Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/."— Transcript presentasi:

1

2 Faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV AIDS: Life Style: Penggunaan narkotika dg jarum suntik, pergaulan seks bebas, budaya pacaran. Sosialisasi kurang Pendidikan seks yang masih dirasa tabu perkembangan teknologi yang salah penggunaan *HIV: Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang dan bertahap merusak sistem kekebalan tubuh dan berkembang menjadi AIDS. *AIDS: Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan tanda atau gejala berat dan kompleks yang disebabkan oleh penurunan respon immunitas tubuh. *Pencegahan HIV: Menggunakan kondom untuk seks yang penetratif Tidak berbagi jarum suntik dan perlengkapan menyuntik Perawatan HIV bagi ibu yang positif, mengganti ASI dengan susu formula jika memungkinkan. Meneliti darah dan produk darah

3 DAMPAK SOSIAL EKONOMI EPIDEMI HIV/ AIDS :
*DAMPAK SOSIAL EKONOMI EPIDEMI HIV/ AIDS : Pertama; fase penyebaran virus. Kedua; fase penyakit dan kematian Ketiga; fase dampak terhadap keluarga yang ditinggalkan Keempat; fase dampak sosial ekonomi Kelima; fase jangka panjang (termasuk muncul rasa takut yang berlebihan) dan memunculkan epidemi yang lain yakni penolakan, prasangka, stigmatisasi, diskriminasi, dan pengucilan tantangan terhadap rasa solidaritas, keadilan dan rasa kemanusiaan *FAKTOR PENYEBAB AKSELERASI PENYEBARAN HIV/AIDS: (a). Industri seks yang berkembang sangat cepat (b). Adanya prevalensi penyakit kelamin yang sangat tinggi (c). Frekuensi penggunaan kondom yang rendah (d). Urbanisasi dan migrasi penduduk yang tinggi (e). Perubahan perilaku seksual yang cenderung lebih bebas (f). Pemakaian injeksi dan jarum suntik yang tidak steril (g). Meningkatnya industri pariwisata dan lalu lintas ke luar negeri *Penularan HIV AIDS: Kegiatan Seksual tertentu - Genital (kelamin dengan kelamin) - Oral (mulut dengan kelamin) - Anal (dubur dengan kelamin) Kontak Darah (penggunaan jarum suntik, alat tindik, alat tato/alat peluka lain, transfusi darah) Kehamilan, kelahiran dan pemberian air susu ibu *Prinsip Three Ones Ada orang yang positif HIV Ada kegiatan yang memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh Ada orang yang belum terinfeksi atau orang yang juga sudah terinfeksi HIV

4 *SOCIAL EPIDEMIOLOGY Fokus Kajian : Pemahaman tentang pola penyebaran penyakit dan factor penyebabnya serta buruknya kondisi kesehatan di lingkungan masyarakat *Diakui bahwa epidemiolog sukses dalam menurunkan infeksi tetapi kurang kontribusinya terhadap penyakit kronis dan degeneratif sepeti ; jantung, liver dsb. *Secara bertahap akhirnya focus epidemiologl lebih meluas yakni mempertimbangkan beberapa factor : antara lain; a). Karakteristik individu : ( Gender/ ras/ suku/ klas sosial ekonomi/ life style dsb). b). Karakteristik lingkungan fisik dan sosial (status ketenagakerjaan, stress, dan sentuhan terhadap hal-hal yang mengandung penyakit dan toxin). Perluasan menyangkut factor sosial dan budaya yang berhubungan dengan resiko kematian dan penyakit . Perhatian terhadap factor sosial budaya ini kemudian muncul sosial epidemiologi. *Bidang kerja Epidemiolog (seperti detective dan investigator)  a). Meneliti dan mengamati data tentang kematian dan penyakit dalam masyarakat secara cermat b). Mencari/ meneliti pola penyebaran penyakit berkaitan dengan sub group populasi (laki-laki, perempuan, desa, kota dsb). Apabila pola terlihat maka tugas epidemiolog menjelaskan factor penyebab dan dampaknya. c). Menjelaskan mengapa dan bagaimana penyakit dapat menyebar sementara jenis yang lainnya tidak .

5 Jadi focus epidemiolog adalah menginvestigasi (a)
*Jadi focus epidemiolog adalah menginvestigasi (a). factor perantara penyakit dan (b). lingkungan atau kondisi sosial masyarakat. PERANTARA PENYAKIT (DISEASE AGENTS) Meliputi: (1). Biologic agents seperti; insect; fungi; bakteri dan virus. (2). Nutrient agents seperti; karbohidrat, kegemukan/ gizi dsb. (3). Chemical agents seperti; gas, debu, partikel udara dsb. (4). Physical agents seperti; radiasi, suhu, kelembaban dsb. FAKTOR LINGKUNGAN Meliputi ; (1). Lingkungan fisik sepeti; cuaca, iklim, geography. (2).Biological environtment: Kehadiran atau ketiadaan penyakit yang diketahui (3).Kondisi fisik/ lingkungan sosial ekonomi seperti; jenis pekerjaan, lokasi tempat tinggal dsb. (4).The human host ( factor demographic) seperti; jenis kelamin, usia, ras, life style/ kebiasaan dan norma dsb. (Menurut Coe; tahun 1970) *Teknik penggalian data: (a). Pemeriksaan catatan medis dan data dasar dari RS, sekolah, perusahaan asuransi, depart. public health dan catatan kelahiran dan kematian. (b). Evaluasi klinik yang dilakukan secara sistematis terhadap sub group populasi (c). Interview untukmelakukan survey kesehatan (d). Eksperimen yakni dengan memanfaatkan hewan sebagai percobaan dengan control kondisi.

6 *PERAN DOKTER* *uu NO. 29 TH 2004 ttg praktek kedokteran: profesi dokter adlh suatu pekerjaan kedokteran yg dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yg diperoleh melalui pendidikan berjenjang & kode etik yg bersifat melayani. *Ciri2 profesi dokter: -Memiliki bidang ilmu yg jelas dan tegas -memiliki sejarah & dpt diketahui pendahulu/pioner -memiliki hak untk mengatur kumpulannya sendiri atau dlm kompetensinya diatur diri sendiri (independen) -Bersifat melayani dg mementingkan yg dilayani sebagaimana diatur dlm kode etik. *Peran Dokter:  Sebagai pendidik: bagaimana dokter memberikan pengetahuan ttg kesehatan kpd seluruh masy. Trutama masy. Awam  Sbgi pengembang teknologi layanan kesehatan yg harus inovatif Sbgi pengabdi masy.: harus siap siaga melayani pasien tiap waktu  Sbgi pembelajar: harus terus belajar dan mengembangkan keahliannya *4 Teori Hubungan Dokter Pasien (daldiyono 2007)  Bersifat religius  Brsift Paternalistik: memandang pasien sbgi orang yg membutuhkan bantuan  Brsift Penyedia Jasa & Konsumen: Jasa=Dokter, Konsumen=pasien  Brsift Kemitraan: Saling membutuhkan

7 Hubungan Dokter Pasien (Sri Praptiningsih): 1
*Hubungan Dokter Pasien (Sri Praptiningsih): 1. Enginering: dokter bersikap profesional dan objektif 2. Paternalistik: dokter merupakan orang yg mempunyai tanggung jawab sec. Moral / profesional 3. Kontak Sosial: kerja sama dokter-pasien *Potret ideal yang diharapkan pasien : Pasien mendapatkan perlakuan yang comfortable / baik Ketulusan dan sifat membantu dari dokter Percaya sepenuhnya terhadap dokter --- > dalam proses penyembuhan *Faktor Penentu Pemilihan Tempat Berobat (Menurut Young (1980)) : Daya tarik (gravity) yakni tingkat keparahan yang dirasakan oleh kelompok referensi individu. Pengetahuan tentang cara penyembuhan yang popular. Kepercayaan (faith) yakni kepercayaan individu terhadap keberhasilan dari berbagai pilihan pengobatan . Kemudahan (accessibility) meliputi; biaya, tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan.(*)

8 MODEL INTERAKSI DOKTER DAN PASIEN (MODEL PARSONIAN)
MODEL INTERAKSI DOKTER DAN PASIEN (MODEL PARSONIAN)   (Talcot Parson (1951) sebagai pioner yang berusaha menjelaskan faktor socio kultural terhadap perawatan kesehatan Parson memandang ): Hubungan D dan P sebagai subsistem dari sistem yang lebih besar. Nilai dalam subsistem merefleksikan nilai dari masyarakat yang selanjutnya memberikan kontribusi dalam hubungan D dan P Hubungan D dan P adalah tidak terhindarkan dan bersifat asimetris Parson yakin bahwa ada 3 situasi yang menyebabkan dokter memainkan peran kunci dan berperan secara ”powerful” dan mengarahkan interaksi dengan pasien yaitu :  (1). Professional Prestige  dasarkan pada pengalaman atau keahlian medik; Lama mendapatkan pelatihan ; Legitimasi sosial terhadap dokter sbg pihak yang memiliki kewenangan dalam bidang medis  (2). Situational Authority Dokter memiliki praktek medis dan menawarkan pelayanan kesehatan terhadap pasien dan segala anjuran dokter hendaknya dilakukan  (3). Situational dependence  Pasien sangat tergantung pada dokter dalam hal:  -Mendapatkan pelayanan -Menjadwal janji; sering menunggu di luar janji, -Menjawab pertanyaan, -Memperbolehkan dokter memeriksa dan sebagainya. *Jadi melalui interaksi ada ’ Competency Gap” antara D dan P. Pasien tergantung pada dokter termasuk ” resources” dari kantor dokter

9 KRITIK FRIEDSON’S TERHADAP MODEL PARSONIAN   Terlampau mengedepankan ” Mututally of interests” Teori konflik  menolak anggapan bahwa interaksi antara D dan P berlangsung harmonis dan mutually satisfactory melalui kerja sama dan konsensus.   Elliot Friedson (1970) menawarkan pendekatan konflik secara spefisik. Kritiknya :  Model parsionian lebih memfokuskan peran D sebagai pembentuk interaksi dan mengasumsikan bahwa harapan D akan sama dengan P Menurut Friedson sebenarnya kedua belah pihak berperan.  Model Parson memfokuskan pada orientasi dokter dibandingkan pada yang sesungguhnya terjadi atau berlangsung dalam hubungan/ pertemuan D dan P Mengabaikan pengaruh penting terhadap medical setting dan kekuatan medis yang berhubungan (seperti mekanisme pembayaran; pemberdayaan pasien ) dalam relationship

10 MODEL SZASZ DAN HOLLENDER (Thomas Szasz dan Marc Hollender (1956))
MODEL SZASZ DAN HOLLENDER (Thomas Szasz dan Marc Hollender (1956)) Ada 3 model yang dikembangkan : (1). The Activity – Passivity Model Sangat mirip dengan Parson bahwa hubungan D dan P asimetris Dokter sebagai ahli medis, mengendalikan arus komunikasi, membuat seluruh keputusan penting. Pasien pada posisi kurang informasi dan mempercayakan seluruhnya pada D (soal pengetahuan dan keahlian)  (2). The Guidance Cooperation Model Bentuk interaksi : sebagai pertemuan medik yang khas  -Pasien : memiliki perasaan, diberitahu soal medis, memiliki harapan, dan aspirasi -- dari hasil pertemuan medik Dibandingkan dengan A – P model ; pada model ini pasien keterlibatannya meningkat dalam mendapatkan informasi, membuat keputusan berkaitan dengan treatment yang diperoleh. Dokter tetap bertanggung jawab mengarahkan; membimbing pertemuan, bersifat kooperatif, mengurangi sifat autocratic; menjelaskan pada pasien dan pasien bebas memutuskan sesuai keinginan, tetapi dokter tetap pada posisi yang dominan.  (3). The Mutual Participation Model Dasar pandangan hubungan yang dipilih adalah equal atau sama/ seimbang antara D dan P Pasien berpartisipasi penuh D dan P memahami bahwa P harus jadi central player dalam pertemuan agar interaksi berlangsung sukses. Pasien dianggap lebih tahu tentang situasi dirinya dibandingkan dengan Dokter ( medical history; symptoms; dan kejadian yang relevan) Dokter mencoba tanya untuk mendapatkan informasi dan menjamin kerahasiaan informasi ( hanya untuk dokter)

11   *Dalam hubungan ini Szasz dan Hollender mengidentifikasi ada 3 ciri/ syarat yang harus ada yaitu : (a). Kedua partisipants ( D dan P ) harus memiliki power yang seimbang (b).Harus ada perasaan ”mutual interdependence” (saling membutuhkan between each other). (c). Dalam interaksi ada proses saling memuaskan antara 2 pihak.   Oleh karena model ini menuntut banyak dari pasien maka dinilai kurang tepat pasien anak-anak yang secara alami masih belum matang, pendidikan rendah dan mental belum kuat/ matang.   Artinya relationship akan satisfied jika : Pasien more intelllegent/ sophisticated Pengalaman luas dan lebih bisa membawa diri.

12 THE VEATCH MODEL (Robert Veatch (1972))
THE VEATCH MODEL (Robert Veatch (1972)) Ada 4 kemungkinan hubungan yang terjadi : 1. An Engineering Models Dokter berasumsi bahwa pelayanan kesehatan adalah perusahaan yang bebas nilai dengan tugas pokok menjelaskan seluruh fakta yang relevan dengan pasien tanpa melibatkan dokter dalam pengambilan keputusan  dinilai Veatch “impractical” dan salah sebab mengexclude peran dokter. 2. A Priestly Model Dokter dipandang sebagai figure religius yang ahli dalam soal etika dan seluruh persoalan yang muncul dalam relationship Veatch kurang setuju otonomi pasien sebagai individu terhapus 3.A Collegial Model Dokter dan Pasien melihat hubungan mereka sebagai hubungan kolegial yang memiliki tujuan yang sama yakni : Good Health  Veatch memilih/ menyukai model ini tetapi merasa tidak realistis berkait dengan soal etnik, class dan berbeda nilai antara Dokter dan Pasien. 4.A Contractual Model Dokter dan Pasien berinteraksi dengan pengertian bahwa ada kewajiban dan keuntungan yang diharapkan bagi keduanya.  Menurut ” Veacth” dengan hubungan kontraktual ada sharing di mana D memahami bahwa P harus menjaga kebebasan dalam melakukan kontrol atas kehidupan dan harga diri ketika pilihan yang bermakna telah dibuat.

13 PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN Tidak bertindak apapun (no action). Penyebab : (a). tidak mengganggu aktivitas/pekerjaan sehari-hari; (b). simptom atau gejala yang diderita akan lenyap sendiri; (c). prioritas tugas lain/ lebih penting. Kesimpulan : kesehatan bukan prioritas dalam hidup; (d). fasilitas kesehatan jauh letaknya; (e) petugas kesehatan tidak simpatik, tidak responsive dsb; (f). takut terhadap dokter; takut pergi ke rumah sakit, takut biaya tinggi dsb. Tindakan mengobati sendiri (self treatment). Alasannya; (a). lebih percaya pada diri sendiri; (b). berdasar pengalaman masa lalu. Mencari pengobatan ke fasilitas – fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy). Lazimnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Pada masyarakat yang masih sederhana masalah sehat-sakit masih berkait dengan soal budaya dibandingkan dengan gangguan fisik. Upaya pencarian pengobatan juga lebih berorientasi pada sosial budaya. Peran dukun lebih dominan dibanding dokter, mantri, bidan dan sebagainya. Mengandalkan chemist shop atau kios penyedia obat, termasuk ke tukang jamu. Sejauh ini control terhadap obat yang bebas dijual belum efektif. Mencari fasilitas – fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga kesehatan swasta. Mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).

14 Model-Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan 1
*Model-Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan 1. Model Demografi (Kependudukan) Menurut model ini penggunaan pelayanan kesehatan sangat bergantung pada usia, jenis kelamin, status perkawinan, besarnya keluarga dan sebagainya. Derajat kesehatan dan morbidity serta pemanfaatan kesehatan sangat tergantung pada variable demografis. 2. Model Struktur Sosial (Social Structural Model) Dalam model ini faktor pendidikan dan pekerjaan, gaya hidup serta kedudukan sosial individu dalam masyarakat memberikan pengaruh terhadap pola pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan dipandang sebagai bagian dari life style. 3.Model Sosial Psikologis (Psychological Models) Model ini mengedepankan variable sosio psikologis yang terdiri dari: (a). pengertian kerentanan terhadap penyakit; (b). Pemahaman secara keseluruhan tentang penyakit;(c). keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi penyakit dan (d). kesiapan tindakan individu 4. Model sumber keluarga ( family resources models). Dalam model ini variable pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga. Model sumber keluarga menekankan pada kesanggupan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi anggotanya.

15 5. Model Sumber Daya Masyarakat Model ini memfokuskan perhatian pada penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber dalam masyarakat. Model sumber daya masyarakat memindahkan pelayanan pada tingkat individu atau keluarga pada tingkat masyarakat. 6. Model Organisasi (organization model) Model ini variable yang diperhatikan adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk system pelayanan kesehatan. Variabel yang digunakan meliputi; (a). Gaya (style) praktek pengobatan (sendiri, rekanan atau kelompok) (b). Sifat (nature) dari pelayanan (membayar langsung atau tidak) (c). Letak pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit, klinik) (d). Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter, perawat, dsb) 7.Model system kesehatan Keenam kategori model penggunaan pelayanan fasilitas kesehatan tidak begitu terpisah, artinya model system kesehatan mengintegrasikan keenam model terdahulu. Oleh sebab itu factor demografi, cirri-ciri struktur sosial, sikap dan keyakinan individu atau keluarga, sumber-sumber dalam masyarakat dan organisasi pelayanan kesehatan digunakan secara bersama dengan factor yang berhubungan dengan kebijakan dan struktur ekonomi masyarakat yang lebih luas (Negara).

16 *Tujuan Penggunaan Model Pelayanan Kesehatan Faktor penentu penggunaan layanan kesehatan Melakukan peramalan kebutuhan masa depan layanan kesehatan Menentukan ada/tidaknya pelayanan yang bersifat berat sebelah (diskriminatif) Memberikan kontribusi kebijakan untuk melakukan perubahan yang diinginkan Menilai pengaruh pembentukan program pemeliharaan/ perawatan kesehatan yang baru.

17 *Perilaku sehat: tindakan yg dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk mencegah penyakit, perewatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makan makanan bergizi. *Perilaku sakit: segala bentuk tindakan yg dilakukan oleh individu yg sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. *4 Dimensi Perilaku Kesehatan (alonzo 1993):  Prevention: aktivitas untk meminimalisasi resiko sakit, injury serta kacacatan  Detection: aktivitas untk mendeteksi penyakit, injury, & kecacatan  Promotion: upaya untk mendorong & mempersuasi individu dlm meningkatkan derajat kesehatan  Protection: aktivitas perlindungan thdp kesehatan yg terjadi pada level society *Kategori Pelayanan Kesehatan Kategori yang berorientasi pada public (Masyarakat) Kategori yang berorientasi pada perorangan (Pribadi)  *Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam ketogori publik : sanitasi, imunisasi; kebersihan air; perlindungan kualitas udara dsb. *Pelayanan kesehatan langsung diberikan kepada pribadi (individual consumer)

18 MODEL-MODEL PERILAKU KESEHATAN (Model Suchman): Ada 4 unsur atau faktor utama dalam perilaku sakit yaitu: (1). Perilaku itu sendiri; (2) sekuensinya; (3) tempat atau ruang lingkup dan (4) variasi perilaku selama tahapan perawatan medis. (1). Perilaku Sakit Meliputi aktivitas : (a). Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pelayanan medis; (b) fragmentasi perawatan medis, orang menerima pelayanan dari berbagai unit; (c) menangguhkan atau mengundurkan upaya mencari pertolongan ; (d) melakukan pengobatan sendiri dan (e) membatalkan atauy menghentikan pengobatan. (2). Sekuensi peristiwa medis terdiri atas 5 tingkatan Yaitu; (a) pengalaman dengan gejala penyakit; (b) penilaian terhadap peran sakit; (c) kontak dengan perawatan medis; (d) menjadi pasien; (e) sembuh atau masa rehabilitasi.

19 MODEL PERILAKU KESEHATAN
MODEL PERILAKU KESEHATAN *Asumsi : Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit sangat tergantung pada kesediaan untuk melaksanakan dan menjaga perilaku sehat   *Research Findings : Partisipasi masyarakat rendah dalam hal : Pengecekan kesehatan Imunisasi Upaya preventif Pemanfaatan terhadap pengobatan modern *Oleh karena itu perlu ada penjelasan dan deskripsi serta upaya meramalkan perilaku berkaitan dengan decision making dalam kesehatan. *3 alasan individu berhubungan dengan pihak medis: Pencegahan penyakit dan pemeriksanaan kesehatan saat gejala belum dirasakan Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang perlu dilakukan jika gejala dirasakan Pengobatan ; agar sembuh / terkurangi rasa sakit   *Perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh (Menurut Mc Kinlay ( 1972) : kondisi ekonomi, sosio demografi, psikologi sosial, sosial budaya dan organisasional.

20 *Orientasi kesehatan dibedakan atas : -Orientasi ilmiah ( Obyektif; profesional dan impersonal) -Orientasi populer ( Subyektif, awam dan personal)  *Orientasi kesehatan diukur melalui : - Tingkat pengetahuan mengenai penyakit - Skeptisisme terhadap health care - Ketergantungan individu akibat penyakit  *Orientasi kesehatan populer ditandai oleh : - Rendahnya tingkat pengetahuan tentang penyakit (aspek kognitif) - Tingginya tingkat skeptisisme terhadap perrawatn medis (afektiv) - Tingginya tingkat ketergantungan akibat penyakit (perilaku)  Suchman berpendapat bahwa perilaku kesehatan mencerminkan orientasi kesehatan dan afiliasi masing-masing kelompok sosial.

21


Download ppt "Http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google