Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

RANCANG BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAM

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "RANCANG BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAM"— Transcript presentasi:

1 RANCANG BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM

2 Kerangka Metodologis EI (1)
Kebenaran dan Kebaikan Pertanyaan yang selalu menyertai teori  seberapa jauh teori tersebut benar (mampu mengungkkapkan kenyataan yang hidup didunia nyata/bukti empiris).  pola pikir ini mendominasi hampir setiap proses penentuan kebenaran semua cabang ilmu pengetahuan Ini yang disebut induksi  ilmuwan menguji hipotesis secara berulang  sehingga hipotesis ditolak atau diterima. Proses pengujian seperti ini masih dimungkinkan adanya kesalahan sehingga kesimuplan keliru (dalam statistika kesalahan tipe pertama (type I error))  kekeliruan akibat representasi yang berasal dari keterbatasan sampel  sesuatu yang dikatakan benar belum tentu benar secara mutlak demikian sebaliknya  bisa muncul fakta baru dikemudian waktu. Proses ini juga dapat memunculkan divergensi antara kebenaran vs kebaikan. Teori benar tapi dari moral tidak baik. Prinsip baik tetapi tidak ada fakta empiris dianggap tidak benar.  teori benar tidak selalu baik, teori baik belum tentu benar menurut fakta. Dalam Islam kebenaran dan kebaikan mutlak hanya berasal dari Allah  baik ayat qauliyah & kauniyah Ayat qauliyah sebagian langsung dapat dipahami, sebagian butuh tafsir yang sahih. Ayat kauniyah sebagai pendukung dan penguat kebenaran ayat qauliyah. Kebenaran ayat ni masih dipengaruhi oleh penafsiran manusia terhadap fenomena sosial dan alam  kebenaran empiris tidak mutlak Metodologi Ilmu Alam versus Metodologi Ilmu Sosial Objek Ekonomi Islam

3 Kerangka Metodologis EI (2)
Kebenaran dan Kebaikan Metodologi Ilmu Alam versus Metodologi Ilmu Sosial Metode diatas cocok untuk ilmu alam  karena karakter subjek ilmu bersifat pasti (aturan jagad raya yang sifatnya pasti mengikuti sunatullah (hukum tuhan)  mereka taat aturan dan hukum Allah. Prilakunya konsisten  teori yang benar. Kalau keliru karena keterbatasan ilmu manusia. Kekeliruan juga tidak menimbulkan divergensi antara kebenaran vs kebaikan  teori tidak merekomendasikan tindakan yang tidak baik. Tidak demikian pada ilmu sosial  kesalahan terbesar metodologi ilmu ekonomi selama ini adalah mengidentifikasikan ekonomi dengan proses yang terjadi dalam ilmu fisika (Dr. Chapra, 2000).  hubungan antar variabel dipercayai sebagai pola yang pasti  IE terjebak dalam perangkap determinisme. Resepon seseorang terhadap fenomena dipengaruhi oleh decision rule  kumpulan pengalaman, logika, rasio (histori, filsafat, bahasa, dan pandangan hidup) dan juga input.  sehingga kesimpulan logis menurut A tapi tidak untuk orang lain.  keputusan ini yang menjadi objek IE. Manusia punya pilihan untuk taat atau tidak  jika tidak taat  prilaku ini yang diamati oleh Ekonom  ketika diuji  teori yang tidak berdasar hukum Allah dianggap benar. Isalm menolak metode ini karena  kekeliruan akibat kegagalan sampel merepresentasikan seluruh populasi yang ada. Objek Ekonomi Islam

4 Kerangka Metodologis EI (3)
Kebenaran dan Kebaikan Metodologi Ilmu Alam versus Metodologi Ilmu Sosial Objek Ekonomi Islam Prilaku ideal atau paling tidak mendekati ideal (sesuai ajaran Islam) dapat diobservasi betapapun sedikit jumlahnya  tetap diyakini sebagai kebenaran sekaligus ilmu. EI  merupakan manifestasi ajaran Islam dalam prilaku ekonomi baik mulai penentuan tujuan, sikap, analsisi, dan respon terhadap fenomena. Dalam tataran empiris prilaku EI secara parsial dapat dijumpai pada sekelompok masyarakat Muslim ataupun non muslim.

5 Ekonomi Kapitalis dan Marxis ……lanjutan
PENGETAHUAN AKAL DAN PIKIRAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI PRINSIP MENDASAR (Berdasarkan akal & pikiran) SISTEM EKONOMI MOTIVASI KEPEMILIKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN IMPLEMENTASI PRINSIP SEKUNDER (Berdasarkan akal dan pikiran) TEORI EKONOMI Studi tentang perilaku ekonomi dari konsumen, produsen dan pemerintah MIKRO EKONOMI MAKRO EKONOMI

6 EKONOMI ISLAM Sumber daya yang Relatif Terbatas Kebutuhan yang
Masalah ekonomi yang mendasar : M1:Apa yg harus di- produksi ? Berapa banyak ? M2: Bagaimana cara memproduksi ? M3: Bagaimana mem- berikan penghar- gaan pada faktor M4:Bagaimana cara mengendalikan inflasi & pengangguran ? M5: Bagaimana mencapai pertumbuhan ekonomi yg positif Kelangkaan relatif menyebabkan manusia harus efisien dalam menggunakan sumber daya Kita tidak bisa berlebihan dalam menggunakan sum- ber daya yang langka Inefisiensi karena kesalah- an dalam penggunaan sum- ber daya dapat mengakibat- kan : Kemiskinan Inflasi Pengangguran Pertumbuhan negatif KELANGKAAN RELATIVE MASALAH PILIHAN PENGETAHUAN PETUNJUK ALLAH QUR’AN HADITS AKAL/DEDUKSI (Istiqra) PIKIRAN/INDUKSI (Istinbat)

7 PENGETAHUAN PETUNJUK ALLAH AKAL DAN PIKIRAN PRINSIP EKONOMI
PRINSIP DASAR (Berdasarkan Petunjuk Allah) SISTEM EKONOMI MOTIVASI KEPEMILIKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN IMPLEMENTASI PRINSIP SEKUNDER (Berdasarkan akal dan pikiran) TEORI EKONOMI Studi tentang perilaku ekonomi dari konsumen, produsen dan pemerintah MIKRO EKONOMI MAKRO EKONOMI

8 MIKRO EKONOMI UNTUK MEMAHAMI CARA KERJA PASAR (Memperkirakan peru-
bahan harga & jumlah yang diproduksi) UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN PERSONAL & MANAJERIAL (Jika upah naik, akan lebih giat kerja atau tidak ?: Jika perusahaan menaikkan harga, apakah yg akan dilaku- kan oleh pesaing ?) UNTUK MENG- EVALUASI KEUNG- GULAN KEBIJAKAN PUBLIK (Patutkah pemerintah mencegah atau mendo- rong merger ? Haruskah pemerintah membayar biaya pendidikan kita ?) ILMU EKONOMI MEMPELAJARI DAN MENELITI BAGAIMANA MANUSIA MEMBUAT KEPUTUSAN KEPUTUSAN EKONOMI DIBUAT BERDASARKAN PENGETAHUAN YG TELAH DIPUNYAI MANUSIA. DALAM ISLAM PENGETAHUAN DIPEROLEH DARI DUA SUMBER: PETUNJUK ALLAH AKAL DAN PIKIRAN

9 Ilmu Ekonomi Islam adalah studi tentang pilihan-pilihan yg dibuat oleh manusia yang dihadapkan pada kendala kelangkaan relatif (relative scarcity) EKONOMI ISLAM ASPEK SYARI’AH ASPEK TABI’ LEGAL Wajib Sunnat Mubah Makruh Haram ETHICAL Mahmudah (Kebajikan) Ta’awun (Tolong-menolong) Zuhd (Sederhana) Amanah (Dapat dipercaya) Qana’ (Hemat) Vs Mazmumah(Kejahatan) Zulm (Kezaliman) Hasad (Kedengkian) HASIL AKHIR ILMU EKONOMI - Biaya peluang Hukum penurunan hasil - Analisis marjinal - Efek menyebar - Nilai Riil - Spesialisasi ALAT ANALISA EKONOMI Matematika Statistika Grafik Catteries paribus

10 SYARI’AH - Aqidah (Iman) - Akhlak (etika) - Muamalat (Interaksi)
Sifat Syari’ah Sumber Syari’ah Tujuan Syari’ah - Aqidah (Iman) - Akhlak (etika) - Muamalat (Interaksi) 1. Manusia & Tuhan (Habluminallah) 2. Sesama Manusia (Hablumminannas) - Pendidikan (Tarbiyah) - Keadilan (‘adalah) - Perlindungan ke- pentingan umum (Maslahah Al-Amah - Quran - Sunnah - Ijma’ - Qiyas - Ijtihad

11 Karakteristik Ekonomi Islam
Tujuan Ekonomi Islam Moral Sebagai Pilar Ekonomi Islam Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Islam Basis Kebijakan Ekonomi Islam Paradigma Ekonomi Islam

12 Nilai dan Karakteristik Ekonomi Islam
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi (2001) ketika kita berbicara tentang nilai dan akhlak dalam ekonomi dan muamalah Islam, maka tampak secara jelas empat nilai utama, yaitu: Ekonomi Rabbaniyah (Ilahiyah) Ekonomi Akhlak Ekonomi Kemanusiaan Ekonomi Pertengahan Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam.

13 Ekonomi Ilahiyah (1) Ekonomi Ilahiyah  karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridla Allah dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariatnya. Kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, dan distribusi, diikatkan pada prinsip Ilahiah dan pada tujuan Ilahi. Seorang muslim merasa ketika menanam, bekerja, ataupun berdagang, maka dengan amalnya itu maka ia beribadah kepada Allah. Ketika mengkonsumsi dan memakan dari sebaik-baiknya rizqi,ia merasa tengah memenuhi perintah Allah. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan (Al-Mulk (67): 15). Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah (2): 168). Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(Al-A’raf (7): 31).

14 Ekonomi Ilahiyah (2) Ekonomi dalam pandangan Islam bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi merupakan kebutuhan bagi manusia dan sarana yang lazim baginya agar bisa hidup dan bekerja untuk mencapai tujuannya yang tinggi. Ekonomi  penunjang dan pensupport bagi Aqidah dan risalahnya. Dalam ekonomi Islam  pengawasan internal dan hati nurani, yang ditumbuhkan oleh iman di dalam hati seorang muslim, dan menjadikan pengawas bagi dirinya. Muslim yang takut dan takwa kepada Allah  akan meninggalkan semua usaha yang meragukan menuju usaha yang tidak meragukan. Dalam ekonomi Islam  nilai yang menetapkan bahwa sesungguhnya manusia memiliki itu adalah “wakil” dalam harta Allah. Manusia adalah wakil dan pemegang amanah terhadap harta tersebut. Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi..(An-Najm (53): 31). Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah (Taahaa (20): 6).

15 Ekonomi Akhlak Antara ekonomi dan akhlak, dalam sistem Islam tidak pernah terpisah sama sekali (seperti halnya  ilmu dan akhlak, politik dan akhlak, dan antara perang dan akhlak). Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami. Sesungguhnya setiap muslim terikat oleh iman dan akhlak pada setiap aktifitas ekonomi yang dialkukannya. Baik dalam melakukan usaha, mengembangkan maupun menginfakkan harta. Diharamkannya khamar dan minuman keras lainnya. Demikian juga perjudian dan memelihara babi. Jual beli berhala dan patung2. Rasulullah SAW bersabda ”sesungguhnya tiadalah aku diutus, melainkan hanya untuk menyempurnakan akhlak” ... Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu (An-Nuur: 33). Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. (Al Jumu’ah: 9).

16 Ekonomi Kemanusiaan Manusia dalam sistem ekonomi Islam adalah sasaran sekaligus sarana. Tujuan dan sasaran utama Islam adalah merealisasikan “kehidupan yang baik” bagi manusia dengan segala unsur dan pilarnya. Ekonomi Islam juga bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang disyari’atkan. Manusia perlu hidup dengan pola kehidupan yang Rabbani dan sekaligus manusiawi sehingga ia mampu melaksanakan kewajibannya kepada Tuhannya, kepada dirinya, kepada keluarganya, dan kepada manusia secara umum. Nilai kemanusiaan tersebut seperti kemuliaan, keadilan, persaudaraan, saling mencintai dan saling tolong menolong. Memerangi sifat permusuhan, dengki dan saling membenci. Menyayangi seluruh manusia terutama yang lemah. Oleh karenanya Islam mengakui kepemilikan pribadi yang sah. Menurut Islam kehidupan yang baik terdiri dari dua unsur: Materi dan Ruhani Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). (Al-Jin: 16). Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A’raf: 96).

17 Ekonomi Pertengahan Tercermin dalam keseimbangan yang adil yang ditegakkan di antara individu dan masyarakat, sebagaimana ditegakkanya konsep ‘berpasangan’ lainnya (dunia & akhirat, jasmani & ruhani, akal dan ruh, idealisme & fakta, “polisi iman” dan “polisi penguasa”, dll). Pertengahan antara indvidualisme dengan kolektivisme, antara kapitalisme dengan sosialisme. Pertengahan dalam mengabungkan kepentngan duniawi dan ukhrawi. Di dalam individu juga diseimbangkan antara jasmani dan ruhani, antara akal dan hati, antara idealita dan fakta. Nilai pertengahan dan keseimbangan terpenting adalah berkaitan dengan: (1) harta dan (2) kepemilikan. Dan konsep harta, Islam tidak mengikuti mereka yang menolak dunia secara keseluruhan  dunia dianggap buruk, seperti pandangan fislafat Barahimah, Budha, Manawiah di Persia, dan Kependetaan Nasrani. Islam juga menolak kelompok yang menjadikan dunia ‘sembahan’ bagi mereka seperti kaum materialis dan kaum dahriyyah. Kepemilikan individu dibolehkan tetapi juga ditetapkan pemilikan bersama pada benda-benda yang bersifat dharuri bagi semua manusia. “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: rumput,air, dan api” (HR. Abu Daud). Di hadits yang lain juga masuk: garam. Ulama’ meng-qiyaskan pada pada semua jenis barang tambang (syarat: kebutuhan manusia dan mudah didapat). Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu... (Al-Baqarah: 143). [95] umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, Karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.

18 Tujuan Ekonomi Islam Mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayah thoyibah). Maslahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (’aql), keturunan (nasl), dan material (maal). Kelima maslahah  sarana  hayah thoyibah Masalahah  dicapai jika hidup manusia dalam keseimbangan (equlibrium)  sunatullah. Seimbang antara dimensi: (1) material-spiritual; (2) individual-sosial; (3) kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.

19 Moral Sebagai Pilar Ekonomi Islam
Moral (akhlak)  pegangan pokok bagi pelaku Moral menempati posisi penting dalam Islam  Rasulullah diutus untuk ini. Implikasi tauhid  peran Allah dalam aktivitas ekonomi menjadi sentral Segala hal dalam EI  bersumber dari Allah (min Allah)  cara atau metode sesuai aturan Allah  mencari ridha Allah (Ilallah) Menjalankan rukun Islam yang juga berkaitan dengan EI. Moral EI : Nilai Ekonomi Islam Prinsip Ekonomi Islam

20 Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam (1)
Adil Nilai paling asasi dalam Islam  risalah para Rasul-Nya (QS. 57:25) Diletakkan sederajat dengan kebajikan dan ketaqwaan (QS. 5:8) Nilai turunan: Persamaan kompensasi  seseorang harus memberikan kompensasi kepada pihak lain dengan perngorbanan yang telah dilakukan  hak yang harus dipenuhi. Persamaan hukum  dalam transaksi semua orang diperlakukan sama. Moderat  keputusan yang sesuai Proporsional  sesuai denga ukuran. Adil akan terwujud bila setiap orang menjunjung: Kebenaran Kejujuran Keberanian Kelurusan  taat asas Khilafah Takaful  social insurance  material & maknawi

21 Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam (2)
Adil Khilafah  Makna khalifah dapat dijabarkan: Tangungjawab berprilaku ekonomi dengan cara yang benar  SDA dikelola secara benar. Tangungjawab untuk mewujudkan maslahah secara maksimum  monopoli SDA. Tangungjawab perbaikan kesejahteraan setiap individu  yang kelebihan berbagi kepada pihak yang kekurangan Takaful  social insurance  material & maknawi

22 Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam (3)
Adil Khilafah Takaful  social insurance  material & maknawi Jaminan pemilikan dan pengelolaan SDA Jaminan setiap individu untuk menikmati hasil pembangunan dan output Jaminan setiap individu untuk membangun keluarga sakinah Jaminan untuk amar ma’ruf nahi munkar

23 Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Islam (1)
Kerja (resources utilization)  perintah bekerja Kompensasi  hak sesuai Efisiensi  terbaik mengelola SDA Profesionalisme Kecukupan  jaminan kebutuhan Pemerataan kesempatan Kebebasan  dibatasi nilai islam Kerjasama Persaingan Keseimbangan antaradim Solidaritas Informasi simetri

24 Basis Kebijakan Ekonomi Islam
Penghapusan Riba Pelembagaan Zakat Pelarangan Gharar Pelarangan yang Haram

25 Paradigma Ekonomi Islam
Paradigma  serangkaian padangan yang menghubungkan idealisme yang abstrak dengan gambaran praktik yang tampak. Paradigma EI  mencerminkan padangan dan prilaku yang mencerminkan falah. Paradigma EI bisa dilihat dari: (1) paradigma berfikir dan berprilaku (behavior paradigm)  spirit dan pedoman (nilai-niali EI); (2) paradigma umum (grand pattern) gambaran yeng mencerminkan keadaan suatu masy yang berpengang teguh pada paradigma prilaku  sehingga muncul pattern. Paradigma yang terbentuk dari kapitalis  individual materialisme dalam berfikir dan paradigam mekanisme pasar dalam prilaku ekonomi Paradigma EI Perekonomian yang Adil Perekonomian yang Harmoni (Madani) Hal ini bisa dicerminkan dengan adanya kesempatan pada setiap individu untuk mendapatkan haknya secara penuh dan proporsional dan adanya iklim yang sinergis antar anggota mas untuk saling mendukung (harmonis) mewujudkan falah secara bersama-sama

26 Rancang Bangun Ekonomi Islam
Elemen kunci sietem ekonomi: hak kepemilikan, mekanisme provisi dan koordinasi keputusan, metode pengambilan keputusan, dan sistem insentif (Gregory dan Stuart (1985). Kepemilikan Dalam Islam Maslahah sebagai Insentif Ekonomi Musyawarah sebagai Prinsip Pengambilan Keputusan Pasar yang Adil Sebagai Media Komunikasi Pelaku Ekonomi Dalam Islam

27 Kepemilikan Dalam Islam
Dalam ajaran Islam hak milik dikategorikan menjadi tiga: Hak milik individual (milkiyah fardiyah/private ownership)  Atas sumber daya ekonomi Fitrah manusia  harus dihormati dan dijaga  prasyarat mendasar untuk mencapai falah  menciptakan motivasi dan memberi ruang pemanfaatan optimal Batasan : perolehan dan penggunaan sesuai syariah dan tidak menimbulkan mafsadat (kerugian) bagi diri maupun pihak lain. Hak milik umum atau publik (milkiyah ‘ammah/public ownership)  benda peruntukan pemanfaatan untuk umum  Dalam Islam tidak dibatasi sesuai dengan kondisi negara. Karakteristik: (1) meruapakan fasilitas umum  kalau tidak ada akan sengketa; (2) bahan tambang  terbatas jumlah; (3) SDA yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki; (4) Harta Wakaf. Hak milik negara (milkiyah daulah/state ownership) Asalnya bisa milik individu atau umum Dikelola pemerintah  representasi kepentingan rakyat sekaligus mengemban misi kekhalifahan Allah di muka bumi. Hak negara dapat dialihkan kepilikannya  subsidi. Hak umum tidak bisa dialihkan ke Individu meski bsia dikelola pemerintah Bertolak dari konsep hak milik maka Sistem EI  ekonomi tiga sektor: pasar, masyarakat dan negara. Masing-masing punya kewajban untuk mencapai falah.

28 Maslahah sebagai Insentif Ekonomi
Konsep dan pemahaman terkait dengan kepemilikan membawa implikasi pada motivasi dan insentif setiap individu. Harta dianggap milik sendiri mutlak  sewenang-wenang. Kapitalisme  konsumen memaksimalkan kepuasan diri dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Sosialisem  kegiatan ekonomi didorong insentif keamanan dan kenyamanan sosial. Keduanya melihat insentif  material saja. Dalam Islam  Insentif bisa material dan non material  Isalm memberi peluan untuk memenuhi kebutuhan individu, sosial dan ibadah (keb. suci). Insentifnya  dunia dan akhirat  baik untuk produksi, konsumsi maupun distribusi. Contoh : Konsumsi barang yang halal dan thayib  kepuasan duniawi dan pahala akhirat. Derma  insentif akhirat Kesemua insentif  maslahah

29 Musyawarah sebagai Prinsip Pengambilan Keputusan
Secara umum pengambilan keputusan ada dua: sentralisasi dan desentralisasi. Sentralisasi  planned economy Desentralisasi  pasar bebas EI  individu, masy, dan pemerintah memiliki peran masing2  keduanya bisa diamnfaatkan dan diharmoniskan  desentralisasi; untuk penentuan harga  untuk keadilan distributif; sentralisai. Secara umum  mekanisme pasarberbasis nilai-nilai. Musyawarah (shuratic process)  kesepakatan berdasar maslahat  kombinasi sentralisasi dan desentralisasi

30 Pasar yang Adil Sebagai Media Komunikasi
Aspek penting dari sitem EI adalah mekanisme pemenuhan insentif. Dalam Islam  insentif individualistik diakomodasi sepanjang tidak bertentangan denan kepentingan sosial dan kepentingan ibadah. Sehingga prlu mekanime pasar yang mengedepankan aspek moralitas dan kerjasama Ibnu Taimiya menyebutnya pasar yang adil  gabungan antara kompetisi dan kerjasama (coopetition) Pasar juga dikendalikan oleh pemerintah dan masy dalam upaya mencapai maslaha maksimum

31 Pelaku Ekonomi Dalam Islam
Pasar dalam Ekonomi Islam Pemerintah dalam Ekonomi Islam Peran Masyarakat dalam Ekonomi Islam

32 Referensi Utama P3EI UII-BI, Ekonomi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jakarta: Aqsha Publishing, 2007 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani Press, Jakarta, 2001. Sayid Tahir, Aidit Ghazali, Syed Omar Syed Agil, Readings in Microeconomics: an Islamic Perspective, Malaysia: Longman, 1992. Nurul Huda, dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta: Grasindo, 2007 Umar Chapra, The Future of Islamic Economics, Jakarta: SEBI, 2001 Prathama Rahardja & Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro, Jakarta: FEUI, 2007

33 ALHAMDULILLAH


Download ppt "RANCANG BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAM"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google