddha dan masyarakat

6 They are our protection But they are more than that! The Two Acrobats
Lima Sila They are our protection But they are more than that! The Two Acrobats

7 Lima Sila Mereka adalah perlindungan kita But they are more than that!
The Two Acrobats

8 Lima Sila Mereka adalah perlindungan kita
Tetapi mereka lebih dari itu! The Two Acrobats

9 Lima Sila Mereka adalah perlindungan kita
Tetapi mereka lebih dari itu! Dua Akrobat

10 Dua Akrobat Once upon a time, a master bamboo acrobat and his young assistant began making preparations for a show in the marketplace. It was to be a balancing act, high above the ground and quite dangerous.

11 Dua Akrobat Pada suatu ketika, seorang tuan akrobat bambu dan asisten mudanya mulai membuat persiapan untuk suatu pertunjukan di pasar. It was to be a balancing act, high above the ground and quite dangerous.

12 Dua Akrobat Pada suatu ketika, seorang tuan akrobat bambu dan asisten mudanya mulai membuat persiapan untuk suatu pertunjukan di pasar. Suatu pertunjukan penyeimbangan, jauh di atas tanah dan cukup berbahaya.

13 Dua Akrobat Akan tetapi, mereka berdiri untuk memperoleh banyak uang dari keramaian, yang telah mulai berkumpul dengan gembira. The master and his assistant began the climb up the wires and poles, high above the crowd.

14 Dua Akrobat Akan tetapi, mereka berdiri untuk memperoleh banyak uang dari keramaian, yang telah mulai berkumpul dengan gembira. Tuan dan asistennya mulai memanjati kawat dan galah, jauh di atas keramaian.

15

16 Dua Akrobat Tuan berkata pada asisten mudanya,”Kamu mengawasi saya dan saya akan mengawasi kamu.” “Then watching over each other, we’ll perform our acts safely, then come down and receive our rewards.”

17 Dua Akrobat Tuan berkata pada asisten mudanya,”Kamu mengawasi saya dan saya akan mengawasi kamu.” “Dengan saling mengawasi, kita melakukan pertunjukan dengan aman, kemudian turun dan menerima hadiah kita.”

18 Dua Akrobat Tetapi asisten muda berkata, “tidak tuan, anda mengawasi diri anda sendiri dan saya akan mengawasi diri saya sendiri.” “Then watching out for ourselves, we’ll perform our acts safely, then come down and receive our rewards.”

19 Dua Akrobat Tetapi asisten muda berkata, “tidak tuan, anda mengawasi diri anda sendiri dan saya akan mengawasi diri saya sendiri.” “Dengan mengawasi diri kita masing-masing, kita melakukan pertunjukan dengan aman, kemudian turun dan menerima hadiah kita.”

20 Dua Akrobat Jadi siapa yang benar?
The master saying to watch out for each other? Or The assistant saying to watch out for themselves?

21 Dua Akrobat Jadi siapa yang benar?
Perkataan tuan untuk saling mengawasi? Atau The assistant saying to watch out for themselves?

22 Dua Akrobat Jadi siapa yang benar?
Perkataan tuan untuk saling mengawasi? Atau Perkataan asisten untuk mengawasi diri mereka masing-masing?

23 Dua Akrobat Asistennya benar.
How can we watch out for others if we cannot watch out for ourselves first? We have to watch out for ourselves first, before we can watch out for others.

24 Dua Akrobat Asistennya benar.
Bagaimana mungkin kita dapat mengawasi orang lain jika kita tidak dapat mengawasi diri kita terlebih dahulu? We have to watch out for ourselves first, before we can watch out for others.

25 Dua Akrobat Kita harus mengawasi diri kita terlebih dahulu, sebelum kita dapat mengawasi orang lain.

26 Dua Akrobat Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?
Through pursuing the practice, through developing it, through devoting oneself to it. This is how when watching after oneself, one watches after others.

27 Dua Akrobat Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?
Dengan menjalani praktek, mengembangkannya, dan ketekunan diri. This is how when watching after oneself, one watches after others.

28 Dua Akrobat Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?
Dengan menjalani praktek, mengembangkannya, dan ketekunan diri. Inilah caranya ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang lain.

29 Dua Akrobat Dan bagaimana seseorang mengawasi orang lain?
Through harmlessness and compassion, and kindness and sympathy. This is how when watching after others, one watches after oneself.

30 Dua Akrobat Dan bagaimana seseorang mengawasi orang lain?
Melalui cinta kasih dan belas kasih, dan kebaikan dan dengan bersimpati. This is how when watching after others, one watches after oneself.

31 Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?
Dua Akrobat Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri? Melalui cinta kasih dan belas kasih, dan kebaikan dan dengan bersimpati. Inilah caranya ketika mengawasi orang lain, seseorang mengawasi diri sendiri.

32 Dua Akrobat Buddha : When watching after oneself, one watches after others. When watching after others, one watches after oneself.

33 Dua Akrobat Buddha : Ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang lain. When watching after others, one watches after oneself.

34 Dua Akrobat Buddha : Ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang lain. Ketika mengawasi orang lain, seseorang mengawasi diri sendiri.

35 Dua Akrobat Buddha : Ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang lain. Ketika mengawasi orang lain, seseorang mengawasi diri sendiri. Sedaka Sutta : Akrobat Bambu Samyutta Nikaya 47.19

36 Lima Sila They are our protection But they are more than that!
They are the protection of others too.

37 Lima Sila Mereka adalah perlindungan kita But they are more than that!
They are the protection of others too.

38 Lima Sila Mereka adalah perlindungan kita
Tetapi mereka lebih dari itu! They are the protection of others too.

39 Lima Sila Mereka adalah perlindungan kita
Tetapi mereka lebih dari itu! Mereka juga perlindungan bagi orang lain.

40 Lima Sila Perlindungan
1. Abstain from harming and killing 2. Abstain from taking what is not given 3. Abstain from sexual misconduct 4. Abstain from lying and false speech 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

41 Lima Sila Perlindungan
1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk 2. Abstain from taking what is not given 3. Abstain from sexual misconduct 4. Abstain from lying and false speech 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

42 Lima Sila Perlindungan
1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk 2. Penghidupan dan pemilikan orang lain 3. Abstain from sexual misconduct 4. Abstain from lying and false speech 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

43 Lima Sila Perlindungan
1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk 2. Penghidupan dan pemilikan orang lain 3. Kebahagiaan dan Kesatuan keluarga 4. Abstain from lying and false speech 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

44 Lima Sila Perlindungan
1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk 2. Penghidupan dan pemilikan orang lain 3. Kebahagiaan dan Kesatuan keluarga 4. Integritas dan keamanan masyarakat 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

45 Lima Sila Perlindungan
1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk 2. Penghidupan dan pemilikan orang lain 3. Kebahagiaan dan Kesatuan keluarga 4. Integritas dan keamanan masyarakat 5. Semua yang di atas!

46 Ajaran Buddha dan masyarakat
Tidak pernah jalan ‘satu arah’. There are always reciprocal responsibilities between people, groups of people and society as a whole too.

47 Ajaran Buddha dan masyarakat
Tidak pernah jalan ‘satu arah’. Selalu ada tanggung jawab timbal balik diantara orang-orang, kelompok orang dan juga seluruh masyarakat.

48 Sigalovada Sutta Kode kedisiplinan untuk umat awam
The Buddha’s Guide to Peace and Happiness

49 Sigalovada Sutta Kode kedisiplinan untuk umat awam
Nasehat Buddha menuju Perdamaian dan Kebahagiaan

50 Anak-anak dan Orang tua
Sigalovada Sutta Anak-anak dan Orang tua Bagaimana anak-anak sepantasnya memperlakukan orang tuanya Menyokong mereka ketika diperlukan Membantu mereka dalam bisnis, pekerjaan atau dengan cara lainnya yang tepat Menjaga kebersamaan keluarga Pantas untuk mendapatkan warisan Melakukan perbuatan berjasa untuk mengenang orang tua dan sanak keluarga yang telah meninggal

51 Sigalovada Sutta Anak-anak dan Orang tua
Bagaimana orang tua sepantasnya memperlakukan anak-anaknya Melarang anaknya dari perbuatan salah  Mendorong mereka untuk melakukan apa yang benar Melatih mereka dalam suatu profesi Membantu atau memberi nasehat dalam pilihan pasangan hidup yang sesuai Menyerahkan warisan pada waktu yang tepat  

52 Sigalovada Sutta Anak-anak dan Orang tua
Bagaimana orang tua sepantasnya memperlakukan anak-anaknya By restraining their children from doing wrong  Mendorong mereka melakukan apa yang benar By having them trained in a profession By helping or giving advice in the choice of a suitable marriage partner By handing over their inheritance at a proper time 

53 Untuk orang tua Buddhis
 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.   Avoid them straying on to the wrong path. Train them to cultivate good habits from young. They will then grow up into responsible and mature adults. It will then be easier for them to practice the Dhamma as they grow older.

54 Untuk orang tua Buddhis
 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin. Menghindarkan mereka dari jalan yang salah. Train them to cultivate good habits from young. They will then grow up into responsible and mature adults. It will then be easier for them to practice the Dhamma as they grow older.

55 Untuk orang tua Buddhis
 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin. Menghindarkan mereka dari jalan yang salah. Melatih mereka untuk mengembangkan kebiasaan baik dari kecil. They will then grow up into responsible and mature adults. It will then be easier for them to practice the Dhamma as they grow older.

56 Untuk orang tua Buddhis
 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.   Menghindarkan mereka dari jalan yang salah. Melatih mereka untuk mengembangkan kebiasaan baik dari kecil. Mereka kemudian akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan matang. It will then be easier for them to practice the Dhamma as they grow older.

57 Untuk orang tua Buddhis
 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.   Menghindarkan mereka dari jalan yang salah. Melatih mereka untuk mengembangkan kebiasaan baik dari kecil. Mereka kemudian akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan matang. Hal itu akan memudahkan mereka untuk mempraktekkan Dhamma ketika mereka tumbuh dewasa.

58 Untuk orang tua Buddhis
 Ketika anak-anak kita jauh dari masalah, masalah kita sebagai orang tua juga berkurang! We have to point out the similarities and differences between Buddhism and the other religions. This is necessary for their own knowledge. This will also allow them to make their own decisions regarding which religion to eventually follow, in an educated way and with a clear mind. 

59 Untuk orang tua Buddhis
 Ketika anak-anak kita jauh dari masalah, masalah kita sebagai orang tua juga berkurang! Kita harus menunjukkan persamaan dan perbedaan antara ajaran Buddha dan ajaran yang lainnya. Ini penting untuk pengetahuan mereka sendiri. Ini juga mengijinkan mereka untuk mengambil keputusan sendiri tentang agama mana yang seharusnya diikuti, dengan cara yang terdidik dan dengan pikiran jernih. 

60 Untuk orang tua Buddhis
 Semua kepercayaan adalah sama dalam hal kebaikan dan cinta kasih. Namun, penekanan dan pendekatan yang diambil oleh berbagai agama bisa sangat berbeda. Ini adalah beberapa titik pertimbangan sebagai perhatian anak-anak kita :  

61 Untuk orang tua Buddhis
1. Menjadi orang baik yang bertentangan dengan kepercayaan buta dan pemujaan Some religions usually place blind faith and worship above and beyond everything else. For example, being a good person is less important than faith and worship. This is because being a good person will not lead to heaven if that person is not of the same religion. For some religions, only faith and worship according to that religion will lead to heaven. Everyone else, good or bad, goes to hell according to those religions.

62 Untuk orang tua Buddhis
1. Menjadi orang baik yang bertentangan dengan kepercayaan buta dan pemujaan Beberapa agama biasanya menempatkan kepercayaan buta dan pemujaan di atas segala hal. Sebagai contohnya, menjadi orang baik tidak lebih penting dari kepercayaan dan pemujaan. Ini dikarenakan menjadi orang baik tidak dapat masuk surga jika orang tersebut tidak beragama yang sama. Untuk beberapa agama, hanya kepercayaan dan pemujaan yang sesuai dengan agama tersebut yang dapat masuk ke surga. Yang lainnya, baik atau buruk, masuk ke neraka menurut agama mereka.

63 Untuk orang tua Buddhis
Ajaran Buddha di sisi lain, menempatkan kelakukan seseorang di atas dan melampaui kepercayaan dan pemujaan. Menjadi orang baik lebih penting dalam ajaran Buddha. Kepercayaan dan pemujaan adalah sekunder dalam ajaran Buddha, dan kepercayaan buta dan pemujaan yang membabi buta tidak didorong. Bertanya untuk memperoleh pengetahuan, dan mengalami langsung untuk memperoleh pemahaman, adalah apa yang didorong ajaran Buddha.  

64 Untuk orang tua Buddhis
2. Cinta kasih yang tidak terbatas yang bertentangan dengan cinta kasih yang terbatas Many religions have the concept that they must belong to and have absolute and unquestioning faith in that particular religion before they are saved by their god, who is supposed to be loving and compassionate. If not, they will be punished by that god in an eternal hell. This is ‘conditional love’ and not really true love or compassion as there are conditions or ‘strings’ attached.

65 Untuk orang tua Buddhis
2. Cinta kasih yang tidak terbatas yang bertentangan dengan cinta kasih yang terbatas Banyak agama memiliki konsep bahwa mereka harus termasuk kedalam dan memiliki kepercayaan bulat dan tidak terbantahkan pada agama tertentu itu sebelum mereka diselamatkan oleh Tuhan mereka, yang sepantasnya penuh cinta kasih dan belas kasih. Jika tidak, mereka akan dihukum oleh Tuhan itu kedalam neraka abagi. Ini adalah ‘cinta kasih yang terbatas’ dan bukan cinta kasih sejati atau belas kasih karena ada kondisi atau ‘syarat’ yang menyertainya.

66 Untuk orang tua Buddhis
Ajaran Buddha di sisi lain, mengajarkan cinta kasih yang tidak terbatas atau belas kasih – Metta. Ini adalah jenis cinta yang dimiliki seorang ibu kepada anaknya. Tidak peduli apa yang dilakukan anaknya atau menjadi apa, dia akan selalu mencintai anak itu. Ini adalah jenis cinta kasih dan belas kasih yang didorong oleh ajaran Buddha untuk kita miliki, tidak berkondisi dan tanpa ‘syarat’ yang menyertainya, dan dipraktekkan kepada semua makhluk tanpa terkecuali.

67 Untuk orang tua Buddhis
3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi  Several religions are highly ‘exclusive’ in nature. For example, followers of these religions forbid or strongly discourage their followers from : Reading books or learning about other religions; Visiting places of worship of other religions; Attending wakes or funerals of other religions; Mixing around with people from other religions.

68 Untuk orang tua Buddhis
3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi  Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari : Reading books or learning about other religions; Visiting places of worship of other religions; Attending wakes or funerals of other religions; Mixing around with people from other religions.

69 Untuk orang tua Buddhis
3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi  Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari : Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain; Visiting places of worship of other religions; Attending wakes or funerals of other religions; Mixing around with people from other religions.

70 Untuk orang tua Buddhis
3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi  Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari : Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain; Mengunjungi tempat pemujaan dari agama lain; Attending wakes or funerals of other religions; Mixing around with people from other religions.

71 Untuk orang tua Buddhis
3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi  Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari : Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain; Mengunjungi tempat pemujaan dari agama lain; Menghadiri pemakaman dari agama lain; Mixing around with people from other religions.

72 Untuk orang tua Buddhis
3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi  Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari : Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain; Mengunjungi tempat pemujaan dari agama lain; Menghadiri pemakaman dari agama lain; Bergabung dengan orang-orang dari agama lain.

73 Untuk orang tua Buddhis
Ajaran Buddha, sebaliknya tidak memiliki pembatasan demikian dan kenyataannya, mempelajari agama lain didorong, dan bahkan kadang-kadang berpartisipasi dalam kegiatan mereka adalah baik. Dengan cara ini, pemahaman yang lebih besar tentang agama lain diperoleh dan juga, keharmonisan sosial dan keterpaduan dipelihara.

74 Untuk orang tua Buddhis
4. Ajaran yang terbuka yang bertentangan dengan kepercayaan dogmatis   A few religions preach highly dogmatic beliefs such that modern science and knowledge is taught as false, because they contradict the teachings in their ancient books. These religions teach that only what is contained in their books is true and everything else is false, despite all the evidence to the contrary from modern science and hard facts.

75 Untuk orang tua Buddhis
4. Ajaran yang terbuka yang bertentangan dengan kepercayaan dogmatis Beberapa agama membabarkan kepercayaan dogmatis seperti ilmu pengetahuan modren dan pengetahuan diajarkan salah, karena mereka bertentangan dengan ajaran dalam buku kuno mereka. Agama ini mengajari hanya apa yang ditemui dalam buku mereka sebagai benar dan yang lainnya salah, meskipun semua bukti pada pertentangan dari ilmu pengetahuan modren dan bukti-bukti kuat.

76 Untuk orang tua Buddhis
Ajaran Buddha di sisi lain, terbuka dan dapat disesuaikan dan kenyataannya, sangat selaras dengan ilmu pengetahuan modren. Sebagai contohnya, sementara beberapa agama membabarkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan bahwa evolusi adalah salah, ajaran Buddha mengenali bukti ilmiah dan bukti kuat dari evolusi. Ajaran Buddha tidak memutar-balikkan atau menyimpangkan ilmu pengetahuan modren dan pengetahuan untuk menyesuaikan ajarannya. Apa yang penting dalam ajaran Buddha adalah kebenaran, dan kemampuan untuk melihat dan memahami realitas dari alam dan kehidupan kita.

77 Untuk orang tua Buddhis
Jika kita, sebagai orang tua Buddhis tidak berusaha untuk mengajari anak-anak kita tentang agama kita sendiri, maka secara efektif kita bersikap menepi untuk mengijinkan orang-orang dari agama lain mengajari anak-anak kita tentang agama mereka.

78 Untuk orang tua Buddhis
Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan: Learning the Buddha’s teachings Practicing the Buddha’s teachings Being the example we want our children to follow

79 Untuk orang tua Buddhis
Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan: Mempelajari ajaran BuddhaPracticing the Buddha’s teachings Being the example we want our children to follow

80 Untuk orang tua Buddhis
Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan: Mempelajari ajaran Buddha Mempraktekkan ajaran BuddhaBeing the example we want our children to follow

81 Untuk orang tua Buddhis
Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan: Mempelajari ajaran Buddha Mempraktekkan ajaran Buddha Menjadi contoh yang ingin diikuti anak-anak kita

82 Untuk orang tua Buddhis
Terakhir, cara yang baik untuk menolak pengikut ajaran lain dengan sopan, yang mencoba menarik kita atau anak-anak kita, adalah berkata kepada mereka bahwa kita akan pergi ke tempat pemujaan mereka atau mendengarkan mereka, apabila mereka juga mengunjungi Vihara kita atau mendengarkan kita tentang ajaran Buddha.

83 Sigalovada Sutta Siswa dan Guru
Bagaimana siswa sepantasnya memperlakukan gurunya Menunjukkan rasa hormat kepada gurunya Memperhatikan kebutuhan mereka Perlayanan pribadi kepada mereka Bersemangat untuk belajar Memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika diajari

84 Bagaimana guru sepantasnya memperlakukan siswanya
Sigalovada Sutta Siswa dan Guru Bagaimana guru sepantasnya memperlakukan siswanya Melatih siswanya dalam mengembangkan disiplin diri Mengajari mereka sehingga mereka dapat memahami ajaran dengan baik Memberikan mereka pendidikan yang seimbang Memperkenalkan mereka kepada teman dan koleganya Membantu meyakinkan keselamatan dan kesejahteraannya

85 Bagaimana seorang suami sepantasnya memperlakukan istrinya
Sigalovada Sutta Suami dan Istri Bagaimana seorang suami sepantasnya memperlakukan istrinya Memperlakukan dirinya dengan sopan santun Menunjukkan rasa hormat pada dirinya Bersikap setia kepadanya Berbagi kewajiban rumah-tangga dengannya Memberikan perhiasan dan hadiah kepadanya

86 Bagaimana seorang istri sepantasnya memperlakukan suaminya
Sigalovada Sutta Suami dan Istri Bagaimana seorang istri sepantasnya memperlakukan suaminya Mengatur rumah tangga dengan sebaik-baiknya Bersikap ramah tamah pada mertuanya, dan memperlakukan para pembantunya dengan baik Bersikap setia kepadanya Membantu menjaga harta kekayaan keluarga Terampil dan rajin dalam kewajiban-kewajibannya

87 Sigalovada Sutta Teman dan Kolega
Bagaimana seseorang sepantasnya memperlakukan teman dan kolega Bersikap dermawan dan berkenan untuk berbagi Berbicara dengan kata-kata yang sopan Suka menolong Bersikap adil dan tidak beprasangka buruk Bersikap tulus dan jujur

88 Sigalovada Sutta Teman dan Kolega
Bagaimana teman dan kolega sepantasnya memperlakukan satu sama lain Saling menjaga satu sama lain ketika mereka lengah Melindungi harta miliknya ketika mereka lengah Menjadi tempat berlindung pada saat dalam ketakutan atau bahaya Tidak meninggalkan mereka pada saat diperlukan Menghormati dan menunjukkan rasa pertimbangan kepada keluarga mereka

89 Sigalovada Sutta Majikan dan Karyawan
Bagaimana majikan sepantasnya memperlakukan karyawannya Mengerahkan pekerjaan kepada karyawannya sesuai dengan kemampuan mereka Memberikan bayaran yang cukup atas pekerjaan mereka Memperhatikan kebutuhan pengobatan mereka Memberikan mereka perlakuan khusus Mengijinkan mereka cuti dan liburan

90 Sigalovada Sutta Majikan dan Karyawan
Bagaimana karyawan sepantasnya memperlakukan majikan mereka Tiba dengan awal untuk bekerja Bersedia untuk lembur apabila diperlukan Hanya mengambil apa yang diberikan kepadanya Bekerja dengan baik Menegakkan dan menyebarkan reputasi baik dari majikan mereka

91 Guru Spiritual dan Umat awam
Sigalovada Sutta Guru Spiritual dan Umat awam Bagaimana umat awam sepantasnya memperlakukan guru spiritual mereka Dengan perilaku baik Dengan perkataan baik Dengan pikiran baik Dengan memberikan sambutan kepada mereka Dengan menyediakan kebutuhan materi

92 Guru Spiritual dan Umat awam
Sigalovada Sutta Guru Spiritual dan Umat awam Bagaimana guru spiritual sepantasnya memperlakukan umat awam Mencegah mereka dari perbuatan jahat Mendorong mereka melakukan apa yang baik Menunjukkan belas kasih kepada mereka Mengajari mereka apa yang tidak diketahuinya Menjernihkan apa yang telah diajari Menunjukkan kepada mereka cara dan menuntun mereka dalam latihan spiritual

93 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam
The Buddha recognized that not everyone is ready, or even suited for a life centred on intensive spiritual practice.  Most are content with being part of a household, running their businesses, taking part in social activities and having a good time. He said that there is nothing wrong with people enjoying their families, their material possessions and taking pleasure in life.

94 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam
Buddha mengenali bahwa tidak semua orang siap, atau bahkan sesuai dengan kehidupan yang terfokus pada praktek spiritual yang intensif.  Most are content with being part of a household, running their businesses, taking part in social activities and having a good time. He said that there is nothing wrong with people enjoying their families, their material possessions and taking pleasure in life.

95 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam
Buddha mengenali bahwa tidak semua orang siap, atau bahkan sesuai dengan kehidupan yang terfokus pada praktek spiritual yang intensif.  Kebanyakan merasa puas dengan menjadi bagian dari rumah tangga, menjalani bisnis mereka, mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan memiliki waktu yang menyenangkan. He said that there is nothing wrong with people enjoying their families, their material possessions and taking pleasure in life.

96 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam
Buddha mengenali bahwa tidak semua orang siap, atau bahkan sesuai dengan kehidupan yang terfokus pada praktek spiritual yang intensif.  Kebanyakan merasa puas dengan menjadi bagian dari rumah tangga, menjalani bisnis mereka, mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan memiliki waktu yang menyenangkan. Beliau berkata tidak ada salahnya dengan mereka yang menikmati keluarga, kekayaan materi dan bersenang-senang dalam hidup.

97 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam
Akan tetapi, Beliau menekankan bahwa pengejaran akan kebahagiaan kita sendiri tidak sepantasnya dengan pengorbanan orang lain.  Such happiness will be short-lived and lead ultimately to our own suffering.  By helping and bringing happiness unconditionally to others, our own happiness will not only be preserved, but maintained for a long time to come.

98 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam
Akan tetapi, Beliau menekankan bahwa pengejaran akan kebahagiaan kita sendiri tidak sepantasnya dengan pengorbanan orang lain.  Kebahagiaan seperti itu bersifat sementara dan pada akhirnya membawa penderitaan pada diri kita sendiri.  By helping and bringing happiness unconditionally to others, our own happiness will not only be preserved, but maintained for a long time to come.

99 Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam
Akan tetapi, Beliau menekankan bahwa pengejaran akan kebahagiaan kita sendiri tidak sepantasnya dengan pengorbanan orang lain.  Kebahagiaan seperti itu bersifat sementara dan pada akhirnya membawa penderitaan pada diri kita sendiri.  Dengan membantu dan memberikan kebahagiaan secara tidak terbatas kepada orang lain, kebahagiaan kita bukan hanya terpelihara, tetapi terjaga untuk jangka waktu yang lama.

100 Dipersiapkan oleh T Y Lee


Download ppt "The Five Precepts The Two Acrobats Buddhism and society"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google