Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

IDENTIFIKASI TINGKAT RESIKO BENCANA TSUNAMI BERBASIS SPASIAL

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "IDENTIFIKASI TINGKAT RESIKO BENCANA TSUNAMI BERBASIS SPASIAL"— Transcript presentasi:

1 IDENTIFIKASI TINGKAT RESIKO BENCANA TSUNAMI BERBASIS SPASIAL
Kasus: Kawasan Industri Kota Cilegon Pembimbing: Dodi Julkarnaen Teti Armiati Argo, Ir., MES., Ph.d

2 1. LATAR BELAKANG Posisi geologis indonesia memiliki tingkat ancaman bencana tinggi, terutama ancaman gempa bumi, beberapa diantaranya berpotensi tsunami Kota Cilegon salah satu kota dengan tingkat ancaman yang tinggi karena relatif berhadapan dan berdekatan dengan sumber pembangkit gempa berpotensi tsunami yaitu subduksi lempeng indo-Australia dan Eurasia yang berlokasi relatif sebelah selatan selat sunda Kota cilegon memiliki tingkat kerentanan yang tinggi sebagai salah satu pusat pertumbuhan Provinsi Banten dan memiliki aktivitas perekonomian yang intensif di sekitar wilayah pesisir dengan adanya kawasan industri besar

3 2. PERUMUSAN MASALAH Posisi Kota Cilegon relatif berada disekitar ancaman bencana tsunami Aktivitas ekonomi yang relatif tinggi diwilayah pesisir Pemahaman tingkat resiko bencana sebagai salah satu upaya pada tahap perencanaan pembangunan wilayah untuk menekan tingkat kerentanan wilayah.

4 3. TUJUAN mengetahui tingkat resiko bencana alam tsunami di Kota Cilegon berdasarkan pengolahan data spasial serta data statistik kewilayahan 4. SASARAN Mengidentifikasi ancaman bencana Inventarisasi komponen kerentanan wilayah Melakukan pemetaan kerentanan wilayah Menyusun analisis resiko bencana alam tsunami Melakukan analisis ambang batas (threshold analysis) berdasarkan analisis resiko bencana tsunami

5 5. MANFAAT DAN RELEVANSI PENELITIAN TERHADAP PERENCANAAN
Pemahaman mengenai resiko bencana merupakan bagian dari penyusunan perencanaan tata ruang. Dengan mengetahui tingkat resiko bencana, proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah dapat diselaraskan dengan kondisi alami Pemahaman kerentanan serta tingkat resiko menjadi masukan dalam melakukan deliniasi zona ambang batas untuk menentukan zona limitasi, kendala serta zona yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi resiko yang ada 6. RUANG LINGKUP KAJIAN Lokasi studi di Kecamatan Ciwandan dan Citangkil, Kota Cilegon, tepatnya di zona 1 kawasan Industri Cilegon. Unit analisis adalah wilayah administrasi pesisir, yaitu kelurahan / desa yang memiliki garis pantai dan sekitarnya yang masih terpengaruh oleh ancaman bencana yang ada secara fisik, dalam hal ini adalah berpotensi tergenang tsunami. Ruang lingkup kajian yang dilakukan dalam melakukan studi ini adalah sebagai berikut: Kajian literatur mengenai kebencanaan disekitar lokasi pekerjaan Penyusunan kriteria kerentanan wilayah Penentuan metoda pembobotan kriteria Analisis spasial dari komponen faktor-faktor kerentanan Penilaian Resiko bencana wilayah Penilaian umum kerugian yang ditimbulkan bencana Kajian kebijakan melalui analisis ambang batas.

6 Kejadian Tsunami di Indonesia,
7. TINJAUAN LITERATUR (1) 7.1 TSUNAMI Gelombang panjang yang diakibatkan karena adanya perubahan dasar laut atau karena adanya perubahan badan air secara tiba-tiba dan impulsif yang disebabkan karena adanya gempa bumi, erupsi letusan gunung berapi, longsor di dasar laut, runtuhan gunung es dan jatuhan benda angkasa. Tsunami yang merupakan gelombang panjang pada istilah oseanografi atau kelautan, akan menjalar memasuki paparan benua dengan kecepatan yang semakin menurun tetapi dengan amplitudo gelombang yang semain tinggi. Dimana secara fisis umumnya Tsunami terdiri dari deretan gelombang yang mendekati pantai dengan perioda antara 5 s/d 9 menit. Kejadian Tsunami di Indonesia, 90,5%  gempa bumi akibat aktivitas tektonik dasar laut; 8,6%  erupsi vulkanik; 1% longsor bawah laut. (Latief, 2000). Muka laut Normal

7 7.2 INDONESIA SEBAGAI KAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMI
7. TINJAUAN LITERATUR (2) 7.2 INDONESIA SEBAGAI KAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMI (Hall,1997) (Triyoso, 2002) (Latief dkk, 2002)

8 7.3 POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI SELAT SUNDA
7. TINJAUAN LITERATUR (3) 7.3 POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI SELAT SUNDA Tahun Lokasi/Nama Magnitude Keterangan 1797 Siberut/Padang 8.2 ada tsunami 1833 Pagai/Bengkulu 9.0 1881 Andaman 7.9 Ada tsunami >7.5 1861 Padang 8.5 1907 Simeulue 7.6 1935 Pini Island 7.7 1941 ? 1984 Pulau Pini 7.2 Tdk ada tsunami 2000 Enggano/Bengkulu 2002 2004 Aceh 9.2 Ada Tsunami (besar) 2005 Nias/Sumut 8.7 Ada tsunami (kecil) 2007 Bengkulu Tatanan dan patahan-patahan dari gempa-gempa utama antar-lempeng yang terjadi di sepanjang Sunda megathrust (Subarya, dkk, 2006)

9 7. TINJAUAN LITERATUR (4) 7.4 MITIGASI BENCANA (1)
MITIGASI adalah tindakan atau langkah (struktural dan non-struktural) yang diambil dalam upaya untuk membatasi atau mengurangi dampak yang merugikan dari suatu bencana alam, degradasi lingkungan dan bencana teknologi (ISDR, 2004). Upaya mengurangi dampak bencana alam, khususnya Tsunami (Kawata, Yoshiaki., Research Center for Disaster Reduction system, Kyoto University, 2001) yaitu: Memahami resiko bencana (memahami mekanisme dari tsunami) Memahami kerentanan wilayah (mengenali kelemahan dari sosial atau fisis wilayah). Memahami countermeasures (early warning system, Peta rawan bencana dan lain- lain). TROIKA (Tsunami Reduction of Impact throught Three Key Action) yaitu: Hazzard assessment Mitigation Warning guidence (Eddie N. Berdarnd, NOAA / Pasific Marine Environmental Laboratory, USA, 2001)

10 RISK = HAZARD X VULNERABILITY
7. TINJAUAN LITERATUR (5) 7.4 MITIGASI BENCANA (2) BENCANA (ISDR, LIVING WITH RISK, 2004) “a serious disruption of the functioning of a community or a society causing widespread human, material, economic or environmental losses which exceed the ability of the affected community or society to cope using its own resources” RISK = HAZARD X VULNERABILITY RISK ASSEMENT – TSUNAMI ZONATION MAP MITIGATION Catatan sejarah tsunami Surat kabar (berita) Tide gauge Tinggi Gelombang Level Run-up Statistik Lingkungan bangunan Infrastruktur Peta topografi Peta hidrografi Potensi kerusakan Kerusakan ikutan (collatteral damage) Sosial, ekonomi Tsunami Katalog Sumber pembangkit tsunami Peta waktu tiba tsunami Perencanaan bencana (Disaster Management) Emeregency Management Local response POLICY FOR TSUNAMI WARNING Rynn, (1999)

11 7. TINJAUAN LITERATUR (6) 7.4 MITIGASI BENCANA (3)
Resiko suatu kemungkinan yang dapat menyebabkan kerugian baik itu berupa materi, korban nyawa, kerusakan lingkungan, tatanan sosial, masyarakat dan lingkungan yang disebabkan oleh interaksi antara ancaman dan kerentanan Bahaya atau ancaman suatu kejadian atau kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian materi atau korban jiwa. Kerentanan suatu kondisi yang menentukan bilamana bahaya alam (Natural hazard) yang terjadi dapat menimbulkan bencana alam (Natural Disaster). Kerentanan menunjukkan nilai dari potensi kerugian pada suatu wilayah akibat bencana alam, baik itu nilai lingkungan, materi, korban jiwa, tatanan sosial dan lainnya Fisik Sosial Ekonomi Lingkungan

12 Sumber: Living With Risk, ISDR, 2003
7. TINJAUAN LITERATUR (7) 7.4 PERENCANAAN PEMBANGUNAN (1) Pembangunan Ekonomi Pembangunan Sosial Bencana membatasi /merusak Pembangunan Menghancurkan aset-aset yang ada. Kehilangan kapasitas produksi, akses pasar atau input material. Kerusakan infrastruktur transportasi, komunikasi dan energi. Kehilangan matapencahariaan, tabungan dan modal-modal fisik Penurunan tingkat kesehatan atau infrastruktur pendidikan serta SDM-nya. Kematian, migrasi dari pelaku sosial utama yang menyebabkan hilannya sosial kapital. Pembangunan menyebabkan resiko bencana Pelaksanaan pembangunan tidak berkelanjutan yang menyebabkan kerusakan lingkungan Pembangunan menimbulkan norma kultur yang menumbuhkan isolasi sosial atau eksklusi politik Pembangunan mengurangi resiko bencana Pembangunan teknologi dapat mengurangi resiko bencana, dan dapat menekan tingkat kerentanan Membangun komunitas yang solid serta menciptakan kesempatan dalam pengambilan keputusan Sumber: Living With Risk, ISDR, 2003

13 7. TINJAUAN LITERATUR (8) 7.4 PERENCANAAN PEMBANGUNAN (2) Perencanaan pembangunan berdasarkan pertimbangan bencana dimana penanganannya dibagi menjadi 2 tipe, yaitu (UNDP, 2004): Prospective disaster risk management, hal ini harus terintegrasi dalam perencanaan pembangunan berkesinambungan. Program pembangunan dan projek kerja harus diarahkan untuk mengurangi atau menekan tingkat kerentanan dan bencana. Compensatory disaster risk management, (misalnya persipan atau respon dari bencana), terpisah dari perencanaan pembangunan umum dan lebih terfokus pada penekanan tingkat kerentanan dan penurunan tingkat bencana yang telah direncanakan masa lalu.

14 8. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Identifikasi ancaman bencana alam (natural hazard) Kajian Kerentanan Wilayah Penyusunan Resiko Bencana Identifikasi Kerugian akibat bencana serta deliniasi zona ambang batas (threshold)

15 R = H x V V = va + vb + vc + vd 9. METODE PENELITIAN (1) Resiko
Ancaman Bencana (H) Studi Literatur  Hasil pemodelan matematis penjalaran dan rendaman tsunami Kerentanan (V) V = va + vb + vc + vd va = Faktor Fisis vb = Faktor Sosial Demografi vc = Faktor Ekonomi vd = Faktor Lingkungan

16 9.1 Metoda Peringkat (Ranking methode)
Bobot rank sum dihitung dengan formula berikut: 9. METODE PENELITIAN (2) 9.1 Metoda Peringkat (Ranking methode) Kriteria Ada dua macam sistem peringkat, yaitu: Straight Ranking (1 = paling penting, 2 = kepentingan kedua, dst) dan Inverse Ranking (1 = paling tidak penting, 2 = kedua tidak penting, dst) Peringkat Pembobotan Peringkat Metoda pembobotan yang dipergunakan adalah rank sum dihitung dengan formula berikut Dimana wj adalah bobot normalisasi untuk kriteria j, n adalah banyaknya kriteria yang diperhitungkan (k = 1,2,…,n) dan rj adalah posisi peringkat kriteria (Malczewski, 1999).

17 9.2 Metoda Perbandingan Berpasangan / Pairwise Comparison methode (1)
9. METODE PENELITIAN (3) 9.2 Metoda Perbandingan Berpasangan / Pairwise Comparison methode (1) Kriteria Suatu faktor diuraikan menjadi kriteria yang berkaitan dengan faktor tersebut Matrik Pairwise Masing-masing kriteria dibandingkan satu sama lain dalam matrik pairwise Pembobotan kriteria berdasarkan tabel panduan penilaian kelas berdasarkan intensitas kepentingan yang disusun oleh Saaty (1988) Uji Konsistensi Pengujian konsistensi dalam melakukan pembobotan kriteria Apabila nilai Rasio konsistensi lebih dari 10% maka penilaian harus direvisi (Saaty, 1988)

18 Kebalikan dari nilai terbut diatas
9. METODE PENELITIAN (4) 9.2 Metoda Perbandingan Berpasangan / Pairwise Comparison methode (2) INTENSITAS KEPENTINGAN DEFINISI VERBAL PENJELASAN 1 Kedua elemen sama pentingnya Kedua elemen yang sama terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada yang lain. Pengalaman dan pertimbangan sedikit memihak pada sebuah elemen dibanding elemen lainnya 5 Elemen yang mempunyai tingkat kepentingan yang kuat terhadap yang lain, jelas lebih penting dari elemen yang lain Pengalaman judgment secara kuat memihak pada sebuah elemen dibandingkan elemen lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya. Satu elemen dengan disukai, dan dominasinya tampak dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak lebih dari elemen lainnya Bukti bahwa satu element penting dari element lainnya dalah dominan. 2,4,6,8 Nilai-nilai tengah diantara dua pertimbangan yang berdampingan Nilai ini diberikan bila diperlukan adanya dua pertimbangan Kebalikan dari nilai terbut diatas Bila komponen I mendapat salah satu nilai diatas (non zero), saat dibandingkan dengan elemen J, maka elemen J mempunyai nilai kebalikannya saat dibandingkan dengan elemen J

19 9.2 Metoda Perbandingan Berpasangan / Pairwise Comparison methode (3)
9. METODE PENELITIAN (5) 9.2 Metoda Perbandingan Berpasangan / Pairwise Comparison methode (3) Penyusunan matrik Pairwise a b c 1 ab ac 1/ab 1/cb a/ac cb ab, ac, cb  justifikasi intensitas kepentingan antar kriteria berdasarkan tabel perbandingan intensitas Saaty Normalisasi matrik Pairwise a b c Bobot Kriteria Ab/sum (col b) Sum(row a) / n

20 Consistency Index (CI).
9. METODE PENELITIAN (6) 9.3 Uji Konsistensi Consistency Index (CI). CI = (max – n) / (n-1) mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR) yang dirumuskan sebagai berikut : CR = CI / Random Consistency Index (RI) N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 Bila harga CR lebih kecil atau sama dengan 10 % (0,10) maka nilai tersebut akan menujukan tingkat konsistensi yang lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan, atau dapat dikatakan eigen value maksimum atau  maks diperoleh dari hasil pembobotan yang konsisten. Tetapi jika CR lebih besar dari 10 % (0,10) maka penilaian yang telah dibuat secara random perlu direvisi.

21 9.3 Analisis data keruangan
9. METODE PENELITIAN (8) 9.3 Analisis data keruangan Teknik pengolahan data ini dipergunakan untuk memperoleh suatu perangkat data yang didapatkan dari tumpang susun beberapa data melalui suatu operasi tertentu (penjumlahan, perkalian, pengurangan, dll)

22 Tinggi gelombang tsunami (m)
10. PENGOLAHAN DATA 10.1 Penyusunan tingkat ancaman bencana (H) Kriteria tingkat ancaman berdasarkan tinggi rendaman tsunami (Iida, 1963) No Tinggi gelombang tsunami (m) Daya Rusak Peringkat Bobot 1 >16 Sangat besar 0,238 2 6 – 16 Besar 0,190 3 2 – 6 Menengah 0,143 4 0.75 – 2 Kecil 0,095 5 < 0.75 Sangat Kecil 0,048

23 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN
11.1 Faktor Fisis

24 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (2)
11.1 Faktor Fisis (2) Genangan Longsor / Erosi Likuifaksi 1,000 3,000 0,333 0,500 2,000 Bobot elemen ancaman faktor kerentanan fisis Normalisasi Genangan Longsor / Erosi Likuifaksi Bobot Kriteria 0,600 0,500 0,667 0,589 0,200 0,167 0,111 0,159 0,333 0,222 0,252 1,000 Normalisasi dan bobot kriteria elemen ancaman (0,589 x 1) + (0,159 x 3) +(0,252 x 3) = 1,822 (0,589 x 0,333) + (0,159 x 1) +(0,252 x 0,5) = 0,481 (0,589 x 0,333) + (0,159 x 2) +(0,252 x 1) = 0,767 Menghitung vektor bobot 1,822 / 0,589 = 3,094 0,481 / 0,159 = 3,023 0,767 / 0,252 = 3,044 Menghitung nilai λ = (3, ,023 +3,044) / n ; n = 3 = 3,054 CI = 0,027 CR = 0,046 ( < 0,1, justifikasi matrik pairwise konsisten) Perhitungan Matrik pairwise komponen faktor kerentanan untuk masing-masing elemen ancaman

25 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (3)
11.1 Faktor Fisis (3) Kriteria Komponen Faktor Kerentanan a. Komponen geologi (dalam Dita ,2004) d. Sempadan Sungai 50 dari kiri/kanan ruas sungai No Jenis Batuan Sifat Peringkat Bobot 1 Aluvium Sangat peka 0,333 2 Kuarter Muda Peka 0,267 3 Kuarter Tua Agak peka 0,200 4 Sedimen Kurang peka 0,133 5 Gamping Tidak peka 0,067 No Jarak Sempadan Sungai Tegak Lurus Pantai Kerentanan Tsunami Peringkat Bobot 1 1 km Sangat rentan 0,500 2 2 km Rentan 0,333 3 > 2 km Tidak rentan 0,167 b. Komponen slope (SK Mentan 1981) Klasifikasi sempadan sungai di ranking berdasarkan jarak rata-rata penetrasi rendaman tsunami dilokasi studi No Jenis Kelerengan pantai Kemiringan (%) Kepekaan terhadap tsunami Bobot 1 Datar 0 – 3 Sangat peka 5 2 Landai 3 – 8 Peka 4 3 Agak Curam 8 – 15 Agak Peka Curam 15 – 40 Kurang Peka Sangat Curam > 40 Tidak Peka c. Sempadan Pantai (Kepres No. 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung) 100 m dari garis pantai  sangat rentan

26 + + = 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (4) 11.1 Faktor Fisis (4)
Komponen Geologi = Komponen Sempadan pantai dan Sungai Komponen Slope

27 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (5)
11.2 Faktor Sosial Demografi (1)

28 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (6)
11.2 Faktor Sosial Demografi (2) Bobot elemen ancaman faktor kerentanan Sosial Demografi Demografi Life Line 1,000 5,000 Infrastruktur 0,200 Normalisasi Demografi Infrastruktur Bobot Kriteria 0,833 0,167 1,000 Normalisasi dan bobot kriteria elemen ancaman Tidak dilakukan uji konsistensi karena jumlah suku dari komponen faktor kerentanan n = 2. Selanjutnya dilakukan Pairwise untuk komponen faktor kerentanan sosial demografi Kepadatan Penduduk Anak-anak Lansia Perempuan Bobot Relatif 1,000 0,333 0,500 0,106 3,000 2,000 0,435 0,309 0,150 λ 4,122 CI 0,041 CR 0,045 n 4,000 RI 0,900 temp 9,000 2,167 3,667 7,500 Normalisasi Bobot Kriteria Vektor Bobot 0,111 0,154 0,091 0,067 0,429 4,059 0,462 0,545 0,400 1,821 4,185 0,231 0,273 1,294 0,222 0,133 0,609 4,061

29 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (7)
11.2 Faktor Sosial Demografi (3) Kriteria Komponen Faktor Kerentanan a. Komponen Kepadatan (SNI mengenai Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan) c. Infrastruktur Sosial (diadaptasi dari ADPC, 2004) No Jenis Infrastruktur Peringkat Bobot 1 Permukiman 0,286 2 Perdagangan 0,238 3 Transportasi 0,190 4 Pendidikan 0,143 5 Perkantoran 0,095 6 Kesehatan 0,048 No Kepadatan (jiwa / ha) Kerentanan Peringkat Bobot 1 < 150 Tidak rentan 3 0,167 2 151 – 200 Rentan 0,333 > 201 Sangat rentan 0,500 b. Komponen vulnerable group – perempuan, anak, lansia (Maureen Fordham, 2007) No Persentase (%) Kerentanan Peringkat Bobot 1 0 – 33,33 Tidak Rentan 3 0,167 2 33,33 – 66,66 Rentan 0,333 > 66,66 Sangat Rentan 0,500 Klasifikasi vulnerable group dihitung dari distribusi normal persentase objek dari total penduduk

30 + = 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (8)
11.2 Faktor Sosial Demografi (4) + =

31 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (9)
11.3 Faktor Ekonomi (1)

32 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (10)
11.3 Faktor Ekonomi (2) Demografi Penggunaan Lahan 1,000 3,000 0,333 Bobot elemen ancaman faktor kerentanan Ekonomi Normalisasi Demografi Penggunaan Lahan Bobot Kriteria 0,750 0,250 1,000 Normalisasi dan bobot kriteria elemen ancaman Tidak dilakukan uji konsistensi karena jumlah suku dari komponen faktor kerentanan n = 2. Selanjutnya dilakukan Pairwise untuk komponen faktor kerentanan demografi Demografi sosial Wanita Anak - anak Lansia Bobot kriteria 1,000 0,200 0,333 0,106 5,000 3,000 0,633 0,260 λ 3,039 CI 0,019 CR 0,033 n RI 0,580 temp 9,000 1,533 4,333 Normalisasi Bobot Kriteria Vektor Bobot 0,111 0,130 0,077 0,320 3,011 0,556 0,652 0,692 1,946 3,072 0,217 0,231 0,790 3,033

33 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (11)
11.3 Faktor Ekonomi (3) Kriteria Komponen Faktor Kerentanan a. Komponen vulnerable group – perempuan, anak, lansia (Maureen Fordham, 2007) c. Infrastruktur Sosial (diadaptasi dari peringkat kontribusi PDRB Kota Cilegon, 2006, ke dalam unit penggunaan lahan produktif) No Persentase (%) Kerentanan Peringkat Bobot 1 0 – 33,33 Tidak Rentan 3 0,167 2 33,33 – 66,66 Rentan 0,333 > 66,66 Sangat Rentan 0,500 No Jenis Penggunaan Lahan Peringkat bobot 1 Industri 0,333 2 Sawah 0,267 3 Perkebunan 0,200 4 Hutan 0,133 5 Rumput / Tanah kosong 0,067 Klasifikasi vulnerable group dihitung dari distribusi normal persentase objek dari total penduduk

34 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (12)
11.3 Faktor Ekonomi (4) = +

35 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (13)
11.4 Faktor Lingkungan (1)

36 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (14)
11.4 Faktor Lingkungan (2) Fisik Mutu Lingkungan 1,000 0,200 5,000 Bobot elemen ancaman faktor kerentanan Lingkungan Normalisasi Fisik Mutu Lingkungan bobot Kriteria 0,167 0,833 1,000 Normalisasi dan bobot kriteria elemen ancaman Tidak dilakukan uji konsistensi karena jumlah suku dari komponen faktor kerentanan n = 2.

37 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (14)
11.4 Faktor Lingkungan (3) Kriteria Komponen Faktor Kerentanan a. Komponen respon vegetasi terhadap genangan tsunami (diadaptasi dari kriteria pada USDA – NRCS, 1986) b. Jarak berpotensi terkontaminasi zat berbahaya dari industri (Alamsyah, 2007) No Vegetasi tutupan lahan Kepekaan Terhadap Genangan Peringkat Bobot 1 Hutan Sangat tidak peka 4 0,1 2 Kebun Kurang peka 3 0,2 Rumput Peka 0,3 Sawah Sangat peka 0,4 No Jarak dari sumber polutan Kerentanan Peringkat bobot 1 0 – 2 km Sangat rentan 0,667 2 2 – 5 km Rentan 0,500 3 > 5 km Tidak rentan 0,333

38 = + 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (15) 11.4 Faktor Lingkungan (5)
Kerentanan respon vegetasi + Kerentanan potensi jangkauan kontaminasi zat berbahaya industri

39 V = va + vb + vc + vd 11. KRITERIA DAN BOBOT KERENTANAN (16)
Kerentanan Total Wilayah V = va + vb + vc + vd Kerentanan Lingkungan (vd) Kerentanan Ekonomi (vc) Kerentanan SosDemog (vb) Kerentanan Wilayah (V) Kerentanan Fisis (va)

40 x R = H x V 12. PENYUSUNAN PETA RESIKO BENCANA TSUNAMI

41 13. ELEMEN ANCAMAN BENCANA
No Elemen Ancaman Bencana Faktor Kerentanan Bobot Normalisasi 1 Demografi Vulnerable Group Sosial Demografi 0,833 0,208 2 Penurunan mutu lingkungan Lingkungan 3 Economic Vulnerable Group Ekonomi 0,750 0,188 4 Genangan Fisis 0,589 0,147 5 Likuifaksi 0,252 0,063 6 Penggunaan Lahan 0,250 7 Infrastruktur sosial 0,167 0,042 8 Kerusakan Fisik 9 Longsor / Erosi 0,159 0,040

42 13. KERENTANAN EKSISTING Kelurahan / Kecamatan 1. Fisis
2. Sosial Demografi 3. Ekonomi 4. Lingkungan Gerem Sempadan Pantai Sempadan Sungai Kemiringan Landai Geologi terdiri dari lapisan “tidak peka” diwilayah pesisir dan “sangat peka” kearah daratan Vulnerable group yang rendah Infrastruktur sosial relatif rendah, permukiman serta jalan raya Kerentanan kelompok masyarakat rentan “rendah” dimana komposisi anak-anak dan lansia relatif rendah, sedangkan komposisi perempuan relatif sedang Wilayah pesisir terdapat kawasan industri dan kearah daratan didominasi oleh perkebunan Vegetasi didominasi oleh tanaman perkebunan Ring 1 zona kontaminasi zat berbahaya

43 14. KERUGIAN LANGSUNG (DIRECT LOSS)

44 14. KERUGIAN TIDAK LANGSUNG (INDIRECT LOSS)
Potensi masyarakat kehilangan matapencaharian sektor industri No Desa / Kelurahan Total Penduduk Pekerja Industri Persentase 1 Gerem 11189 899 8,03 2 Rawa Arum 12729 1146 9,00 3 Warnasari 8068 685 8,49 4 Samangraya 9824 787 8,01 5 Kubang Sari 6819 350 5,13 6 Tegal Ratu 9361 522 5,58 7 Randa Kari 7440 349 4,69 8 Kepuh 7772 1059 13,63 9 Gunung Sugih 8891 2113 23,77

45 No Nama Perusahaan Jenis Perusahaan Kelas 1 Wastex International , PT Jasa pengolahan Limbah Menengah 2 Jasa Inti Cigading, CV Jasa Kontruksi Barak Kecil 3 Purnatama , CV Jasa Pengadaan Barang 4 Amigos Restaurant & Bar Rumah Makan 5 Blanca Nusa Perdana , PT Catering 6 Catering Dua Saudara 7 Catur Insan Pertiwi , PT Maintenance 8 Gunung Mas Group , CV Labour Supply 9 Dharma Lautan Nusantara , PT Bongkar muat 10 Gemar perkasa Biru samudra , PT 11 Djakarta Lloyd , PT Pelayaran 12 Gesuri Lloyd , PT 13 Babcock & Wilcox Asia , PT Jasa perbaikan dan pemeliharaan mesin 14 Blastindo Dharma Engg. 15 Koperasi Karyawan Estika Baja Jasa Cleaning Service

46 REFERENCE Marine and Coastal Zoning Plan Guide, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004 Reducing Disaster Risk, A Challenge for Development, United Nation Development Programme, 2004 Living with Risk, Towards Effective Disaster Reduction, Asian Disaster Reduction Center, 2004 Coastal Zona Management Handbook, John R. Clark, 1995 Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir di Indonesia, Subandono Diposaptono, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005 Kajian Resiko Bencana Tsunami di Indonesia serta Upaya Mitigasinya, Hamzah Latief, Pusat Riset Tsunami, KPPKL – ITB, 2005 Penyusunan Konsep Basis Data Sumber Tsunami dan Sistem Informasi Geografis Tsunami, Hamzah Latief, Pusat Riset Tsunami, KPPKL – ITB, 2002


Download ppt "IDENTIFIKASI TINGKAT RESIKO BENCANA TSUNAMI BERBASIS SPASIAL"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google