Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

BODY TYPES THEORIES (Teori tipe fisik)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "BODY TYPES THEORIES (Teori tipe fisik)"— Transcript presentasi:

1 BODY TYPES THEORIES (Teori tipe fisik)
Teori ini mengemukakan bahwa penjahat itu dapat dilihat dengan kondisi fisik tertentu. para ahli yang memiliki teori dengan model tipe fisik ini melihat orang melakukan kejahatan dapat diamati melalui keadaan fisik baik fisik yang terlihat yaitu lahiriah maupun fisik yang termasuk ke dalam gen atau kromosom-kromosom dalam tubuh. banyak sekali ahli-ahli yang membangun teorinya dengan tipe fisik ini namun dalam hal ini hanya beberapa saja yang disampaikan yang dianggap menarik untuk dikaji.

2 William H Sheldon ( ) dia memformulasikan tipe-tipe tubuh yang dapat dikelompokkan menjadi: The Endomorph (memiliki tubuh gemuk) The Mesomorph (berotot dan bertubuh Atletis) The ectomorph (tinggi, kurus, fisik yang rapuh) setiap tipe tadi mempunyi temperamen yang berbeda-beda. menurutnya ada korelasi antara fisik dan temperamen tetapi tidak untuk satu hubungan. sehingga dalam kesimpulan penelitiannya dia menyimpulkan bahwa orang yang didominasi sifat bawaan Mesomorph (secara fisik kuat, agresif dan atletis) cenderung lebih dari orang lainnya untuk terlibat dalam perilaku ilegal. dalam studinya ini Shaldon meneliti 200 pria berusia 15 sampai 21 guna menghubungkn antara fisik dan temperamen.

3 Sheldon Gluck dan Eleanor Gluck Temuan William Sheldon tadi mendapat dukungan dari Sheldon Gluck dan eleanor Gluck yang melakukan study kompartif antara pria Delinquent dengan non delinquent. sebagai suatu kelompok, pria Delinquent didapati memiliki wajah yang lebih sempit. (kecil) dada lebar, pinggang yang lebih besar dan luas, lengan bawah dan lengan atas yang lebih besar dibandingkan non Delinquent. penyelidikan mereka juga menyimpulkan bahwa kurang lebih 60 % delinquent dan 31 % non delinquent didominasi mereka yang Mesomorphic.

4 Kriminalitas dan faktor genetika ada beberapa hasil kajian yang menghubungkan faktor-faktor genetika dengan kriminalitas, antara lain studi tentang orang kembar (Twin Studis), adopsi (adoption Studies) dan Cromosom ( The XYY syindrom). untuk membuktikan apakah benar kejahatan ditentukan oleh genetika, para peneliti telah meneliti Monozigotic twins dihasilkan dari satu telur yang dibuahi yang membelah menjadi dua embrio kembar seperti ini membagi sama gen-gen mereka. sedangkan Fraternal atau Dizygotic dihasilkan dri dua telur terpisah, keduanya dibuahi pada saat yang bersamaan. mereka membagi sekitar setengah dari gen-gen mereka.

5 Karl kristiansen dan sarnof A. mednick melakukan study terhadap 3
Karl kristiansen dan sarnof A. mednick melakukan study terhadap pasangan kembar disatu kawasan Denmark antara tahun 1881 dan tahun 1910 diakitkan dengan kejahatan serius. mereka menemukan bahwa pada indetical twins jika pasangannya melakukan kejahatan maka 50 % pasanganya juga melakukan kejahatan sedangkan pada Fraternal twins angka tersebut hanya 20 %. temuan ini mendukung hipotesa bahwa beberapa pengaruh genetika meningkatkan resiko kriminalitas. selain itu juga ada study terhadap adopsi anak, yang menyimpulkan bahwa. kriminalitas dari orang tua asli (orang tua bilologis) memiliki pengaruh besar terhadp anak dibansing kriminalitas orang tua angkat.

6 CULTURAL DEVIANCE THEORIES (Teori-teori penyimpangan budaya)
ada tiga teori utama dari Cultural Deviance theories yaitu: 1. Social Dis organization 2. Differential assosiation 3. Cultural Conflik

7 A.d.1. Social Disorganisation
teori ini memfokuskan diri pada perkembangan area-area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan disintegrasi nilai-nilai konvensional yang disebabkan oleh industrilisasi yang cepat, peningkatan imigrasi dan urbanisasi.

8 Dari salah satu penelitian disimpulkan bahwa:
angka kejahatan tersebut secara berbeda sepanjang kota, dan area yang mempunyai angka kejahatan tinggi juga mempunyai angka problem kemasyarakatan seperti pembolosan, kerusakan mental dan kematian bayi yang juga tinggi. kebanyakan deliquency terjadi diarea yang paling dekat dengan distrik pusat bisnis dan berkurang dengan semakin jauh dari pusat kota;

9 Lanjutan beberapa area secara konstan mengalami angka delinquency tinggi tidak peduli etnis mana yang membentuk populasi itu; area yang tingkat delinquencynya tinggi ditandai oleh suatu presentasi imigran yang tinggi, bukan kalangan kulit putih, dan bukan keluarga berpendapatan rendah, serta angka kepemilikan rumahyang rendah; didalam area yang ditingkat delinquency-nya tinggi ada penerimaan secara umum terhadap norma-norma non konvensional, tetapi norma-normaitu bersaing dengan norma-norma konvensional yang tetap dianut oleh sebagian penghuni area itu.

10 kritik terhadap teori disorganisation social
terlalu tergantung kepada data resmi yang sangat mungkin mencerminkan ketidaksukaan polisi pda lingkungan kumuh; terlalu terfokus pada bagaimana pola-pola kejahatan ditransmisikan, bukn bagaimana ia dimulai pertama kali;

11 Lanjutan tidak dapat menjelaskan mengapa delinquency berhenti dan tidak menjadi kejahatan begitu mereka beranjak besar; mengapa banyak orang di area yang “ socialy disorganised” tidak melakukan perbuatan jahat; tidak menerangkan delinquency dikalangan menengah.

12 A.d.2. Defferencial Assosiation Sutherland memperkenalkan teori Defferential Assosiation dalam buku teksnya Principles of Criminology pada tahun 1939,

13 Defferential Assosiation didasarkan pada sembilan proposisi (dalil) yaitu:
Criminal behavior is learned ( tingkah laku dipelajari) criminal behvior is learned in enteraction with other person in procss of comunication ( tingkah laku kriminal dipelejari dalam interaksi dengan orang lain dalam proses komunikasi) seseorang tidak begitu saja menjadi kriminal hanya karena hidup dalam suatu lingkungan yang kriminal. kejahatan dipelajari dengan partisipasi bersama orang lain baik dalam lingkungan komunikasi verbal maupun non verbal;

14 Next The principal part of the learning of kriminal behavior occurs within intimate personal groups ( bagian terpenting dari mempelajari tingkah laku kriminal itu terjadi didalam kelompok orang yang intim/ dekat).keluarga dan kawan-kawan dekat mempunyai pengaruh paling besar dalam mempelajari tingkah laku menyimpang. komunikasi-komunikasi mereka jauh lebih banyak daripada media masa, seperti film, televisi, dan surat kabar;

15 Next When criminal behavior is learned, the learning includes (a) techniques of comunicating the crime, which are sometimes very, complicated, sometimes very simple and (b) the specific direction of motives, drive, rationalization, and attitudes ( ketika tingkah laku kriminal dipelajari, pembelajaran itu termasuk (a) teknik-teknik melakukan kejahatan, yang kadang sangat sulit dan kadang sangat mudah, dan (b) arah khusus dari motif-motif dorongan-dorongan, rasionalisasi-rasionalisasi, dan sikp-sikap). Deliquen muda bukan saja belajar bagaimana mencuri ditoko, membongkar kotak tetapi juga belajar bagaimna merasionalisasi dan membela tindakan-tindakan mereka.

16 Next The Specific direction of motives and drives is learned from definitions of the legal codes as favorable or un favorable ( arah khusus dari motif-motif dan dorongan-doronganitu dipelajari melalui devinisi-devinisi dari aturan-turn hukum apakah dia menguntungkan atau tidak) dibeberapa masyarakat seorang individu dikelilingi orang-orang yang tanpa kecuali mendevinisikan aturan-aturn hukum sebagai aturan yang harus dijalankan, sementara ditempat lain dia dielilingi oleh orang-orang yang definisinya menguntumgkan untuk melanggar aturan-aturan hukum. tidak setiap orang dalam masyrakat kita setuju bahwa hukum harus ditaati. bahwa hukum itu diangap tidak penting. (pelanggaran lalu lintas)

17 Next A personbecomes deliquenct because of and exces of definition faforable to violation of law over definition unfavorable to violation of law (seseorang menjadi delinquent karena definisi-definisi yang menguntungkan untuk melanggar hukum lebih dari definisi-definisi yang tidak menguntungkan untuk melanggar hukum). ini merupakn prinsip kunci dri defferential Assosiation, arah utama dri teori ini, dengan kata lain mempelajari tingkah laku kriminal bukanlah semata-mata persoalan hubungan dengan teman/kawan yang buruk tetapi mempelajari tingkah laku kriminal tergantung pada berapa banyak definisi yang kita pelajri yang menguntungkan untuk pelanggaran hukum sebagai lawan definisi yang tidak menguntungkan.

18 Next Differential Assosiation may vary in frequency, duration,priority and intencity ( Assosiasi deferential itu mungkin bermacam-macam dalam frekuensi/kekerapanya, lamanya, prioritasnya dan intensitasnya) tingkat dari asosiasi-asosiasi seseorang yang akan mengakibatkan kriminalitas berkaitan dengan kekerapan kontak, beberapa lamanya, dan arti dari asosiasi/definisi kepada individu. The process of learning criminal behavior by assosiation with criminal and anticriminal pattern involves all of the mechanism that are involved in any other learning (proses mempelajari tingkah laku kriminal melalui assosiasi dengan pola-pola kriminal dan anti kriminal melibatkan semua mekanisme yang ada disetiap pembelajaran lain).

19 Next While criminal behavior is nd expression of general needs and values,it si not explained by those general needs and values, since non criminal behavior is and expression of the same needs and values (walaupun tingkah laku kriminal merupakan ungkapan dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai umum, tingkah laku kriminal itu tidak dijelaskan oleh kebutuhan-kebutuhan dan nilai nilai umum tersebut, karena tingkah laku non kriminal juga ungkapan dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang sama)

20 Pengujian terhadap teori Differential Association
Albert Reis dan A lewis menemukan bahwa kesempatan melakukan perbuatan delinquent tergantung pada apakah teman-temannya melakukan perbuatan yang sama; Travis hirschi menunjukkan bagaimana anak laki-laki dengan teman-teman delinquent lebih mungkin untuk menjadi delinquent;

21 Kritik terhadap Teori Defferntial Association
apakah teori ini benar dapat menjelaskan semua kejahatan,mungkin ia dapat diterapkan untuk pencurian, tapi bagaimana dengan pembunuhan yang disebabkan oleh kemarahan karena cemburu; mengapa beberapa orang yang mempelajari pola-pola perilaku kriminal tidak terlibat dalam perbuatan kriminal; teori ini menjelaskan bagaimana tingkah laku kriminal dipelajari, tetapi ia tidak menjelaskan bagimana pertamakali teknik-teknik dan definisi kriminal itu ada ? atau dengan kata lain, teori ini tidak menjelaskan kepada kita bagaimana penjahat yang pertama menjadi penjahat.

22 A.d.3. Cultural Conflik Theorie
Setiap masyarakat tentunya memiliki “Conduct norm” sendiri sendiri, fungsi dari conduct norm tersebut adalah untuk mendefinisikan apa yang dianggap sebagai tingkah laku yang normal/baik dan apa yang dianggap sebagai tingkah laku yang tidak baik. dari setiap kelompok memiliki conduct norm yang berbeda-beda, yang memungkinkan terjadinya pertentngan-pertentangan antara conduct norm yang satu dengan yang lainnya. seorang individu yang mengikuti conduct normnya dianggap melakukan kejahatan apabila norma-norma itu dipandang bertentangan dengan norma-norma yang lain. menurut penjelasan teori ini perbedaan utama antara seseorang kriminal dengan non kriminal adalah bahwa masing-masing menganut perangkat conduct norm yang berbeda.

23 Sellin membedakan antara conflik primer dan konflik skunder.
konflik primer: terjadi ketika norma-norma dari dua budaya bertentangan (Clash). pertentangan itu bisa terjadi diperbatasan antara area area budaya yang berdekatan; apabila hukum dari satu kelompok budaya meluas sehingga mencakup wilayah kelompok budaya yang lain: atau apabila anggota-anggota dari satu kelompok berpindah kebudaya yang lain.

24 konflik skunder: muncul jika satu budaya berkembang menjadi budaya yang berbeda-beda, masing-msing memiliki perangkat conduct norm-nyasendiri-sendiri. konflik jenis ini terjadi ketika satu masyarakat homogen atau sederhana menjadi masyarakat yang kompleks dimana sejumlah kelompok-kelompok sosial berkembang secara konstan dan norma-norma sering kali tertinggal.

25 TEORI LABELING (teori pemberian cap/label)
Teori labeling ini merupakan teori yang terinspirasi oleh bukunya Tannembaum yang berjudul crime and the cumunity menurutnya, kejahatan tidaklah sepenuhnya hasil dari kekurangmampuan seseorang untuk menyesuaikan dengan kelompok, akan tetapi dalam kenyataanya, ia dipaksa untuk menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya. sehingga di simpulkan bahwa kejahatan merupakan hasil dari konflik antara kelompok dengan masyarakatnya.

26 Pendekatan labeling dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
persoalan tentang bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau label. (labeling sebagai akibat dari reaksi dari masyarakat.) Efek lebeling terhadap penyimpangan tingkah laku berikutnya. ( persoalan kedua ini adalah bagaimana lebeling mempengaruhi seseorang yang terkena label.)

27 Dua konsep penting dalam teori labeling adalah,
Primary Devience yaitu: ditujukan pada perbuatan penyimpangan awal; scondary devience adalah berkaita dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang sebagai akibat dari penangkapan dan cap sebagai penjahat; kalau sekali saja cap atau status itu melekat pada diri seseorang maka sangat sulit seseorang untuk selanjutnya melepaskan diri dari cap tersebut, dan kemudian akan mengidentifikasikan dirinya dengan cap yang telah diberikan masyarakat terhadap dirinya.

28 sebagi contoh terjdinya scondary deviance yang diawali dengan Primary Devience,
seorang individu (anak)melakukan perbuatan menyimpang yang ringan (primary Devience) misalnya duduk ditempat yang lebih tingi dari orang tua; akibatnya terjadi reaksi sosial yang informal dari masyarakat ; orang tua tadi marah dan mengatakan anak tadi tidak sopan; individu (anak) tersebut melakukan pelanggaran aturan berikutnya dengan keluar masuk rumah orang tersebut tanpa permisi (primary devience); selanjutnya terjadi peningkatan reaksi sosial; orang tua tadi mengatakan pada tetangga yang lain bahwa individu (anak) tersebut telah melakukan pencurian ringan (primary Devience)

29 Next akhirnya (anak) tadi diadili sebagai seorang Juvenile Delinquency di pengadilan; anak muda tadidiberi label oleh pengadilan sebagai seorang yang nakal oleh pengadilan dan buruk oleh masyarakat; anak muda tersebut mulai berpikir tentang dirinya mengapa label diberikan pada dirinya, karena sudah terlanjur akhirnya dia memilih untuk bergabung dengan anak-anak muda inconvensional lainnya; anak muda dengan pergaulanya bersama pemuda yang delinquence terpengaruh untuk ikut melakukan kejahatan yang lebih serius misalkan merampok toko, bank (Scondary Devience) anak muda tadi kembali diadili di pengadilan, mendapat lebih banyak lagi catatan kejahatan, sehingga semakin jauh dari masyarakat convensional dan menempuh jalan hidup yang sepenuhnya menyimpang.

30 Lanjutan anak muda dengan pergaulanya bersama pemuda yang delinquence terpengaruh untuk ikut melakukan kejahatan yang lebih serius misalkan merampok toko, bank (Scondary Devience) anak muda tadi kembali diadili di pengadilan, mendapat lebih banyak lagi catatan kejahatan, sehingga semakin jauh dari masyarakat convensional dan menempuh jalan hidup yang sepenuhnya menyimpang.

31 Kritik terhadap teori Labeling
teori ini terlalu diterministik dan menolak pertanggungjawaban individual, penjahat bukanlah robot yang pasif dari reaksi masyarakat; jika penyimpangan tingkah laku hanya merupakan persoalan reaksi masyarakat, maka bagaimana dengan bentuk kejahatan yang tidak diketahui, tidak terungkap pelakunya (Pelacuran dan korupsi); teori ini sangat mengabaikan faktor penyebab awal dari munculnya penyimpangan tingkah laku;

32 TEORI PILIHAN RASIONAL
Pilihan rasional berarti pertimbangan-pertimbangan yang rasioanl dalam menentukan pilihan perilaku yang kriminal atau non kriminal. dengan kesadaran bahwa ada ancaman pidana apabila perbuatannya yang kriminal diketahui dan dirinya diproses melalui peradilan pidana. dengan demikian maka semua perilaku kriminal adalah keputusan-keputusan rasional. Hal ini mengingatkan pada teori pada kriminologi klasik, hedonisme misalnya.

33 PENGGOLONGAN PENDAPAT TENTANG SEBAB MUSABAB KEJAHATAN
Golongan salahmu sendiri Golongan Tiada yang salah Golongan Salah Lingkungan Golongan Kombinasi

34 Golongan Salahmu sendiri
menurut golongan ini tidak perlu dicari sebab musabab kejahatan, karena setiap perbuatan yang dilakukan seseorang berdasarkan pertimbangan yang sadar yang telah diperhitungkan untung ruginya. golongan ini adalah rasioanalisme, hedonisme, utilitarianisme.

35 Golongan tiada orang yang salah (awal pengaruh positivisme)
menurut golongan in, seseorang yang melakukan kejahatan, memang ada sebabnya namun diluar kesadaran atau kemampuan untuk mengekangnya. seperti sering dikatakan orang yang berbuat jahat itu karena kemasukan setan terkena kekuasan kegelapan, kemudian dicetuskan oleh ahli-ahli psikiatri dan psikologi bahwa mereka yang berbuat jahat disebabkan oleh pada dirinya terdapat kondisi psiklogis abnormal.

36 Golongan salah lingkungan (pengaruh Positivisme)
menurut golongan ini sebab musabab adanya orang yang melakukan kejahatan terletak pada pengaruh-pengaruh lingkungan seperti, kondisi masyaakat yang tidak baik, faktor kemiskinan, sehingga semboyan golongan ini adalah bahwa dunia adalah lebih bertanggungjawab terhadap bagaimana jadinya saya, dari pada saya sendiri. makagolongan ini sangat bereaksi terhadap pendapat lombroso yang meletakkan pemikiranya pada sebab kejaatan oleh faktor antropologis atau bakat.

37 Golongan kombinasi (pengaruh positivisme)
golongan ini dipelopori oleh murid-murid lombroso yaitu Feryy. yang mengatakan bahwa sebab kejahatan terletak pada faktor Bio-Sosiologis tau bakat dan lingkungan yang sama-sama memberi pengaruh terhadap pribadi dan kondisi seseorang. sehingga rumusnya adalah: K = B+L K=Kejahatan B= Bakat L= Lingkungan

38 Namun menurut Bonger perlu ditambahkan menjadi: K= (B+L) + L yang mana L berikutnya adalah lingkungan keluarga, karena manusia masih sejak orok sudah dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.


Download ppt "BODY TYPES THEORIES (Teori tipe fisik)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google