Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN"— Transcript presentasi:

1 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
PENDAHULUAN

2 PERENCANAAN JALAN RAYA
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PERENCANAAN PERKERASAN JALAN PERENCANAAN DRAINASE JALAN

3 PENDAHULUAN Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik jalan Fungsi dasar jalan : memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas

4 TUJUAN PRC. GEOMETRIK JALAN
Merencanakan dan menghasilkan infrastruktur jalan yang aman, efisien, dalam pelayanan arus lalu lintas Memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/anggaran biaya pelaksanaan

5 Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan

6 DASAR-DASAR PRC. GEOMETRIK JALAN
Sifat dan ukuran kendaraan Sifat pengemudi dalam mengendalikan gerakan kendaraannya Karakteristik Arus lalu lintas

7 BAGIAN PRC GEOMETRIK JALAN
Prc Alinement Horisontal (Trace Jalan) - dititik beratkan pd prc sumbu jalan - menggambarkan jln lurus, jln menikung Prc Alinement Vertikal (Penampang Memanjang Jalan) - menggambarkan jln mendaki, menurun, landai - berkaitan dengan pekerjaan galian dan timbunan Penampang Melintang Jalan (Cross section) - menggambarkan lebar jalan dan jumlah lajur jalan, median, drainase, kelandaian lereng tebing Catatan : perlu koordinasi yang baik antara alinement horisontal dan vertikal sehingga didapatkan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan

8 PENAMPANG MELINTANG JALAN
Merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan Potongan melintang menggambarkan bagian-bagian jalan Bagian-bagian utama jalan : - Bagian untuk lalu lintas : Jalur lalin, lajur lalin, bahu jalan, trotoar, median - Bagian drainase : saluran samping, kemiringan melintang jalur lalin, kemiringan melintang bahu, kemiringan lereng - Bagian pelengkap jln : kerb, pengaman tepi - Bagian konstruksi jln : lapisan perkerasan jln, lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah, subgrade DAMAJA DAMIJA DAWASJA

9 SARANA dan PRASARANA LALU LINTAS

10 SARANA LALU LINTAS Definisi : Bagian dari sistem transportasi yang berfungsi sebagai penggerak atau sesuatu yang dipakai oleh manusia untuk memindahkan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain

11 Sarana Lalu Lintas : - Terdiri dari beberapa jenis dan ukuran yang bervariasi dari mobil penumpang yang paling kecil sampai truk gandengan - Karakteristik operasional dan kinerjanya bervariasi sebanding dengan ukuran dan berat. Faktor ini sangat diperlukan dalam perancangan dan analisis fasilitas jalan

12 - Faktor-faktor yang perlu diperhatikan : kendaraan rencana, kinerja percepatan kendaraan, kemampuan mengerem kendaraan, jarak mengerem dan reaksi, jarak pandangan henti, jarak pandangan menyiap.

13 Satuan Mobil Penumpang (smp) sepeda : 0,5 mobil penumpang/sepeda motor : 1 truk ringan (< 5 ton) : 2 truk sedang > 5 ton : 2,5 bus : 3 truk berat > 10 ton : 3 kendaraan tak bermotor : 7

14 Faktor smp di atas berlaku untuk jalan landai (datar)
Untuk daerah perbukitan dan pegunungan : kendaraan bermotor bisa dinaikkan kendaraan tak bermotor tidak perlu dihitung

15 Kendaraan Rencana Kendaraan-kendaraan yang mempergunakan jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, berdasarkan bentuk, ukuran, dan daya dari kendaraan tersebut Umumnya dikelompokkan menjadi : mobil penumpang, bus/truk, semi trailer, trailer

16 Untuk perencanaan, setiap kelompok diwakili oleh satu kendaraan standar, yang disebut kendaraan rencana. Ukuran kendaraan rencana untuk masing-masing kelompok adalah ukuran terbesar yang mewakili kelompoknya.

17 Kendaraan rencana adalah : kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya, dipergunakan untuk merencanakan bagian-bagian dari jalan

18 Untuk perencanaan geometrik jalan :
Ukuran lebar kendaraan rencana  lebar lajur yang dibutuhkan Sifat membelok kendaraan  perencanaan tikungan, lebar median dimana mobil boleh memutar (U turn)

19 Daya kendaraan  tingkat kelandaian yang dipilih Tinggi tempat duduk pengemudi  jarak pandangan pengemudi

20 Pemilihan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan ditentukan oleh : - fungsi jalan - jenis kendaraan dominan yang memakai jalan - pertimbangan biaya

21 PRASARANA LALU LINTAS Definisi : Bagian dari sistem transportasi yang berfungsi sebagai tempat sarana bergerak atau melaksanakan aktivitasnya.

22 Prasarana dibagi menjadi 2, yaitu :
Natural ways prasarana berupa alam Contoh : air, udara Built ways prasarana yang harus dibangun terlebih dahulu Contoh : jalan raya, jalan rel

23 Jalan Raya suatu prasarana perhubungan darat dlm bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yg diperuntukkan bagi lalu lintas

24 Lalu Lintas Harian Rata-rata
Klasifikasi Jalan Klasifikasi Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) Satuan : smp Fungsi Kelas Utama Sekunder Penghubung I IIA IIB IIC III > 6.000 – 1.500 – 8.000 < 2.000 -

25 Untuk penetapan kelas jalan : Kelas IIC, III : kend tak bermotor diperhitungkan Kelas I, IIA, IIB : kend tak bermotor tidak diperhitungkan Kelas I, IIA : kend lambat tidak diperhitungkan Kelas IIB, IIC, III kend lambat diperhitungkan

26 Jalan Kelas I Mencakup semua jalan utama untuk melayani arus lalu lintas cepat dan berat Tidak terdapat kendaraan lambat dan tak bermotor Memiliki banyak jalur Konstruksi perkerasan jenis terbaik

27 Jalan Kelas IIA Jalan raya sekunder dua jalur atau lebih Terdapat kendaraan lambat tanpa kendaraan tak bermotor Lalu lintas lambat harus disediakan tersendiri Konstruksi perkerasan jenis aspal beton (hotmix)

28 Jalan Kelas IIB Jalan sekunder 2 jalur Terdapat kendaraan lambat tanpa kendaraan tak bermotor Konstruksi perkerasan jenis penetrasi berganda

29 Jalan Kelas IIC Jalan sekunder dua jalur Terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor Konstruksi perkerasan jenis penetrasi tunggal

30 Jalan Kelas III Jalan kolektor Berjalur tunggal atau dua Konstruksi perkerasan jenis pelaburan dengan aspal

31 Jalan Utama Jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara pusat-pusat produksi Direncanakan dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat

32 Jalan Sekunder Jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kota-kota penting dan kota-kota yang lebih kecil Melayani daerah-daerah di sekitarnya

33 Jalan Kolektor Digunakan untuk keperluan aktivitas daerah Jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan

34 Beberapa Pembagian Jalan
Menurut Jenis Perkerasan Perkerasan sistem lentur (flexible pavement) Perkerasan sistem kaku (rigid pavement)

35 Menurut Klasifikasi Pergerakan
Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal

36 Menurut Fasilitas Jalan
Jalan dengan median Jalan tanpa median

37 Menurut Kewenangan Pengelolaan Jalan
Jalan negara Jalan propinsi Jalan kabupaten

38 SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan

39 Sistem jaringan jalan primer bersifat menerus, yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan.

40 SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan

41 Kawasan perkotaan : kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi

42 Jalan Umum Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan menjadi :
Jalan arteri Jalan kolektor Jalan lokal Jalan lingkungan

43 JALAN ARTERI jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna

44 Angkutan utama : angkutan bernilai ekonomis tinggi dan volume besar

45 Jalan arteri meliputi :
Jalan arteri primer : jalan arteri dalam skala wilayah tingkat nasional Jalan arteri sekunder : jalan arteri dalam skala perkotaan

46 JALAN KOLEKTOR jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi

47 Angkutan pengumpul : angkutan antara yang bersifat mengumpulkan angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat

48 Jalan kolektor meliputi:
Jalan kolektor primer : jalan kolektor dalam skala wilayah jalan kolektor sekunder : jalan kolektor dalam skala perkotaan

49 JALAN LOKAL jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi

50 Angkutan setempat : angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi ulang-alik yang tinggi

51 Jalan lokal meliputi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder
Jalan lokal primer : jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal Jalan lokal sekunder : jalan lokal dalam skala perkotaan

52 JALAN LINGKUNGAN jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah

53 Jalan lingkungan meliputi :
Jalan lingkungan primer Jalan lingkungan sekunder

54 Jalan Lingkungan Primer
jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan pedesaan di wilayah kabupaten Jalan Lingkungan Sekunder jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan

55 Menurut statusnya, jalan umum dikelompokkan menjadi :
Jalan nasional Jalan propinsi Jalan kabupaten Jalan kota Jalan desa

56 JALAN NASIONAL jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol

57 JALAN PROPINSI jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten / kota, atau antar ibukota kabupaten / kota, dan jalan strategis propinsi

58 JALAN KABUPATEN jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten

59 JALAN KOTA jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, serta menghubungkan antar pusat pemukiman yang berada di dalam kota

60 JALAN DESA jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan

61 Jalan Strategis JALAN STRATEGIS NASIONAL
jalan yang melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah-daerah rawan, bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antar negara, serta dalam rangka pertahanan dan keamanan

62 JALAN STRATEGIS PROPINSI
jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan propinsi berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan propinsi

63 JALAN STRATEGIS KABUPATEN
jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan kabupaten berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan kabupaten

64 Pembagian Kelas Jalan Tujuan :
untuk pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas

65 Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan, dibagi menjadi :
Jalan bebas hambatan Jalan raya Jalan sedang Jalan kecil

66 JALAN BEBAS HAMBATAN (freeway)
jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median

67 JALAN RAYA (highway) jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap arah

68 JALAN SEDANG (road) jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 7 m

69 JALAN KECIL (street) jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5 m

70 Jalan Khusus Yang dimaksud dengan jalan khusus antara lain :
jalan di dalam kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri, dan jalan di kawasan pemukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah

71 PENGERTIAN JALAN RAYA

72 Pengertian Jalan Dan Klasifikasinya
Pengertian Jalan Raya Jalan raya merupakan prasarana transportasi angkutan jalan raya, berupa suatu area tanah yg dikhususkan utk dibangun suatu fasilitas guna melayani pergerakan angkutan jalan raya yg direncanakan dgn mengikuti kaidah perencanaan geometrik & perencanaan struktur perkerasan yg memungkinkan kendaraan bisa berjalan dgn cepat, aman, nyaman, selaras dgn lingkungan.

73 Klasifikasi jalan menurut fungsi:
Jalan Utama yaitu jalan raya yg melayani lalu lintas yg tinggi antara kota-kota yg penting. Jalan golongan ini harus direncanakan utk melayani lalu lintas yg cepat & berat. Jalan Sekunder yaitu jalan raya yg melayani lalu lintas yg cukup tinggi antara kota-kota penting & kota-kota yg lebih kecil, serta melayani daerah-daerah sekitarnya. Jalan Penghubung yaitu jalan utk keperluan aktivitas daerah yg juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yg sama atau berlainan.

74 Klasifikasi jalan menurut volume lalu lintas : 1
Klasifikasi jalan menurut volume lalu lintas : 1. Jalan Kelas IA dgn LHR > Jalan kelas ini mencakup semua jalan utama & diperuntukkan utk dpt melayani lalu lintas cepat & berat. 2. Jalan Kelas IIA dgn LHR sampai Jalan raya sekunder 2 jalur atau lebih dgn konstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton atau yg setaraf. 3.Jalan Kelas IIB dgn LHR 1500 sampai Jalan raya sekunder 2 jalur dgn konstruksi permukaan jalan dr penetrasi berganda atau yg setaraf dimana dlm komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan tak bermotor. 4. Jalan Kelas IIC dgn LHR < Jalan raya sekunder 2 jalur dgn konstruksi permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal, komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat & tak bermotor. 5. Jalan Kelas III Mencakup semua jalan penghubung, berjalur tunggal atau 2, konstruksi permukaan jalan yg paling tinggi yaitu peleburan aspal.

75 II. PENAMPANG MELINTANG JALAN

76 Pengertian Merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan.

77 Bagian-bagian Jalan A. Bagian yg langsung berguna utk lalu lintas
1. jalur lalu lintas 2. lajur lalu lintas 3. bahu jalan 4. trotoar 5. median

78 B. Bagian yg berguna utk drainase jalan
1. saluran samping 2. kemiringan melintang jalur lalu lintas 3. kemiringan melintang bahu 4. kemiringan lereng

79 C. Bagian pelengkap jalan
1. kereb 2. pengaman tepi

80 D. Bagian konstruksi jalan
1. lapisan perkerasan jalan 2. lapisan pondasi atas 3. lapisan pondasi bawah 4. lapisan tanah dasar

81 E. Daerah manfaat jalan (damaja)
F. Daerah milik jalan (damija) G. Daerah pengawasan jalan (dawasja)

82 JALUR LALU LINTAS Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yg diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur kendaraan.

83 Lajur kendaraan adalah bagian dari jalur lalu lintas yg khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah.

84 Lebar lajur lalu lintas
Besarnya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dgn pengamatan langsung di lapangan, karena : 1. Lintasan kendaraan yg satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat

85 2. Lajur lalu lintas tak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum
3. Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena adanya pengaruh tidak ratanya permukaan, gaya sentrifugal, dan gaya angin

86 Lebar kendaraan penumpang pada umumnya 1,50 m – 1,75 m.
Bina Marga mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truk/bis/semitrailer.

87 Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan.
Jalan yg digunakan utk lalu lintas dengan kecepatan tinggi, membutuhkan ruang bebas utk menyiap dan bergerak yg lebih besar.

88 Jalan lokal : lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m)
Jalan arteri : lebar lajur 3,50 m

89 Kemiringan Melintang Jalur
Tujuan : untuk kebutuhan drainase jalan Kemiringan melintang bervariasi : 2% - 4%, utk jenis lapisan permukaan dgn bahan pengikat aspal atau semen. 5%, utk jalan dgn lapisan permukaan belum menggunakanbahan pengikat, seperti jalan berkerikil.

90 BAHU JALAN Adalah jalur yg terletak berdampingan dgn jalur lalu lintas. Fungsi : 1. Ruangan utk berhenti sementara 2. Ruangan utk menghindarkan diri dari saat-saat darurat 3. Memberikan kelegaan pd pengemudi

91 4. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dr arah samping
5. Ruangan pembantu pada saat mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan 6. Ruangan utk lintasan kendaraan patroli, ambulans, dll

92 Jenis Bahu Berdasarkan tipe perkerasan : Bahu yg tdk diperkeras
Dibuat hanya dr material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat, biasanya berupa material agregat bercampur sedikit lempung.

93 Bahu yg tdk diperkeras ini dipergunakan utk daerah-daerah yg tdk begitu penting.
Bahu yg diperkeras Dibuat dg menggunakan bahan pengikat sehingga lebih kedap air

94 Penggunaan : utk jalan-jalan dimana kendaraan yg akan berhenti dan memakai bagian tsb berjumlah besar, seperti di sepanjang jalan tol, jalan arteri yg melintasi kota, dan di tikungan tajam.

95 Berdasarkan letak bahu terhadap arah lalu lintas :
Bahu kiri/bahu luar Bahu kanan/bahu dalam

96 Lebar bahu jalan Dipengaruhi oleh : Fungsi jalan
Kecepatan >>, lebar bahu >> Volume lalu lintas Volume >>, lebar bahu >> Ada atau tidaknya trotoar

97 Kegiatan di sekitar jalan
Biaya yg tersedia Lebar bahu jalan bervariasi antara 0,5 – 2,5 m.

98 Lereng melintang bahu jalan
Fungsi : utk mengalirkan air hujan Kemiringan melintang bahu > kemiringan melintang jalur perkerasan jalan, dapat bervariasi sampai dg 6% Tergantung dari : jenis permukaan bahu, intensitas hujan, dan kemungkinan penggunaan bahu jalan

99 TROTOAR Adalah jalur yg terletak berdampingan dg jalur lalu lintas yg khusus digunakan utk pejalan kaki. Perlu atau tidaknya trotoar sangat tergantung dari volume pedestrian.

100 Lebar trotoar Ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yg diinginkan, dan fungsi jalan. Umumnya 1,5 – 3,0 m.

101 MEDIAN Adalah jalur yg terletak di tengah jalan utk membagi jalan dlm masing-masing arah. Fungsi : Menyediakan daerah netral yg cukup lebar utk mengontrol kendaraan pada saat-saat darurat

102 Menyediakan jarak yg cukup utk membatasi/mengurangi kesilauan thd lampu dr kendaraan yg berlawanan arah Menambah rasa kelegaan Mengamankan kebebasan samping dr masing-masing arah lalu lintas

103 Lebar median bervariasi antara 1,0 – 12 m.
Semakin lebar median semakin baik bagi lalu lintas, tetapi semakin mahal biaya yg dibutuhkan.

104 Jalur tepian median Adalah jalur yg terletak berdampingan dg median (pada ketinggian yg sama dg jalur perkerasan). Berfungsi utk mengamankan kebebasan samping dari arus lalu lintas. Lebar : 0,25 – 0,75 m dan dibatasi dg marka putih menerus.

105 SALURAN SAMPING Fungsi :
Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan atau dari bagian luar jalan Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak terendam air

106 Utk daerah perkotaan,saluran samping dpt dibuat empat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar. Lebar dasar saluran min. 30 cm

107 TALUD Talud jalan umumnya dibuat 2H : 1V.
Konstruksi tambahan : bronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat (berm).

108 KEREB Adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yg terutama dimaksudkan utk keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dr tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.

109 Pada umumnya kereb digunakan pada jalan di daerah perkotaan, sedangkan utk jalan antar kota kereb digunakan jika jalan tsb direncanakan utk lalu lintas dg kecepatan tinggi, atau apabila melintasi perkampungan.

110 Jeni-jenis kereb Kereb peninggi Direncanakan agar dpt didaki kendaraan
Letak : di tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas. Tinggi : 10 – 15 cm.

111 Kereb penghalang Direncanakan utk menghalangi / mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas Letak : di median, trotoar, pd jalan tanpa pagar pengaman Tinggi : 25 – 30 cm

112 Kereb berparit Direncanakan utk membentuk sistem drainase perkerasan jalan Tinggi : 10 – 20 cm.

113 Kereb penghalang berparit
adalah kereb penghalang yg direncanakan utk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tinggi : 20 – 30 cm.

114 PENGAMAN TEPI Tujuan : memberikan ketegasan tepi badan jalan, dan dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Letak : di sepanjang jalan yg menyusur jurang, pada tanah timbunan dg tikungan tajam, pada tepi jalan dg tinggi timbunan > 2,5 m, dan pada jalan dg kecepatan tinggi

115 Jenis pengaman tepi Pengaman tepi dari besi digalvanised
Tujuan : utk melawan tumbukan dr kendaraan dan mengembalikan kendaraan ke arah dalam. Pengaman tepi dari beton Utk jalan dg kecepatan rencana 80 – 100 km/jam

116 Pengaman tepi dari tanah timbunan
Utk kecepatan rencana ≤ 80 km/jam Pengaman tepi dari batu kali Terutama utk estetika dan digunakan pd jalan dg kecepatan rencana ≤ 60 km/jam

117 Pengaman tepi dari balok kayu
Utk kecepatan rencana ≤ 40 km/jam dan pada daerah parkir

118 DAMAJA Meliputi : badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi : jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah, dan bahu jalan

119 DAMIJA Merupakan ruang sepanjang jalan yg dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yg dikuasai oleh Pembina Jalan. Tujuan : utk keperluan pelebaran Damaja di kemudian hari. Biasanya ditandai dg patok DMJ berwarna kuning yg dipasang tiap jarak 1 km.

120 DAWASJA Adalah sejalur tanah tertentu yg terletak di luar Damija, yg penggunannya diawasi oleh Pembina Jalan.

121 III. Parameter Perencanaan Geometri Jalan
Parameter-parameternya antara lain : Kendaraan Rencana yaitu kendaraan yg merupakan wakil dari kelompoknya, dipergunakan utk merencanakan bagian-bagian dari jalan. Umumnya kendaraan dpt dikelompokkan menjadi kelompok mobil penumpang, bus/truk, semi trailer, trailer. Kecepatan yaitu besaran yg menunjukkan jarak yg ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuh. Sedangkan kecepatan rencana yaitu kecepatan yg dipilih utk keperluan perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang. Faktor-faktor yg mempengaruhi besarnya kecepatan rencana adalah keadaan terrain, apakah datar, berbukit atau gunung. Kemudian sifat dan tingkat penggunaan daerah

122 Satuan volume lalu lintas yg umum digunakan adalah :
Volume Lalu Lintas yaitu menunjukkan jumlah kendaraan yg melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit) Satuan volume lalu lintas yg umum digunakan adalah : 1. Lalu Lintas Harian Rata-rata rumus , LHRT= jumlah lalu lintas dlm 1thun (a) 365 LHR = jumlah lalu lintas selama pengamatan …… (b) Lamanya pengamatan 2. Volume Jam Perencanaan (VJP) rumus, VJP = K.LHR atau LHR = VJP, nilai K antara 10-15% K 3. Kapasitas yaitu jumlah kendaraan maksimum yg dpt melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu. Nilai kapasitas dpt diperoleh dari penyesuaian kapasitas dasar atau ideal dgn kondisi dari jalan yg direncanakan.

123 Tingkat Pelayanan Jalan
Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan atas 6 keadaan yaitu : 1. Tingkat pelayanan A, dgn ciri-ciri : - arus lalu lintas bebas tanpa hambatan - volume & kepadatan lalu lintas rendah - kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi 2. Tingkat pelayanan B, dgn ciri-ciri : - arus lalu lintas stabil - kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tapi tetap dpt dipilih sesuai kehendak pengemudi 3. Tingkat pelayanan C, dgn ciri-ciri : - arus lalu lintas masih stabil - kecepatan perjalanan & kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas 4. Tingkat pelayanan D, dgn ciri-ciri : - arus lalu lintas sudah mulai tdk stabil - perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan perjalanan

124 5. Tingkat pelayanan E, dgn ciri-ciri : arus lalu lintas sudah tidak stabil volume kira-kira sama dengan kapasitas sering terjadi kemacetan Tingkat pelayanan F, dgn ciri-ciri : arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah sering kali terjadi kemacetan arus lalu lintas rendah Jarak Pandangan yaitu jarak yg masih dapat dilihat pengemudi dari tempat duduknya. Jarak pandangan dapat dibedakan atas jarak pandangan henti dan jarak pandangan menyiap. Jarak pandangan menyiap hanya dipergunakan dalam perencanaan untuk jalan 2 arah tanpa median.

125 IV. Perencanaan Jalan Yang Efektif Dan Efisien
Tahapan-tahapan penentuan lokasi jalan raya berdasarkan metode fotogrametri : Survei pendahuluan dari keseluruhan wilayah di antara titik awal dan titik awal & titik akhir : Peta berskala kecil Penentuan kontrol topografi (kontur) & tata guna lahan Penentuan lokasi rute yg layak Survei pendahuluan dari rute-rute yg layak : Peta berskala sedang dari setiap rute Penentuan kontrol topografi & tata guna lahan yg terinci Penentuan rute yg terbaik Survei awal dari rute yg terbaik : Peta berskala besar berdasarkan lokasi rute yg terbaik Pembuatan rencana konstruksi jalan raya

126 V. Penentuan Trace Jalan
Sebisa mungkin dibuat sejajar dengan kontur Trace harus konsisten, perubahan mendadak harus dihindari Penentuan lokasi jembatan : Kondisi dahulu (ideal), direncanakan tegak lurus dengan sungai Kondisi sekarang, menentukan lokasi jalan yg memadai & melengkapi struktur jalan. Sehingga terkadang muncul jembatan serong, atau ada lengkung horisontal dan vertikal pada jembatan, yg pada akhirnya menimbulkan biaya & permasalahan yg besar

127 VI. ALINYEMEN HORISONTAL
MENGEVALUASI TIKUNGAN TUJUAN : - Membuat Speed Profile - Mengetahui Kinerja Peningkatan Jalan DATA : - R Min - V Maks - f diasumsikan sendiri - e maks = 10% ANALISA : R MIN : V2 / ( 127 x ( e + f ) )

128 LENGKUNG HORISONTAL 1. Tipe FULL CIRCLE (FC) R besar  kecil  Rc /2
TC CT Ec PI Tc Lc /2 Rc R besar  kecil Tc = R tan ½  Lc =  / 3600 * 2 R Ec = Tc tan ¼ 

129 p* , k* : dari tabel J. Barnett
LENGKUNG HORISONTAL 2. Tipe SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL (SCS) TS ST ES PI S RC SC CS -2S Lc LS p k Circular curve O XS R sedang  sedang c =  - 2 s Lc = c /  . Rc Ls = (2 s)/  . Rc s = (Ls/2Rc) . (360/2) Ts = ( Rc + p ) tan /2 + k Es = ( Rc + p ) sec /2 - Rc p = p* . Ls k = k* . Ls p* , k* : dari tabel J. Barnett L total = Lc + 2 Ls Xs = Ls – (Ls3/40Rc) Ys = Ls2/6Rc

130 3. Tipe SPIRAL-SPIRAL (SS)
LENGKUNG HORISONTAL 3. Tipe SPIRAL-SPIRAL (SS) TS ST ES PI S RC SCS p k O XS LS YS R kecil  besar s =  /2 Ls = ( 2s / 360 ). 2 . Rc Lt = 2 Ls Ts = ( Rc + p ) tan /2 + k Es = ( Rc + p ) sec /2 – Rc Check : Ls  Ls minimum

131 LENGKUNG HORISONTAL Terjadi gaya sentrifugal berarah tegak lurus terhadap gaya kecepatan, yang cenderung mendorong kendaraan secara radial keluar dari lajur lintasannya. F = m.a = m.V2 R G R m.V2 / R fm

132 Perancangan Lengkung Horisontal
Pada tikungan berlaku hubungan antara : Kecepatan – garis lengkung Keduanya - superelevasi Kecepatan (V) Superelevasi (e) Radius (R) Gesekan melintang (fm) e + fm = V2 127 R

133 Derajat Lengkung (D) Derajat lengkung (D) merupakan cara lain untuk menyatakan lengkung horisontal. Derajat lengkung (D) adalah sudut pusat yang terjadi untuk suatu busur dengan panjang 25 m (100 ft). 100 D 5.729,578 R = (D dalam radians) (D dalam derajat) D R 25 m 100 ft 100 / 2 R = D0 / 3600 R = = 360 x 100 2  D 5.729,578 D R dalam feet : R dalam satuan metrik : 360 x 25 2  D 1.432,394 D R = =

134 Superelevasi (e) – pada tikungan
Kemiringan melintang di tikungan untuk memperoleh komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya sentrifugal. Besarnya dipengaruhi : - kondisi cuaca - kondisi medan (datar, bukit, gunung) - tipe daerah (urban/rural) - sifat operasi kendaraan (variasi kecepatan) Teoritis, besarnya e tidak terbatas, tergantung Vr Bina Marga menetapkan emaks : 6%, 8%, 10%.

135 Gesekan melintang (fm) – pada tikungan
Gaya gesek melintang : besarnya gesekan yang terjadi antara ban dan permukaan jalan dalam arah melintang jalan, berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal. Koefisien gesek melintang (fm) : rasio antara gaya gesek melintang dengan gaya normal yang bekerja. Besarnya fm dipengaruhi oleh beberapa faktor : jenis & kondisi ban, tekanan ban, kekasaran permukaan perkerasan, kecepatan, dan cuaca Penggunaan fm maksimum dalam perencanaan harus dihindari sebagai pertimbangan keamanan.

136 Radius (R) minimum V2 R = 127 (e + fm) 1.432,394 R = D
Radius minimum (derajad lengkung maksimum) adalah suatu harga batas untuk suatu harga kecepatan rencana (design speed) yang ditentukan berdasarkan superelevasi dan faktor gesekan melintang maksimum. R = V2 127 (e + fm) Untuk e dan fm maksimum, maka R minimum. R = 1.432,394 D Untuk R minimum, maka D maksimum.

137 Radius (R) minimum Kecepatan Rencana fm maksimum Radius minimum (m) (km/jam) e maks 10% e maks 8% 40 0,166 47 51 50 0,160 76 82 60 0,153 112 122 70 0,147 157 170 80 0,140 210 229 90 0,128 280 307 100 0,115 366 404 110 0,103 470 522 120 0,090 597 667

138 Rekomendasi pemilihan tikungan
Tipe lengkung horisontal yang dipilih untuk direkomendasikan : Tipe Full Circle, bila tidak mungkin, dipilih Tipe Spiral-Circle-Spiral Tipe Spiral-Spiral, performance rendah

139 Nilai Batas Perancangan Lengkung Horisontal
Radius Minimum Vr (km/jam) 120 100 60 50 40 30 20 Rmin (m) 600 370 210 110 80 15 Rmin tanpa Ls 2500 1500 900 500 350 250 130 Rmin tanpa e 5000 2000 1250 700 - Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota, 1997

140 OUTPUT ANALISA

141 Data Hasil Evaluasi Terhadap Gambar Design Pengembangan Jalan ke-3
No. Jenis Tikungan STA Parameter Rmin e f Vr Jarak antar tikungan meter % koefisien km/jam 1 FC 33276 33548 400 0.06 0.12 96 1052 2 34600 35250 1000 0.025 0.08 115 658 3 35908 36364 750 0.03 120 1086 4 37450 38050 600 0.04 0.1 103 50 5 38100 38700 360 0.065 92 100 6 38800 39350 560

142 PERBANDINGAN Rmin Batasan Hasil Analisa Vr Rmin Point / Sta km/jam
meter 120 600 22 400 33276 100 370 23 1000 34600 210 21 750 35908 60 110 37450 50 80 360 38100 40 560 38800 30 20 15


Download ppt "PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google