Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Dari “Memahami” untuk “Mengubah” Eko Cahyono (Sajogyo Institute)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Dari “Memahami” untuk “Mengubah” Eko Cahyono (Sajogyo Institute)"— Transcript presentasi:

1 Dari “Memahami” untuk “Mengubah” Eko Cahyono (Sajogyo Institute)
Rakyat Tolak Tambang Dari “Memahami” untuk “Mengubah” Eko Cahyono (Sajogyo Institute)

2 Pesan Film Positioning film yang berpihak; Film untuk siapa?
Sejarah dan Konteks Konflik Potret SAMIN; beyond “deep ecology?” Dampak dan ancaman; strategi perlawanan? Belajar dari kasus lainnya (Tuban) Catatan: Belum menjelaskan “Keberhasilan” Masy. Samin tolak Semen tahun 2009. Konteks berbeda, Pati dan Rembang. Baik aktor maupun kekuatan-kekuatan perlawanannya. Apa bisa disamakan? Penjelasan argumen ekologis Kendeng sebagai pegunungan Karst. Positioning film yang berpihak; Film untuk siapa? Sejarah dan Konteks Konflik Potret SAMIN ; beyond “deep ecology?’ Dampak dan ancaman; Strategi perlawanan? Belajar dari Kasus lainnya (Tuban)

3 Memahami “Krisis Lingkungan” dg Perspektik ETIK
Setidaknya ada dua aliran besar dalam memahami “Krisis Lingkungan (global)”: Perpektif “Modernisme Ekologi” Peskpektif “Politik Ekonomi” Mencoba memahami dengan: “Ekologi Politik Agraria” ? Setidaknya ada du aliran besar dalam memhamai krisis lingkungan (global): Perpektif “Modernisme Ekologi” Peskpektif “Political Ekonomi’ Mencoba memahami dengan: “ekologi Politik Agraria”

4 Pendasaran Definisi ETIK
Ekologi politik adalah sebuah pendekatan eklektik untuk menganalisi konteks politik hubungan antara manusia dengan alam (Robbins, 2011). Ekologi politik menitik beratkan analisis terhadap keterkaitan antara sistem ekonomi politik global dg krisis dan degradasi lingkungan yang terjadi di ranah lokal. Ekologi politik berakar pada pendekatan: strukturalis dan Marxisme, yang kemudian berkembang dengan mengadopsi pendekatan Post-Strukturalis, misalnya konsep-konsep pengetahuan atau kekuasaan yang dikembangkan oleh Foucault dalam memhami peran diskursus dalam melegitimasi praktik-praktif eksploitasi dan akuisisi SDA (Forsyth, 2003; Peet dan Watts 2004; Springate-Baginski dan Blakie 2007; McGregor 2010). Analisis terhadap politisasi pengetahuan merupakan salah satu karakteristik dalam Ekologi Politik terutama untuk mengetahui bagaimana biofisik alam direpresentasikan melalui pengetahuan dalam kebijakan dan gerakan masyarakat sipil . Krisis Ekologi Modern ada tiga rangkaian : “Alienasi – Kompetisi – Destruksi” dalam hubungan produksi, konsumsi dan terbentuknya formasi sosial masyarakat Global. Ekologi politik adala sebuah pendekatan eklektik untuk menganalisi konteks politik hubungan natara maunsia dengan alam (Robbins, 2011)

5 Menguji Kasus dengan: “Modernisme Ekologi”
Akar krisis lingkungan adalah penggunaan sumberdaya yang tidak efisien dan efektif. Penyebab dari kekuatiran dan ketakutan global sekaligus menyusun “stuktur” dan kultur masyarakat modern. Variabel utama penyebab kelangkaan sumberdaya diantaranya akibat populasi berlebihan, terbatasnya sumberdaya dan ketidakjelasan relasi properti dan teknologi yang kurang maju. Krisis SDA terjadi karena pemanfaatan sumberdaya secara terbuka dan tidak berdasar pada imu pengetahuan modern. (Hardin, The Tragedy of the Common, 1968). Pengaturan lahan dengan sistem tradisional dan kolektif sebagai penghambat pembangunan. Agar produktif dan tidak boros, pengelolaan sumberdaya harsu diganti oleh negara dan perusahaan besar berbasiskan kepemilikan privat dan menajeemen modern. Narasi dominan: Perilaku manusia yang tidak efisien. Solusi atas krisis adalah perbaikan etika lingkungan, pengelolan alam yang bertanggung jawab, pemanfaatan alam secara bijaksana, penganjuran nilai “deep ekology”. “Modernisme ekologi” ; Gunung Kars Kendeng boleh ditambang selama menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, modern serta berpinsip efektif dan efisien Akar krisis lingkungan adalah penggunaan sumberdaya yang tidak efisien dan efektif. Penyebab dari kekuatiran dan ketakutan global sekaligus menyusun “stuktur” dan kultur masyarakat modern. Variabel utama penyebab kelangkaan sumberdaya diantaranya akibat populasi berlebihan, terbatasnya sumberdaya dan ketidakjelasan relasi properti dan teknologi yang kurang maju. Krisis SDA terjadi karena pemanfaatan sumberdaya secara terbuka dan tidak berdasar pada imu pengetahuan modern. (Hardin, Tehe Tragedy of the common, 1968))

6 Menguji Kasus dengan: Ekonomi Politik
Krisis ekologi terjadi hasil dari kompleksitas relasi kekuasaan – pengetahuan diantara beragam aktor dalam konjungtur global. Pendekatan ini melihat pada relasi kekuasaan yang dapat dikenali dari pertentangan klaim-klaim atas persepsi, pengalaman, pengetahuan, dan wacana dalam setiap perubahan lingkungan. Di tingkat epistimologi, pendekatan ini menganalis konstruksi sosial dan produksi narasi “krisis lingkungan”. Sebab kontruksi krisis lingkungan menjadi kendaraan bagi kekuatan dominan untuk mendapatkan akses dan kontrol atas sumberdaya. Wacana lingkungan dan penyelamatan lingkungan tidak pernah bersifat “innocent” . Wacana lingkungan dikreasikan untuk melegitimasi dan membenarkan praktik pengelolaan sumberdaya yang biasanya, meski tidak selalu, bersifat tidak adil. Fakta historisnya bahwa perubahan lingkungan atau krisis ekologi tidak pernah terdistribusikan secara merata dan tidak memberi akibat yang sama di semua tempat bagi semua kelompok. Umumnya kelompok miskin dan marjinal menjadi korban. Ekonomi Politik: Penambangan Karst Kendeng adalah manipulasi janji kesejahteraan atsa nama pembangunan oleh pemerintah yang berselingkuh dengan pemilik modal dan pasar global dan mengabaikan keadilan sosial masyarakat. Krisis ekologi terjkadi hasil dari kompleksitas relasi kekuasaan – pengetahuan diantara beragam aktor dalam konjungtur global. Pendekatan ini melihat pada relasi kekuasaan yang dapat dikenali dari pertentangan klaim-kaliam atas persepsi, pengalaman, pengetahuan, dan wacana dalam setiap perubahanlingkungan. Di tingkat epistimologi, pendekatan ini menganalis konstruksi sosial dan produksi narasi “krisis lingkungan”. Sebab kontruksi krisis lingkungan menjadi kendaraan bagi kekuatan dominan untuk mendapatkan akses dan kontrol atas sumberdaya. Wacana lingkungan dan penyelamatan lingkungan tidak pernah bersifat “innocent”

7 Menguji kasus dengan; Ekologi Politik-Agraria
Ekologi Politik memiliki kekutan dalam analisis : Relasi kekuasaan-pengetahuan, hubungan lokal-global, kontestasi aktor dan kepentingan, pertarungan klaim , narasi, diskursus, sistem politik-ekonomi dll Studi Agraria memiliki kekuatan dalam analisis: 1. Multi lapis hubungan manusi dengan alam/SDA 2. Ketimpangan struktur agraria ( Penguasaan, Kepemilikan, Pemanfaatan dan Distribusi) 3 Struktur Sosial (Deferensiasi , stratifikasi dan polarisasi sosial –ekonomi) 4. Hubungan-hubungan produksi (dan konsumsi) Ekologi Politik-Agraria: Persoalan konflik tambang Kars kendeng selain hasil kolaborasi relasi kuasa dan pengetahuan negara-modal-pasar (global) dengan janji kemakmuran (nir-keadilan), namun juga telah mempertajam ketimpangan struktur agraria yang mengancam daulat manusia atas tanah dan sumber agrarianya sendiri sebagai sumber dan ruang hidupnya sendiri. Ekologi Politik memiliki kekutan dalam analisis : Relasi kekuasaan-pengetahuan, hubungan lokal-global, klaim dan pertarungan diskurusus, sistem poltik-ekonomi

8 Bagaimana Perspektif “Mengubah”
Level Perubahan Prinsip Dasar: Mengubah Paradigma Politik SDA Mendahulukan tujuan keadilan diatas tujuan untuk kesejahteraan dan kemakmuran Mengubah mazhab istem Ekonomi yang dianut: Kritik “Commodifikasi SDA” Level Strategi Gerakan: Kontestasti aktor dan kepentingan Peta diskursus dominan dan argumen utama Pilihan strategi perlawanan (multi layer: Pengambil Kebijakan, Akademisi, CSO) Mengukur “tenaga dalam” perlawanan Gerakan nasional: ? “ Sudut Perspektif, Pengetahuan dan Keilmuan berkontribusi apa dalam memecahkan dan merubah masalah menjadi solusi?” Kontestasti aktor dan kepentingan Peta diskurusus dominan dan argumen utama Pilihan strategi perlawanan (multi layer: Pengambil Kebijakan, Akademisi, CSO) Gerakan nasional: ?

9 Karl Polanyi menegaskan, bahwa tanah dan kekayaan alam bukanlah komuditi dan tidak sepenuhnya bisa diperlakukan sebagai komuditi. Memperlakukan tanah (dan alam) sebagai barang dagangan dengan memisahkannya dari ikatan hubungan-hubungan sosial yang melekat padanya, niscaya akan menghasilkan goncangan-goncangan yang akan menghancurkan sendi-sendi keberlajutan hidup masyarakat itu, dan kemudian akan ada gerakan tandingan untuk melindungi masyarakat dari kerusakan yang lebih parah. Memasukkan tanah (dan juga tenaga kerja) dalam mekanisme pasar adalah sikap merendahkan hakekat masyarakat dan dengan demikian menyerahkan begitu saja pengaturan kehidupan masyarakat pada mekanisme pasar. Dengan sendirinya akan melahirkan gejolak perlawanan. (The Great Transformation, 1944).

10 “Lalu, Anda, sudah berbuat apa…?!”
TERIMA KASIH


Download ppt "Dari “Memahami” untuk “Mengubah” Eko Cahyono (Sajogyo Institute)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google