Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Extrapulmonary Tuberculosis: Tuberculous Meningitis New Development

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Extrapulmonary Tuberculosis: Tuberculous Meningitis New Development"— Transcript presentasi:

1 Extrapulmonary Tuberculosis: Tuberculous Meningitis New Development
Text Book Reading Ruangan 1 Extrapulmonary Tuberculosis: Tuberculous Meningitis New Development Oleh; Dewi Indah Prasetyastuti Pembimbing: Prof Dr. dr. OS Hartanto Sp. S (K)

2 PENDAHULUAN TB merupakan masalah kesehatan yg utama
TB dapat mengenai pulmonal maupun ekstrapulmonal Meningitis TB: salah satu bentuk penyakit yg berat & disertai keterlibatan SSP Menyerang membran dan cairan otak dan medula spinalis Dapat terjadi krn penyebaran scr hemtogen Dapat terjadi krn pecahnya tuberkel Gambaran klinis menyerupai meningitis kronis

3 ETIOLOGI Meningitis TB disebabkan Mycobacterium bacilli
Merupakan parasit makrofag intraseluler fakultatif Bersifat gram positif, aerobik, non spora, non motil Pada pewarnaan bersifat acid fast Penularan melalui inhalasi dari udara yg infeksius

4 EPIDEMIOLOGI Insiden dan prevalensi tdk diketahui scr pasti
Meningitis TB terhitung 15 % dr TB ekstrapulmonal Pada meningitis TB 7-12% berhubungan dgn tingginya mortalitas dan morbiditas Th 2007 prevalensinya 13,7 juta (206 per ) Yang terdiri dari 9,27 juta kasus baru, 1,34 juta (14% darinya) merupakn HIV + Insiden pd neonatus 31,5 per Insiden pd anak 0,7 per

5 MULTI DRUG RESISTEN Diawali stlh pengenalan streptomycin sbg antibiotik Masalah berkurang stlh penggunaan INH dan rifampicin scr bersamaan MDR dilaporkan keberadaannya pada awal th 90 an Menurut WHO, MDR TB pada th 2000 tercatat sedang th 2007 tercatat MDR juga didapatkan pd pasien meningitis TB MDR lebih sering terjadi pada pasien dgn HIV+ MDR pada meningitis TB  prognosis buruk

6 Lanjutan MULTI DRUG RESISTEN
XDR TB  resistensi obat secara luas Tidak hanya obat lini pertama tp resisten juga pada obat linikedua Obat TB lini kedua  beberapa jenis fluorokuinolon dan salah satu dari 3 obat injeksi berikut: capreomycin, kanamycin dan amikacin Penegakkan diagnosis  identifikasi adanya identifikasi TB dan drug susceptibility tes (DST) Gold standar DST  metode proporsi tdk langsung pd medium agar

7 PATOGENESIS Penularan meningitis TB melalui inti droplet udara
Kmd terdistribusi di area ventilasi paru terbentuk fokus infeksi primer Yg berperan sbg reservoir pada sel host  makrofag Makrofag memiliki byk reseptor intraseluler Jika bacillus dpt bertahan di makrofag, bakteri ini akan berkembang biak Pertumbuhannya bersifat lambat Bakteri dpt terbawa sistem limfatiknodus limfe hiler regional sirkulasi sistemikorgan lain

8 lanjutan PATOGENESIS Kemampuan host utk berespon thd TB dpt menurun karena penyakit2 tertentu Meningitis TB tjd dlm 2 tahap: Masuk host mll inhalasimakrofag alveolarnodus limfonodi regionalkomplek primertuberkel Peningkatan ukuran Rich Focusruptur masuk ke subaracnoid Awalnya pada meningitis TB terbentuk Rich Focus Biasanya bakteri cenderung terlokalisasi di bagian tengahnya

9 lanjutan PATOGENESIS Rupturnya Rich Focus penyebaran bakteri ke ruang subarachnoid bakteri masuk SSP melalui BBB Proses di atas memicu respon T cell inflamasi

10 KONSEKUENSI PATOLOGIS DARI INFEKSI
Meningitis TB kecenderungan mengenai basal otak Patofisiologinya meliputi eksudat basal, hirocephalus, granuloma dan penyumbatan Komplikasi neurologis dimulai dr reaksi hipersensitivitas pd rupturnya Rich Focus Proses inflamasi meliputi penumpukkan sel, onset hiperemia, edema, kerusakan kapiler, eksudat dan fibrosis Eksudat inflamasi dapat mengenai fissura silvian, sisterna basal, batang otak dan cerebellum

11 lanjutan KONSEKUENSI Gambaran khas inflamasi meningeal
Duramater dgn fibrosis dense dan infiltrat limfoplasmasitik

12 lanjutan KONSEKUENSI Sering menyebabkan disfungsi N.III, VI dan VII
Dapat menyebabkan hidrocephalus krn blokade jalur LCS dan gangguan absorbsi LCS oleh eksudat Dapat menyebabkan vaskulitis Biasa tjd di sirkulus Willisi, sistem vertebrobasiler dan perforasi pd cbg cerebri media Terjadi krn invasi langsung dan kompresi pembuluh drh basal otak Dpt menyebabkan iskemia dan infark cerebral Perubahan yg tjd  inflamasi, spasme, konstriksi dan strangulasi pembuluh drh

13 Lanjutan KONSEKUENSI Gambaran mikroskopis Meningitis TB sel granuloma epiteloid, infiltrasi limfositik, sel Langhans, dan nekrosis caseous Dapat ditemukan btk tuberkuloma yg berisi material nekrotik caseous, granuloma sel epiteloid dan infiltrasi sel mononuklear Ukuran tuberkuloma bbrp mm s/d 3-4 cm

14 MANIFESTASI KLINIS Kadang gejala dan tanda tdk spesifik  penegakkan diagnosa sulit Pada bayi dan anak biasanya merupakan dampak dr komplikasi infeksi primer Gambaran klinis meliputi gambaran meningoencephalitis akut dan gambaran progesi lambat Pengeluaran bakteri ke LCS diikuti gejala prodormal Meningitis TB terjadi scr bertahap selam 2-6 minggu

15 lanjutan MANIFESTASI Manifestasinya meliputi nyeri kepala, muntah, ggn sensori dan kaku kuduk Pada tahap lanjut tampak nervi kranial palsy, hilangnya pengelihatan, defisit neurologis fokal dan tanda kenaikan TIK Pada anak biasanya kejang dengan atau tanpa demam Pada orang tua kadang sulit ditemukan krn hanya kesadara somnolent Gejala visual meliputi kebutaan , optalmoplegi yg tiba2

16 lanjutan MANIFESTASI Gambaran yg tdk khas dapat menyerupai menigitis piogenik, demensia progesif, status epileptikus, psikosis, sindrom stroke, locked in state neuralgia trigeminal dan spasme infantil

17 lanjutan MANIFESTASI Gambaran gejala klinis meningitis TB pada anak & dewasa Frequency/range Symptom Headache 50-80% Fever 60-95% Vomiting 30-60% Photophobia 5-10% Anorexia/weight loss 60-80% Clinical sign Neck stiffness 40-80% Confusion 10-30% Coma 30e60% Cranial nerve palsy 30-50% VI 30-40% III 5-15% VII 10-20% Hemiparesis 10-20% Paraparesis 5-10% Seizures: children 50% Adults 5% Cerebrospinal fluid Clear appearance 80-90% Opening pressure >25 cm H20 50% Leucocyte count (103/ml) Neutrophils 10-70% Lymphocytes 30-90% Protein (g/L) Lactate (mmol/L) CSF glucose:blood glucose < % Cerebrospinal protein can be >10 g/l in those with spinal block

18 KRITERIA DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan dgn gejala klinis, gejala neurologis, hsl pemeriksaan LCS, neuroimaging, respon thd obat anti TB Utk mendeteksi Delayed Type Hipersensivity digunakan metode skin tes tuberkulin Jika hasil negatif  tidak menyingkirkan kemungkinan meningitis TB

19 Pemeriksaan LCS Pemeriksaan LCS utk membedakan berbagai penyebab meningitis kronis Dibutuhkan sample sebanyak 5cc LCS Kelainan klasik LCS pd meningitis TB meliputi: Tekanan pembukaan lumbar ↑ Leukosit ↑ sel/mm3 terutama limfosit Protein ↑ mg/dl Glukosa ↓ 40 mg/dl Kultur + pd sekitar 75% pasien

20 lanjutan PEMERIKSAAN LCS
Gold standar utk diagnosis adanya penampakan Mycobacterium Bacilli pd LCS dgn pewarnaan acid fast Kultur LCS + pd 40 % kasusdan dapat diulang sampai 6 minggu PCR assay merupakan pemeriksaan yang paling spesifik dan sensitif, dgn penggunaan amplifikasi real time & deteksi hasil Modifikasi PCR kuantitatif real time PCR cepat Tehnik terkini ampilfikasi bakteriophage mudah, murah, hasil jam

21 lanjutan PEMERIKSAAN LCS
PCR utk penegakkan diagnosis didukung oleh filtrat LCS ELIspot assay deteksi cepat utk Mycobacterium TB spesifik T limfosit Pada pemeriksaan smear LCS + gambaran acid fast bacilli

22 NEUROIMAGING CT dan MRI  utk menentukkan lokasi & karakteristiknya
Hasil sering normal pd tahapan awal penyakit CT & MRI menujukkan: hidrocephalus, enhancement pd parenkim, enhancement pd sisterna basal, edem otak, abses atau tuberkuloma

23 lanjutan NEUROIMAGING
CT scan kepala yg memperlihatkan eksudat basal yg tebal dan dilatasi ventrikel CT scan kepala yg memperlihatkan enhancement kontras krn eksudat basal & enhancement meningeal

24 lanjutan NEUROIMAGING
Gambaran neuroradiologis yg sering didapat: enhancement basal , eksudat, hidrocephalus maupun infark periventrikuler Pada MRIgambaran enhancement meningeal pada basal pial, terutama pd fossa interpenducular Infark pd meningitis kronis  ganglia basal, kapsula interna, talamus Lacuna iskemik T2 hiperintens, T1 hipointens pd diffusion weight imaging dgn diameter <1,5 cm

25 Perkembangan & penerapan DNA Mycbacterial di URin
Alternatif diagnostik yg cepat Adanya fragmen DNA yg dibentuk as nukleat free cell pd plasma & darah melewati ginjal keluar di urin DNA transrenal Menggunakan metode amplifikasi as nukleat

26 MENINGITIS TB pd PASIEN HIV
30% dari pasien TB adalah seropositif HIV 10% dari pasien HIV menderita TB pulmonal maupun ekstrapulmonal, sdg keterlibatan SSP 10% darinya Gejala Klinis gambaran LCS aseluler & lesi massa intraserebral Gejala Klasik pada CT scan hidrocephalus & enhancement basal Resistensi obat lebih sering terjadi

27 TERAPI Jika terdeteksi lbh awal biasanya berespon thd standar anti TB dgn kortikoseroid Mengikuti tahap terapi TB paru Terdiri dari dua tahap: fase intensif dan fase kontinu Terapi diberikan 6 sampai 18 bulan Dimulai dr obat anti TB lini pertama: isoniazid, rifampicin, pirazinamid, streptomycin dan etambutol Agen antimikrobia fluorokuinolon (levofloxacin, gatifloxacin, dan moxifloxacin) utk terapi resisten obat Juga utk terapi meningitis TB dgn durasi lama

28 Tabel. II Regimen yang direkomendasikan utk meningitis TB
lanjutan TERAPI Drug Daily Dose Drug Children Adults Route Duration Isoniazid 10-20 mg/ kg (max 500 mg) 300 mg oral 12 months Rifampicin 10-20 mg/ kg (max 600mg) 450mg (<50kg) 600mg (≥50kg) Oral Pirazinamid 30-35 mg/ kg (max 2g) 1,5g (<50 kg) 2 g (≥50 kg) 2 months Etambutol 15-20 mg/ kg (max 1 g) 15 mg/kg Tabel. II Regimen yang direkomendasikan utk meningitis TB

29 lanjutan TERAPI Tuberculous meningitis by drug-susceptible organisms
(adult, children and human immunodeficiency virusinfected patients) • Initiation phase: 2 months Isoniazid (4-6 mg/kg, 300 mg) Rifampicin (8-12 mg/kg, 600 mg) Pyrazinamide (20-30 mg/kg, 1600 mg) Streptomycin (12-18 mg/kg, 1000 mg) • Continuation phase: 4-7 months Multidrug-resistant tuberculous meningitis • Initiation phase: 4 months Amikacin or Kanamycin (intravenous or intramuscular 15-30 mg/kg, 1000 mg) Ethionamide (15-20 mg/kg, 1000 mg) Ofloxacin ( mg/kg, 800 mg) Ethambutol or cycloserine (15-25 mg/kg, 1200 mg; 10-20 mg/kg, 1000 mg) • Continuation phase: months Ethionamide (5-10 mg/kg, 750 mg) 10-20 mg/kg, 1000 m

30 KORTIKOSTEROID TAMBAHAN
Disarankan digunakan utk terapi meningitis TB Berguna utk menekan produk inflamasi sitokin dan kemokin Bekerja menurunkan kadar metaloproteinase 9 pd LCS di awal terapi Komplek microglia- matrik metaloproteinase (MMP)menyebabkan kerusakan Komplek CoMtb-monosit merangsang ekspresi gen MMP 1,3,9 pd sel mikroglia > drpd infeksi scr langsung

31 PROGNOSIS Faktor yg mempengaruhi prognosis usia, tahap penyakit, level kesadaran, keterlibatan TB ekstra SSP, isolasi bakteri pd LCS, biokimia LCS, hidrocephalus dan infark Keterlambatan terapi  kematian Diagnosis awal dan terapi yg tepat kunci utk bisa bertahan Pemberian kortikosteroid pd dewasa signifikan menurunkan kematian

32 PENCEGAHAN Vaksin BCG  efek protektif thd meningitis
Mekanisme proteksinya tidak diketahui scr pasti Efikasi proteksinya menurun seiring bertambahnya umur Efikasi proteksi thd TB paru berkisar 0-80% Vaksin ini dpt membahayakan pasien dgn imunokompromise yg punya resiko terinfeksi TB

33 PRIORITAS KESEHATAN UMUM
Vaksin Mycobacteriumvaksin investigasional yg disiapkan dr lingkungan Myobacterium Dibanding vaksin BCG MV tdk perlu skin tes, durasi terapi pendek, aman, target jangkauan lbh luas dan hasil yg baik Diperlukan juga alat diagnostik yg lbh baik & penanganan MDR TB

34 TERIMA KASIH

35 MTB: rdg selaput otak akibat komplikasi TB primer
MTB selalu tjd sekunder dgn fokus primer di luar otak Bukan krn peradangann langsung di meningen scr hematogen Menyebar scr perkontinuitatum dr infeksi organ lain Std1 (awal) :apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, mual demam, anoreksia, nyeri perut Std 2 : perub mental, tanda iritasi meningen, kelumpuhan saraf III, IV, VI Std 3 : penkes s/d strupor, kejang, hemiparese, grkn involuter

36 Laboratorium Leukosit ↑, normal, ↓ difcount geser ke kiri dgn hiponatremi Pe↑ tekanan pd LP 40-75% pd anak, 50% pd dewasa, wrn jernih xantocrom, protein ↑ mg/dl, glukosa ↓, hipoklorida, pleiositosis <300 sel/mm3PMN dan limfosit Kultur LCS 90% - PCR spesifisitas tinggi PPD tuberkulin – pd 10-15% anak dan 50% pd dewasa

37 TERAPI INH anak10-20 mg/kg/hr, dewasa 400mg/hr
R anak10-20 mg/kg/hr, dewasa 600 mg/hr E anak 25 mg/kb/hr, dewasa 150 mg/hr PAS 200mg/kg/hr terbagi 3, max 12 g/hr ES ggn nafsu mkn Strepto mg/ kg/hr ES ototoksik KTS prednison, 2-3mg/kg/hr dlm 3 dosis 2-4 minggu kmd 1mg/kg/hr s1-2 minggu

38 abses Infeksi intraserebral dr serebritis lokasitorik jd pus yg dikelilingi kapsul Perluasan lgsg kontak infeksi (25-20%), hematogen (30%) dr fokus infeksi jauh, stlh trauma kepala maupun tindakan BS, kritpogenik Indikasi op jika: >2,5 cm , dekat ventrikel, efek massa signifikan, kondisi neurologi memburuk, stlh 2mgg terapi membesar ato 2 mgg lg tdk mengecil

39 Meningitis Trias demam, nyeri kepala, fotofobia
Tanda hidrocephalus: nyeri kepala, muntah, kejang, papiledema Penyebaran hematogen dr infeksi nasofaring, perluasan infeksi struktur IK spt sinusitis, trauma, tindakan BS IgA protease menempel sel epitel lalu ke aliran drh Kapsul polisakarida yg antifagosit dan antikomplemenlepas dr imunitas seluler msk subaracnoid lalu berkembang Endotoksin dan asam teichoic sel endotel dan sel glia produksi sitokin proinflamasi TNF dan IL1

40 Dihasilkan IL6, PAF dan leukotrien yg merusak BBB
Leikosit, komplemen dan albumin masuk ke subarachnoid vasogenik Leukosit dll merubah proses patologis jd trombosis & vaskulitis  sitotoksik Ggn reabsorsi LCS & peningkatan TIK  interstitiel

41 Indikasi LP: penkes, nyeri kepala, demam
Harus CT dulu jika papiloedema, penkes yg dlm, defisit neurologis fokal, curiga lesi desak ruang intrakranial KI LP jika ada infeksi lokal di punggung bwh, koagulopati, syok apapun, trombosit < 50rb Curiga Mimunokompromise, papiledema, def neu, riw infeksi SSP, delay LP KTS dexa 0,15mg/kg per 6 jam selama 2-3 hr

42 PCR Metode amplifikasi as nukleat  spesifitas tinggi tapi sensifitas bervariasi Langkah utk deteksinya perlu manipulasi pengguna pada tiap point assay yg potensial tjd error dan kontaminsi sampel Tehnik real time  lbh mudah dan cepat Sistem ini menggunakanprobes fluorogenic deteksi & identifikasicepat Caranya sampeldidekontaminasi, setrifuge dgn prosedur standar, digunakan utk mikroskopi lgsg, ektrasi DNA & kultur. Positf AFB & kultur diinkubasi di tube BBL MGIT 7ml & diamati 60 hr sblm dinyatakan-

43 Ekstraksi DNA diambil dr 500mikroliter sampel/ kultur dgn Dneasy tissue kit, yg didesign utk purifikasi cepat total DNA, DA delusikan dr 100mikroltr TE dan dilakukan amplifikasi dgn real time, dioptimalkan dgn kondisi siklus utk 1 siklus, 3 mnt pd95, 30mnt pd 95 dan 50 mnt pd60 utk 50 siklus. Campuran reaksi yang didapat 150 mikroltr

44 Uji tuberkulin + pd infeksi TB, vaksin BCG, infeksi mycobakterium atipik
Uji tuberkulin – pd inkubasi TB, tidak ada infeksi, keadaan tertentu di mana respon imun tdk baik

45 perkejuan Bakteri yang difagosit oleh makrofag yang seharusnya mati justru berkembang biak lagi di dalam makrofag. Sampai pada proses ini banyak yang menamainya proses infeksi primer Ghon. Basil yang sudah banyak ini melalui pembuluh darah yang rusak dan aliran limfatik paru menyebar ke nodus limfatikus regional. Sampai pada penyebaran ini dinamakan proses infeksi primer kompleks Ranke. Proses ini berjalan dan memakan waktu 3-8 minggu. Pada tahap ini pada sebagian orang dapat sembuh sendiri tanpa cacat. Sebagian orang meninggalkan sedikit berkas-berkas berupa garis fibrotic, kalsifikasi di hilus yang berpotensi untuk kambuh lagi karena kuman yang dormant. Basil tuberkel yang didalam makrofag berhasil mengambil alih makrofag sehingga mengatur makrofag agar dapat menyatu satu sama lainnya menjadi Tuberkel yaitu suatu granuloma yang terdiri dari histiosit dan sel datia langerhans yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. Keadaan ini biasanya memakan waktu 3-10 minggu setelah gejala pneumonia yang berupa konsolidasi. Sarang-sarang granuloma ini dapat direabsorbsi kembali tanpa cacat atau sarang-sarang tadi meluas namun sembuh dengan meninggalkan bekas sebukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras dan menimbulkan pengapuran. Selanjutnya yang paling parah adalah keadaan granuloma yang terus meluas dan menyebar sehingga jumlahnya juga banyak pada lapang paru sehingga bagian yang meluas tadi akan menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis menjadi lembek membentuk jaringan keju kejadian inilah yang disebut perkejuan. Bila jaringan keju tadi copot dan dibatukkan keluar maka akan terbentuklah kavitas pada tengah-tengahnya. Mula-mula dinding kavitasi ini tipis namun semakin lama semakin tebal karena sebukan fibroblast membentuk jaringan fibrositik yang pada akhirnya menjadi kronik dinamai kavitas sklerotik. Terjadinya perkejuan tersebut dikarenakan pada jaringan nekrotik tersebut dihasilkan TNF dan sitokin yang berlebihan oleh jaringan sekitar dan oleh leukosit, selain itu juga dihasilkannya enzim- enzim hidrolisis protein, lipid dan asam nukleat yang dihasilkan makrofag yang sebetulnya ditujukan pada basil TB namun karena makrofagnya rusak maka enzim tersebut keluar ke jaringan.

46 CMI &DELAY TYPE HIPERSENSIVITY
. CMI diawali dengan terstimulasinya Th1 dan Th2 untuk memproduksi sitokin dan mediator lainnya (IFN-, TNF-, IL-2, radikal bebas, enzim lisosomal, intermediet nitrogen). Limfokin dan mediator yang dilepaskan ini selain mengaktifkan makrofag namun membantu merusak MTB. Hanya makrofag yang teraktivasi saja yang mampu membunuh MTB. DTH mengaktifkan killer cells dan sitotoksik CD4+ dan CD8+. Berbeda dengan CMI, DTH akan membunuh makrofag yang tidak teraktivasi yang mengandung MTB. Setelah membunuh makrofag tidak teraktivasi tersebut, MTB akan lepas dan masuk ke jaringan sekitar, akhirnya terbentuklah neksrosis perkijuan. Proses ini berbahaya bagi tubuh karena menyebabkan kerusakan jaringan, mengisolasi lesi yang aktif, dan memungkinkan MTB untuk dorman. Granuloma terdiri dari MTB yang dikelilingi oleh makrofag teraktivasi dan limfosit T-CD4+. Ketika pertahanan tubuh baik, makrofag akan membunuh MTB, namun bisa ada sebagian yang dorman. Jaringan fibrosis akan mengelilingi granuloma, dapat terjadi kalsifikasi dan proses penyakit ini berhenti. Namun ketika pertahanan tubuh buruk, makrofag yang tidak teraktivasilah yang akan mengelilingi granuloma. DTH akan membunuh makrofag ini. Nekrosis perkijuan akan meluas dan akhirnya MTB akan menyebar ke pembuluh limfe terdekat dan beredar ke seluruh tubuh dan akhirnya menyebabkan TB ekstra paru. Selain itu MTB juga menyebar melalui cabang trakheobronkhial dan menimbulkan TB milier.

47 MDR Grup 1 agen lini pertama oral: pirazinamid, etambutol, rifabutin
Grup 2 agen injeksi: kanamycin, amikacin, capreomycin, streptomycin Grup 3 fluorokuinolon: levofloxacin, moxifloxacin, ofloxacin Grup4 agen bateristatik lini kedua: PAS, cycloserin, terizidon, ethionamid, protionamide Grup5 agen dgn peran tdk jelas dlm MDR: clofazimin, linezolid, amoxicilin clavulanat, thiocatazone

48


Download ppt "Extrapulmonary Tuberculosis: Tuberculous Meningitis New Development"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google