Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TEORI DASAR INTERNATIONAL BISNIS.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TEORI DASAR INTERNATIONAL BISNIS."— Transcript presentasi:

1 TEORI DASAR INTERNATIONAL BISNIS

2 KESEIMBANGAN PERDAGANGAN INTERNATIONAL INTERNATIONAL ECONOMICS BALANCE
TOTAL SUPPLY (TS) TOTAL DEMAND (TD) + DOMESTIC + FOREIGN COUNTRY DOMESTIC FOREIGN COUNTRY Domestic product Domestic Consumption IMPORT EXPORT

3 The influence of International Economics toward National Economics
DP St M (Import) P(Price) E2 P2 St1 P0 E0 E1 P1 Cd Dt1 Dt X (Export) Q1 Q0 Q2 Q (Quantity)

4 The influence of Foreign Exchange to Enterprise Financial
FOREX RATE Price Quantity Domestic Foreign Country Input/Cost Entreprise Profit = TR - TC Output/ Revenue Foreign Country Domestic Quantity Price FOREX RATE

5 TEORI PERDAGANGAN INTERNATIONAL

6

7 TEORI MERKANTILISME Raja/Negara makmur apabila X > M
( Abad XVI sd XVIII) Raja/Negara makmur apabila X > M X – M dipergunakan untuk membeli Logam Mulia (LM). Bila negara banyak LM maka daya belinya kuat, karena LM yang banyak dapat dipergunakan untuk membiayai armada perang guna memperluas perdagangan luar negeri dan kolonialisasi (VOC dan EIC) Mendorong ekspor sebesar-besarnya, kecuali LM Membatasi impor dengan ketat, kecuali LM

8 Price -Specie Flow Mechanism (PSFM)
KRITIK DAVID HUME Price -Specie Flow Mechanism (PSFM) Negara / Raja kaya/makmur Bila X> M Money supply naik LM banyak PX naik PM turun QX turun X<M (M>X LM turun QM naik Negara / Raja kaya menjadi miskin

9 NEO MERKANTILISME Sebagai respon terhadap teori Merkantilis, maka para pembaharunya mengeluarkan teori baru yang disebut sebagai Neo Merkantilisme. Pada teori ini disebutkan bahwa negara perlu melakukan proteksi untuk melindungi industri nasional dengan menggunakan Tariff Barier dan Nontariff Barier, misalnya dengan menggunakan countervailing, antidumping, dan surcharge, atau (larangan, sistim kuota, customer value)

10 TEORI KLASIK ADAM SMITH
(Absolute Advantage) Kemakmuran suatu negara bukan diukur dari LM yang dimiliki Kemakmuran negara diukur dengan GDP (Gross Domestic Product) dan sumbangan perdagangan luar negeri terhadap pembentukan negara tersebut. Untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, maka pemerintah harus mengurangi campur tangannya sehingga tercipta perdagangan bebas (freetrade). Karena freetrade akan menimbulkan persaingan yang ketat. Sehingga masing-masing negara melakukan spesialisasi dan pembagaian kerja international berdasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage) yang dimiliki masing-masing negara. Spesialisasi dan pembagian kerja international yang didasarkan absolute advantage, akan memacu peningkatan efisiensi dan produktivitas sehingga terjadi peningkatan GDP dan perdagangan international. Peningkatan GDP dan perdagangan luar negeri ini identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara. KESIMPULAN:Suatu negara akan mendapat gain from trade dan makmur bila melakukan free trade dan spesialisasi berdasarkan absolute advantage

11 Diukur dengan GDP +PLN - G Spesialisasi (absolute advantage)
Bukan diukur dengan LM KEMAKMURAN Diukur dengan GDP +PLN - G FREE TRADE Produktivitas Spesialisasi (absolute advantage) PERSAINGAN Efisiensi GDP naik + PLN luas KEMAKMURAN MENINGKAT

12 ABSOLUTE ADVANTAGE THEORY (Teori Keunggulan Mutlak) (Adam Smith)
Absolute advantage >< Absolute Disadvantage Produk per satuan tenaga kerja/hari TEH SUTRA DTOT (Domestic Term of Trade) INDONESIA CHINA 12 kg 4 kg 3 m 8 m 4 kg = 1 m 1 kg = m kg = 1m 1 kg = 2 m DTDN =Dasar Tukar Dalam Negeri GAIN FROM TRADE ASUMSI : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja 2. Kuantitas &Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama 3. Pertukaran secara barter 4. Biaya transport diabaikan RI  GOT = 2m – ¼ m = 13/4 m China  GOT = 4 kg – ½ kg = 31/2 kg teh

13 GAIN of TRADE menurut Absolute Advantage Theory Terjadi peningkatan produksi dunia
Produk per Satuan Tenaga Kerja / Hari TEH SUTRA TS DS INDONESIA 12 kg 24 kg 3 m 0 m CHINA 4 kg 0 kg 8 m 16 m Produk dua negara 16 kg 11 m TS = tanpa spesialisasi, DS = dengan spesialisasi

14 GAIN of TRADE menurut Absolute Advantage Theory
Produksi / Tenaga Kerja / hari kerja NEGARA/ PRODUSEN TEH SUTRA DTOT (Domestic Term of Trade) INDONESIA 12 kg 3 mt 1 kg T =¼ mt S Atau 4 kg T = 1 mt S CINA 4 kg 8 mt 1 kg T = 2 mt S ½ kg T= 1 mt S Total produksi tanpa spesialisasi 16 11 mt Total produksi dengan spesialisasi 24

15 Kurva PPC (Production Posibility Curve)
(Adam Smith) TEH 5 kg- * Loss Indonesia 4 kg- 3 kg- TEH : ¼ m < DTI teh <2m SUTRA; ½ kg < DTI sutra < 4 kg 2 kg- PPC INDONESIA DTI = Daya Tukar International Gain from trade area 1 kg- 0,5kg- PPC CINA * Loss Cina 1MT SUTRA

16 Kelemahan teori Adam Smith:
Dua negara bisa terjadi perdagangan kalau masing-masing memiliki keunggulan absolut yang berbeda, kalau hanya satu negara saja yang memiliki keunggulan absolut, tentu tidak terjadi perdagangan. Kelemahan ini diperbaiki oleh David Ricardo, dengan teorinya Cost Comparative Advantage Theory Cost Comparative David Ricardo Labor Efficiency Labor Productivity

17 COST COMPARATIVE ADVANTAGE THEORY
( 1. Labour Efficiency - oleh David Ricardo) Indonesia unggul tak ada perdagangan international Yang efisien mengekspor COST COMPARATIVE NEGARA Produksi 1 kg gula 1 mt kain INDONESIA CINA 3 hari kerja 6 hari kerja 4 hari kerja 5 hari kerja Perhitungan cost comparative advantage (labor efficiency) Perbandingan cost 1 kg gula 1mt kain Indonesia Cina Lebih efisien SPESIALISASI Lebih efisien SPESIALISASI Theory of labor value = produk ditentukan oleh jam kerja yg diperlukan utk memproduksinya.

18 Gain from trade berdasarkan Teori Cost Comparative Ricardo
Perbandingan produksi /TK/ HK Domestic Term of Trade (DTDN) Negara Gula Kain Indonesia 4 kg = 3 mt Cina 5 kg = 6 mt RI mengekspor 1 kg gula ke China akan memperoleh 6/5 m kain. Sedangkan menurut DTDN hanya ¾ m. Keuntungan ekspor = 6/5 m – ¾ m= 9/20 m Cina mengekspor 1 m kain ke RI, akan dapat 4/3 kg gula. Sedangkan menurut DTDN hanya 5/6 kg gula. Keuntungan ekspor = 4/3 kg – 5/6 kg = 9/18 kg.

19 Manfaat spesialisasi (gain from trade) berdasarkan labor efficiency)
GULA KAIN 1 kg 2 kg 1 mt 2 mt Hari Kerja TS DS Indonesia 3 hk 6 hk 4 hk Cina 5 hk 10 hk 9 hk TS = tanpa spesialisasi DS= dengan spesialisasi Dengan spesialisasi akan dpt diproduksi 2 kg gula dan 2 m kain dg hari kerja yg singkat yaitu 16 hk. Jika tanpa spesialisasi utk memproduksi 2 kg gula dan 2 m kain perlu 18 hk. Jadi, jika masing-masing negara melakukan spesialisasi, maka dalam 18 hk akan diperoleh produksi lebih banyak, yaitu 2 2/3 kg gula dan 2 2/5 m kain. Jadi kesejahteraan akan meningkat.

20 COST COMPARATIVE ADVANTAGE THEORY
(Labor Productivity- oleh David Ricardo) Labor effisiensi tadi dapat dirubah menjadi hipotesa production comparative advantage NEGARA Produksi setiap Tenaga Kerja per hari kerja DTOT INDONESIA CINA

21 Perhitungan Production Comparative advantage Perbandingan Produksi
(Labor productivity) Perhitungan Production Comparative Advantage (Labour Productivity) Tenaga Kerja/ Hari kerja Perbandingan Produksi Gula Kain INDONESIA CINA Tenaga kerja RI lebih produktif dibandingkan tk Cina dlm produksi gula (6/3 kg) dp kain( 5/4 m).  medorong RI ber-spesialisasi produksi &ekspor gula. Dr ekspor gula ke Cina sebanyak 1 kg akan diperoleh 6/5 m kain, sedangkan di dalam negeri hanya dinilai ¾ m kain. Jadi Ri dapat keuntungan 6/5 m – ¾ m = 9/20 m kain. TK Cina lebih produktif dalam memproduksi kain (4/5 m) dibandingkan RI daripada memproduksi gula (3/6 kg). Jadi Cina spesialisasi dan ekspornya adalah kain. Jadi Cina dapat untung dari ekspor kain ke RI: 1m kain dapat 4/3 kg gula. Sedang di dalamnegeri Cina hanya dinilai dengan 5/6 kg gula. Cina dapat untung 4/3 kg – 5/6 kg = 3/6 atau ½ kg gula.

22 KELEMAHAN TEORI COMPARAIVE ADVANTAGE
Teori ini mengatakan perdagangan international dpt terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi TK  terjadi perbedaan produktivitas  perbedaan efisiensi  perbedaan harga antara 2 negara. Tetapi kalau butir 1 terjadi sama antara 2 negara  tentu tidak akan terjadi perdagangan international Ternayat meskipun butir terjadi, akan tetapi unuk prduk sejenis tetap ada perbedaan harga. Muncul teori modern dari Heckscher – Ohlin (Teori H-O) yang menjelaskan bahwa meskipun butir 1 terjadi , tetap perdagangan international akan terjadi. Hal ini karena adanya perbedaan jumlah/ proporsi faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara, sehingga terjadilah perbedaan harga barang yang dihasilkan. TEORI MODERN H-O ini dikenal sebagai “ THE PORPOTIONAL FACTORS THEORY”

23 Terjadinya perdagangan international
TEORI MODERN Terjadinya perdagangan international

24 The propotional factors Theory by Eli Heckscher dan Bertil Ohlin
Teori H-O: perbedaan opportunity cost antara satu negara dengan negara lain mengakibatkan perdagangan antar negara terjadi. Jadi yang menentukan adalah faktor produksi (endowment factor) dari masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah dalam memproduksi suatu barang akan melakukan spesialisasi dan mengekspor barang tersebut. Dan sebaliknya untuk negara-negara yang fakt0r produksinya langka dan mahal. Isocost dan Isoquant Dengan cost tertentu diperoleh produk yang maksimal, atau dengan cost minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.

25 Tenaga Kerja C A D B Mesin
60 ISOQUANT 100 unit pakaian C + 40 ISOQUANT 150 unit pakaian ISOCOST $ 600 A + 20 + D + B ISOCOST $ 400 15 Mesin 5 10

26 ASUMSI 2x2x2 dari Teori HO Perdagangan international terjadi antar 2 negara misal RI dg Jepang Masing-masing negara memproduksi 2 macam barang yang sama (misal 100 unit pakaian dan 20 unit radio) Masing-masing negara menggunakan 2 macam faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan mesin, tetapi dengan jumlah /proporsi berbeda.

27 Perbandingan faktor produksi
(Grafik perbedaan faktor produksi yang dimiliki masing-mading negara) Tenaga Kerja 60- 50- ISOCOST $ 600 Tenaga Kerja 40- 30- ISOCOST $ 400 30- ISOCOST $ 600 20- 20- ISOCOST $ 600 10- - - - -- - - 5 10 15 20 40 60 Mesin. Mesin. Negara 1(Indonesia) Negara 2(Jepang)

28 Gain On Trade berdasarkan Teori H-O (Asumsi 2 x 2 x 2)
NEGARA INDONESIA JEPANG Barang Pakaian Radio F. Produksi T. Kerja Mesin T.Kerja Proses Produksi P. Karya P. Modal P.Modal Proporsi F. Produksi 60 TK (banyak) 15 Mesin (kurang) 30 TK 60 Mesin Isoquant 100 unit 20 unit Isocost $400 $600 Unit Cost $ 4 (murah) $ 30 (mahal) $ 6 $ 20

29 Perbedaan Harga Produksi menurut Teori H-O
T. Kerja 60- Isocost $ 400 50- Isocost $ 600 40- A 30- + Isoquant 100 unit pakaian + B + 20- C Isoquant 20 unit radio + D 10- Isocost $ 600 Isocost $ 400 5 10 15 20 30 40 50 60 Grafik yang menunjukkan bagaimana terjadinya perbedaan harga barang sejenis karenaadanya perbedaa proporsi/ jumlah faktor produksi, shg terjadi perdagangan international 5

30 KELEMAHAN TEORI H-O Pada kenyataannya walauun jumlah/proporsi faktor produksi ysng dimiliki oleh masing-masing negara adalah sama,(yang menurut teori H-O tidak akan terjadi perdagangan international), ternyata bisa jua terjadi perdagangan itu. Teori G. Harbeler menjelaskan dengan : Perbedaan kemampuan berpsoduksi masing-masing negara ditunjukkan oleh PPC-nya(Production Possibility Curvenya) Perbedaan selera konsumen masing-mading negara yang ditunjukkan oleh IC-nya (indefference curve-nya)

31 TEORI OPPORTUNITY COST dari G. HARBERLER
Opportunity Cost digambarkan sebagai Production Possibility Curve (PPC), yang menunjukkan kemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu negara dengan sejumlah faktor produksi secara fullemployment. Dalam hal ini bentuk PPC akan tergantung pada asumsi tentang opportunity cost yang digunakan, yaitu PPC Constant cost dan PPC Increasing Cost Produksi berdasarkan PPC (Constant Cost) Produksi berdasarkan PPC (Constant Cost) PPC Constant Cost Produksi MRT N T 40 32 24 16 8 1 2 3 4 5 8N/1T - 8 16 24 32 40 - 5 4 2. 1 3 MRT= Marginal Rate of Transformation PPC Constant Cost - - - - - -

32 GAIN FROM TRADE dengan PPC Constant Cost
8 16 24 32 40 - 5 4 2. 1 3 + B(16N,4T) A IC IC1 T N Negara X memiliki PPc Constant cost dg kombinasi produksi 40 N atau 5 T atau MRT 8 N = 1 T. Pola konsumsi konsumen di negara X berada di titik singgung antara IC dan PPC, yaitu titik A dg konsumsi 8 unit barang N dan 4 unit barang T. Karena MRT atau DTDN berlaku 8 N = 1T, maka utk memperoleh 4 unit barang T hrs dikorbankan 4 x 8 N = 32 N. Jika dipasar luar negeri berlaku 6 N = 1 T, maka bagi konsumen negara X utk memperoleh 4 unit barang T hanya diperlukan utk ekspor sebanyak 4 x 6 N = 24 N. Dengan melakukan pertukaran luar negeri atau meng ekspor 24 unit barang N maka PPC bergeser menjadi PPC1 dan IC bergeser menjadi IC1. Akibatnya titik singgung A bergeser menjadi titik B dengan kombinasi konsumsi 16 unit barang N dan 4 unit barang T.

33 Produksi berdasarkan PPC
(Increasing Cost) Produksi MRT N T 40 36 30 22 12 1 2 3 4 5 4N/1T 6N/1T 8N/1T 10N/1T 12N/1T 40- 36- PPC increasing cost 30- 20- 12- 1 2 3 4 5 Suatu negara dpt memproduksi barang N dan T dengan kombinasi atau MRT yang berubah, sehingga mempunyai PPC Increasing cost berupa garis lengkung.

34 PPC Increasing Cost yang sama, dengan IC yang berbeda
Tiga kemunginan gain from trade dengan IC (indeference curve) dan PPC increasing cost IC2 IC1 A B PPC sama B A x PPC1 PPC2 IC sama PPC Increasing Cost yang sama, dengan IC yang berbeda PPC Increasing Cost berbeda dengan IC yang sama

35 PPC increasing Cost dan IC berbeda
x PPC2 PPC1 IC1 IC2 PPC increasing Cost dan IC berbeda

36 A x IC11 IC12 IC21 IC22 P. International C1 C B1 B
Sebelum Perdaangan LN : UK dan As masing- masing memiliki kemampuan produksi yg sama yg ditunjukkan oleh PPC Increasing cost yg sama yaitu NT. UK konsumennya lebih suka brg N, shg IC11 lbh dekat pd sumbu N dan menyinggung NT pd titik B. Sedangkan konsumsi brg N sebanyak O- N11 dan brg T sebanyak OT11. Di AS, konsumennya lebih menyukai brg T, shg IC21 lebih dekat pada sumb T dan menyinggung NT di titik C. Adapun konsumsi konsumsi barang N sebanyak O- N21 dan barang T sebanyak O- T21. Harga N lbh mahal dinegara UK tetapi lebih murah di negara AS. Harga T lebih murah dinegara UK tetapi lebih mahal di negara AS Maka Uk akn mengipor barang N dan menekspor barang barang T. Dan As akan mengekspor barang N dan menimpor barang T. NEGARA 1 (UK) Barang N Barang T NEGARA 2 (AS) PPC increasing cost Gain From Trade menurut PPC Increasing Cost yang sama dengan IC yang berbeda (selera berbeda)/ IC1 dan IC2

37 Offer Curve Negara “A” Spesialisasi produk N adalah kain
x IC a1 IC a2 na2 ta1 na1 Ea2 Ea1 ta2 Pa1 Pa2 Oa T2 T1 N1 Offer Curve A Spesialisasi produk N adalah kain Total output adalah N1 Tk. Konsumsi pd titik Ea1 adalah titik singgung antara garis harga Pa1 dengan IC1 Kombinasi konsumsi pada Ea1 adalah na1 dan ta1 Pada harga Pa, konsumsi dalam negeri sebesar 0a- na1 dan ekspor sebesar N1 – na1 Ekspor N (kain) oleh Indonesia (N1- na1) < permintaan Jepang (0b-nb). Karena ekspor N (kain) oleh Indonesia < permintaan Jepang, maka harga kain naik dari Pa1 ke Pa2. Setelah kenaikan harga, tk. Konsumsi pada titik Ea ada di titik singgung antara garis hsrga Pa2 dan ICa2 Jika titik Ea dihubungkan dengan titik Ea2, maka akan terbentuk offer curve A

38 Offer curve negara B N1 nb1 N2 nb2
Offer Curve B Pb1 Eb1 nb1 x IC b1 N2 nb2 Pb2 IC b2 x Eb2 Oa ta1 T1 tb1 tb2 T2 Spesialisasi produk T adalah radio Total output T2 Tk. Konsumsi pada titik Eb1 adalah titik singgung antara garis harga Pb1 dan ICb1 Kombinasi konsumsi pada Eb1 adalah nb1 dan tb1 Pada harga Pb1 , konsumsi dalam negeri sebesar 0b1- tb1 dan ekspor sebesar T1 – tb1 Ekspor T (radio) oleh Jepang (T1- tb1) > permintaan Indonesia (0a-ta1). Karena ekspor T (radio) Jepang > permintaan Indonesia, maka harga radio turun dari Pb1 ke Pb2. Setelah penurunan harga tk.konsumsi pada titik Eb2 ada di titik singgung antara garis harga Pb2 dan ICb2 Jika titik Eb1 dihubungkan dengan titik Eb2, maka akan terbentuk offer curve B

39 nb2 Ob Jepang Pa 1b2 x tb1 x Pab1 tb2 x ta2 Ea1b2 x Ta1 Ea1 Na1 na1 Ob Indonesia na2 Tb1

40 KESIMPULAN Penawaran atau ekspor barang N (kain) Indonesia sebesar Na1 – na1 adalah lebih kecil daripada permintaan atau impor barang N (kain) sebesar )b – nb oleh Jepang, sehingga harga barang N(kain) akan naik yan dicerminkan oleh pergeseran garis harga Pab1 menjadi Pa1b2 dan penurunan Ea1 menjadi Ea 2b2. Penawaran atau ekspor barang T (radio) Jepang sebesar Tb1- tb1 adalah lebih besar daripada permintaan atau impor barang T (radio) sebesar 0a – ta1 oleh Indonesia, sehingga harga barang T (radio) akan turun yang dicerminkan oleh pergeseran garis harga Pab1 menjadi Pa1b2 dan penurunan Eb1 menjadi Ea1b2 Pada titik Ea1b2 ternyata : (a) Ekspor barang N (kain) Indonesia akan sama dengan impor N (kain) Jepang. Dengan kata lain Na1 – na2 = 0b – nb2. (b) Ekspor barang T (radio) Jepng akan sama dengan impor T (radio) Indonesia. Dengan kata lain Tb1 – tb2 = 0a – ta2

41 Analisa manfaat perdagangan international menurut Edgeworth- Bowley
x G C B D F E A Y1 X1 01 02 IC13 IC22 IC24 IC23 IC14 IC12 Y11 Y21 IC20 IC10 Y12 Y22 X12 X11 X2 Y2 EDGEWORTH-BOWLEY BOX DIAGRAM

42 KETERANGAN Titik-titik A, B, C, D, dan E merupakan titik pototng atau titik singgung yang kemungkinan pertukaran atau pergagangan internationalnya terjadi antara negara I yang mempunyai titik awal O1 dengan negara II yang mempunyai titik awal 02 Dilihat dari negara I dengan titik awal 01maka: (a) Titik A = D=E karena ketiganya berada pada UC11. (b) Titik B berada pada IC12. (c) Titik C berada pada IC13 Karena IC13 >IC12 > IC11, maka C > B >A, D atau E. 3. Dilihat dari negara II dengan titik awal 02,, Maka : (a) Titik A = C = E karena ketiganya berada pada IC21. (b) Titik B berada pada IC22 (c) Titik D berada pada IC23 Karena IC23 > IC22 > IC21, maka D> B >A, C atau E 4. Bila pertukaran/ perdagangan international bergeser dari titik A ( yang berada pada IC11 dan IC21) ke titik C (yang berada pada IC13 dan IC21 maka: Negara I akan sangat beruntung ( karena IC13 > dari pada IC11, sedangkan negara II tidak untung/rugi ( karena titik A dan C sama-sama berada pada IC21).

43 KETERANGAN (lanjutan)
5. Titik D ( yang berada pada IC11 dan IC23 maka: * Negara II akan sangat beruntung ( karena IC23 > dari pada IC21), sedangkan Negara I tidak untung / rugi (karena titik A dan D sama-sama berada pada IC11). 6. Titik B ( yang berada pada pada IC12 dan IC22) maka: * Negara I dan II akan sama-sama untung karena IC12 >IC11 dan IC22 > IC21). Untuk bergeser dari titik A ke titik B, maka Negara I akan mengekspor barang Y sebanyak Y11 – Y12 untuk dapat mngimpor barang X sebanyak X11 – X12, sedangkan negara II akan mengekspor barang X sebanyak X21 – X22 untuk dapat mengimpor barang Y sebanyak Y21 – Y22. 7. Titik F ( yang berada pada IC10 dan IC11), maka: * Negara I akan rugi (karena IC10 < IC11), sedangkan negara II akan sangat beruntung ( karena IC24 > IC23). 8. Titik G (yang berada pada IC20 dan IC14), maka: * Negara I akan sangat beruntung ( karena IC14 > daripada IC13), sedangkan negara II akan rugi ( karena IC20 < dari IC24). 9. Ruang A-C-E-D-A adalah GAIN FROM TRADE AREA

44 International Business
Current Theory of International Business

45 (A) INTERNATIONAL PRODUCT LIFE CYCLE (IPLC) Theory
Menjelaskan terjadinya perdagangan international antara negara maju(development countries/NIMs dengan negara developing countries/NSBs R. Vernon Ekspor (+ ) NIMs lainnya (Eropa, Kanada, Jepang NSBs II IV Tahap I (0) III V AS (negara inovator) Impor (- )

46 Tahapan IPLC dan Ciri-cirinya
(untuk AS sebagai negara inovator) Tahapan Impor/ ekspor Target pasar Pesaing Biaya Produksi (I) Inovasi lokal Tidak ada Dalam negeri AS Sedikit (lokal) Tinggi (II) Inovasi di luar negeri Mulai ekspor AS dan NIMs lainnya Mulai menurun karena skala ekonomi (III) Maturity Ekspor stabil NIMs dan NSBs NIMs Stabil (IV) Imitasi di luar Ekspor turun NSBs Menaik karena skala ekonomi menurun (V) Pembalikan Impor naik AS Menaik karena competitive advantage

47

48 IPLC : Trickle down/ waterfall approach Middle income countries
Advance country Developing countries Less developed countries IPLC : Trickle down/ waterfall approach Gross National Product per capita Shower approach Low income countries Highincome countries Middle income countries

49 (B)Porter’s diamond: Determinate of National Competitive Advantage
FIRM STRATEGY, STRUCTURE, AND RIVALRY Factor endowment = A nation position in factor of production such as skilled labour or the infrastructure necessary to compete in a given industry Demand conditions = The nature of home demand for the industry’s product or service Relating and supporting industries = the presence or absence in a nation of suppliers industries and related industries that are internationally competitive Firm strategy, structure, and rivalry = The conditions in the nation governing how companies are created, organised, and managed and the nature of domestic rivalry FACTOR ENDOWMENT DEMAND CONDITION RELATED AND SUPPORTING INDUSTRIES

50 (C) HYPERCOMPETITIVE dari Richard D’Aveni
Ancaman dari: Korea, Taiwan, Singapore, mengancam elektronik Jepang ,AS, dan Eropa Persaingan yang ketat sesama negara yang sedang berkembang (NSBs) untuk produk-produk industri ringan (tekstil, sepatu, agro industri, dll) Perencanaan dan operasi Strategi berdasarkan faktor eksternal & internal Research & Development Sustainable Competitive Advantage SUSTAINABLE PROFIT

51 (D) Competitive Liberalization
Keinginan setiap negara untuk meningkatkan kemakmuran negaranya secara produktif, efisien, dan efektif mengakibatkan timbulnya Competitive Liberalization, dengan meningkatkan performancenya agar masuk investor dari luar dan investasi di negaranya. Yang diutamakan adalah Competitive Advantage, disamping Comparative Advantage. Perusahaan/ negara berusaha membuat barang atau jasa dengan effisien, efektif harganya murah dan berkualitis tinggi agar produk bisa diekspor.

52

53 NEGARA PERINGKAT Swiss 1 Singapura 2 Swedia 3 Finlandia 4 AS 5 Jerman
Sepuluh Negara Berdaya Saing Tertinggi Tahun 2011 NEGARA PERINGKAT Swiss 1 Singapura 2 Swedia 3 Finlandia 4 AS 5 Jerman 6 Belanda 7 Denmark 8 Jepang 9 Inggris 10

54 Stage of Developmnet

55 Faktor-faktor Penghambat Daya Saing

56 Lakukan analisa terhadap produk unggulan Indonesia

57


Download ppt "TEORI DASAR INTERNATIONAL BISNIS."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google