Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PETEMUAN VII: KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PETEMUAN VII: KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA"— Transcript presentasi:

1 PETEMUAN VII: KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA
REFERENSI: Diringkas dari: Yulia, Yuyun dan Mustafa, B. (2007). Materi Pokok pengolahan bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka. Sejarah dan Karakateristik “DDC” dari diakses 31 Maret 2011, jam Company Logo

2 Hukum adat: suatu pengantar 340.57 Pengantar ekonomi pertanian 338.1
Ekonomi pertanian Indonesia Masalah, gagasan, dan strategi Kamus politik modern 320.3 Perkembangan pemikiran filsafat dari klasik hingga modern 109 Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum Indonesia 340.1 SENI rupa modern Indonesia: esai-esai pilihan Seni membaca wajah 158 Company Logo

3 I PENGERTIAN Klasifikasi: adalah kegiatan pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri yang sama, misalnya pengarang, fisik, isi dsb. (Lilik K Somadikarta) Klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis dari pada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. (Towa P. Hamakonda) Menurut Suwarno (2007: 66), secara umum klasifikasi dibagi dalam dua jenis, yaitu: Klasifikasi artifisial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut. Misalnya berdasarkan warna buku atau tinggi buku. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan isi atau subjek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah. Klasifikasi fundamental ini yang sering digunakan perpustakaan saat ini.

4 II TUJUAN KLASIFIKASI, untuk Efektivitas penambahan bahan pustaka
Efektivitas penarikan bahan pustaka Menentukan lokasi bahan pustaka Mengumpulkan semua bahan pustaka yang memiliki subjek yang sama ke dalam satu jajaran koleksi Menghasilkan urutan Penempatan yang tepat Penyusunan mekanis (sistematis) II TUJUAN KLASIFIKASI Efektivitas penambahan bahan pustaka Efektivitas penarikan bahan pustaka Menentukan lokasi bahan pustaka Mengumpulkan semua bahan pustaka yang memiliki subjek yang sama ke dalam satu jajaran koleksi Menghasilkan urutan Penempatan yang tepat Penyusunan mekanis (sistematis) Company Logo

5 III MANFAAT KLASIFIKASI
Alat survey bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan Alat kendali keseimbangan koleksi Penuntun berpikir sistematik Sebagai pengetahuan cakupan ilmu pengetahuan Membantu dalam menyusun bibliografi Company Logo

6 IV PRINSIP-PRINSIP DALAM KLASIFIKASI
Dokumen di-klaskan menurut subjek/pokok bahasan, kemudian mengikuti kode bentuk/aspeknya Dipilih klas/subjek yang lebih berguna bagi pemakai Dokumen di-klaskan pada subjek yang lebih spesifik Bila suatu dokumen ternyata memiliki 2 subjek, di mana subjek yang satu mempengaruhi subjek yang lain, akan di-klaskan pada subjek yang dipengaruhi Bila ada tinjauan dari beberapa aspek, di-klaskan pada subjek yang paling luas. Bila suatu dokumen ternyata memiliki 2 subjek, pilih subjek yang dominan atau yang pertama, atau sesuai pemakai perpustakaan Dalam suatu dokumen uraian subjek ditujukkan untuk membantu menganalisa subjek lain, di-klaskan pada subjek yang dibantu Dalam menentukan nomor klas, hendaknya konsisten, berlaku untuk semua bahan pustaka Bila belum ada nomor/notasinya dalam bagan, di-klaskan pada nomor yang paling dekat Company Logo

7 V CARA MENGKLASIFIKASI
a. Secara langsung Tentukan subjeknya Tentukan nomor klasnya, nomor devisi, seksi dst s/d didapat nomor yang tepat. (cocok dng tabel) Perhatikan petunjuk-petunjuknya. (mis. 0 ketemu 0 bisa hapus semua, hilang salah satu atau bahkan utuh) b. Secara tidak langsung Tentukan subjeknya  periksa dalam bagan Cari tajuk subjek dalam indek relatif Company Logo

8 Dewey Decimal Classification (DDC) oleh Melvil Dewey (1873)
VI SISTEM KLASIFIKASI Dewey Decimal Classification (DDC) oleh Melvil Dewey (1873) Library of Congress Classifications, (1899) Subject Classifications, J.D. Brown (1906) Universal Decimal Classifications (UDC), oleh Paul Otlet (1905) Colon Classifications (CC) oleh S.R Ranganathan (1933) A Bibliographic Classifications oleh H.E. Bliss (1935) Readers International Classifications (1961) home classification/local classification Dari sekian banyak sistem klasifikasi di atas, yang paling banyak digunakan di perpustakaan adalah Dewey Decimal Classification (DDC). Company Logo

9 VII SISTEM KLASIFIKASI DDC
A. Sekilah Tentang DDC DDC paling banyak digunakan di Indonesia, bahkan di dunia, karena paling tua dan paling populer. Terbit dalam bentuk lengkap maupun ringkasan, tetapi masih perlu diperluas/dikembangkan lagi, dengan interval waktu tujuh tahun, untuk menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuaan dan situasi dan kondisi setempat. Saat ini telah ada edisi ke 23 yang diterbitkan tahun Namun yang terjadi, edisi 20 dan 21 belum banyak penggunanya. Sistem ini membagi ilmu ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama, masing-masing kelas utama dibagi lagi menjadi 10 divisi, masing-masing divisi dibagi lagi menjadi 10 seksi Sehingga terdapat 10 kelas utama, 100 divisi, dan 1000 seksi. Perpustakaan Nasional R.I. telah menerbitkan Terjemahan Ringkas Klasifikasi Desimal Dewey dan Indeks Relatif: disesuaikan dengan DDC 20 yang diterbitkan tahun Untuk sekolah dasar, edisi terjemahan ini dirasa sudah cukup. Company Logo

10 B. Prinsip Umum Ke Khusus Dalam melakukan klasifikasi bahan pustaka:
1. Dimasukkan dalam golongan/kel yang paling umum luas cakupannya 2. Dari yang umum kalau masih kita masukkan ke khusus dan kalau masih mungkin ke subjek yang paling khusus 3. Baru ditentukan nomor dan subjek dari yang paling khusus tadi C. Prinsip Herarkhi Dalam pembagian subjeknya selalu berjenjang dan diambil pada jenjang yang paling spesifik Company Logo

11 D. Notasi DDC DDC merupakan klasifikasi persepuluhan Dewey yang menganut prinsip desimal untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Notasi DDC sekurang-kurangnya terdiri dari 3 digit. Contoh pembagian kelas utama, sub klas (devisi), Seksi (sub devisi), dan sub seksi (sub sub devisi): Company Logo

12 Company Logo

13 DDC in 300s 300 Social sciences 301 Sociology and anthropology
Factors affecting social behavior Human ecology

14 DDC in 300s 330 Economics 333 Economics of land and energy
333.7         Land, recreational and wilderness areas, energy

15 DDC in 300s Customs, etiquette & folklore Folklore

16 DDC in 500s 500 Science 520 Astronomy and allied sciences
526              Mathematical geography

17 DDC in 500s 550 Earth sciences & geology
Geology, hydrology, meteorology Geomorphology and hydrosphere                      Hydrosphere and submarine geology    Oceanography

18 DDC in 700s 700 Arts & recreation 790 Recreational and performing arts
790.1                  General kinds of recreational activities

19 DDC in 900s 900 History & geography 910 Geography and travel
                 The earth (Physical geography)

20 VIII UNSUR-UNSUR POKOK DDC
Sistematika pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan ke dalam suatu bagan yang lengkap dan dilandaskan pada beberapa prinsip dasar tertentu. Notasi, yang terdiri dari serangkaian simbol berupa angka, yang mewakili serangkaian istilah (yang mencerminkan subjek tertentu) yang terdapat pada bagan. Indeks relatif, yang terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya yang disusun secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan orang mencari tajuk yang tercantum dalam indeks bagan. Company Logo 20

21 IX UNSUR-UNSUR POKOK DDC (lanjutan)
d. Tabel pembantu, yang berbentuk serangkaian notasi khusus, yang dipakai untuk menyatakan aspek-aspek tertentu yang selalu terdapat dalam beberapa subjek yang berbeda. Terdapat 7 tabel pembantu, yaitu: i. Tabel 1 Subdivisi Standar ii. Tabel 2 Wilayah iii. Tabel 3 Subdivisi Kesusastraan iv. Tabel 4 Subdivisi Bahasa v. Tabel 5 Ras, Bangsa, Kelompok Etnis vi. Tabel 6 Bahasa vii. Tabel 7 tentang Orang/Pribadi e. Di samping itu, sistem klasifikasi harus menyediakan kelas untuk Karya Umum, untuk menempatkan karya-karya yang begitu luas cakupannya,sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kelas utama manapun. Company Logo 21

22 Tentukan subjek dari koleksi Cari subjek tersebut pada indeks relatif
X INDEKS RELATIF Indeks relatif merupakan sarana yang sangat membantu proses klasifikasi yang disediakan oleh DDC. Indeks relatif ini merupakan daftar subjek yang diurutkan secara alfabetis dengan disertai notasi klasifikasi. Cara penggunaan indeks relatif dalam proses klasifikasi adalah sebagai berikut: Tentukan subjek dari koleksi Cari subjek tersebut pada indeks relatif Cek notasi yang didapatkan dari indeks relatif ke dalam bagan DDC Company Logo 22

23 XII INDEKS RELATIF (lanjutan)
Berikut ini salah satu contoh bagian dari indeks relatif: Sayur Tanaman ladang 633.4 Hukum internasional Militer 355.4 Company Logo 23

24 XII PEMBENTUKAN NOTASI
Kadangkala suatu subjek dari sebuah bahan pustaka tidak hanya cukup diambil dari notasi dasar yang ada dalam bagan DDC. DDC menyediakan tabel pembantu yang dapat digunakan dalam pembentukan notasi-notasi yang tidak hanya cukup dengan notasi dasar DDC: Tabel 1 Subdivisi Standar Tabel 2 Wilayah Tabel 3 Subdivisi Kesusastraan Tabel 4 Subdivisi Bahasa Tabel 5 Ras, Bangsa, Kelompok Etnis Tabel 6 Bahasa Tabel 7 tentang Orang/Pribadi Cara menggabungkan notasi dasar dengan tabel pembantu adalah sebagai berikut: Company Logo 24

25 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
a. Tabel 1 Subdivisi Standar (T1) Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut: -01 Filsafat dan teori -02 Aneka ragam -03 Kamus, ensiklopedi, konkordans -04 Topik-topik khusus -05 Penerbitan berseri -06 Organisasi dan manajemen -07 Pendidikan, penelitian, topic-topik berkaitan -08 Sejarah dan deskripsi berkenaan jenis-jenis orang -09 Pengolahan historis Company Logo 25

26 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
Cara pembentukan notasi dari tabel subdivisi standar: Tidak terdapat petunjuk penggunaan 1) Notasi dasar dengan angka terakhir 0 Notasi dasar yang berakhir dengan angka 0 sebelum ditambah notasi Subdivisi Standar (T1), angka 0 pada notasi dasar dihilangkan terlebih dahulu. Contoh: Ilmu Kedokteran 610 Kamus (T1) -03 Kamus ilmu kedokteran ? )Notasi dasar tanpa angka akhir 0 Notasi dasar yang tanpa diakhiri angka 0, langsung ditambahkan notasi Subdivisi Standar. Contoh: Koperasi 334 Majalah (T1) -05 Majalah Koperasi ? ii. Ada petunjuk penggunaan 1)Terdaftar di dalam bagan Kadangkala di dalam bagan sudah terdapat notasi dasar yang tergabung dengan notasi subdivisi standar. Contoh: 101 Teori filsafat 102 Aneka ragam filsafat 2) Ada petunjuk tertentu pada bagan Kadangkala pada bagan ada petujuk dalam pembentukan notasi dasar ditambah notasi subdivisi standar. Contoh: 300 Ilmu-ilmu sosial Gunakan untuk subdivisi standar Company Logo 26

27 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
b. Tabel 2 Wilayah (T2) Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut: -1 Wilayah, daerah, tempat pada umumnya -2 Manusia pada umumnya tanpa mengindahkan wilayah, daerah -3 Dunia jaman purbakala -4 Eropa. Eropa Barat -5 Asia. Timur Jauh -6 Afrika -7 Amerika Utara -8 Amerika Selatan -9 Bagian-bagian lain dari bumi dan dunia lain. Oseania 27 Company Logo 27

28 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
Cara pembentukan notasi dari tabel wilayah (T2) ini adalah sebagai berikut: i. Ada petunjuk penggunaan Kadangkala suatu notasi dalam bagan disertai petunjuk penggunaan tabel wilayah. Contohnya: 346 Hukum perdata Jurisdiksi dan wilayah khusus Tambahkan notasi wilayah 3-9 dari Tabel 2 pada angka dasar 346 Indonesia (T2) -598 Hukum perdata Indonesia ? ii. Tidak terdapat petunjuk penggunaan Jika tidak ada petunjuk pada bagan maka proses pembentukkan notasinya adalah Notasi Dasar (T1) + T2. Contohnya: Pertanian 630 Asia (T1) -5 Pertanian di Asia ? Company Logo 28

29 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
iii. Menentukan notasi geografi wilayah Notasi geografi suatu wilayah dapat dibentuk dengan: 1) Tentukan notasi dasar ) Buang angka terakhir 0 3) Tambahkan notasi wilayah dari Tabel 2. Contoh: Geografi 910 Iran (T2) -55 Geografi India ? 915.5 iv. Menentukan notasi sejarah wilayah Notasi sejarah wilayah dapat dibentuk dengan: 1) Tentukan notasi dasar ) Buang angka terakhir 0 3) Tambahkan notasi wilayah dari Tabel 2. Contoh: Sejarah 900 Italia (T2) -45 Sejarah Jepang ? 945 Company Logo 29

30 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
c. Tabel 3 Subdivisi Kesusastraan (T3) Tabel ini secara ringkas adalah sebagai berikut: -1 Puisi -2 Drama -3 Fiksi -4 Esai -5 Pidato-pidato -6 Surat-surat -7 Satir dan humor -8 Aneka ragam tulisan Notasi pada tabel ini hanya dapat ditambahkan pada kelas 800. Cara pembentukan notasinya adalah notasi dasar kelas T3. Contoh: Kesusastraan Jerman 830 Puisi (T3) -1 Puisi Jerman ? 831 Company Logo 30

31 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
d. Tabel 4 Subdivisi Bahasa (T4) Tabel ini secara ringkas sebagai berikut: -1 Sistem tulisan dan fonologi dari bentuk standar dari bahasa -2 Etimologi dari bentuk standar bahasa -3 Kamus dari bentuk standar bahasa -5 Sistem struktural (tata bahasa) dari bentuk standar bahasa -6 Prosodi -7 Bentuk-bentuk bukan standar dari bahasa -8 Penggunaan standar dari bahasa -9 Lain-lain Notasi pada tabel ini hanya dapat ditambahkan pada kelas 400. Mekanisme pembentukkan notasinya adalah notasi dasar dari kelas T4. Contoh: Bahasa Inggris 420 Tata bahasa (T4) -5 Tata bahasa Inggris ? 425 Dengan Tabel 4 dapat dibentuk kamus dwibahasa, sebagai berikut: Notasi dasar bahasa (4) + Notasi Bahasa I (T6) + T4 + Notasi Bahasa II (T6) Contoh: Bahasa 400 Italia (T6) -51 Kamus (T4) -3 Spanyol (T6) -61 Kamus Italia – Spanyol  Company Logo 31

32 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
e. Tabel 5 Ras, Bangsa dan Kelompok Etnik (T5) Ringkasan dari tabel ini adalah sebagai berikut: -1 Ras/etnis Indonesia -2 Ras/etnis Anglo Saxon, Inggris -3 Ras/etnis Nordik -4 Ras/etnis Latin Modern -5 Ras/etnis Italia -6 Ras/etnis Spanyol, Portugis -8 Yunani -9 Kelompok lain Company Logo 32

33 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
Cara pembentukan notasinya adalah sebagai berikut: Terdapat petunjuk Adakalanya notasi pada bagan terdapat petunjuk penggabungan dengan Tabel 5. Contoh: Etnopsikologi, terdapat petujuk: tambahkan ras, etnik, kelompok kebangsaan dari Tabel 5 pada angka dasar Etnik Swiss (T5) -35 Etnopsikologi Swiss ? Tidak terdapat petunjuk Mekanisme pembentukkannya adalah Notasi dasar (T1) + T5 Contohnya: Seni Keramik 738 Bangsa Jerman (T5) -31 Seni Keramik Bangsa Jerman ? Company Logo 33

34 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
f. Tabel 6 Bahasa-Bahasa (T6) Ringkasan dari tabel ini adalah sebagai berikut: -1 Bahasa Indonesia -2 Bahasa Inggris -3 Bahasa Jerman -4 Bahasa Perancis -5 Bahasa Italia -6 Bahasa Spanyol -7 Bahasa Latin -8 Bahasa Yunani -9 Bahasa-bahasa lain Company Logo 34

35 XIII PEMBENTUKAN NOTASI (lanjutan)
Cara pembentukan notasinya adalah sebagai berikut: i. Terdapat petunjuk Jika terdapat petunjuk pada bagan ikutilah instruksinya. Contoh: Al Qur’an dan Terjemah Ada petunjuk: Tambahkan notasi bahasa dari tabel 6 DDC pada notasi Bahasa Indonesia (T6) -1 Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia ? ii. Tidak terdapat petunjuk Jika tidak terdapat petunjuk, mekanisme pembentukan notasinya adalah sebagai berikut: notasi dasar (T1) + T6 Contoh: Kitab Injil 220 Bahasa Italia (T5) -5 Kitab Injil dalam bahasa Italia ? Company Logo 35

36 XIV PENULISAN NOMOR Dikutip langsung dari tabel (bila subjeknya sederhana), mis. Ilmu hukum  HUKUM, ILMU  Penggabungan antara tabel/bagan dan tabel pembantu, mis. Kamus bahasa Inggris: Bahasa Inggris 420.3 Kamus 3 Kamus bahasa Inggris 423 J. Unsur Dalam Nomor Panggil Terdiri Dari 1. Nomor kelas bahan pustaka 2. Tiga huruf dari tajuk entri utama 3. Satu huruf pertama dari judul 4. Keterangan jilid (bila perlu) 5. Keterangan eksemplar (bila perlu) 415 Tar PI3 Company Logo


Download ppt "PETEMUAN VII: KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google