Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KOLABORASI DALAM KEPERAWATAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KOLABORASI DALAM KEPERAWATAN"— Transcript presentasi:

1 KOLABORASI DALAM KEPERAWATAN
Sumijatun, Mei 2014

2

3 Terjadi pergeseran paradigma dlm pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan paradigma sehat yang lebih holistic  melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996), perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini.

4 Kenyataan yang ada  40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Hampir semua pelayanan promosi kesehatan & pencegahan penyakit baik di RS maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. ( Swansburg & Swansburg, 1999),

5 Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005).

6 60% tenaga kesehatan perawat yg bekerja pada berbagai sarana/ tatanan pel. Kesehatan.dgn pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dgn sistem klien.

7 Keperawatan sebagai profesi mempersyaratkan pelayanan keperawatan diberikan secara professional oleh perawat/ners dengan kompetensi yang memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan moral, sehingga masyarakat terlindungi karena menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu.

8 Keperawatan sebagai profesi juga memiliki body of knowledge yang jelas berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, memiliki standard dan etika profesi, akontabilitas, otonomi, dan kesejawatan (Leddy & Pepper, 1993).

9 Perawat juga diharuskan akuntabel terhadap praktik keperawatan yang berarti dapat memberikan pembenaran terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukan dengan konsekuensi dapat digugat secara hukum apabila tidak melakukan praktik keperawatan sesuai dengan standar profesi, kaidah etik dan moral.

10 Tumpang tindih pada gray area bagi berbagai jenis dan jenjang tenaga keperawatan maupun dengan profesi kesehatan lainnya merupakan hal yang sering sulit untuk dihindari dalam praktik, terutama terjadi dalam keadaan darurat maupun karena keterbatasan tenaga di daerah terpencil.

11 gray area Perawat Farmasi Dokter

12 Dalam keadaan darurat, perawat yang dalam tugasnya sehari-hari berada disamping klien selama 24 jam, sering menghadapi kedaruratan klien, sedangkan dokter tidak ada. Dalam keadaan seperti ini perawat terpaksa harus melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi keselamatan pasien.

13 Tindakan ini dilakukan perawat tanpa adanya delegasi dan protapnya dari pihak dokter dan atau pengelola RS. Keterbatasan tenaga dokter terutama di Puskesmas yang hanya memiliki satu dokter yang berfungsi sebagai pengelola Puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan pengobatan.

14 Tindakan pengobatan oleh perawat yang telah merupakan pemandangan umum di hampir semua Puskesmas terutama yang berada di daerah tersebut dilakukan tanpa adanya pelimpahan wewenang dan prosedur tetap yang tertulis. Dengan pengalihan fungsi perawat ke fungsi dokter, maka sudah dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai dan tentu saja hal ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara professional.

15 Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran. Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.

16 American Medical Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat

17 Manfaat kerja sama terkait dengan keberhasilan pasien (Knaus, Draper, Wagner, & Zimmerman, 1986),
Mengurangi lama rawat inap (Rubenstein, Josephson, & Weiland, 1984), Penghematan biaya (Barker, Williams, & Zimmer , 1985), Meningkatkan dan mempertahankan kepuasan kerja perawat (Baggs & Ryan, 1990), Meningkatkan kerja sama tim (Abramson & Mizrahi 1996).

18 Manfaat dari kolaborasi
Pendekatan yang baik untuk mempersiapkan perawatan pasien, organisasi yang memuaskan, mendidik profesional kesehatan masa depan, dan melakukan penelitian kesehatan. Kerjasama yang efektif dipengaruhi pembentukan kolaborasi termasuk waktu, status, nilai-nilai organisasi, kolaborasi peserta, dan jenis masalah.

19 KOLABORASI Secara eksplisit mengacu pada kolaborasi interdisipliner (Henneman, Lee, & Cohen, 1995). Atribut kolaborasi diidentifikasi antara lain : berbagi perencanaan, pengambilan keputusan, memecahkan masalah, menetapkan tujuan, asumsi tanggung jawab, bekerja sama secara kooperatif, berkomunikasi, dan berkoordinasi secara terbuka (Baggs & Schmitt, 1988).

20 Teamwork dan kolaborasi sering digunakan secara sinonim (Thomas, Sexton, & Helmreich, 2003).
Baggs dan Schmitt (1988) menggabungkan hubungan antara kolaborasi dan kerja sama tim dengan menekankan kolaborasi sebagai aspek yang paling penting .

21 Kolaborasi sebagai proses dinamis yang dihasilkan dari perkembangan kelompok(Gray, 1989) dan hasil yang dicapai, menghasilkan sebuah sintesis dari beberapa pandangan yang berbeda (Cary, 1996) lebih akurat lagi mencerminkan realitas yang berkembang dalam kolaborasi yaitu kemitraan dan timnya.

22 Gray (1989) mengeksplorasi kolaborasi sebagai suatu proses dalam tiga tahap: pengaturan masalah, penentuan arah, dan strukturisasi. Selama fase-menetapkan masalah stakeholder bernegosiasi hak mereka untuk berpartisipasi.

23 Perjanjian tentang masalah / tindakan dan sumber daya apa yang diperlukan untuk mengatasi itu dibentuk selama fase pengaturan arah. Selama fase strukturisasi, perjanjian tersebut dilaksanakan dengan mengalokasikan peran, tanggung jawab, dan sumber daya.

24 Konsep kolaborasi diperoleh dengan mengintegrasikan pandangan berorientasi hasil Follett (1940)
Pandangan berorientasi proses-Gray (1989). Memperkuat definisi kolaborasi dengan memperhatikan jenis masalah, tingkat saling ketergantungan, dan mencari jenis hasil .

25 Kolaborasi merupakan proses komplek
membutuhkan sharing pengetahuan yang sengaja direncanakan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. kadangkala terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005).

26 Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang digunakan  menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Kesetaraan dapat terwujud  individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien.

27 Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada berapa kriteria :
adanya rasa saling percaya dan menghormati, saling memahami dan menerima keilmuan masing- masing memiliki citra diri positif memiliki kematangan professional yang setara(yang timbul dari pendidikan dan pengalaman), mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan,dan keinginan untuk bernegoisasi (Hanson &Spross,1996).

28 Bagaimana bisa berkolaborasi secara lebih efektif
Bagaimana bisa berkolaborasi secara lebih efektif ? Ada sepuluh pelajaran penting dapat memberikan beberapa arahan untuk menempatkan kolaborasi dalam praktek.

29 1 Kenalilah dirimu sendiri.
Setiap orang membawa satu set kebiasaan , nilai-nilai , & asumsi unt semua situasi , memiliki peta / mental model dlm pemikiran  menciptakan makna untuk hal-hal yang dialami . Model mental  memahami dunia dng memilih informasi berdasarkan pengetahuan , keterampilan , pengalaman & nilai-nilai

30 .   Kebutuhan kebersamaan,tapi kenyataannya setiap orang didasarkan pada persepsi yang dikembangkan sendiri . Diperlukan berkomunikasi secara teratur untuk mencapai kesepakatan , mencerminkan kompleksitas keterampilan dan upaya yang diperlukan untuk kolaborasi yang efektif .   

31 2. Memahami values & mengelola perbedaan keragaman. ( Tannen , 1990) .
Aset penting dlm proses kolaboratif yang efektif dan hasil kolaboratif. AS  komunikasi gender menjadi elemen penting utk memahami keragaman jika upaya kolaboratif harus diperkuat . Umumnya , pria lebih berorientasi tugas dan wanita lebih berorientasi hubungan

32 Coeling dan Wilcox ( 1994) survei perawat & dokter menelusuri dimensi komunikasi  kolaborasi.
Fokus pada unsur-unsur komunikasi , termasuk konten  apa yang dikatakan Gaya hubungan  pengiriman konten dan bagaimana pengirim merasakan hubungan dgn pihak lain Waktu  jumlah waktu yg diperlukan unt proses komunikasi yg baik utk dikembangkan Dr & Perawat menempatkan nilai tinggi pada kolaborasi tetapi prioritas yang berbeda pada unsur-unsur komunikasi .

33 dokter fokus terutama pada aspek isi pesan ( apa yang dikatakan ) dan
perawat pada aspek hubungan pesan ( gaya hubungan ) . Misalnya, dokter lebih cenderung berfokus pada hasil lab dan tindakan apa yang harus diambil, sedangkan perawat kurang memberi tanggapan.

34 Para peneliti mencatat bahwa kemampuan kognitif tim  berkaitan dengan keragaman kognitif
( Amason , 1996; Murray , 1989) Upayanya  komunikasi efektif . Kurangnya mencari keragaman perspektif secara sengaja  menyebabkan eksklusivitas dan penggunaan sumber daya kurang profesional. Praktek eksklusif dicap sebagai sisi negatif kolaborasi ( Cooke & Kothari , 2001) .

35 3. Mengembangkan keterampilan resolusi konflik yang konstruktif
Dlm kolaborasi  konflik dan memperdalam pemahaman dan kesepakatan Mendorong Perawat belajar mengelola konflik dan negosiasi

36 Konflik mendominasi,menjadi kendala untuk kerjasama yang efektif ( Abramson & Rosenthal , 1995) Banyak profesional belum disosialisasikan untuk memahami aspek-aspek positif yang berpotensi konflik dan mengakui bahwa hubungan afektif yang positif dan konflik sama-sama penting untuk pengambilan keputusan yang efektif ( Amason , 1996) .

37 Keperawatan dan kedokteran
Mencerminkan 2 budaya yang berbeda visi praktek , konflik dapat terjadi. Kedokteran menekankan "terkait menyembuhkan " merupakan pelaksaaan kegiatan keperawatan  menekankan " terkait perawatan " hubungan dengan perilaku ( Mauksch & Campbell , 1985)

38 Hambatan utama untuk kolaborasi
Laporan lapangan  kesulitan berbicara adanya perselisihan yang tidak dapat diselesaikan untuk kepuasan mereka Hambatan utama untuk kolaborasi (Allen , 1997; Thomas , Sexton , & Helmreich , 2003) .

39 Resolusi konflik adalah dasar untuk keberhasilan kolaboratif
Konflik emosional dapat berkembang dari konflik tugas . Konflik tugas disebabkan perbedaan menyelesaikan cara mencapai tujuan bersama, lebih mudah untuk mengatasi daripada konflik emosional

40 Kognitif atas bagaimana menyelesaikan tugas dapat memfasilitasi pengembangan pemahaman bersama dan menciptakan perspektif yang diperlukan untuk pemecahan masalah ( Jehn , 1995) .

41 4. Gunakan kemampuan untuk menciptakan situasi win-win
Perilaku ,kekuatan dominan tidak kompatibel dengan integrasi berbagai perspektif , sulitnya pemecahkan masalah yang kompleks . Dominan ,memunculkan ketidak percayaan, bertahan dengan harga diri,maka konflik terjadi berkelanjutan .

42 Raven dan Kruglanski (1970 ) mempelajari bagaimana dua pihak mencoba untuk mempengaruhi satu sama lain selama konflik . Sebaliknya apabila kedua belah pihak secara efektif melaksanakan rujukan ( goodwill ) maka akan terjadi kolaborasi yang baik. Kolaborasi terlaksana baik pada model kekuatan bersama ( Gray , 1994) .

43 Perancis dan Raven ( 1959) telah mengidentifikasi sejumlah basis kekuasaan informal , beberapa di antaranya termasuk kekuatan informasi , keahlian , dan goodwill . Gardner ( 1998) menggambarkan daya Goodwill , dengan menghormati dan asumsi niat mulia orang lain , meningkatkan kolaborasi interdisipliner dan memediasi atau mengurangi efek negatif.

44 5. Keutamaan Interpersonal dan Proses Keterampilan.
Interpersonal dan keterampilan organisasi diperlukan untuk kolaborasi . Atribut interpersonal yang penting termasuk kompetensi klinis , kerjasama dan fleksibilitas ( Trickett & Ryereson Espino , 2004) , kepercayaan diri dan ketegasan ( Keenan , Cooke , & Hillis , 1998) ; kesabaran untuk mendengarkan pemikiran satu sama lain dan kemampuan untuk mengambil risiko ( Stoep , Williams , Green, & Trupin , 1999)

45 kemampuan untuk beroperasi dalam konteks multikultural , mentolerir ambiguitas , menjadi diri - reflektif , dan menyampaikan nilai yang menempatkan pasien dan / atau kebutuhan masyarakat atas kebutuhan individu anggota tim keperawatan kesehatan ( Israel , Schulz , Parker , & Becker , 1998) .

46 6. Memahami bahwa kolaborasi adalah sebuah perjalanan
Waktu dan usaha sehari-hari yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan berhasil terlibat dalam peluang kerjasama . kerjasama antar lembaga ( Trikett & Ryerson , 2004) dan laporan dari kemitraan perawat-dokter ( Coeling & Wilcox , 1994

47 Membangun hubungan , mengklarifikasi harapan , dan meminta umpan balik adalah strategi yang diperlukan untuk memulai hubungan kolaboratif . Dokter dan perawat kurangnya waktu untuk berbicara bersama-sama dalam membangun hubungan.

48 7 Manfaatkan semua forum multidisiplin .
Pengambilan keputusan bersama adalah salah satu dimensi ciri khas praktek kolaboratif. Coombs (2003) menunjukkan beberapa strategi perawat dapat digunakan untuk memanfaatkan pengaruh mereka di forum struktural.

49 Pertama, secara fisik hadir di dalam lingkaran diskusi, perawat manajer dapat mendukung staf, staf terutama junior, hadir. Kedua, secara mental hadir dan siap,serta proaktif. Ketiga, memahami dan menggunakan waktu dalam proses kelompok untuk membangun kemitraan.

50 Meyakini bahwa kolaborasi dapat terjadi secara spontan .
Kolaborasi adalah suatu kondisi saling menentukan bahwa dapat terjadi secara spontan jika faktor-faktor yang tepat berada pada situasi yang tepat/sesuai Kadang-kadang mencoba untuk membuat kolaborasi terjadi melalui struktur seperti pertemuan satgas, tapi kurang bermanfaat (Mintzberg et al., 1996).

51 Keseimbangan otonomi dan kesatuan dalam hubungan kolaboratif
Belajar dari keberhasilan dan kegagalan kolaborasi mencari umpan balik dan mengakui kesalahan untuk keseimbangan dinamis Hampden-Turner (1970) mendefinisikan sebagai sinergi keseimbangan optimal antara individualisme dan integrasi. Terlalu banyak otonomi dan individualisme dapat menyebabkan isolasi, namun terlalu banyak integrasi dapat menyebabkan difusi

52 10.Ingat kolaborasi tidak diperlukan untuk semua keputusan
Kolaborasi bukanlah obat mujarab , juga tidak selalu diperlukan dalam segala situasi. Pemecahan masalah yang kompleks dan rumit , seperti tantangan yang berkaitan dengan kecanduan narkoba atau perawatan sakit kronis ( Trickett & Ryerson Espino , 2004)

53 Pengambilan keputusan otonom masih memainkan peran penting dalam pemberian layanan kesehatan berkualitas . Kolaborasi antara perawat dan dokter adalah proses interaksional yang kompleks . Selama hasil kemajuan pasien sesuai yang diharapkan ,dan saling pengertian melalui pemahaman antara disiplin , maka kolaborasi berhasil mulus .

54 Disiplin kedokteran dan keperawatan memiliki sejarah yang berbeda, agenda politik, dan bentuk-bentuk pendidikan yang menempa identitas profesional, nilai-nilai, dan keterampilan. Pemahaman saat kolaborasi perawat - dokter dengan mengemukakan rincian kolaborasi dalam kaitannya dengan masalah klinis yang spesifik pasien misalnya dalam unit perawatan intensif ( ICU ) .

55 Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).

56 Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria yaitu
(1) adanya rasa saling percaya dan menghormati, (2) saling memahami & menerima keilmuan masing 2 (3) memiliki citra diri positif, (4) memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan pengalaman), (5) mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan (6) keinginan untuk bernegosiasi (Hanson & Spross, 1996).

57 Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling tergantung (interdependensi) untuk kerja sama dan bekerja sama.

58 TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA


Download ppt "KOLABORASI DALAM KEPERAWATAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google