Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

METODE STUKTURALISME GENETIK

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "METODE STUKTURALISME GENETIK"— Transcript presentasi:

1 METODE STUKTURALISME GENETIK
Merupakan reaksi thd - pendekatan struktural - pendekatan sosiologi sastra Pendekatan strukturalisme genetik mengatasi kebuntuan pendekatan struktural dan mengatasi kekurang-perhatian sosiologi sastra thd teks sastra.

2 Pendekatan Struktural
Memandang karya sastra sbg lembaga sosial atau sebagai sistem tanda yg terdiri atas struktur saling berhubungan yg meme-nuhi dan menentukan dirinya sendiri (oto-nom) Penekanan yg berlebihan pd otonomi karya sastra mengakibatkan pendekatan struk-tural mengabaikan kerangka sejarah dan kerangka sosial budaya yg mengitari karya sastra tsb.

3 Pendekatan Sosiologi Sastra
Memandang karya sastra sbg dokumen atau cermin segala kehidupan alam. Kata Sapadi Djoko Damono, karya sastra mrpk produk dari ras, saat, dan lingkungan. Dalam analisisnya, pendekatan sosiologi sastra menitikberatkan pd unsur luar karya sastra, shg secara tidak langsung mengabaikan karya sastra sbg secara tdk langsung mengabaikan karya sastra sbg teks yang diteliti.

4 Pend. Struktural & Pend. Sosiologi Sastra
Kedua pendekatan berbeda dlm meman-dang objek karya sastra. Kedua pendekatan tsb diramu dlm pend strukturalisme genetik. Pendekatan strukturalisme genetik me-mandang karya sastra sbg fakta kemanu-siaan, sbg ekspresi pandangan dunia yg dihasilkan oleh interaksi subjek kolektif tertentu dg dunia sekitar (Goldmann).

5 Sapardi Djoko Damono berpendapat bhw makna karya sastra diperoleh melalui analisis struktural dengan materi historis dan dialektika (1979: 40). Kaum strukturalis terkemuka abad xx adalah kelompok Formalis Rusia, yg mrpk reaksi thd studi sastra sebelumnya; yaitu studi sastra yg bersifat naturalisme-biolo-gis dan religius-mistis. Kaum formalis mengutamakan teks sastra dlm kerjanya.

6 Tentang Sejarah Strukturalisme
Peralatan dan prinsip-prinsip pembangun karya sastra mrpk objek utama studi sastra. Dlm perkembangannya, paham formalisme berubah menjadi paham strukturalisme. Strukturalisme dlm studi sastra berakar pd strukturalisme yg ada dlm linguistik yg di-kembangkan oleh Saussure dan Levi-Strauss.

7 Tentang Strukturalisme (lanjutan)
Dlm studi bhs Saussure punya dua alat konseptual penting, yaitu: penanda dan petanda. Penanda adalah imaji bunyi sedangkan petanda mrpk suatu konsep. Pengaruh Saussure dlm studi sastra: memandang karya sastra sbg lembaga sosial karya sastra sbg sistem tanda yg terdiri atas struktur-struktur yg saling berhu-bungan, memenuhi dan menentukan diri-nya sendiri.

8 Ttg Strukturalisme (lanjutan)
Menurut paham strukturalisme, makna elemen karya sastra tidak tergantung dr hubungannya dg sesuatu yg ada di luar karya sastra itu sendiri. Paham otonomi sastra spt itu juga ada di Amerika. Alirannya dikenal dg nama New Criticism. New Criticism berpendapat bhw kritik sastra harus berpusat pd karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan penyair sbg pencipta atau pembaca sbg penikmat. Hal-hal yg ada di luar karya sastra spt data biografi, psikologi, sosiologi, sejarah tidak diikutsertakan dlm analisis dan interpretasi karya sastra.

9 Pendapat A Teeuw Pendapat seperti dikemukakan oleh New Criticism tsb oleh Teeuw dinamakan: pendekatan strukturalisme, formalisme, atau gerakan otonomi. Prinsip pendekatan strukturalisme bertujuan utk membongkar dan memaparkan secermat, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan elemen-elemen karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh.

10 Kelemahan Strukturalisme
Paham strukturalis mengabaikan: Kerangka sejarah sastra Kerangka sosial budaya yg mengitari terciptanya karya sastra. Formalisme dan strukturalisme menganggap karya sastra sbg objek yg otonom yg dpt dipahami tanpa bantuan informasi dari luar. Pembatasan spt itu mendapat tantangan dari paham bahwa karya sastra bersifat polisemi (Umar Yunus) dan karya sastra adalah fakta kemanusiaan (Goldmann).

11 Pendapat Goldmann Karya sastra mrpk fakta kemanusiaan yg tdk mungkin dipahami dan dijelaskan ter-lepas dari konteksnya. Konteks utama karya sastra sbg fakta kemanusiaan itu adalah manusia, sebab karya sastra mrpk produk perbuatan ma-nusia. Spt halnya makhluk-makhluk hidup yg lain, setiap perbuatan manusia selalu mempu-nyai arti. Hal inilah yg mengarahkan pada pengertian bhw karya sastra mrpk unsur yg berarti.

12 Pendapat Goldmann (lanjutan)
Analisis Goldmann thd karya sastra meng-gunakan metode strukturalisme genetik. Metode strukturalisme genetik berusaha menyatukan analisis struktural dg materi-alisme historis dan dialektika. Ia menga-analisis teks tdk hanya sampai pd struk-turnya, ttp dilanjutkan hingga hubungan struktur itu dg latar belakang penciptaan karyanya.

13 Pendapat Goldmann (lanjutan)
Strukturalisme genetik adalah pendekatan yg menggunakan disiplin sosiologi sastra, tetapi kemudian melengkapi kekurangan pendekatan sosiologi sastra yg hanya berpandangan bahwa karya sastra adalah cermin sosial-budaya masyarakat. Menurut Goldmann, karya sastra mrpk suatu totalitas yg hidup dan dpt dipahami melalui anasirnya.

14 Pendapat Goldmann (lanjutan)
Akan tetapi, sastra tdk dpt dimengerti apa-bila dilepaskan dari ketotalitasan kehidup-an dlm masyarakat yg telah melahirkannya. Jelasnya, penekanannya pd hubungan antara sastra dan masyarakat yg telah membentuknya, yaitu lingkungan sekitar yg mempengaruhi proses penciptaan.

15 Pendapat Goldmann (lanjutan)
Karya sastra yg besar adalah karya sastra yg bersifat estetis. Fakta estetis yg dimaksudkan itu terdiri atas dua tataran korespondensi, yaitu: Hubungan antara pandangan dunia sbg suatu kenyataan yg dialami dan alam ciptaan pengarang. Hubungan antara alam ciptaan ini dg alat-alat kesastraan tertentu seperti sintaksis, gaya, dan citra yg dipergunakan pengarang.

16 Pendapat Goldmann (lanjutan)
Goldman berpendapat bahwa kepaduan internal suatu karya sastra tergantung pada pandangan dunia yg dimiliki si pengarang. Pandangan dunia menentukan struktur suatu karya sastra. Struktur karya sastra ini dianalisis, baru kemudian dihubungkan dg pandangan dunia pengarang. Analisis struktur mrpk satu langkah, suatu sarana proses pemberian makna dan pemahaman proses itu secara ilmiah. Menurut Teeuw langkah tsb tdk boleh dimutlakkan ttp boleh pula ditiadakan.

17 Kalau pendekatan struktural memandang karya sastra sbg bentuk yg otonom, struk-turalisme genetik memandang karya sastra sbg sistem makna yg berlapis-lapis dan mrpk suatu totalitas yg tdk terpisahkan. Karya sastra dlm pandangan strukturalisme genetik juga memiliki hu-bungan yg erat dg faktor-faktor eksternal.

18 Sebuah karya sastra pd hakikatnya mempu-nyai logika dan realitasnya sendiri yg menguasai seluruh mekanismenya. Kebe-naran logika dan realitas yg ada dlm karya sastra ditentukan sepenuhnya oleh hub yg integral antarunsur-unsurnya, bukan oleh hukum logika dan realitas yg berada di luar dirinya. Keduanya mrpk dunia yg berbeda.

19 Analisis thd karya sastra dg pendekatan strukturalisme genetik dpt dilakukan dg tahapan sbb.
Menganalisis struktur yg membangun teks tsb, kemudian struktur-struktur tsb dihu-bungkan dg kondisi sosial dan historis yg konkret, dengan kelompok sosial dan kelas sosial yg mengikat pengarang, dan dg pandangan dunia kelas sosial ybs. Meskipun demikian, perhatian utama dicu-rahkan pd teks sbg suatu keutuhan dan pd sejarah sbg suatu proses.

20 Misalnya Analisis Jentera Bianglala, langkah-langkahnya sbb.
Analisis Struktur novel Jentera Bianglala, meliputi tema, plot, penokohan, setting, gaya bhs, sudut pandang, dan amanat yg membangun novel tsb. Mengaitkan struktur novel Jentera Bianglala dg (a) kondisi sosial-historis di daerah tempat tinggal Ahmad Tohari, (b) latar belakang kehidupan Ahmad Tohari pada masa novel Jentera Bianglala diciptakan.

21 Perlu dicatat bahwa pada dasarnya penelitian tetap menitikberatkan pada Jantera Bianglala tsb. Data-data yg didapat dari novel itu dikaitkan dg data-data eks-ternal novel.

22 Jentera Bianglala Karya Ahmad Tohari
Novel Jentera Bianglala mrpk gagasan Ahmad Tohari yg melukiskan perjalanan hidup seorang ronggeng di Dukuh Paruk. Perjalanan hidup seorang ronggeng dg berbagai aspek kehidupan yg melingkupi-nya seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama; dikisahkan dengan jelas shg menyerupai keadaan sebenarnya. Novel ini dpt digolongkan dlm novel realistik yg naratif.

23 2. Keadaan masyarakat tempat Ahmad Tohari berkarya bersifat statis, yaitu sebagai masyarakat petani yg nyantri. Masyarakat petani yg taat pd ajaran Islam, walaupun dlm kenyataannya selalu terpengaruh oleh ajaran Islam agama selain Islam yg telah lama membekas dan mempengaruhinya. Ajaran kepercayaan pun hingga kini masih membekas di sana. Keadaan masyarakat yg demikian itu tercermin dlm novel Jentera Bianglala.

24 Latar belakang kehidupan Ahmad Tohari mempengaruhi proses penciptaan novel Jentera Bianglala. Dalam novel tsb ada bagian cerita yg menyangkut dirinya dan keluarganya melalui pengalaman-penga-laman semasa kecil hingga dewasa. Pandangan dunia Ahmad Tohari berhu-bungan erat dengan struktur novel Jentera Bianglala. Pandangan hidupnya yg tidak menyerah begitu saja pd nasib sebelum ia berusaha tertuang dlm novel itu melalui tokoh Rasus.

25 Rasus yg semula percaya pd nasib pedu-kuhannya begitu saja, akhirnya menyadari dan berusaha mengubah Dukuh Paruk yg dlm keadaan memprihatinkan menjadi keadaan yg sesuai dg norma yg berlaku di masyarakat, yaitu norma agama Islam.

26 Dianalisis dari strukturnya:
Kaitan antarunsur pembangun novel Jentera Bianglala sangat erat. Tiap-tiap unsur menopang keberadaan unsur lainnya. Novel Jentera Bianglala bertema tentang takdir dan dipaparkan melalui liku-liku kehidupan ronggeng bersumberkan pada kehidupan masyarakat sekitar pengarang. Peristiwa-peristiwa dlm novel Jentera Bianglala yg disajikan secara runtut ada dan sesuai dg peristiwa yg dialami masyarakat sekitar pengarang.

27 Tokoh Rasus dan Srintil mrpk tokoh prota-gonis yg mengemban amanat pengarang. Tokoh Rasus mrpk perwujudan pengarang, sedangkan tokoh Srintil mrpk perwujudan budaya yg dipermasalahkan pengarang. Pengarang menghendaki budaya ronggeng itu tetap tumbuh dan berkembang tetapi harus diselaraskan dg norma agama Islam. Latar waktu, tempat, dan sosial dlm novel Jentera Bianglala mewarnai latar kedae-rahan Jawa yg sesuai dg asal dan latar belakang sosial pengarang.

28 Gaya bhs dlm novel Jentera Bianglala ditekankan pd penggunaan bhs yg meliputi diksi, ungkapan-ungkapan, dan tembang-tembang berbahasa Jawa. Hal ini mrpk kekhasan pengarang. Penggunaan bhs Indonesia yg diselingi dg bhs Jawa dlm novel itu sesuai dg kenyataan sehari-hari baik yg dilakukan oleh pengarang sendiri maupun masyarakat Jawa pada umumnya.

29 Sudut pandang yg digunakan pengarang dlm novel Jentera Bianglala adalah diaan serba tahu, akuan sertaan, dan akuan taksertaan. Pengarang lebih dominan menggunakan sudut pandang diaan serba tahu dibandingkan dg sudut pandang lainnya. Sudut pandang tsb digunakan pengarang sesuai dg posisi pengarang yg berada di lingkungan budaya ronggeng, shg tdk mustahil kalau dia tahu seluk-beluknya. Ia bisa memandangnya dr luar peristiwa ataupun ia terlibat di dalamnya.

30 Amanat dlm novel Jentera Bianglala sangat berarti bagi kehidupan, bahwa hidup di dunia ini hendaknya tidak mudah putus asa, harus tabah, dan rela berkorban demi kebaikan. Hal ini mrpk pesan yg sering didengar sehari-hari, baik di ling-kungan pengarang maupun di lingkungan masyarakat yg lebih luas.

31 Struktur pembangun novel Jantera Bianglala ternyata mempunyai peran yg berbeda-beda dlm analisis genetik novel tsb. Penokohan, latar, dan plot mrpk struktur novel yg besar peranannya dlm analisis genetik ini. Adapun unsur-unsur lainnya seperti tema, amanat, gaya bahasa, dan sudut pandang peranannya tdk sebesar ketiga unsur di atas.


Download ppt "METODE STUKTURALISME GENETIK"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google