Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Paradigma Penelitian Isi Media

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Paradigma Penelitian Isi Media"— Transcript presentasi:

1 Paradigma Penelitian Isi Media
Definisi Fakta/ Realitas Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif) Ada fakta yang “riil”, yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal. Misalnya, Sadam Huesein diktator. Fakta ini memang riil, benar-benar terjadi. Kenyatannya, Saddam memang diaktator. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Fakta merupakan konstruksi dari realitas. Kebenaran dari suatu fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu. Fakta Saddam diaktator dikonstruksi sesuai dengan konteks masing-masing. Gambaran tentang Saddam di berbagai tempat bisa berbeda. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Fakta merupakan hasil dari proses pertarungan antara kekuatan ekonomi, politik, dan sosial yang ada dalam masyarakat. Gambaran tentang Saddam diktator dibentuk oleh kekuatan ekonomi dan politik Amerika ( sebagai kekuatan dominan di dunia) yang memberi gambaran tunggal tentang Saddam.

2 Definisi Tentang Berita
Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif) Berita adalah cermin dari refleksi dari kenyataan. Karena itu berita sama dan sebangun dengan realitas.Misalnya berita tentang masy. Dayak sebagai barbar, suka mengayau adalah gambaran yang sebenarnya. Masy. Dayak memang seperti itu. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Berita bukan cermin dari realitas. Berita adalah hasil konstruksi dari wartawan dan media. Media yang berbeda bisa menghasilkan gambaran yang plural (beraneka) mengenai suku Dayak. Media di Kalimantan dan Jawa menggambarkan Dayak secara berbeda. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Berita bukan cermin dari realitas. Sebaiknya, ia hanyalah cermin dari kepentingan kelompok dominan. Gambaran orang Dayak yang buruk dan barbar terbentuk karena berita hanyalah cerminan dari kelompkk Jawa yang dominan.

3 Posisi Wartawan Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif)
Wartawan sebagai pelapor. Wartawan bersikap netral. Dalam perang Irak misalnya, wartawan Inggris hanya berperan melaporkan apa yang terjadi. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Wartawan berperan sebagai pembentuk konstruksi. Latar belakang wartawan menentukan bagaimana berita dikonstruiksi. Berita media di Inggris hanya menggambarkan bagaimana wartawan di Inggris mengkontruksi perang Irak. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Wartawan berparan sebagai partisipan dari kelompok yang ada dalam masyarakat. Wartawan tidak netral. Karena Inggris ikut perang di Irak, maka berita yang dihasilkan oleh media di Inggris mencerminkan keterlibatan wartawan Inggris sebagai bagian dari kelompok yang ikut perang. Wartawan cenderung membela Inggris dan sekutu.

4 Wartawan dan Newsroom Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif) Wartawan adalah bagian dari tim media dalam newsroom. Masing-masing pihak punya tanggungjawab dan peran tersendiri. Wartawan otonom. Posisi lebih tinggi berparan sebagai penjaga gerbang (gatekeeper) Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Setiap bagian dan posisi dalam newsroom mempunyai perbedaan dalam penafsiran. Wartawan bisa berbeda dengan redaktur atau redaktur pelaksana. Berita yang muncul di koran bisa jadilebih mencerminkan penafsiran dari redaktur. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Setiap bagian dalam newsroom mempunyai posisi yang berbeda.Kelas yang berbeda. Dan kepentingan yang berbeda. Wartawan tidak otonom. Berita lebih mencerminkan kepentingan dari kelas atas dalam redaksi seperti pemimpin redaksi.

5 Wartawan dan Bagian Lain Dalam Media (Iklan, Pemilik, Pemasaran Dsb)
Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif) Bagian redaksi mempunyai peran yang terpisah dengan bagian iklan, pemilik atau sirkulasi. Tidak saling mencampuri dan mempengaruhi. Redaksi otonom. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Bagian redaksi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh lain (iklan, sirkulasi). Masing-masing pihak mempunyai penafsiran berbeda dalam memandang peristiwa. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Bagian redaksi tidak bisa dilepaskan dari bagian lain (iklan, sirkulasi). Msing-masing bagian bahkan saling bertarung untuk memperebutkan pengaruh. Berita tidak lain dari kemenangan bagian dalam perusahaan. Berita bisa jadi hanya cerminan dari kepentingan pengiklan atau kepentingan bagian sirkulasi agar oplah naik.

6 Karakteristik Penelitian Teks Media
Tujuan Penelitian Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif) Eksplanasi, Prediksi dan Kontrol Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan objek yang diteliti Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Kritik sosial, transformasi, emansipasi dan penguatan sosial

7 Posisi Peneliti Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif)
Peneliti netral, berperan sebagai disintereted scientist. Peneliti hanya menggambarkan apa dan bagaimana isi media. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Terlibat. Bentuk keterlibatannya sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman bentuk dan isi media. Peneliti masuk dan menyelami maksud dan makna dari isi media dan menggambarkan berbagai perbedaan berita media. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Peneliti menempatkan diri sebagai aktivis, advokat dan trasnformative intelellectual

8 Makna Suatu Teks Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif)
Transmisi: Makna Secara inheren ada dalam teks dan ditansmisikan kepada khalayak. Jadi, penelitian teks hanya tinggal mengambil arti atau makna yang ada dalam teks. Tidak dibutuhkan penafsiran peneliti Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Negosiasi: Makna adalah hasil dari proses saling mempengaruhi antara teks dan peneliti. Makna bukan ditransmisikan tetapi dinegosiasikan. Makna bukan ada secara inheren dalam teks tetapi ditemukan. Peneliti harus menggunakan penafsiran untuk menemukan makna tersebut. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Kritik sosial: Makna harus ditemukan secara kritis oleh peneliti. Makna acapkali tersembunyi lewat proses sejarah dan kekuatan sosial, politik, budaya. Peneliti harus melakukan kritik sosial atas teks yang dihadapi oleh peneliti.

9 Hubungan Antara Peneliti Dengan Teks Yang Diamati
Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif) Dualis: ada realItas objektif yang berada di luar diri peneliti (dan bersifat eksternal). Peneliti karenanya, harus membuat jarak sejauh mungkin dengan teks yang diamati Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Transaksionis: pemahaman tentang suatu realitas atau temuan penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Peneliti harus sedekat mungkin dengan teks yang diamati Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Transformative: nilai, pilihan moral bahkan keberpihakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari analisis.

10 Sifat Penelitian Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif)
Objektif: Analisis teks tidak boleh menyertakan opini atau penafsiran dari peneliti. Hasil yang ditemukan diandaikan adalah benar-benar realitas, tanpa adanya campuran penafsiran peneliti. Konsekuensinya, peneliti yang berbeda harus menemukan hasil yang sama. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Subjektif: penafsiran adalah bagian tidak terpisahkan dari penelitian teks. Makna baru bisa ditemukan lewat penafsiran. Konsekuensinya, peneliti yang berbeda bisa menghasilkan hasil penelitian yang berbeda pula. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Subjektif: penafsiran adalah bagian tidak terpisahkan dari penelitian teks.

11 Fokus Analisis Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif)
Intervensionis: pengujian hipotesis, terutama lewat metode deduktif dengan analisis kuantitatif dan tes statistik. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Reflektif-dialektik: Menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti dengan teks. Penekanan pada metode kualitatif. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Partisipatif: mengutamakan analisis komperehensif dan kontekstual yang bisa dilakukan dengan menempatkan diri sebagai aktivis / partisipan dalam proses transformasi sosial.

12 Kualitas Penelitian Positivistik (Mis. Analisis Isi Kuantitatif)
(1) Valid—penelitian benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. (2) Reliabilitas----keterhandalan. Konsekuensinya, jika ada peneliti yang berbeda dan melakukan penelitian dengan objek sama harusnya menemukan hasil yang sama. Jika tidak, penelitian tidak reliabel. Konstruktivis (Mis. Analisis Framing, Semiotik, Naratif, Hermeunetik dsb) Otentitas dan refleksivitas: sejauh mana penelitian menggambarkan keragaman dan makna dari tiap teks. Kritis (Mis. Analisis Wacana, Analisis Linguistik Kritis Dsb) Historical situadness: sejauh mana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya ekonomi dari teks media.

13 Konstruktivis & Kritis
Kualitas Penelitan Positivistik Konstruktivis & Kritis Ketepatan (Exactness) Validitas Keterpercayaan ( kredibilitas) Keterlibatan  seberapa besar keterlibatan peneliti pada objek yang diteliti. Sejauh mana penafsiran didukung oleh data dan argumentasi yang kuat. Ketekunan  memperkirakan semua aspek dalam proses pemaknaan teks. Memperhatikan semua aspek dan konteks dari suatu teks. Keberhasilan ditentukan oleh kecilnya kemungkina penafsiran lain. Triangulasi Pemerikasaan keabsahan data dengan mengunakan teks lain. Membandingkan penafsiran dengan penafsiran lain : (a) Membandingkan teks dengan teks lain yang sejenis. Apakah penafsiran berlaku sama atau tidak. Kalau berbeda, kenapa? (b) Membandingkan hasil penafsiran dengan penafsiran orang lain. Apakah penafsiran sama atau tidak. Jika penafsiran berbeda, kenapa? (c) Mencari dan membandingkan penjelasan banding.Apakah ada kemungkinan penjelas lain, kalau ada seberapa penjelasan baru itu didukung oleh data, dsb. Uraian rinci ( thick description) Seberapa analisis menggambarkan secara rinci dan detil suatu teks. Konsistensi Reliabilitas Auditing Memeriksa semua tahapan dalam proses analisa. Seperti pemilihan bahan, pemilihan teks, analisis yang dipakai dan sebagainya.


Download ppt "Paradigma Penelitian Isi Media"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google