Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLidya Rafly Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
Teacher Profession in the 21st Century: Challenges and Opportunities
2
Profesi Pendidik di Abdad 21; Peluang dan Tantangan
John Pahamzah Seminar on Teacher Profession in the 21st Century; Challenges and Opportunities May, 10th, 2104, UMT Kota Tangerang , Banten
3
Latar Belakang 1 Tuntutan Profesionalisme Guru Undang-undang
Kualitas dan Profesionalisme Guru Tuntutan Profesionalisme Guru Undang-undang Tuntuan & Kebutuhan Guru berkualitas di lapangan Tantangan Peningkatan Kualitas dan Profesionalisme Guru Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru yang sudah dilakukan. Kelemahan upaya 3. Opsi Peningkatan Kualitas & Profesionalisme Guru Evaluasi terhadap strategi dan upaya yang telah dilakukan Solusi untuk peningkatan kualitas dan profesionalisme guru.
4
Latar Belakang 2 Tantangan; Evaluasi dan solusi peningkatan kualitas dan profesionalisme guru. Peluang; Kurikulum baru dan pendikar (pendidikan karakter)
5
PROFIL GURU/PENDIDIK Guru harus taat beribadah
Guru harus dapat diteladani Guru harus dapat menumbuhkan minat/motivasi yang tinggi untuk belajar (membangun motivasi internal) Guru harus dapat memberdayakan potensi murid (Guru Inspiratif).
6
GURU/PENDIDIK Sebagai: Panggilan jiwa Profesi
7
Membangun manusia berakhlak/ berkarakter Membangun manusia pembelajar
TARGET PENDIDIKAN Membangun manusia berakhlak/ berkarakter Membangun manusia pembelajar
8
Tuhan tidak pernah menciptakan manusia produk gagal, tetapi seringkali manusianyalah yang tidak bisa mendidik (Ciptono)
9
TUGAS UTAMA GURU/PENDIDIK
(1) Tugas utama Guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Permen PAN Nomor 16/ 2009 Pasal 5 Ayat (1)
10
PP NO. 19/2005 SNP Pasal 19 ayat 1 Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara: interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
11
TUJUAN MENGAJAR DAN MENDIDIK
Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan. Menumbuhkan/menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran.
12
4.Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatannya. 5. Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas belajar. 6. Menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani
13
TANTANGAN; Guru Profesional
Dituntut memiliki kompetensi: Pedagogi Kepribadian Sosial Profesional
14
Komponen Penilaian Kinerja Guru
Pedagogi 7 kompetensi Kepribadian 3 kompetensi Sosial 2 kompetensi Profesional Pedagogi 3 kompetensi Kepribadian 4 kompetensi Sosial Profesional 7 kompetensi 14 kompetensi Guru Kelas/Mata Pelajaran 17 kompetensi Guru BK/Konselor
15
Kompetensi Guru Diuji
Pedagogi 7 kompetensi Kepribadian 3 kompetensi Sosial 2 kompetensi Profesional Pahami Murid, Kuasai Teori & Prinsip Belajar, Komunikasi Menilai/ mengevaluasi Taat beragama, patuh hukum, norma sosial/ budaya, bangga Inklusif, tidak diskriminatif, obyektif, adil, jujur. Kuasai materi ilmu, reflektif
16
Kompetensi Guru Manusia Ideal
Pedagogi 7 kompetensi Kepribadian 3 kompetensi Sosial 2 kompetensi Profesional Pengajar & Pendidik ideal Individu baik dan saleh Manusiawi Pakar, ilmuwan
17
Fakta Profesionalisme Guru 1
1. Jumlah guru di seluruh Indonesia: + 2,9 juta orang (2011/2012). Rasio guru murid adalah 1:18. Korea, 1:30 dan Jerman, 1:20. Problemnya distribusi guru yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan. 2. Hasil Uji Kompetensi: meskipun kontroversial Hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) Nasional rata-rata masih rendah di bawah nilai rata-rata ideal: 6,5
18
Fakta Profesionalisme Guru 2
3. Rata-rata perjenjang SMP: 49,41, SMA: 48,34, TK: 45,34, SD: 41,49 4. Dari keseluruhan guru yang berada di bawah rata-rata nasional: 42,93% di bawah S1 dan 57,07% lulusan S1 Dari keseluruhan guru yang lulusan S1: 48,96% lulusan LPTK Swasta 18,11% LPTK Negeri 14,24% lulusan UT 18,69 % tidak mencantumkan riwayat pendidikan Sumber PPPPTK Penjas dan BK, Naharus Surur
19
Fakta Profesionalisme Guru 3
Materi UKG: Kompetensi Pedagogi & Profesional. Lalu bagaimana dengan? 3. Kompetensi Kepribadian: a. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial & kebudayaan nasional Indonesia b. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan c. Etos kerja, tanggung jawab, bangga menjadi guru Guru sebagai model, teladan dan pembentuk karakter
20
Fakta Profesionalisme Guru 4
Materi UKG: Kompetensi Pedagogi & Profesional. Lalu bagaimana juga dengan? 4. Kompetensi Sosial: a. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, tidak diskriminatif b. Komunikasi sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat Guru sebagai panutan, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat
21
Peningkatan Profesionalisme Guru 1
Strategi dan upaya: In-service (Dalam jabatan): a. DIKLAT Berbagai bentuk pendidikan/latihan Tingkat Nasional : P4TK, P3G Propinsi : LPMP, LPTK (PLPG) Kab/Kota: Dinas Pendidikan Gugus/Rayon/Wilbi: KKG/MGMP Sekolah : In house Training/MGMP Sekolah
22
PERAN LEMBAGA TERKAIT PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU
KEMENDIKNAS PPPPTK Nasional LPTK LPMP Propinsi DINAS PROV. Kab/Kota DINAS KAB/KOT (PENGAWAS SEKOLAH) KKG/ MGMP/ MGBK SEKOLAH komando koordinasi
23
Peningkatan Profesionalisme Guru 2
Strategi dan upaya: In-service (Dalam jabatan): b. Pendidikan lanjutan LPTK 1). Penyetaraan S1 2). S2 3). S3 Baik melalui beasiswa maupun swadaya
24
Peningkatan Profesionalisme Guru3
Strategi dan upaya: 2. Pre-service (Sebelum bertugas) a. Pendidikan Keguruan LPTK Negeri dan Swasta Agama dan Umum Dalam dan Luar Negeri b. Rekrutmen Guru
25
Peningkatan Profesionalisme Guru4
Ada apa dengan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan selama ini: 1. Peserta 2. Materi 3. Disain dan Pendekatan 4. Metode/Strategi Pembelajarannya 5. Kegiatan pasca pelatihan
26
Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru1
Gambaran kegiatan pendidikan dan pelatihan selama ini: Peserta biasanya perwakilan dari satu sekolah satu orang/dua orang dari satu kecamatan. Materi disusun oleh nara sumber yang tidak mengajar di sekolah dan tidak mengetahui permasalahan yang dihadapi guru di lapangan.
27
Tantangan Peningkatan Profesionalisme Guru2
Gambaran pendidikan & pelatihan selama ini: 3. Disain dan pendekatan: belum sepenuhnya mempertimbangkan berbagai pendekatan mutakhir termasuk andragogi, active learning, experiential learning, multiple intelligence, collaborative learning, dll. 4. Metode/strategi: lebih banyak menggunakan metode ceramah dengan sedikit parktik atau bahkan tanpa praktik. 5. Setelah pelatihan tidak ada pendampingan atau tindak lanjut lainnya.
28
Opsi Peningkatan Profesionalisme Guru1
Bila begitu pelatihan selama ini, maka: Jangan harapkan ada perubahan di sekolah jika hanya satu sekolah satu/dua orang. Perubahan harus digerakkan secara sinergis oleh banyak orang. Libatkan lebih banyak peserta perubahan secara masif. Trainer turun ke Daerah bukan peserta ke Jakarta. Materi harus disusun dengan berdasarkan kebutuhan guru di lapangan. Need assessment pra-pelatihan satu keniscayaan. Sharing dengan guru di lapangan, wajib.
29
Opsi Peningkatan Profesionalisme Guru2
Bila begitu pelatihan selama ini, maka: Disain & pendekatan harus sepenuhnya mempertimbangkan pendekatan andragogi, experintial learning, multiple intelligence, collaborative learning, active learning, otak kiri/kanan, student centered learning, dll. Metode/strategi: lebih banyak praktik dan mengurangi ceramah; 75% : 25%. Setelah pelatihan harus ada pendampingan, lokakarya, penagihan sampai seminar dan pameran.
30
Opsi Peningkatan Profesionalisme Guru3
Upaya yang telah dilakukan selama ini: In-service: b. Pendidikan lanjutan LPTK: Penyetaraan S1/S2/S3 Kurikulum materi, pendekatan, strategi, metode fokus ke kebutuhan dan keadaan guru di lapangan. Kualitas/mutu lulusan jaminan ketercapaian guru profesional PKB Service after graduation adakah upaya pelayanan paska kelulusan. Upaya ini mensyaratkan hubungan yang dekat dan intensif antara LPTK dengan usernya, yaitu sekolah, dinas, kemenag.
31
Opsi Peningkatan Profesionalisme Guru4
Upaya yang telah dilakukan selama ini: 2. Pre-service: Kurikulum user orinted, fokus dan berbasis kebutuhan, kerjasama intensif dengan sekolah dan guru. Integrasi kecakapan hidup & pendidikan karakter Pendekatan, strategi/metode pembelajaran aplikasikan penemuan mutakhir. Praktik + Praktik Praktikum Profesional
32
Opsi Peningkatan Profesionalisme Guru4
Upaya yang telah dilakukan selama ini: 2. Pre-service: Kualitas/mutu lulusan jaminan ketercapaian guru profesional kelulusan sertifikasi Service after graduation pelayanan paska kelulusan. Kontak kontinu dengan alumni dan pendataan alumni Sertifikasi LPTK dengan melibatkan lembaga lain (LPMP) dan user (Dinas/Kemenag)
33
Peningkatan Peningkatan kualitas dan profesionalisme guru adalah tanggung jawab banyak pihak: Pemerintah pusat PPPPTK/PPPG LPTK LPMP Pemerintah (prop, kab/kota; dinas/kemenag) Pengawas Sekolah MGMP/KKG/MGBK/KKKS,dll Sekolah Pihak lain yang concern dan care dengan Pendidikan
34
Pihak-pihak Di samping pihak-pihak tersebut peningkatan kualitas dan profesionalisme guru adalah tanggung jawab….. Guru itu sendiri sebagai seorang profesional
35
Evaluasi Evaluasi berbagai upaya selama ini, Perbaiki apa yang kurang/lemah/keliru, Libatkan lebih banyak pihak agar care dan concern… Bukan pekerjaan mudah, tapi sangat bisa dilakukan. Kita pasti bisa!!!
36
PELUANG; KURIKULUM BARU
PENDIKAR/PENDIDIKAN KARAKTER
37
Berkarakter Kuat dan Cerdas
F K I P FKIP Berkarakter Kuat dan Cerdas
39
Berani karena Benar
40
Tanamlah pemikiran nanti akan menuai tindakan
Law of The Harvest: Tanamlah pemikiran nanti akan menuai tindakan Tanamlah tindakan nanti akan menuai kebiasaan Tanamlah kebiasaan nanti akan menuai karakter Tanamlah karakter nanti akan menuai nasib (Bernard Shaw)
41
When wealth is lost, nothing is lost
When health is lost, something is lost When character is lost, everything is lost Apabila kehilangan harta, sebenarnya tidak ada yang hilang Apabila kehilangan kesehatan, sebenarnya ada sesuatu yang hilang Apabila kehilangan karakter, segalanya akan hilang (Billy Graham)
42
Waste your money and you only out of money but waste you time and you have lost a part of your life
(Michael Leboeut)
43
Tujuan Pendidikan dan Pengajaran (UU No. 4 Tahun 1950 Bab. II pasal 3)
”membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.
44
Tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 2 Tahun 1989 ttg SPN Bab II pasal 4)
”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
45
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional (UU No
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 20/2003 ttg SPN Bab II pasal 3) “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
46
FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
UU No.20/2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 Fungsi Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 46
47
KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi lulusan program pendidikan:
- Pengetahuan; - Sikap; dan - Keterampilan Konsekuensinya proses pembelajaran harus melibatkan dan mengarah pada tercapainya ketiga aspek tersebut
48
KERIKULUM SEBAGAI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Menentukan kompetensi lulusan (Standar Kompetensi Lulusan) Kurikulum jenjang satuan pendidikan.
49
SISTEM PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Hasil akhir pendidikan yang harus dicapai peserta didik (keluaran) dirumuskan dalam kompetensi lulusan. Kandungan materi yang harus diajarkan kepada dan dipelajari oleh peserta didik (masukan/standar isi) dalam usaha membentuk kompetensi lulusan yang diinginkan. Pelaksanaan pembelajaran (proses, termasuk metode) agar ketiga aspek dapat tercapai. Penilaian kesesuaian proses dan ketercapaian tujuan pembelajaran untuk memastikan bahwa masukan, proses, dan keluaran sesuai rencana.
50
RANAH SIKAP Sikap spiritual membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa. Sikap sosial membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
51
KOMPETENSI INTI Bersifat multidimensi
Dibentuk melalui mata pelajaran-mata pelajaran yang relevan Tiap mata pelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kompetensi inti Mata pelajaran yang tidak relevan dapat dihilangkan Tiap mata pelajaran harus berkontribusi membentuk kompetensi inti
52
Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran (integrator horizontal antar mata pelajaran). Kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena kompetensi inti tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik sedangkan mata pelajaran merupakan pasokan kompetensi dasar (KD) yang diserap melalui proses pembelajaran. Capaian tiap mata pelajaran menjadi kompetensi dasar yang akan membentuk kompetensi inti.
53
KOMPETENSI INTI Kompetensi inti didukung oleh 4 kelompok KD:
Kelompok kompetensi sikap spiritual Kelompok kompetensi sikap sosial Kelompok kompetensi pengetahuan Kelompok kompetensi keterampilan
54
KOMPETENSI SIKAP Kompetensi sikap itu dibentuk bukan diajarkan
Kompetensi sikap harus melekat pada pendidik Pendidik harus memiliki sikap spiritual dan sikap sosial yang baik
55
Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960).
KESEIMBANGAN ANTARA SIKAP, KETERAMPILAN DAN PENGETAHUAN UNTUK MEMBANGUN SOFT SKILL DAN HARD SKILL1 PT Knowledge Skill SMA/K Attitude SMP SD Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960). 55
56
NILAI-NILAI UTAMA KARAKTER
57
7 BUDI UTAMA (Ary Ginanjar Agustian)
Jujur Tanggung jawab Visioner Disiplin Kerjasama Adil Peduli
58
KARAKTER BAIK DAN KARAKTER BURUK (Ibnu Qayyim, 2005: 258)
59
KARAKTER BAIK Sabar Kehormatan diri Keberanian Adil
Deputi IV, Workshop SPMB 2006
60
SABAR yang mendorong: menguasai diri; menahan amarah;
tidak mengganggu orang lain; Lemah lembut; Tidak gegabah dan tidak tergesa-gesa
61
KEHORMATAN DIRI yang membuatnya:
menjauhi hal-hal yang hina dan buruk, baik berupa perkataan maupun perbuatan; membuatnya memiliki rasa malu, yang merupakan pangkal segala kebaikan; mencegahnya dari kekejian, bakhil, dusta, ghibah; dan mengadu domba. Deputi IV, Workshop SPMB 2006
62
KEBERANIAN yang mendorongnya pada: kebesaran jiwa;
sifat-sifat yang luhur; rela berkorban; dan memberikan sesuatu yang paling dicintai. Deputi IV, Workshop SPMB 2006
63
ADIL yang membuatnya berada di jalan tengah, tidak meremehkan, dan tidak berlebih-lebihan. Melakukan sesuatu yang memenuhi standar Deputi IV, Workshop SPMB 2006
64
KARAKTER BURUK Kebodohan Kedhaliman Syahwat Marah
Deputi IV, Workshop SPMB 2006
65
KEBODOHAN yang menampakkan kebaikan dalam rupa keburukan;
menampakkan keburukan dalam rupa kebaikan; menampakkan kekurangan dalam rupa kesempurnaan; dan menampakkan kesempurnaan dalam rupa kekurangan. Deputi IV, Workshop SPMB 2006
66
KEDHOLIMAN yang membuatnya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya;
memarahi perkara yang mestinya diridhai; meridhai sesuatu yang mestinya dimarahi; dan lain sebagainya dari tindakan-tindakan yang tidak proporsional Deputi IV, Workshop SPMB 2006
67
SYAHWAT yang mendorongnya menghendaki sesuatu kikir, bakhil, tidak menjaga kehormatan, rakus, dan hina Deputi IV, Workshop SPMB 2006
68
MARAH yang mendorongnya: bersikap takabur; dengki dan iri;
mengadakan permusuhan; dan menganggap orang lain bodoh. Deputi IV, Workshop SPMB 2006
69
STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER
Keteladanan Penanaman kedisiplinan Pembiasaan-Pembudayaan Menciptakan suasana yang konduksif Integrasi dan internalisasi
70
1. KETELADANAN
71
PENTINGNYA KETELADANAN
Begitu pentingnya keteladanan sehingga Tuhan menggunakan pendekatan dalam mendidik umatnya melalui model yang harus dan layak dicontoh melalui Nabi atau Rasul.
72
HASIL PENELETIAN (dikutip oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat)
Bahwa perilaku manusia 83% dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6% sisanya oleh gabungan dari berbagai stimulus.
73
KETELADANAN Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi
Memiliki Integritas Tinggi Memiliki Kompetensi
74
“Kalau kamu baik, maka semua akan baik“
PESAN BAPAK SOEHARTO KEPADA BAPAK KUNARTO “Kalau kamu baik, maka semua akan baik“ IN MEMORIAM
75
MENDIDIK DENGAN KETELADAN Lead by example
Memberi contoh atau teladan itu mudah, tetapi menjadi contoh atau teladan itu tidak mudah (Fq).
76
2. PENANAMAN KEDISIPLINAN
77
TAAT PADA ATURAN, BUKAN TAAT PADA MANUSIA
78
PENANAMAN KEDISIPLINAN
Disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu.
79
PENEGAKAN DISIPLIN Peningkatan motivasi Pendidikan dan latihan
Kepemimpinan Penegakan Aturan (rule enforcement). Takut pada aturan bukan takut pada manusia Penerapan reward and punishment
80
3. PEMBIASAAN
81
PEMBIASAAN-PEMBUDAYAAN
First, We make a habit, so our habit make us
82
DOROTHY LAW NOTTE: Anak belajar dari kehidupannya.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
83
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
84
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan Jika anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
85
4. MENCIPTAKAN SUASANA KONDUKSIF
86
MENCIPTAKAN SUASANA KONDUKSIF
Peran semua unsur sekolah Kerjasama sekolah dengan orang tua Kerjasama sekolah dengan lingkungan
87
5. INTEGRASI DAN INTERNALISASI
88
INTEGRASI DAN INTERNALISASI
Melalui strategi integrasi, guru dapat menggunakan setiap kesempatan dan pada saat mengajarkan suatu subjek dalam topik tertentu. Guru menyelipkan atau memasukkan dengan sengaja isi karakter yang relevan pada saat mengajarkan topik tertentu, misalnya kasih sayang, kepedulian, kejujuran, nasionalisme, kebersamaan, dan sebagainya.
89
Terima kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.