Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH"— Transcript presentasi:

1 PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH
Dr. Ghansham Anand, S.H., M.Kn.

2 AGENDA Sumber Hukum Islam Kedudukan Hukum Perbankan Dalam Sistem Islam
Pengakuan akad Asas-Asas akad Prinsip Umum Muamalat Pengertian Akad Pembentukan Akad Kedudukan fatwa DSN dalam Hukum Positif

3 SUMBER HUKUM ISLAM AL QURAN SUNNAH IJMA QIYAS

4 KEDUDUKAN HUKUM PERBANKAN DALAM SISTEM ISLAM
AQIDAH SYARIAH AKHLAK IBADAH MUAMALAH POLITIK SOSIAL EKONOMI DLL PERBANKAN

5 PENGAKUAN AKAD Dalam tataran syariah, suatu akad tidak hanya menyangkut hubungan horisontal, tetapi juga hubungan vertikal Suatu akad non tunai wajib dibuat secara tertulis. Kesetaran antara para pihak Adanya saksi

6 PENGAKUAN AKAD Bahwa pengakuan akad di dalam syariah islam disamping bersifat horisontal juga bersifat vertikal, dengan dalil : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad” (al haasirah 1) Wajib

7 PENGAKUAN AKAD Al Baqarah 282: “ Hai orang-orangyang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan

8 PENGAKUAN AKAD (apa yang akan ditulis itu) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan 2 orang saksi dari orang laki-laki. Jika tidak ada 2 orang elaki, maka (boleh) seorang lelaki dan 2 orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya

9 PENGAKUAN AKAD Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu.

10 PENGAKUAN AKAD Tulislah mu’amalahmu itu, kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah jika kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

11 PENGAKUAN AKAD Jika kamu dalam perjalanan dan bermu’amalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Tuhannya;

12 ASAS-ASAS AKAD Al-hurriyah (kebebasan) Al-musawah (kesetaraan)
Al-’adalah (keadilan) Al-ridha (kerelaan) As-shidiq (kejujuran dan kebenaran) Al-kitabah (tertulis)

13 PRINSIP UMUM MUAMALAT*
1. Prinsip umum muamalat adalah semua dibolehkan, kecuali ada dalil yang menyatakan keharamannya. Asas terbuka Buku III BW Asas Pacta sunt servanda causa/oorzak yang halal *Hukum yang berkaitan dengan tindakanh ukum manusia dalam persoalan keduniaan (M Farid Wajdi, Da’irah ma’arif al-quran al-isyrin)

14 TRANSAKSI YANG DILARANG
Haram zatnya  Kausa yang halal = 1320 BW Haram selain zatnya Tadlis (non disclosure)  penipuan = 1321 BW Gharar  kekhilafan = 1321 BW Rekayasa pasar  Monopoli = UU anti monopoli Riba Tidak sah/lengkap akadnya Rukun tidak terpenuhi  1320 BW dan 1321 BW (paksaan) Terjadi ta’alluq  perjanjian bersyarat 1253 BW Terjadi 2 akad dalam 1 akad

15 TRANSAKSI YANG DILARANG
Riba penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) Maisir transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan Gharar transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan Haram transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah Zalim transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya

16 PRINSIP UMUM MUAMALAT 2. Dilakukan atas dasar suka rela (antaradhin)  pasal 1320 BW adanya kesepakatan 3. Dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat (jalb al-mashalih wa dar’u al- mafasid) asas Manfaat 4. Dilakukan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari kezaliman  tidak berat sebelah (misbruik van omstandigheden)

17 PENGERTIAN AKAD * Ikatan antara dua ucapan (pernyataan)
Pengertian sempit : Pertalian ijab dengan kabul menurut cara yang sah dan ada pengaruhnya pada obyeknya. UU Perbankan syariah: Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah. * Wahbah al-zuhaili: fiqh al-Islam wa adillatuh)

18 PEMBENTUKAN AKAD Rukun
sesuatu yang menjadi faktor asasi bagi terwujudnya sesuatu, yang tanpa dipenuhinya rukun tersebut maka suatu akad menjadi tidak sah (Batal) Syarat Syarat akad bukan merupakan rukun akad, jika syarat akad tidak dipenuhi, tidak menyebabkan akad itu menjadi batal, akan tetapi menjadi fasid (rusak).

19 RUKUN AKAD 1 Subyek (Aqidani) 2 Obyek akad 3 Ijab dan Qabul

20 RUKUN AKAD Subyek Akad (aqidani)
Syarat Subyek (aqidani/para pihak): cakap (ahliah: kecakapan seseorang untuk memperoleh hak-hak yang sah baginya, memikul hak-hak orang lain dan diakuinya tindakan-tindakannya sebagai perbuatan yang sah), (pasal 1320, 1329 setiap orang adalah cakap melakukan perikatan kecuali 1330, orang yang belum dewasa, ditaruh dibawah pengampuan BW)

21 RUKUN AKAD Obyek akad : disesuaikan dengan jenis akad yang dilakukan, yang pada umumnya harus memenuhi 4 syarat: Harus ada secara konkret ketika akad dilangsungkan, atau diperkirakan akan ada pada masa yang ditentukan, pasal 1334 (barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi pokok perjanjian) VS short selling dan futures trading Harta yang dimiliki secara sah dan halal dimanfaatkan, pasal 1471 BW (jual beli barang milik orang lain adalah batal)

22 RUKUN AKAD (OBYEK AKAD)
Harus dapat diserahkan ketika terjadi akad Mu’ayyan (jelas/dapat ditentukan), psl 1320 BW (hal tertentu), 1332 BW (hanya barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian), 1333 BW (suatu perjanjian harus mempunyai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya, tidak dipermasalahakan mengenai jumlahnya asal dapat ditentukan kemudian)

23 RUKUN AKAD Ijab dan Qabul (Shighah); pernyataan mengadakan akad dari pihak-pihak yang mengadakan akad, yang terdiri dari 3 syarat: Ijab dan kabul harus secara jelas menunjukkan maksud kedua belah pihak Antara ijab dan kabul harus selaras Antara ijab dan kabul harus muttashil (nyambung) yang dilakukan dalam satu majlis akad.

24 SYARAT-SYARAT AKAD Para pihak bebas menetapkan syarat-syarat akad, sepanjang : Tidak mengharamkan yang halal atau sebaliknya; Tidak menggugurkan atau bertentangan dengan rukun;

25 MACAM-MACAM AKAD BERDASARKAN SIFAT/HUKUMNYA
SHAHIH MEMENUHI RUKUN DAN SYARAT AKAD CACAT PADA RUKUN DAN OBYEKNYA BATHIL/BATAL TIDAK SHAHIH SAH RUKUNNYA TETAPI MENGANDUNG HAL-HAL YANG TIDAK DIBENARKAN HUKUM FASID/RUSAK

26 AKIBAT AKAD Timbulnya hak dan kewajiban bagi para pihak
Memiliki dampak hukum pada obyek akad

27 KOMPARISI FATWA DSN DENGAN HUKUM POSITIF

28 JAMINAN DALAM AKAD SYARIAH
Penggunaan jaminan dalam akad syariah tidak bersifat wajib  prinsip 5C Perjanjian jaminan tetap merupakan perjanjian accessoir dari akad-akad syariah.

29 Terima Kasih


Download ppt "PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM SYARIAH"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google