Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

LATAR BELAKANG Mengapa perlu ada MBS?

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "LATAR BELAKANG Mengapa perlu ada MBS?"— Transcript presentasi:

1 LATAR BELAKANG Mengapa perlu ada MBS?
Jawabnya: karena mutu/kualitas pendidikan kita (semakin) memprihatinkan. Banyak penyebab atas terjadinya kemerosotan mutu itu, di antaranya: Pengelolaan (manajemen) pendidikan selama beberapa dekade dilaksanakan sangat sentralistik, ketat, dan tidak efektif-efisien; Proses pembelajaran sangat normatif dan kering baik karena metode maupun prasaranya sangat terbatas; 3. Masyarakat/Walimurid dan sekolah kurang (tidak) berani mengambil inisiatif karena dominasi pusat; Pemerintah Daerah sangat cenderung sekedar melaksanakan juklak dan juknis pusat. Bahan sosialisasi MBS

2 Paradigma baru dibidang pendidikan, yaitu perubahan dari :
Sentralisasi ke desentralisasi. Schooling ke learning Govermental ke community role.

3 Dalam MBS ini terdapat beberapa prinsip yang harus kita perhatikan, yaitu :
Keterbukaan, prinsip ini menandakan bahwa manajemen dilakukan secara terbuka (transparan). Kebersamaan, hal ini berarti manajemen dilaksanakan secara bersama oleh sekolah dan masyarakat. Berkelanjutan, yaitu manajemen dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian pimpinan sekolah. Menyeluruh, berarti manajemen dilakukan secara menyeluruh menyangkut seluruh komponen yang menunjang dan mempengaruhi pencapaian tujuan Pertanggungjawaban, berarti dapat dipertanggungjawabkan ke orang tua/wali siswa, masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan. Lanjutan…

4 Demokratis, yang berarti keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah antara komponen sekolah dan masyarakat. Kemandirian, yang berarti sekolah memiliki prakarsa atau inisiatif dan inovasi dalam rangka mencapai tujuan. Berorientasi pada mutu, artinya berbagagai upaya yang dilakukan sekolah selalu didasarkan pada peningkatan mutu pendidikan. Pencapaian SPM, berarti manajemen sekolah tersebut untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara total, bertahap dan berkelanjutan. Dan Pendidikan untuk semua, artinya semua anak memiliki hak memperoleh layanan pendidikan yang sama.

5 Mengapa MBS ?

6 Label MBS sebagai “reformasi” dalam pendidikan memberikan indikasi, bahwa MBS sebagai upaya yang menjanjikan adanya iklim baru dalam pengelolaan pendidikan untuk memperbaiki kinerja sekolah. Perubahan kinerja sekolah merupakan determinan untuk menciptakan mutu lulusan sekolah yang baik.

7 MBS diditeksi sebagai suatu system dengan unsur-unsur konteks (contex), masukan (input), proses (process), keluaran (output) dan dampak (outcomes). Seperti skema 1.

8 SISTEM MBS MBS KONTEKS MASUKAN PROSES KELUARAN DAMPAK Landasan Hukum
Mutu Pendidikan Pembelajar an efektif Pencapaian Belajar, Nilai Ulangan, Karya Ilmiah, Hasil UAN Keunggulan dalam Kerja Kepemim pinan Potensi Lingkungan Sumber Daya Manusia Keunggulan Bersaing ke PT Keamanan Arah Pendidikan Sumber Daya Mandiri Reponsif & antisipasi Aspirasi Masyarakat Pencapian Iringan, Kejujuran, Kerjasama, Siap Belajar, Terampil, Kesopanan Kepuasan Pelanggan Partisipatif Daya Dukung Masyarakat Akuntabili tas Manajemen Sekolah Citra Sekolah Team Work

9 Unsur konteks dalam implementasi MBS, yaitu hendaknya memperhatikan dasar hukum yang digunakan dalam menyusun rencana tindakan sekolah, memperhatikan sumber daya berupa potensi yang ada dilingkungan sekolah dan daya dukungnya (supporting capacity). Unsur masukan maleiputi : mutu pendidikan (proses dan lulusannya) sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan, sember daya non insani – yang didayagunakan secara optimal, manejemen sekolah dan kepuasan pelanggan (siswa dan masyarakat yang luas) terhadap mutu dan kinerja sekolah. Unsur Proses adalah segala sesuatu yang diupayakan sekolah dalam mengintervensi pembelajaran (siswa) agar mencapai tujuan, unsure ini meliputi : kepemimpinan sekolah, pembelajaran efektif, responsive dan antisipatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

10 Unsur keluaran meliputi : dampak langsung pembelajaran (instructional effect) dan dampak iringan (naturant effects) dari suatu pendekatan yang dipilih dalam pembelajaran, antara lain pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (sesuai dengan disiplin ilmu), ketrampilan /kecakapan tertentu (learning to do), inkuari dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (learning how to learn) dan belajar dalam kelompok (learning to live together). Dampak tidak langsung antara lain : menghargai pendapat orang lain, membangun etos kerja, mandiri dalam melaksanakan tugas membangun kejujuran serta dapat menangkap perkembangan ilmu pengetahaun dan teknologi. Aspek dampak dalam sistem MBS meliputi kinerja lulusan didunia kerja dan masyarakat, kinerja akademik jika melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan citra sekolah dihadapan masyarakat luas.

11 EFEK PEMBELAJARAN MEMBANGUN KETRAMPILAN MENGHARGAI PERBEDAAN
INKUARI DALAM IPTEK MODEL BELAJAR MEMBANGUN ETOS KERJA PENGEMBANGAN IPTEK MANDIRI DALAM BEKERJA BELAJAR DALAM KELOMPOK MEMBANGUN KEJUJURAN

12 Komponen komunitas (warga) sekolah yang diintervensi dalam penerapan MBS adalah seluruh warga sekolah, meliputi : Kepala Sekolah, Guru, tenaga pendidikan lain, siswa dan orang tua siswa. Keseluruhan komponen warga sekolah tersebut diintervensi dalam rangka mewujudkan upaya peningkatan mutu pendidikan. Keterlibatan masing-masing komponen tersebut dapat digambarkan seperti table berikut :

13 NO LINGKUP KEGIATAN JENIS KEGIATAN KOMPONEN KETERANGAN
1. Kelas/pembelajaran (classroom setting) Pembelajaran G,S UNTUK MENCAPAI EFEK PEMBELAJARAN DAN EFEK YANG IRINGAN Sumber belajar GS, KS, OTS, S Pengelolaan lingkungan G, KS, S 2. Sekolah “(scholl setting) Pemberdayaan sumber daya KS, OTS, G MENCIPTAKAN KENYAMANAN DAN KEAMANAN SEKOLAH Partisipasi warga sekolah KS, G, S Keamanan sekolah KS, TP, G, S Program evaluasi 3. Masyarakat Luas (community setting) Identifikasi Potensi Lingkungan OTS, KS, G MENGARAHKAN PROGRAM SEKOLAH DAN DUKUNGAN MASYRAKAT Pengendalian rencana tindakan OTS, KS Dukungan moral dan material OTS

14 PARADIGMA BARU Merespons fakta kemerosotan dan tantangan Otonomi daerah
KONSEP > REALITA IDENTITAS > RELEVANSI DARIMANA > KE MANA DARI SIAPA > UNTUK SIAPA Bahan sosialisasi MBS 2

15 APAKAH MBS ITU? MBS adalah serangkaian upaya pemberdayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Tujuan Umum : Mengembangkan model untuk memberdayakan SD/MI melalui transparansi pengelolaan sekolah (dikenal dgn. MBS), PAKEM, dan PSM dalam lingkungan sekolah sayang anak (child-friendly school) dalam rangka desentralisasi pendidikan. * MBS = Manajemen Berbasis Sekolah * PAKEM = Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan * PSM = Peranserta Masyarakat Bahan sosialisasi MBS

16 B. Tujuan Khusus :  Meningkatkan kemampuan personil pendidikan (guru, kepala sekolah, pengawas, dll), anggota BP3/komite sekolah & tokoh masyarakat dalam MBS untuk meningkatkan kualitas SD  Meningkatkan kemampuan personil pendidikan, anggota BP3/ komite sekolah & tokoh masyarakat untuk melaksanakan PAKEM di sekolah dan di masyarakat  Meningkatkan peranserta masyarakat (termasuk : anggota BP3/komite sekolah, orangtua siswa & anggota masyarakat) dalam urusan pendidikan, untuk meningkatkan kinerja sekolah Bahan sosialisasi MBS

17 Hasil Yang Diharapkan A. Hasil Jangka Pendek :  Dihasilkan paket (modul) pelatihan tentang MBS, PAKEM, dan PSM yang telah diujicobakan untuk pemberdayaan SD  Dihasilkannya suatu “model” MBS, PAKEM, dan PSM di SD/MI yang telah diujicobakan dan dapat diterapkan dalam upaya peningkatan mutu SD dengan suasana sekolah yang sayang anak (child-friendly school) Bahan sosialisasi MBS

18 (Lanjutan)  Meningkatkan kinerja sekolah dalam aspek :  manajemen sekolah yang lebih terbuka/ transparan, partisipatif, dan bertanggungjawab  proses pembelajaran yang lebih PAKEM  peranserta masyarakat yang lebih aktif dalam urusan sekolah Dengan suasana belajar yang sayang anak, dan dengan semangat desentralisasi pendidikan 4 Bahan sosialisasi MBS

19 B. Hasil Jangka Panjang :  Meningkatkan mutu pendidikan secara umum di SD rintisan yang menyebabkan perbaikan dalam berbagai aspek pendidikan seperti : sikap siswa, nilai tes/(NEM), angka putus sekolah, mengulang kelas, absensi murid, angka kelulusan, angka melanjutkan ke SLTP, dll.  Model rintisan MBS dapat ditiru dan disebarluaskan di sekolah/daerah lain Bahan sosialisasi MBS

20 Strategi  Program dilaksanakan melalui mekanisme/ sistem yang telah ada untuk menjamin keberlangsungannya  Dilakukan pemberdayaan terhadap personil sekolah dan administrator pendidikan yang terkait di kab./ kec. melalui pelatihan MBS, PAKEM, dan PSM  Dilakukan pemberdayaan terhadap anggota BP3/ komite sekolah dan tokoh masyarakat dalam aspek di atas  mereka lebih memahami dan menghargai pendidikan/sekolah, dan akan memberikan dukungan yang lebih besar kepada sekolah Bahan sosialisasi MBS

21  Pelatihan dan pemberian bantuan teknis secara berkala untuk personil sekolah melalui : KKG, pertemuan gugus/ sekolah, pelatihan khusus dalam aspek tertentu (Lanjutan)  Supervisi dan monitoring dilaksanakan secara berkala oleh pengawas dan anggota satgas  Block grants (bantuan keuangan) diberikan kepada setiap sekolah rintisan untuk mendukung KBM yang tidak terbayar oleh dana yang tersedia, dan mendukung latihan penyusunan anggaran dan rencana pengembangan sekolah Bahan sosialisasi MBS

22 PILAR-PILAR MBS 1. Manajemen Kepala Sekolah
(Intinya pada pengelolaan yang transparan) 2. Partisipasi atau Peranserta Masyarakat (Intinya, masyarakat/walimurid ikut dalam proses pengambilan keputusan sekolah) 3. Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) Bahan sosialisasi MBS

23 PENGELOLAAN KEPALA SEKOLAH (MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH)
Fokus pengelolaan Kepala Sekolah ialah transparansi (keterbukaan) dalam hal: a. Pengelolaan Keuangan b. Pengelolaan partisipasi masyarakat/ walimurid c. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar d. Pengelolaan lingkungan sekolah Bahan sosialisasi MBS

24 LANDASAN TEORI (Menuju peningkatan Partisipasi Masyarakat)
Teori Stakeholders (James Spillane, dlm. Sindhunata, 2000) yang menegaskan bhw. semua orang/ pihak harus diperlakukan sebagai tujuan, dan bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Itu berarti semua stake- holders (pemegang peran) mempunyai hak untuk tindakan manajerial tertentu. 2. Teori Human Capital (Jean Bowman, 1989) yang menjelaskan bahwa masyarakat memiliki tiga modal utma, yakni modal ekonomi, budaya, dan institusi. Bahan sosialisasi MBS

25 PAKEM Mengapa harus PAKEM?
AKTIF maksudnya, pembelajaran itu sebuah proses aktif membangun makna/pemahaman dari informasi maupun pengalaman oleh si pembelajar. KREATIF maksudnya anak selalu dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan penuh imajinasi; maka perlu dikembangkan secara kreatif. EFEKTIF maksudnya, setiap pembelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai demi keberlanjutan proses. MENYENANGKAN maksudnya, segala sesuatu yang dilaksanakan dengan senang/menyenangkan hasilnya pasti optimal Bahan sosialisasi MBS

26 PERAN PEMERINTAH PROPINSI, KABUPATEN/KOTA
Dalam konteks tiga pilar di atas, patut kita diskusikan: 1. Di mana dan bagaimana peran pemerintah propinsi dan kabupaten/ kota? 2. Paradigma apa yang harus dikembangkan oleh pemprop dan pemkab/ pemkot? Bahan sosialisasi MBS

27  TOT selama 6 hari bagi calon pelatih di propinsi/ kabupaten
IMPLEMENTASI  Tahap Persiapan (1) Analisis hasil studi/kegiatan pengembangan serupa untuk perencanaan program (2) Pengembangan paket pelatihan untuk TOT, pelatihan tingkat gugus dan sekolah  Pelatihan tingkat gugus selama 6 hari, dan kegiatan pelatihan tingkat sekolah selama 3 hari Bahan sosialisasi MBS

28  Bantuan teknis (pendampingan) untuk sekolah oleh tim ahli dalam aspek PAKEM dan MBS
(Lanjutan)  Supervisi dan monitoring dilaksanakan oleh anggota satgas, petugas program rintisan, dan pejabat pemerintah, untuk memberikan bimbingan dan pelatihan lanjutan bagi guru dan kepala sekolah  Pelaksanaan PAKEM oleh para guru di SD rintisan, setelah ada peningkatan pengetahuan/kemampuan  Block grant telah dimanfaatkan untuk perbaikan KBM (contoh : membeli buku paket, alat bantu mengajar, bimbingan tambahan bagi siswa, pelatihan tambahan bagi guru, studi banding, dll) Bahan sosialisasi MBS

29 kebijakan (Pemda) agar peraturan BP3/komite
TINDAK LANJUT  Advokasi (pendekatan/lobi) kepada pembuat kebijakan (Pemda) agar peraturan BP3/komite sekolah yang baru segera dikeluarkan yang memuat peran yang lebih luas dari orangtua murid dan anggota masyarakat dalam pendidikan di sekolah  Perlu diadakan persetujuan dengan Pemda agar sekolah-sekolah rintisan (dan sekolah lain) memiliki guru dan buku paket utama dalam jumlah yang cukup, dan guru/kepala sekolah tidak dipindahkan ke luar gugus rintisan selama program rintisan berlangsung Bahan sosialisasi MBS

30 memotivasi guru untuk berpartisipasi aktif dalam
(Lanjutan)  Perlu diciptakan sistem insentif yang dapat memotivasi guru untuk berpartisipasi aktif dalam program rintisan dan perluasannya (misal : dengan menghargai kegiatan inovatif dan kerja tambahan dengan kredit poin untuk kenaikan pangkat)  Pemda perlu didorong untuk memberikan kebebasan kepada sekolah dalam menggunakan sumber daya sekolah termasuk anggaran berdasarkan kebutuhan dan kondisi setempat tanpa campur tangan pemerintah Bahan sosialisasi MBS

31 perlu dilakukan secara berkala, kepada personil
(Lanjutan)  Pelatihan dan bantuan teknis (pendampingan) perlu dilakukan secara berkala, kepada personil sekolah dan BP3 dalam ketrampilan/kemampuan praktis yang berdampak besar terhadap kinerja sekolah seperti : (1) penyusunan rencana pengembangan sekolah melalui penilaian sekolah oleh diri sendiri, (2) pengembangan sistem monitoring kemajuan murid untuk menilai perkembangan prestasi siswa secara individual, (3) Pemetaan sekolah untuk mendata anak usia sekolah di sekitar sekolah yang menjadi jangkauannya.  Dokumentasi terhadap aspek-aspek yang diperlukan untuk perbaikan dan advokasi program Bahan sosialisasi MBS

32 bagi pelaksana pendidikan (misal : paket pelatihan
(Lanjutan)  Pengembangan paket-paket pelatihan lanjutan bagi pelaksana pendidikan (misal : paket pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah dan pengawas)  Peningkatan kemampuan pengawas agar mampu menjadi pembina program rintisan dan menjadi agen dalam penyebarluasannya  Penyempurnaan paket-paket pelatihan yang disertai alat bantu dengan manggunakan sentuhan teknologi informasi seperti rekaman video, slide, “power point”, dll  Melakukan sosialisasi hasil program rintisan dan orientasi konsep program untuk penyebarluasan program Bahan sosialisasi MBS

33 INDIKATOR PENGUKUR Manajemen Sekolah- 1
Indikator Proses Penjelasan Metode RENCANA SE-KOLAH KOM-PREHENSIF RSK) (Dibuat bersama oleh Kepala Sekolah, Guru, dan BP3/ Masyarakat; lalu dipajang di papan pengumuman sekolah; dilaksanakan, dan setiap tahun diperbaharui). RSK berisi sejarah singkat sekolah, visi-misi, rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, serta rencana anggaran dengan pemasukan dari berbagai sumber. RSK dibuat bersama-sama dan dipajang di tempat umum dimaksudkan untuk mendukung transparansi. RSK perlu diperbaharui setiap tahun Pertemuan/rapat periodik antar Kepala Sekolah, guru, BP3 dan Masyarakat penting diselenggara-kan. RSK tidak mungkin selesai hanya dalam satu dua kali pertemuan. Bahan sosialisasi MBS

34 Lanjutan, Manajemen Sekolah-2
2.RENCANA ANGGARAN (disusun dan mencan- tumkan semua sumber pemasukan). .3. RAPAT/PERTE- MUAN (di sekolah atau pun gugus dilaksanakan secara periodik dan dihadiri oleh sebanyak- banyaknya orang, dan hasil pertemuan itu berdampak positif). Yang dimaksudkan ialah dicantumkannya dana dari DOP, DBO, BP3 dan lain-lainnya yang akan, telah atau diperhitungkan akan diterima sekolah. Demikian juga rencana pengeluaran/ penggunaannya secara rinci. Agenda atau isi rapat harus difokuskan kepada upaya untuk meningkatkan mutu sekolah, khususnya dalam hal pembelajaran. Fokus pertemuan KKG ialah cara mengajar dan mempersiap- kanya secara baik Dibahas atau didiskusikan bersama seraya melihat dan membandingkannya dengan tahun lalu. Diskusi, pemecahan masalah, observasi langsung, kunjungan ke Klas, dsb. Bahan sosialisasi MBS

35 INDIKATOR PENGUKUR Partisipasi Masyarakat-1
Indikator Proses Penjelasan Metode 1. KETERLIBATAN: (BP3, masyarakat, aparat setempat, dsb. terlibat langsung dalam penyusunan RSK dan melakukan pengawasan) 1. Agenda teratur untuk pertemuan sangatlah penting, demikian juga semakin sering mereka datang ke sekolah semakin baiklah tingkat partisipasinya Diskusi, merencanakan bersama, kunjungan, sarasehan, dsb. 2. LINGKUNGAN SEKOLAH (semakin berkembang baik) 2. Masyarakat dan sekolah selalu memikirkan pengembangannya. 2. Observasi tentang lingkungan sekolah yang mendesak untuk dikembangkan. Bahan sosialisasi MBS

36 Lanjutan Partisipasi Masy.-2
3.BANTUAN PEMBELAJARAN (Orangtua/wali murid semakin besar memberikan bantuan bagi pembelajaran anak-anaknya) Dukungan antara lain berupa: (a) Ada yang menjadi guru bantu di sekolah, (b)Sering membahas kemajuan anak, © membantu belajar anak di rumah, (d) memberikan saran perbaikan, dll Membahas bersama, kunjungan, pemecahan masalah. 4. DUKUNGAN MATERI Masyarakat semakin percaya kepada sekolah serta meningkat dukungan- nya berupa saran pemikiran, uang, dll. Mendiskusikan ulang besarnya uang iuran BP3, membahas bersama kebutuhan. Bahan sosialisasi MBS

37 Indikator Pengukur PAKEM - 1
Indikator Proses Penjelasan Metode PEKERJAAN ANAK (Diungkapkan dgn bahasa/kata-kata anak sendiri) PAKEM sangat mengutamakan agar anak mampu berfikir, berkata-kata, dan mengung-kap sendiri. Guru membimbing anak dan memajang hasil karya anak agar dapat saling belajar. 2. KEGIATAN ANAK Anak banyak diberi kesempatan untuk mengalami/ mengerjakan sendiri Bila anak mengalami atau mengerjakan sendiri, mereka belajar meneliti tentang apa saja Guru dan murid interaktif dan hasil pekerjaan anak dipajang Bahan sosialisasi MBS

38 Lanjutan: PAKEM-2 3. RUANGAN KLAS
(penuh pajangan hasil karya anak dan alat peraga sederhana buatan guru dan murid) Banyak yang dapat dipajang di klas dan dari pajangan hasil itu anak saling be;lajar. Alat peraga yang sering dipergunakan diletakkan strategis Pengamatan ruangan klas dan dilihat apa saja yang dibutuhklan untuk dipajang, di mana, dan bagaimana memajangnya 4. PENATAAN MEJA KURSI SISWA ((Meja kursi anak dapat diatur secara fleksibel) Guru mengajar dengan berbagai cara, misalnya lewat kelompok, diskusi, anak berpasangan, dsb. Kerja individual anak juga perlu dilakukan Diskusi, kerja kelompok, kerja mandiri., pendekatan individual guru kepada murid yang prestasinya kurang baik, dsb. Bahan sosialisasi MBS

39 Lanjutan PAKEM - 3 5. SUASANA BEBAS
(Siswa memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan/meng- ungkapkan pendapat) Anak dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain Guru dan sesama siswa mendengarkan dan menghargai pendapat siswa lain, diskusi, dan kerja individual 6.UMPAN BALIK GURU (Guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik agar anak segera memperbaiki kesalahan) Guru memberikan tugas yang mendorong anak bereksplorasi; dan guru memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dlm hal penyelesaian masalah (melatih pe-nyelesaikan masalah) Penugasan individual atau kelompok; bimbingan langsung; dan penyelesaian masalah. Bahan sosialisasi MBS

40 Lanjutan PAKEM - 4 7. SUDUT BACA
(Sudut klas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk anak-anak) Sudut baca di ruang klas akan mendorong anak untuk terdorong dan gemar membaca. (Anak didekatkan dengan buku-buku dll) Observasi klas, diskusi, pendekatan terhadap orangtua 8. LINGKUNGAN SEKITAR (Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran) Sawah, lapangan, pohon, sungai, Kantor Pos, Puskesmas dll. harus dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran Observasi lapangan, eksplorasi, diskusi kelompok, tugas individual, dll Bahan sosialisasi MBS

41 Bahan sosialisasi MBS


Download ppt "LATAR BELAKANG Mengapa perlu ada MBS?"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google