Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pertemuan ke 4.  Meskipun tujuan ulama teologi sama, yaitu mempertahankan dan memantapkan Iman, namun banyak terdapat perbedaan pendapat, sehingga penulis.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pertemuan ke 4.  Meskipun tujuan ulama teologi sama, yaitu mempertahankan dan memantapkan Iman, namun banyak terdapat perbedaan pendapat, sehingga penulis."— Transcript presentasi:

1 Pertemuan ke 4

2  Meskipun tujuan ulama teologi sama, yaitu mempertahankan dan memantapkan Iman, namun banyak terdapat perbedaan pendapat, sehingga penulis sejarahpun tak sepakat mengenai jumlah golongan-golongan tersebut.  Menurut As-Syihristani, penggolngan harus didasarkan pada perselisihan empat persoalan teologi. Yaitu, sifat Tuhan dan pengesaan sifat, qadar dan keadilan Tuhan, Janji dan ancaman Tuhan, wahyu (sama’) dan akal, dan keutusan Nabi dan Imamah.

3  Hadist Nabi tentang umat islam akan pecah menjadi 73 golongan, telah menjadi sandaran bagi penulis tentang golongan-golongan dalam Islam.  Yang diperdebatkan tentang siapa diantara golongan tersebut yang selamat, teks hadist berbeda-beda mengenai ini, “kulluhum fin nari illa wahida”, “kulluhum fil jannati illa wahidah”, “ tsaniati wa sab’una fin nari wa wahidatun fil jannat”.  Yang selamat dalam hadist lain dimaksudkan adalah “ahli sunnah wal jama’ah” yaitu orang yang menjalankan sunnah Rasul dan sahabat-sahabatnya.

4  Apakah umat ijabah, yaitu kaum muslimin yang benar-benar yang telah memenuhi ajakan Rasullah atau umat yang menjadi obyek dakwah, yaitu seluruh umat manusia yang kedatangan seruan Islam?  Siapakah yang dimaksud golongan ”ahlussunnah wal jama’ah” tersebut, apakah ummat dahulu yang berdiri dijajaran para Nabi dan sahabat ? Atau umat yang akan datang yang mengikuti sunnah rasul dan sahabatnya, juga menjadi perdebatan dikalangan para ahli kalam.

5  A. Hanafi memasukan tujuh aliran dalam bukunya “pengantar teologi Islam” yaitu, mu’tazilah, asy’ariyah, maturidiah, salaf, wahabi, syech Muhammad Abduh dan Ibnu Rusy. Beliau tidak memasukkan aliran syi’ah dan Khawarij dalam aliran teologi kerena kedua golongan tersebut faksi politik bukan aliran teologi.  Sech Abu Zahrah, memasukkan jabariyah, qadariyah dan murjiah sebagai aliran teologi.

6  Dalam perspektif kekinian, mungin lebih tepat disebut aliran pemikiran teologi, terdiri dari: aliran Khawarij (sempalan), Syi’ah (Rasialis), Mu’tazilah (rasionalis), Ahli sunnah wal jama’ah (tradisionalis), Salaf, dan Wahabiyah (ortodoksi). Meski dalam perkembangan berikutnya karena fakto persinggungan antar aliran-aliran tersebut tingkat perbedaannya makin menjadi kabur.

7  Aqidah Islam itu berbasis pada prinsip “Tauhid” yaitu kesatuan penciptaan, kesatuan kenabian, kesatuan umat, dan kesatuan tujuan hidup yaitu memperoleh ridla Allah.  Berpijak pada cara berfikir dan cara pandang yang berbeda-beda dan ditumpangi dengan kepentingan politik sukuisme dan golongan, maka timbullah aliran-aliran yang berbeda-beda dan masing-masing saling pengaruh mempengaruhi dalam perkembangannya.

8  Munculnya pemikiran Khawarij (sempalan) dalam Islam sebenarnya terkait dengan adanya sebagian kelompok masyarakat badui (desa) yang terpinggirkan dalam percaturan politik kekuasaan dan ekonomi. Mereka mengalami ketertingglan dalam segala hal (terpinggirkan) sehingga lahirlah sikap ekslusivisme yang puncaknya adalah lahirnya sikap radikalisme. Itulah gambaran Khawarij yaitu kelompok splinter group, seperti dalam bentuk sekarang terjilma dalam tindakan terorisme.

9  Munsulnya aliran syi’ah dilatar belakangi oleh lahirnya kelompok sahabat yang setia terhadap keluarga ahlul bait (pendukung Ali bin Abi Thalib). Syi’ah mulai eksis ketika kekhilafahan usman, dan tumbuh subur ketika Ali Ra. tampil sebagai khalifah. Keberpihakan yang keras terhadap ahlul bait, maka syi’ah menjadi kelompok yang ekslusif dan rasialis terutama bisa dilacak dari kosepnya tentang imamah yang merupakan kepercayaan sentralnya, bahwa khilafah dalam Islam hanya dibenarkan dipegang oleh keturunan Ali ra.

10  Juga ajarannya tentang prinsip ismah, yaitu Imam yang terjaga dari dosa kecil dan besar, tentang datangnya Imam Mahdi, yaitu imam yang akan menegakkan keadilan dan pembebasan dari segala kezaliman diakhir zaman.  Prinsip taqiyah, melakukan penyamaran untuk melindungi diri dari ancaman atau bahaya lawan, yang merupakan sikap strategis ajaran syi’ah, juga menjadi prinsip universal dan dianggap sebagai rukun agamanya.

11  Kaum rasionalis (Mu’tazilah) sebenarnya merupakan masyarakat kota (elitis), pemikir yang gandrung terhadap perkembangan ilmu pengetahuan akibat ummat Islam bersinggungan dengan budaya bangsa-bangsa yang lebih maju, terutama dengan filsafat Yunani ketika itu. Mereka golongan yang lebih punya peluang ke akses kukasaan dan ekonomi. Dengan cara rasional mereka mencoba lebih memahami dan mendalami ajaran agamanya, sekaligus mencoba membentengi keyakinan agamanya dari serangan budaya/pemikiaran lainnya.

12  Mereka berjasa terhadap kemajuan umat Islam terutama dibidang ilmu pengetahuan dan filsafat dan juga dalam membangun peradaban islam.  Lima ajaran pokoknya yang terkenal adalah, Tauhid, al-adl (keadilan), al-wa’d dan al- wa’id (janji dan ancaman), Al-manzilah baina al- manzilatain (tempat diantara dua tempat), dan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam membangun 5 doktrin pokoknya tersebut selalu dengan pendekatan rasional, lebih mendalukan akal daripada teks wahyu.

13  Lahirnya aliran Ahlus sunnah yang dimotori oleh pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi ini adalah reaksi dari pemikiran Mu’tazilah yang elitis dan rasional tersebut.  Pada dasarnya kedua tokoh tersebut adalah pengikut rasionalis yang tidak puas dengan ajaran Mu’tazilah yang tak bisa diterima oleh kebanyakan umat Islam ketika itu yang masih kuat berpedoman pada sunnah dan tradisi terutama dikalangan masyarakat umumnya.

14  Mereka mencoba memadukan antara pendekatan rasional dengan pendekatan tekstual, Al-Asy’ari lebih condong pada pendekatan tekstualnya, sedang al-maturidi lebih condong pada pendekatan rasionalnya. Keduanya saling melengkapi dan strategi keberpihakan pada masyarakat kebanyakan telah mencuatkan nama mereka sebagai pembela masyarakat yang mencintai sunnah dan tradisi yang ajarkan Rasulullah. Ciri pemikirannya adalah mencari jalan tengah antara ekstrim kiri dan kanan, mereka golongan moderat.

15  Idiom kedua aliran ini adalah menjaga kemurnian ajaran Islam. Salaf dipertalikan dengan pemikiran Ahmad bin Hambal dengan jargon mempertahan pendirian ulama salaf yang tekstualis murni. Tokoh yang mempopulerkan salafiyah adalah Ibnu Taymiyah, ia menyerukan agar umat kembali kepada al-qur’an dan hadits dan menjauhi pemikiran yang berdasar akal karena lebih banyak menyesatkan. Bagi beliau akal berfungsi sebagai saksi dan pembenar dalil naqli (wahyu), bukan menjadi hakim yang mengadili dan menolaknya.

16  Inti ajarannya yang membedakan pada ajaran ahlus sunnah ada pada prinsip keesaan ibadah kepada Allah diartikan bahwa ibadah mesti mengikuti ketentuan syariat dan tidak didorong oleh tujuan lain, kecuali sebagai sikap taat serta pernyataan syukur kepada-Nya sebagai jiwa tauhid dalam ibadah.  Kelanjutan dari ajaran ini adalah wujud kritik terhadap segala yang dianggap dari bentuk kesyirikan ritual yang ketika itu lagi marak dikalangan golongan tradisional.

17  Seperti ajarannya yang melarang mengangkat manusia (hidup atau mati) sebagai wasilah (perantara) kepada Tuhan, larangan memberikan nazar kepada kuburan atau penghuninya atau juru kuncinya, dan larangan ziarah kubur termasuk ke kuburan Nabi Muhammad.  Dari perspektif Wahabiyah yang didirikan oleh Muhammah bin Abdul Wahab di arab Saudi pada abad ke duabelas hijriyah, ajaran salaf makin menjadi ekslusif dan anti budaya, sehingga tampilan Islam menjadi agama yang miskin seni dan budaya.

18  1. Pola pendekatan rasionalisme yang dipelopori Mu’tazilah yang telah berjasa besar dalam pengembangan Islam.  2. Pola pendekatan sintetis atau singkritisme yang dikembangkan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi yang berjasa telah menjembatani antara pendekatkan rasional dan tradisi yang dianut kebanyakan umat Islam.  3. Pola pendekatan tekstualis yang dipelopori kaum Hanabilah dan dipopulerkan Ibu Taymiyah yang berjasa menjaga kemurnian ajaran dan prakteknya.

19  Pola pendekatan rasional ternyata lebih banyak positifnya daripada negatifnya, dunia makin menjadi terasa sempit dan berjalan sangat cepat diera teknologi ini, kondisi ini tak diimbangi kemajuan berarti ummat dalam memahami agamanya akibatnya ummat tak banyak mampu memanfaatkan teknologi untuk kesejahteraan hidupnya, menjadilah ummat Islam sebagai ummat yang termarginalkan bagi percaturan bangsa bangsa di dunia.

20  Kondisi seperti ini dirasakan cukup lama menghantui ummat, karena ummat terjebak dalam sikap tassub berlebihan, sikap eksklusif tersebut subur menghinggapi kehidupan ummat Islam akibatnya adalah mereka tak sempat melakukan rekonstruksi ajaran teologisnya. Sementara telah terjadi perubahan yang begitu cepat dibelahan dunia barat yang dampaknya mampu merubah kehidupan manusia yang menggelobal dan sekaligus mempu mewarnai budayanya menjadi budaya global


Download ppt "Pertemuan ke 4.  Meskipun tujuan ulama teologi sama, yaitu mempertahankan dan memantapkan Iman, namun banyak terdapat perbedaan pendapat, sehingga penulis."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google