Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET"— Transcript presentasi:

1 TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET

2

3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET
Tanaman karet di Kalimantan Timur komoditi tradisional Relatif lama diusahakan sebagai perkebunan rakyat Sumber mata pencaharian utama masyarakat

4 Produktivitas (Kg/Ha)
Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Karet Tahun Luas TM (Ha) Luasan Total (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) TKP (Orang) 2010 *) 40.904,00 80.260,00 48.299,00 1.181,00 56.481 2009 40.266,00 75.924,50 49.620,50 1.232,32 51.249 2008 38.863,50 74.672,00 49.611,00 1.276,54 49.556 2007 38.171,00 67.891,00 47.225,50 1.237,21 44.693 2006 36.027,50 64.957,00 43.845,00 1.216,99 43.335 2005 33.664,50 62.426,00 39.341,00 1.168,62 41.729 2004 33.111,50 60.154,50 34.726,50 1.048,77 41.899 2003 32.745,00 60.477,50 29.629,00 904,84 39.160 2002 30.375,00 60.706,50 25.430,00 837,20 31.899 2001 22.325,00 54.503,00 26.391,00 1.182,13 32.582 2000 20.378,00 63.162,00 21.560,00 1.058,00 32.964

5 Produktivitas (Kg/Ha)
Kabupaten/Kota Luasan Total (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) TKP (Orang) Samarinda 855 295 831 780 Balikpapan 4.024 1.208 1.350 1.884 Kutai Kartanegara 13.754 7.024 1.086 13.263 Kutai Barat 34.527 31.156 1.407 24.805 Kutai Timur 5.512 268 1.063 5.017 Bontang - Paser 9.796 6.887 1.180 7.132 Penajam P.U 9.118 1.347 301 1.690 Berau 1.888 75 164 1.286 Bulungan 146 111 Malinau 616 455 Nunukan Tana Tidung 24 8 3.000 58 Tarakan Tahun 2010 80.260 48.299 1.181 56.481

6 campuran akar, kayu, rumput, dan bahan (lateks)
Hevea braziliensis Christophel Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1476 suku Indian) bermain bola campuran akar, kayu, rumput, dan bahan (lateks) Indonesia sendiri tanaman karet dicoba dibudidayakan pada tahun 1876

7 Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphobiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea braziliensis

8 Persyaratan tumbuh sebagai berikut:
Tinggi tempat meter diatas permukaan laut Curah hujan mm/tahun Bulan kering kurang dari 3 bulan Kecepatan angin maksimum 30 km/jam Kemiringan tanah kurang dari 10% Tekstur tanah lempung berpasir dan liat berpasir Batuan di permukaan maupun di dalam tanah 15% pH tanah berkisar 4,3 - 5,0 Drainase tanah sedang

9 KEUNGGULAN KARET Dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun tanah tidak subur Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis. Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakan. Prospek harganya juga cukup baik walaupun sering berfluktuasi/tidak stabil.

10 LATEKS LATEKS PEKAT RSS (RIBED SMOKE SHEET) CRUMB RUBBER LATEKS CREEPE

11 Tanaman karet digores/disayat pada kulit batangnya akan mengeluarkan cairan pekat berwarna putih yang disebut LATEKS. Lateks ini akan kering dan menggumpal apabila dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini baru boleh dipanen (untuk diambil lateksnya) setelah berusia 5 tahun dan memiliki usia produktif 25 sampai 30 tahun. Lateks akan diolah menjadi bentuk baru (produk barang jadi).

12 Lateks yang masih dalam bentuk cairan menjadi bahan baku produk balon karet mainan, permen karet, sarung tangan karet, kondom dan lain-lain. Lateks yang sudah kering (membeku, sering disebut kompo) menjadi bahan baku ban mobil, conveyor belt, karet pelindung pada bodi mobil, dan lain-lain.

13 Proses Pengolahan Karet Crumb Rubber

14 Lateks (dalam bentuk cair) :
Pengolahan Sheet (Getah Asap) Pengolahan Lateks Pusingan. Lateks yang sudah menggumpal (Kompo) Pengolahan Crumb Rubber.

15 bahan baku karet (padatan)
PEREMAHAN PEMBLENDINGAN PENGERINGAN

16 1. Cup Lump (Lump Mangkok)
bekuan lateks yang menggumpal secara alami Waktu  kurang lebih 3 jam Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 60% - 90%

17

18 2. SLAB Bekuan lateks yang menggumpal secara sengaja + asam semut (Formic acid) Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 30% - 60% Bantalan dengan ukuran 40 x 30 x 10 cm.

19

20 Slab karakter mutu yang kurang baik bila dibandingkan dengan Cup Lump.
Proses pengolahan perbandingan campuran antara Slab dan Cup Lump. Perbandingan 1 Slab dan 3 Cup Lump memberikan hasil yang baik bagi produk. Semakin banyak komposisi Cup Lump maka semakin baik juga karakter mutu yang akan dihasilkan.

21 Bahan baku (Slab dan Cup Lump) ini ditimbang terlebih dahulu.
Tujuan penimbangan mengetahui berat basah bahan baku yang masuk kedalam pabrik. Laboratorium kemudian akan memeriksa Kadar Karet Kering bahan baku karet tersebut untuk dapat mengetahui berat kering yang diterima oleh pabrik.

22

23

24

25

26 Bahan baku disortir dari benda-benda non karet (kontaminasi); antara lain: tali plastik, pecahan mangkok lateks, tali rafia, scrap/getah tarik, potongan kayu, daun-daun, sobekan goni plastik, dan lain-lain. Benda-benda (kontaminasi) ini akan dikumpulkan dan dikembalikan ke pengirim

27 Bak Blending I, Prebreaker, Bak Blending II, Hammer Mill dan diakhiri Bak Blending III. Bertujuan untuk mengurangi kontaminasi dan menghomogenkan dengan cara meremahkannya, mixering (pengadukan) dan pencucian. Proses transportasi material yang diolah dari satu peralatan ke peralatan berikutnya dilakukan oleh Bucket Conveyor

28 BAK BLENDING I Mempermudah pencampuran antara Slab dan Cup Lump Diisi air yang fungsinya mencuci bahan baku. Pencucian ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi. Air akan diganti secara berkala (biasanya seminggu sekali) untuk menjamin efektifitas pencucian bahan baku

29

30 PREBREAKER Bucket Conveyor, bahan baku dipindahkan dari Bak Blending I ke mesin Prebreaker. Bahan baku tadi akan diremahkan menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil. Apabila ukuran sebelumnya seukuran "bantal tidur" maka setelah lewat dari Prebreaker ukurannya akan menjadi seukuran "jempol kaki"

31

32 Crumb Rubber maka yang dominan proses peremahan.
Peremahan  memperluas bidang permukaan sehingga pencucian menjadi lebih efektif. Proses peremahan  terjadi " tekanan" terhadap bahan baku yang akan memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku

33 Pabrik Crumb Rubber dengan kapasitas 30 Ton Karet Kering/hari
Kapasitas mesin Prebreaker = Kg/Jam Daya motor = 37 KW Putaran motor = Rpm Tenaga motor = 50 HP

34 BAK BLENDING II Remahan-remahan yang keluar dari Prebreaker selanjutnya masuk ke dalam Bak Blending II. Mirip dengan fungsi Bak Blending I maka Bak Blending II juga berfungsi sebagai pencampur. Seluruh remahan-remahan akan diaduk sehingga diharapkan bahan baku menjadi homogen

35 Air dalam bak blending yang menjadi media pencampur.
Produk akhir homogen (sama karakter mutunya disetiap bagian produk), maka bahan yang sebelumnya memiliki karakter berbeda akibat adanya Cup Lump dan Slab, jenis tanaman, proses pertumbuhan, perawatan tanaman, proses menghomogenkan terjadi di Bak Blending.

36

37 HAMMER MILL Untuk meremahkan bahan baku yang ada di Bak Blending II  Remahan "jempol kaki“ mjd 0,5 - 1 cm Untuk memperluas bidang permukaan bahan baku  pencucian optimal Mekanisme "pemukulan".  memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku.

38

39 Kapasitas mesin Hammer Mill
= Kg/Jam Daya motor = 100 KW Putaran motor = 1475 Rpm Tenaga motor = 135 HP

40 BAK BLENDING III Fungsinya hampir sama dengan fungsi Bak Blending yang sebelumnya yaitu sebagai pencampur dan pencuci untuk mengurangi kontaminasi yang masih ada Media transportasi dari Hammer Mill ke mesin proses selanjutnya

41

42

43 PENGGILINGAN REMAHAN Mendapatkan keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk lembaran  proses Mikro Blending Makro Blending cara mengaduk/mixering remahan/bahan baku. Proses ini mirip dengan proses membuat adonan campuran beton, yakni dengan mengaduk semen, pasir, kerikil sehingga didapatkan campuran yang homogen

44 Proses Mikro Blendingcara menggiling remahan yang diatur sedemikian rupa sehingga remahan saling "tindih" satu sama lain didalam penggilingan. Proses "saling tindih" ini memaksa remahan-remahan karet untuk menjadi satu bagian yang akhirnya akan menjadi bentuk lembaran. Proses menggiling  telur, mentega, dan tepung untuk mendapatkan adonan roti yang homogen merupakan proses yang mirip dengan proses Mikro Blending

45 PenggilinganCrepper
PenggilinganCrepper. Roll Gilingan Crepper dibuat berulir/motif bunga agar efek pemerasan Agar remahan karet sudah menjadi sebuah kesatuan maka perlu dilakukan penggilingan berulang-ulang. untuk mendapatkan hasil yang homogen

46

47 Penggilingan menyemprotkan air sehingga kotoran-kotoran yang keluar oleh proses penggilingan terbuang oleh proses pencucian Operator Gilingan /"Operator Crepper“ bertugas untuk melipat lembaran sebelum masuk kedalam Crepper. Lembaran yang terlipat inilah yang akan membuat remahan-remahan karet saling "tindih" pada saat digiling  Crepper Finisher proses pelipatan lembaran tidak diperlukan lagi.

48 lebar kurang lebih 60 cm, ketebalan 6 - 7 mm.
Lembaran lebar kurang lebih 60 cm, ketebalan mm. Lembaran yang mirip selendang ini digulung kemudian dikirim ke Gudang Maturasi untuk proses "Pemeraman". 1 buah gulungan memiliki berat kurang lebih 24 kg (Berat sebelum maturasi).  "Blangket". Kadar Karet Kering dalam Blangket yang baru dihasilkan adalah sekitar 70% (nilai sebelum maturasi).

49

50

51

52

53 MATURASI ( PEMERAMAN ) Menyusun blangket-blangket dalam Gudang Maturasi. Proses Maturasi berlangsung selamat hari. Biasanya hasil terbaik didapatkan ketika blangket sudah dimaturasi selama 8 hari. Maturasi yang lebih dari 8 hari juga akan memberikan hasil yang lebih baik.

54 Bahan baku karet akan menjadi lebih cepat kering dalam proses Dryer dan kemungkinan terjadinya cacat (white spot) lebih sedikit. Penambahan umur maturasi tentunya akan berpengaruh kepada kebutuhan luas Gudang Maturasi.

55 Penyusunan blangket dapat diidetifikasi menurut umurnya
Penyusunan blangket dapat diidetifikasi menurut umurnya. Papan identifikasi yang diletakkan disetiap kelompok blangket. Drainase yang baik. Blangket baru masih dalam keadaan basah dan bisa menimbulkan genangan air. Kondisi yang basah akan membuat kelembaban gudang maturasi menjadi tinggi. Semangkin tinggi kelembaban akan menambah kebutuhan waktu untuk maturasi.

56

57 Tujuan Utama MATURASI Mempertahankan nilai PRI & mengurangi Kadar Air dalam Blangket. Biasanya K3 setelah maturasi selama 8 hari adalah %. Nilai PRI adalah ukuran dari besarnya sifat plastisitas (keliatan/kekenyalan) karet yang masih tersimpan, bila karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 derajat Celcius.

58 Pengujian PRI mengukur degradasi (penurunan) ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi. Nilai lebih dari 80% menunjukkan bahwa ketahanan karet mentah terhadap oksidasi adalah besar. nilai PRI dapat diperkirakan mudah tidaknya karet menjadi lunak dan lengket-lengket jika lama disimpan atau dipanaskan.

59 Hal ini penting nantinya pada proses vulkanisasi karet pembuatan barang jadi, agar diperoleh sifat karet yang lebih kuat dan teguh. Parameter kualitas SIR

60 standar spesifikasi SIR
Kadar kotoran (%) Kadar Abu (%) Kadar zat menguap (%) 0.05 0.50 1.00 0.20 0.75 0.35 1.25


Download ppt "TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google