Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PENGARUH SPIRITUAL ATTITUDE DAN BRAND IDENTITY PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN LAYANAN JASA ESQ TOURS TRAVEL Dipresentasikan oleh : Nadia Naraswati 12/343581/PEK/17997.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PENGARUH SPIRITUAL ATTITUDE DAN BRAND IDENTITY PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN LAYANAN JASA ESQ TOURS TRAVEL Dipresentasikan oleh : Nadia Naraswati 12/343581/PEK/17997."— Transcript presentasi:

1 PENGARUH SPIRITUAL ATTITUDE DAN BRAND IDENTITY PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN LAYANAN JASA ESQ TOURS TRAVEL Dipresentasikan oleh : Nadia Naraswati 12/343581/PEK/17997 Konsentrasi : Marketing Pembimbing : Ibu Yulia Arisnani Widyaningsih, MBA., Ph.D

2 LATAR BELAKANG Pertumbuhan umat Muslim dunia mencapai 21,01 (Isfahan et. al. 2013). Populasi umat Islam Indonesia. Dengan 232,5 juta penduduknya, 88,22% muslim. Ketani proyeksikan jumlah umat muslim Indonesia mencapai 232,3 juta orang ditahun Sebuah market yang besar. PROSPEK BISNIS ORIENTASI KEAGAMAAN: BI sebut asset syari’ah telah tumbuh diatas trilliun diatas proyeksi moderat. ASEI sebut pasar Asuransi syari’ah juga tumbuh 3.21% pada Animo beribadah ke tanah Suci juga tumbuh diatas kapasitas kuota. Jumlah antrian terlama mencapai 2014 bahkan mencapai 15 tahun (Kompas).

3 TENTANG ESQ TOUR AND TRAVEL
Sebuah jasa biro perjalanan. Selain melayani plesir dunia, inti produk utamanya adalah melayani pemberangkatan Umroh dan Haji

4 Apa beda ESQ TT dengan biro lain sehingga perlu diteliti?
ESQ TT dengan mensematkan nama ESQ, tentu tidak terlepas dengan citra, target dan segmen yang ingin dibangun. Customer ESQ training. ESQ sendiri dalah sebuah lembaga motivasi yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan EQ (intelejensi emosional) dan SQ (intelejensi spiritual) ESQ di didirikan dan dikembangkan oleh Ary Ginandjar. Dengan demikian pasar ESQ TT ingin menjaring pelanggan utamanya adalah orang-orang yang punya atensi terhadap pengembangan ESQ. Ini juga akan memberikan kesan berbeda antara ESQ TT dengan Tour and Travel lain

5 PERMASALAHAN Sebagai bisnis, sentimen relijius maupun keterikatan dengan tokoh kerap tidak sukses dalam jangka panjang. Ada kegagalan menerjemahkan usaha kedalam kontent layanan yang benar-benar profesional. Misal: Kasus Aa Gym dengan Manajemen Qolbu, Kasus Yusuf Mansur, yang kemudian menjadi kontroversi di masyarakat. Apakah bisnis yang diprakarsai oleh Ary Ginandjar ini sama dengan kasus-kasus tersebut, atau bisa menjadi unit bisnis layanan yang profesional dan mandiri? Apakah faktor relijius-spiritual-emotional yang dicerminkan dengan brand ESQ pada ESQ TT menjadi determinan penting dalam mempengaruhi perilaku pembelian target marketnya?

6 PERTANYAAN PENELITIAN
Apakah Spiritual Intelligence dan Spiritual Congruence berpengaruh positif terhadap sikap pengguna jasa layanan pada ESQ TT? Apakah Brand Personality berpengaruh positif terhadap Brand Trust pengguna jasa layanan pada ESQ TT? Apakah Komitmen Relijius memoderasi pengaruh antara Brand Personality dengan Brand Trust pengguna jasa layanan pada ESQ TT? Apakah Attitude dan Brand Trust berpengaruh positif terhadap Purchase Intention jasa layanan pada ESQ TT? Apakah Brand Trust memediasi Brand Personality dengan Purchase Intention pengguna jasa layanan pada ESQ TT?

7 TUJUAN PENELITIAN Melakukan pembuktian pengaruh positif Spiritual Intelligence dan Spiritual Congruence terhadap sikap pengguna jasa layanan pada ESQ TT. Melakukan pembuktian pengaruh positif Brand Personality terhadap Brand Trust pengguna jasa layanan pada ESQ TT. Melakukan analisis kemampuan moderasi pengaruh Komitmen Relijius antara Brand Personality dengan Brand Trust pengguna jasa layanan pada ESQ TT. Melakukan pembuktian pengaruh positif Attitude dan Brand Trust terhadap Purchase Intention jasa layanan pada ESQ TT. Melakukan analisis kemampuan mediasi Brand Trust antara Brand Personality dengan Purchase Intention pengguna jasa layanan pada ESQ TT.

8 MANFAAT YANG DIHARAPKAN
Penelitian ini diharapkan akan memberikan analisis dan evaluasi tentang peranan pada pendekatan pemasaran khususnya pendekatan strategi pemasaran ESQ TT dengan pendekatan emosional-religius. Perusahaan akan dapat menilai apakah kebijakan pemasaran khususnya segmentasi target pasar maupun penggunaan brand dengan pendekatan Brand Personality efektif atau tidak dalam mendorong peningkatan penjualan jasanya, dan apakah kebijakan tersebut menciptakan konsumen yang benar-benar setia

9 TINJAUAN KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
SPIRITUAL INTELLIGENCE (SI) DAN SPIRITUAL ATTITUDE (AT) Teori Reasonned Action (TRA) (Ajzen & Fishbein,1980; Ajzen & Madden, 1998) behavioral beliefs dan outcome evaluation menentukan sikap seseorang. Vallerant dkk. (1992) secara empiris bahwa normative beliefs mempengaruhi sikap. Kepercayaan normatif diantaranya bersumber dari agama dan nilai-nilai spiritual. Kotler dkk (2002) membagi pemasaran pada tiga era: marketing product, kepuasan pelanggan, dan spirit marketing masyarakat kreatif. Era ketiga ini juga disebut sebagai spiritual marketing. Saat ini adalah era perubahan dari customer satisfaction ke spiritual marketing. Hashim & Musa (2014) telah menunjukkan model hubungan antara spiritual intelligence terhadap attitude, dan attitude dengan perilaku pembelian. Dengan demikian ada hubungan langsung (direct effect) antara SI terhadap attitude HIPOTESIS 1 : Sepritual Intelligence (SI) berpengaruh positif terhadap Spiritual Attitude (AT) pengguna jasa layanan

10 SPIRITUAL CONGRUENCE (SC) DAN ATTITUDE
Teori kesenjangan diri (self discrepency) dari Higgins (1987) menjelaskan ketika terjadi kesenjangan ideal (ideal discripency) dengan kesenjangan seharusnya (ought discripency) akan memicu kecemasan sosial. Upaya menghindari kecemasan tersebut adalah menyesuaikan diri antara keyakinan diri (self belief) pada self domain dan self standpoint. Omar (2010) menyebut teori discrepency ini dengan teori kesesuaian (congruence). Ketika terjadi kesesuian antara keinginan seseorang dengan lingkungannya akan menghasilkan sikap positif (positive attitude). Hashim & Musa (2014) menunjukkan model hubungan antara SC dengan Attitude. Sementara itu Hohenstein et al. (2007) menunjukan self-congruity berpengaruh secara positif terhadap sikap, kepuasan dan loyalitas. HIPOTESIS 2 : Sepritual Congruence (SC) berpengaruh positif terhadap Spiritual Attitude (AT) pengguna jasa layanan

11 BRAND PERSONALITY DAN TRUST
Aaker (1997) menunjukkan bahwa brand personality sebagai karakteristik manusia yang diasosiakan dengan merek. Teori Self discrepencey (Higgins, 1987) individu cenderung memilih sesuatu yang mempunyai kesesuaian dengan karekteristik dirinya. Barzooei & Asgari (2003) menunjukkan faktor relijius seperti halal brand akan membantu konsumen muslim untuk merasa sesuai tanpa ragu dan memilihnya. Delgado-Ballestar & Munuera-Aleman (2005) menjelaskan dalam teori pemasaran kepercayaan merupakan bagian yang sangat penting, bahkan ketika konsumen percaya pada merek (brand trust) mereka akan meyakini bahwa merek tersebut akan selalu menjaga janjinya. HIPOTESIS 3 : Brand Personality (BP) berpengaruh positif terhadap Brand Trust (BT) pengguna jasa layanan

12 ATTITUDE DAN PERILAKU PEMBELIAN
Teori TRA dan TPB menjelaskan bahwa attitude berpengaruh terhadap perilaku seseoraing (Azjen & Fishbein,1980). Bredahl (2000) yang menguji model TRA dan TPB menemukan bahwa keputusan pembelian berkaitan dengan sikap terhadap pembelian produk, dimana sikap itu sendiri ditentukan oleh tingkat kepercayaan (trustworthy). Valerand dkk (1992) menyatakan bahwa TRA memungkinkan untuk memahami secara cukup tentang prediksi perilaku moral (moral behavior), didalamnya dijelaskan pengaruh yang kuat antara sikap dengan behavioral intentions. HIPOTESIS 4 : Spiritual Attitude (AT) berpengaruh positif terhadap Purchase Intentions (PI) pengguna jasa layanan

13 BRAND TRUST DAN PERILAKU PEMBELIAN.
Delgado-Balelstar & Munuera-Aleman (2005) menjelaskan brand trust merupakan harapan (expectancy). Sebagai ekspektansi maka merek di dasarkan pada keyakinan pelanggan bahwa merek memiliki kualitas dalam hal konsistensi, kompetensi, jujur, tanggungjawab maupun faktor positif lainnnya yang dapat memberikan timbulnya rasa percaya pelanggan. Barzooei & Asgari (2003) menjelaskan bahwa niat beli konsumen terhadap suatu merek akan dapat menggambarkan kebutuhannya (needs), harapannya (expectations), dan persespinya (perceptions). Dikemukakan pula bahwa kepercayaan terhadap suatu merek ditentukan oleh aspek emosional dan aspek rasional. Sisi rasional berhubungan dengan kredibilitas yang berhubungan dengan kemampuan merek untuk memuaskan konsumen ataupun kinerja dari merek tersebut. Dengan demikian semakin tinggi suatu merek mampu memenuhi kebutuhan konsumen, harapannya dan persepsinya baik sisi emosional maupun sisi rasionalnya (memenuhi janji) akan semakin tinggi keinginan untuk memiliki atau membeli produk tersebut HIPOTESIS 5 : Brand Trust (BT) berpengaruh positif terhadap Purchase Intentions (PI) pengguna jasa layanan HIPOTESIS 6 : Brand Trust (BT) Memediasi Brand Personality (BP) dengan Purchase Intentions (PI)

14 DESAIN PENELITIAN Menurut tujuan, masuk dalam kategori testing hyphotesis (Asep, 2006:83). Menurut hubungan antar variabel, masuk ranah penelitian kausal (causal study). Menurut unit analisis, penelitian ini masuk dalam kategori unit analisis individual (Asep, 2006:88) karena menggunakan responden individual sebagai sampel penelitian. Penelitian kuantitatif. Dengan menggunakan penelitian kuantitatif, peneliti akan menguji hipotesis yang telah dikembangkan dan menguji hubungan antara variabel-variabel pembentukan model

15 Spritutal Intelligence
KERANGKA KONSEP Spritutal Intelligence Spritutal congruence Spiritual Attitude Purchase Intention Brand Personality Brand Trust H1 H4 H2 H6 H5 H3 Sumber: (Fishbein & Azjen, 2010); Hasim & Musa (2014); (Aaker, 1997); Delgado-Ballestar & Munuera-Aleman (2005); Barzooei & Asgar (2013)

16 VARIABEL PENELITIAN Independent Variabel (Variabel Bebas) : Spiritual Intelligence (X1),Spiritual Congruence (X2),Brand Personality (X3). Mediasi : Spiritual Attitude (Z1),Brand Trust (Z2). Dependent Variabel (Variabel Terikat) : Purchase Intention (Y).

17 DEFINISI OPERASIONAL Spiritual intellegence merupakan kemampuan manusia untuk memberikan makna tertinggi dari makna hidup (meaning of life), dan pengalaman simultan antara dirinya dengan sesamanya dan dengan dunia dimana dia tinggal (Wolman, 2001:83-84). Dimensi pengukuran menggunakan model pengukuran dari King & DeCicco (2009) yaitu: Critical existential thinking, Personal meaning making, Transcendental awareness, Conscious state expansion. Spiritual congruence adalah kesesuaian pemaknaan, tujuan, dan hubungan antara kejadian sehari-hari dengan nilai spiritual yang dipercayai seseorang (Hashim & Musa, 2014). Dimensi pengukuran yang digunakan dalam menegukur spiritual congruence menggunakan skala pengukuran congruence model Satir (Lee,2002) yaitu: Intraphysics-interpersonal dimensions, Spiritual dimensions, Creative dimensions, Communal dimensions.

18 Lanjutan… Brand Personality di definisikan sebagai beberapa kelompok perilaku karakteristik manusia yang kemudian di asosiasikan dengan brand (Aaker, 1997). Dimensi pengukuran brand personality menggunakan model dari Aaker (1997) antara lain: Sincerity, Excitement, Competence, Sophistication, Ruggedness.

19 Lanjutan… Purchase Intention atau niat beli diartikan sebagai aktivitas psikologi dalam bentuk kemungkinan pelanggan untuk membeli produk atau brand tertentu (Yaping et al., 2011). Dimensi pengukuran terhadap purchase intention menggunakan model pengukuran Hosein (2010) seperti: interest, attending, information, evaluation, intentions. Attitude adalah reaksi emosional seseorang terhadap suatu obyek yang dibentuk pengalaman (experience) dan dapat dibedakan menjadi pengalaman menyenangkan (favourable) dan tidak menyenangkan (unfavourable) (Lakhsmi, 2003:9). Dimensi pengukuran menggunakan model Vallerand et al. (Vallerand et al., 1992) yang merupakan pengembangan model teori reasoned action dari Azjen dan Fishbein, yaitu : kebaikan sikap, kepintaran sikap, dan kemanfaatan sikap.

20 POPULASI & SAMPEL Menurut Ferdinand (2000) ukuran sampel
Populasi penelitian adalah target pasar dari ESQ Tours Travel khususnya pelanggan yang telah mengikuti ESQ training. Sampel penelitian adalah pelanggan ESQ training yang belum menggunakan jasa ESQ Tours Travel. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria. Kriterianya adalah pernah mengikuti training ESQ atau pernah menggunakan layanan unit bisnis ESQ lainnya. Ukuran sampel : 380 responden. Ukuran Sampel: Menurut Ferdinand (2000) ukuran sampel tergantung dari jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10 Minimal 5x30 indikator=150 sampel

21 METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data
Data Primer: Kuesioner(Skala Likert 1-5) Data Sekunder: Jurnal, buku, artikel. Responden Usia : tahun Mengetahui Informasi mengenai ESQ Pernah mengikuti pelatihan ESQ Jumlah responden : 35 x 10 = 350 responden. Uji Validitas & Reliabilitas Uji Validitas dengan Pearson Product Moment dengan kriteria R hit. > R tab.(1-tailed) ((Sugiyono, 2001: 114; Sanusi, 2011: 77). Uji Reliabilitas dengan Cronbach Alpha > 0,5. (Summertajaya, 2007). Metode Analisis Data Analisis dengan menggunakan metode SEM (PLS/Partial Least Square)

22 Kembali dan layak diolah
PENYEBARAN KUISIONER Responden 380 Orang Sebar 400 Kembali dan layak diolah 348

23 HASIL PENGOLAHAN DATA (PRE-TEST)
I. Uji Validitas 1. Uji Validitas pada variabel Spiritual Intelligence Item r hitung P-value Keterangan SI1 0.775 0.000 Valid SI2 0.500 0.004 SI3 0.834 SI4 0.669 SI5 0.727 SI6 0.596 SI7 0.732 SI8 0.776 Korelasi antara SI1 sampai dengan SI8 keseluruhannya bertanda bintang dua, ini artinya signifikansi dibawah alpha 1%. Kesimpulanya, seluruh indikator Spiritual Intelligence yaitu SI1 sampai dengan S18 valid (dapat dijadikan alat ukur untuk) mengukur Spiritual Intelligence, dan tidak ada yang perlu di eliminasi dari pengukuran. Keterangan : r dengan p-value <= 5%, maka valid.

24 Lanjutan… 2. Uji Validitas pada variabel Spiritual Congruence Item
r hitung P-value Keterangan SC1 0.856 0.000 Valid SC2 0.863 SC3 0.893 SC4 0.897 SC5 0.797 SC6 0.838 SC7 0.786 Koefisien korelasi antara indikator dengan konstrak menunjukkan keseluruhannya mempunyai korelasi yang signifikan. Signifikansi keseluruhaan dibawah 1% sehingga dinyatakan valid. Tidak ada indikator yang di eliminasi. Keterangan: r dengan p-value <= 5%, valid

25 Lanjutan… 3. Uji Validitas pada variabel Attitude Item r hitung
P-value Keterangan AT1 0.380 0.035 Valid AT2 0.607 0.000 AT3 0.547 0.001 AT4 0.465 AT5 0.608 AT6 0.250 0.175 Tidak Valid Pada kolom paling kanan, nilai korelasi yang tidak bertanda bintang hanya AT6 dengan AT dengan nilai 0,25 dan signifikansi 0,175 (diatas 5%) maka AT6 dinyatakan tidak valid dan di eliminasi dari pengukuran Attitude. Keterangan: r dengan p-value <= 5%, maka valid

26 Lanjutan… 4. Uji Validitas pada variabel Brand Personality Item
r hitung P-value Keterangan BP1 0.697 0.000 Valid BP2 0.622 BP3 0.715 BP4 0.219 0.237 Tidak Valid BP5 0.783 Di kolom paling kanan tampak hanya korelasi antara BP4 dengan BP yang memiliki korelasi paling rendah (tidak mempunyai tanda bintang), dan signifikansi diatas 5%. Ini artinya BP4 dikeluarkan dari alat ukur karena tidak memiliki tingkat kevalidan yang disyaratkan. Keterangan: r dengan p-value <= 5%, maka valid

27 Lanjutan… 5. Uji Validitas pada variabel Brand Trust Item r hitung
P value Keterangan BT1 0.595 0.000 Valid BT2 0.671 BT3 0.730 BT4 0.836 BT5 0.840 BT6 0.677 BT7 0.587 0.001 Pada kolom paling kanan keseluruhan korelasi menunjukkan mempunyai tanda bintang. Ini karena nilai signifikansi sudah dibawah 1%, yang berarti indikator yang digunakan dalam alat ukur mempunyai korelasi yang kuat dengan konstruk (skor variabel). Seluruh item yang digunakan adalah valid mengukur Brand Trust. Keterangan: r dengan p-value <= 5%, maka valid

28 Lanjutan… 6. Uji Validitas pada variabel Purchase Intentions Item
r hitung P-value Keterangan PI1 0.530 0.002 Valid PI2 0.821 0.000 PI3 0.658 PI4 0.684 PI5 0.787 Nilai validitas (kolom paling kanan) antara indikator (PI1 s/d PI5) terbukti valid dalam mengukur Purchase Intention. Korelasi sudah mempunyai tanda bintang, ini artinya signifikansi sudah dibawah 1% sehingga indikator telah mampu mengukur Purchase Intention dengan valid. Keterangan: r dengan p-value <= 5%, maka valid

29 Hasil Pengolahan Data (Pre-Test)
II. Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s Alpha Item Keterangan Spiritual Intelligence 0,850 8 Reliabel Spiritual Congruence 0,932 7 Attitude 0,465 0,547 5 4 Tidak Reliabel Brand Personality 0,715 Brand Trust 0,836 Purchase Intentions 0,732 Reliabilitas construct pada Spiritual Intelligence dengan menggunakan Cronbach Alpha di dapatkan nilai alpha sebesar 0,850. Artinya, dengan batas minimal penerimaan 0.5 maka indikator pengukuran sudah memenuhi syarat ketentuan reliabiltias (handal). Uji reliabiltias menunjukkan nilai alpha 0,932 dengan batas 0,5 maka dinyatakan alat ukur reliabel. Uji reliabilitas dengan 5 indikator yang valid menunjukkan nilai alpha yang kurang memenuhi syarat (dibawah 0.5) dengan demikian ada dua opsi yaitu membuang indikator yang paling lemah (AT1) atau memperbaiki redaksi pertanyaan untuk AT1. Keterangan : Cronbach’s Alpha dengan batas minim. 0.5/> 0,5, maka RELIABEL

30 Profil Responden Ket: total sampel (n) 348

31 Lanjutan… Ket: total sampel (n) 348

32 Pengetahuan Responden atas ESQ
Ket: total sampel (n) 348

33 Crossloading (CFA) AT BP BT PI SC SI AT2 0,7944 0,1056 0,1588 0,2244 0,2693 0,1575 AT3 0,8200 0,1726 0,2396 0,2410 0,2400 0,1821 AT4 0,6661 0,2031 0,2234 0,2552 0,2620 0,1783 AT5 0,5760 0,2274 0,2355 0,1628 0,2393 0,1406 BP1 0,2723 0,8492 0,6027 0,5475 0,4093 0,4044 BP2 0,1967 0,8756 0,5892 0,6085 0,4052 0,3014 BP3 0,1901 0,8691 0,5200 0,5187 0,3609 0,3767 BP5 0,1560 0,7708 0,5507 0,4983 0,2238 0,3797 BT1 0,3172 0,5757 0,7979 0,6605 0,3340 0,3988 BT2 0,3185 0,5747 0,8186 0,6351 0,2767 0,3904 BT3 0,1845 0,4644 0,7363 0,5005 0,2312 0,3058 BT4 0,2422 0,5646 0,8117 0,5349 0,2214 0,3571 BT5 0,1844 0,5423 0,8439 0,5951 0,2442 0,3163 BT6 0,2227 0,5308 0,8359 0,6098 0,2147 0,3712 BT7 0,1927 0,5511 0,8162 0,5910 0,2908 0,3617 PI1 0,2551 0,5750 0,5132 0,7881 0,3568 0,3078 PI2 0,2637 0,5010 0,5767 0,8112 0,3361 0,3205 PI3 0,2231 0,5338 0,6193 0,8351 0,2826 0,3314 PI4 0,2424 0,5377 0,6418 0,8210 0,3736 0,3683 PI5 0,2875 0,4990 0,6284 0,8249 0,2877 0,3362 SC1 0,2596 0,3093 0,2325 0,2916 0,7044 0,3402 SC2 0,1806 0,2657 0,1926 0,2857 0,5880 0,3017 SC3 0,2494 0,2556 0,1355 0,2406 0,7747 0,3649 SC4 0,2833 0,3248 0,3027 0,3359 0,7097 0,3629 SC5 0,2427 0,3618 0,3049 0,2989 0,7137 0,3109 SC6 0,2291 0,2122 0,1082 0,2168 0,6803 0,2395 SC7 0,2619 0,3134 0,2780 0,2889 0,7142 0,3267 SI1 0,1029 0,3052 0,3225 0,2644 0,1917 0,5293 SI2 0,2171 0,4257 0,4544 0,3996 0,3025 0,6990 SI3 0,0985 0,1614 0,2338 0,1870 0,3020 0,6452 SI4 0,1035 0,2616 0,2550 0,1564 0,2466 0,6033 SI5 0,1323 0,2103 0,1871 0,1897 0,3687 0,6391 SI6 0,0813 0,2976 0,2345 0,1803 0,3159 0,5829 SI7 0,1713 0,2172 0,2280 0,2320 0,3464 0,7271 SI8 0,1767 0,2795 0,2777 0,3423 0,2878 0,6653 Ket: Kolom berwarna adalah loading terbesar dalam baris Manifes telah membentuk konstruk- konstruk yang diteliti. Loading factor maksimal masing- masing indikator berada di kolom variabel konstruk. Indikator dinyatakan valid Kriteria nilai loading valid minimal 0.5

34 RELIABILITAS (OUTER MODEL)
Konstruk AVE CR Cronbachs Alpha Ket AT 0,520 0,809 0,682 Baik (fit) BP 0,709 0,907 0,863 BT 0,655 0,930 0,912 PI 0,666 0,909 0,875 SC 0,490 0,870 0,826 SI 0,409 0,846 0,798 Kriteria > 0,5 > 0,7 > 0,6 AVE = Square root of Average of Variance/discriminant validity CR = Composite Reliability

35 Goodness of fit (Inner Model)
Konstruk R Square AT 0,130 BP 0,000 BT 0,454 PI 0,587 SC SI Q Square 0,804 KET: Q2 = 1 – ( 1 – RAT2) ( 1 – RBT2 ) ( 1- RPI2 ) Baik (fit) jika Q2 >= 0.6

36 T-statistik Model PLS (Inner dan Outer Model)
*** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** Ket: *** Signifikan pada alpha 1% (t kritis 2,59 ** Signifikan pada alpha 5% (t kritis 1,96)

37 Uji Hipotesis Path Loading T-Statistik T-Kritis (5%) Simpulan
AT -> PI 0,09 2,34 1,96 H0 ditolak BP -> BT 0,67 15,96 BP -> PI 0,28 6,37 BT -> PI 0,52 11,72 SC -> AT 0,31 5,48 SI -> AT 1,67 H0 diterima

38 MEDIASI PENGARUH BRAND TRUST
Pengaruh langsung BP terhadap BT sebesar 0.67 dengan t-statistik (Signifikan) Pengaruh lansgung BT terhadap PI sebesar 0.52 dengan t-statistik (Signifikan) Pengaruh langsung BP terhadap PI sebesar 0,28 dengan t-statistik 6.37 (Signifikan) Karena pengaruh BP terhadap PI maka mediasi BT antara BP dengan PI bersifat PARSIAL. Ini berarti BP tidak selalu harus berdampak pada trust agar timbul niat beli.

39 KESIMPULAN Attitude (AT) terbukti berpengaruh positif terhadap Purchase Intentions (PI) Brand personality (BP) terbukti berpengaruh positif terhadap Brand Trust (BT) Brand Personality (BP) terbukti berpengaruh positif terhadap Purchase Intentions (PI) Brand trust (BT) terbukti berpengaruh positif terhadap Purchase Intentions (PI) Spiritual Congruence (SC) terbukti berpengaruh posifit terhadap Attitude (AT) Spiritual Intellegence (SI) tidak terbukti berpengaruh positif terhadap Attitude (AT) Brand Trust memediasi secara parsial Brand Personality dengan Purchase Intentions

40 IMPLIKASI MANAJERIAL Temuan menunjukkan peran penting dari Brand Personality baik dalam membentuk Brand Trust pada konsumen juga menumbuhkan niat beli. Oleh sebab itu manajemen perlu lebih fokus dan konsisten dalam menentukan karakteristik brand yang sesuai dengan target konsumenya Pentingnya Spiritual Congruence dalam membentuk Attitude, dan pengaruh attitude terhadap Purchase Intentions dapat digunakan manajerial dalam menentukan menentukan segmentasi pasar dan menentukan target pasar potensialnya. Manajemen harus tahu lebih detail siapa konsumenya, bagaimana konsumen itu dapat di dekati, dan strategi apa untuk memperkuat loyalitasnya, dan positioning apa yang perlu dibangun.

41 KETERBATASAN PENELITIAN
Pengukuran Spiritual Intelligence. Pengukuran yang digunakan dengan menggunakan skala likert, tidak terlalu mendalam dalam mengukur kemampuan spiritual. Sebagaimana pengukuran skor IQ, dan EQ yang memiliki pengukuran komprehensif dengan berbagai parameter, disarankan penelitian menggunakan metode skor pengukuran SQ yang lebih mendalam. Pengukuran sikap. Rujukan Vallerand et. al. (1992), menggunakan variabel dikotomis untuk membedakan sikapnya secara tegas. Sementara dalam penelitian ini menggunakan likert.

42 SARAN Penelitian yang akan datang perlu mempertimbangkan variabel sikap relijius sebagai variabel moderator antara brand personality dengan brand trust maupun antara brand personality dengan purchase intention. Perlunya memperkuat strategi segmentasi produk sehingga di dapatkan positioning yang jelas atas produk yang ditawarkan.

43


Download ppt "PENGARUH SPIRITUAL ATTITUDE DAN BRAND IDENTITY PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN LAYANAN JASA ESQ TOURS TRAVEL Dipresentasikan oleh : Nadia Naraswati 12/343581/PEK/17997."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google