MENCEGAH CIDERA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. PERNAH MELIHAT YANG SEPERTI INI.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN MEMASANG KANUL NASAL
Advertisements

Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns
ASEPTIK DAN ANTISEPTIK
TUBERKULOSIS PADA ANAK ???? Oleh: Ikeu Nurhidayah K, S.Kep., Ners
FIRST AID “Pertolongan Pertama Selamatkan Jiwa” Anchi PP KSR Dasar
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
PM GOES TO KALTIM BEM Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2011/2012 SMPN 2 MALINAU.
DALAM PERTOLONGAN PERTAMA
KESEHATAN TENTANG DIARE.
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
Eksim: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan
Gagal Ginjal Oleh Nugroho.
PNEUMONIA.
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS TOPIK 7
LUKA BAKAR.
Infection Control Oleh : YESSY PUSPASARY.
Kebutuhan cairan dan elektrolit
KEBUTUHAN PERSONAL HIGIENE by: Richa Noprianty
Menghitung Tetesan Infus
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
HASIL CAPAIAN INDIKATOR MUTU PRIORITAS TERPILIH SEMESTER 1 TAHUN 2016
PENCEGAHAN DAN PENGELOLAAN DEKUBITUS PADA PASIEN PALLIATIF
HASIL CAPAIAN INDIKATOR MUTU PRIORITAS TERPILIH SEMESTER 2 TAHUN 2016
Oleh Dr. Nugroho Susanto
Dekubitus.
“(SISTEM PERTAHANAN TUBUH)”
Kebutuhan Dasar Pada Bayi Baru Lahir
DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PADA MASA NIFAS
HIV / AIDS Penanganan dan Pencegahan Penularan
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
Prinsip perawatan pasien medik
Jenis, Penyebab, Patofisiologi dan gambaran klinis pada ibu MASTITIS
Infeksi Nosokomial.
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
DIFTERIa.
PNEUMONIA dr. Purwanto.
DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PADA MASA NIFAS
Pengkajian Luka.
PRISKILA APRILIA HAMBER
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (MASTITIS)
Sindrom Guillain–Barré
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
Nama kelompok : 1. Berliana Nugraheni 2. Beatrico Lyo 3
UNIVERSAL PRECAUTION Sutanta,S.Kep., Ns., M.Kes.
Pengertian Tindakan keperawatan adalah suatu tindakan membersihkan seluruh bagian tubuh pasien dengan posisi berbaring di tempat tidur dengan menggunakan.
Luka dan Perawatan luka
Vulnus Laceratum & Vulnus Exoriasi
Asuhan Bayi baru lahir normal
Perawatan bayi baru lahir
MAHASISWA/I JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Hand Hygiene.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir
PENILAIAN PENDERITA.
MANAJEMEN NYERI TEKNIK RELAKSASI
KONSEP DASAR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI TERPADU
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
SELAMAT DATANG KEPADA PARA PESERTA PENYULUHAN TB DOTS PAROKI HATI KUDUS YESUS TELUK DALAM, 21 OKTOBER 2014.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR
KONSEP LUKA Esti Widiani.
PKMRS RSUD dr. ADJIDARMO KAB. LEBAK
Aspek Mikrobiologi dalam Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Nosokomial.
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Luka Bakar (Combutio) dr. Ketut Aditya Rahardja Puskesmas Lindi.
Transcript presentasi:

MENCEGAH CIDERA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

PERNAH MELIHAT YANG SEPERTI INI

Macam cidera yang di dapat pasien  Cidera fisik  Plebitis  Decubitus  Transfusi darah  VAP  Jatuh  Salah obat  Dll  Non fisik  Perasaan tidak menyenangkan dari tenaga kesehatan

PENGERTIAN CIDERA Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.

Plebitis Pendahuluan  Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang prevalensi kejadian phlebitis, kemugkinan disebabkan oleh penelitian dan publikasi yang berkaitan dengan phlebitis jarang dilakukan.  Data Depkes RI Tahun 2013 angka kejadian phlebitis di Indonesia sebesar 50,11% untuk Rumah Sakit Pemerintah  Sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta sebesar 32,70%. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin (2013)  Di RSUD dr. Iskak Insiden Plebitis padatahun 2016, semester II sebesar 2,2‰mengalamipenurunandibanding semester I sebesar 3,6‰.  Insiden kejadian phlebitis di rumah sakit tersebut dikatakan tinggi karena masih di atas standar yang ditetapkan oleh Depkes RI yaitu <1,5%.

Pengertian  Phlebitis adalah infeksi nosokomial yang berasal dari mikroorganisme yang dialami pasien yang diperoleh selama pasien di rawat di rumah sakit yang diikuti dengan manifestasi klinis yang sekurang-kurangnya 3x24 jam  Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena,  Plebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intra vena (La Rocca, 1998 ).

Menurut INS (Infusion Nursing Society) tahun 2006 Penyebab Plebitis  a. Plebitis Kimia  pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Larutan infus dengan osmolaritas > 900 mOsm/L harus diberikan melalui vena sentral.  Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.  Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran juga merupakan faktor kontribusi terhadap flebitis.

 Dinding tunika intima akan mengalami trauma pada pemberian larutan hiperosmoler yang mempunyai osmolalitas lebih dari 600 mOsm/L.  Terlebih lagi pada saat pemberian dengan tetesan cepat pada pembuluh vena yang kecil. Cairan isotonik akan menjadi lebih hiperosmoler apabila ditambah dengan obat, elektrolit maupun nutrisi (INS, 2006).

 b. Plebitis Mekanis  Flebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kanula  Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut, karena akan mengganggu kemandirian lansia.  Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen

 Plebitis Bakterial  Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:  1) Teknik pencucian tangan yang buruk  2) Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.  3) Teknik aseptik tidak baik  4) Teknik pemasangan kanula yang buruk  5) Kanula dipasang terlalu lama  6) Tempat suntik jarang diinspeksi visual

Hanskins, Lonsway, Hendrick, & Perdue, (2004), membagi phlebitis berdasakan skalanya yaitu :  Skala 0 bila tidak ada gejala.  Skala 1 bila eritema dengan atau tanpa adanya nyeri.  Skala 2 bila bila ada nyeri, eritema, dan edema.  Skala 3 bila nyeri, eritema,streak formation, dan teraba garis vena ± 1 inchi.  Skala 4 bila nyeri, eritema, streak formasi teraba garis vena > 1 inchi, dan adanya cairan purulen.

Akibat Kejadian Plebitis  HAIs menyebabkan:  length of stay (LOS) bertambah 5-10 hari  angka kematian pasien lebih tinggi 6% dibanding yang tidak mengalamiHAIs.  Biaya perawatan tambahan HAIs di Amerika Serikat sebesar U$ /tahun (Kemenkes 2010).  Akibat phlebitis bagi masyarakat  Bertambah panjangnya masa rawat penderita, penderita pulang masih menjadi pembawa kuman selama beberapa bulan,dan dapat menularkan kuman pada keluarga maupun masyarakat sekitarnya.

Pencegahannya  Mencegah flebitis bacterial.  Pedoman ini menekankan kebersihan tangan,  Teknik aseptik waktu pemasangan  Perawatan daerah infus serta antisepsis kulit, dengan sediaan chlorhexidine-0,2%, tinctura yodium, iodofor atau alkohol 70% juga bisa digunakan.

 Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik.  Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan obat atau pemberian infus IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh. Pencemaran stopcock lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45 – 50% dalam serangkaian besar kajian.

 Rotasi kanula  May dkk(2005) melaporkan di mana mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas flebitis.  Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh Webster dkk disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam JIKA tidak ada kontraindikasi.  The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap jam untuk membatasi potensi infeksi, namun rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang cukup.

 Aseptic dressing  Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah flebitis. Kasa setril diganti setiap 24 jam.  Laju pemberian  Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infus larutan hipertonik diberikan makin rendah risiko flebitis.  Namun, ada paradigma berbeda untuk pemberian infus obat injeksi dengan osmolaritas tinggi. Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika durasi hanya beberapa jam.

Salah transfusi  Cidera karena kesalahan transfusi darah  Tidak ada data nasional yang pasti salah transfusi darah.  Laporan di RSUD dr. Iskak selama:  Tahun 2014 ada 2 laporan  Tahun 2015 ada 4 laporan selain reaksi transfusi ( 7 laporan)  Tahun 2016 ada 4 laporan  Tahun 2017 sampai dengan bulan februari ada 2 laporan

 TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Penyidik Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Satreskrim Polres Lhokseumawe, Selasa (6/12/2016) sore, menyerahkan Mutia, perawat Rumah Sakit (RS) Arun ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Lhokseumawe.Polres Lhokseumawe  Mutia adalah satu dari tiga tersangka kasus dugaan salah transfusi darah terhadap seorang pasien, ditetapkan jaksa sebagai tahanan kota.  2 tersangka lainnya adalah pegawai PMI

Investigasi (temuan) kesalahan transfusi darah  Tidak patuh SPO dalam melakukan timbang terima  Tidak melakukan identifikasi saat melakukan timbang terima  Tidak melakukan doble cek saat timbang terima  Tidak melakukan identifikasi dengan benar saat akan memasukkan darah ke pasien  Tidak melakukan konfirmasi apakah pasien pernah transfusi sebelumnya  Salah saat crossmacth di BDRS  Salah memberikan label pada darah

Pencegahan agar tidak terjadi KTD  Isian form permintaan darah harus lengkap  Revisi SPO transfusi darah (menanyakan riwayat transfusi darah sebelumnya)  Patuhi SPO timbang terima darah  Patuhi SPO transfusi darah  Lakukan doble cek dengan petugas lainnya  Patuhi alur permintaan darah  Jangan libatkan mahasiswa dan keluarga dalam pengambilan darah

DECUBITUS

Pendahuluan  Insidensi decubitus pada pasien rawat inap berkisar antara % dengan prevalensi hingga 69%.  Pasien yang menjalani perawatan ortopedi atau fraktur tulang bahkan mencapai insiden 66%.  Pasien yang dirawat di rumah sakit menderita dekubitus sebanyak 3-10% dan 2,7% berpeluang terbentuk dekubitus baru.

PENGERTIAN  Luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama

 Tanda dan Gejala Luka Dekubitus.  Ulkus dekubitus kebanyakan menyebabkan nyeri dan gatal-gatal; tetapi jika terdapat gangguan pada indera perasa, ulkus yang dalampun tidak menimbulkan nyeri.

 Stadium luka dekubitus antara lain : 1. Dekubitus derajat I  Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis.  Perawatan: Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari.

Dekubitus derajat II  Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal.  Perawatan luka:  harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik.  Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi.  Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi.  Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

3. Dekubitus derajat III  Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi.  Perawatan :  usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar.  Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan.  Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit.  Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.

Dekubitus derajat IV  Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik.  Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan / di necrotomy, sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.

 Tindakan Pencegahan Dekubitus 1. Meningkatkan status kesehatan klien  Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.

2. Mengurangi faktor tekanan yang mengganggu aliran darah  Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keburukan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat klien bahkan menyakitkan.

 Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh klien, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendiri harus baik dan dapat rusak.  Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain:  Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.  Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil untuk menahan tubuh klien, “kue donat” untuk tumit.

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) 3/4/2017

Ventilator Associated Pneumonia :  Masalah infeksi terbesar di ruang DI ICU  Terjadi % pasien yang menggunakan ventilasi mekanik > 48 jam  VAP terjadi % dari seluruh pasien yang terpasang ventilator  Mortalitas rate % ((Am J Respir Crit Care 2002)  Kuman penyebab mortalitas : Pseudomonas dan Acinetobacter (Crit Care Med 2004 )  Meningkatkan biaya perawatan, LOS RS,dan LOS ICU 3/4/2017

Ventilator Associated Pneumonia (VAP)  Di definisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah ventilator mekanik diberikan.

 Klinikal  Demam  Temperature > 38 0 C atau < 35 o C  Sputum purulent  Batuk, dyspnoe atau tachypnoe  Suara nafas ; rales,/bronchial  X ray  Infiltrat baru persisten atau progresif  Laboratorium  Leukosit > 12000/mm 3 atau < 4000/mm 3  Kulture aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml  Perubahan hasil analisa gas darah ( ↓ O2sats,, ↑ O 2 requirement.)  3/4/2017

 Sumber Infeksi  Petugas Rumah Sakit (perilaku) :  Kurang atau tidak memahami cara penularan penyakit  Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan  Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik  Menderita suatu penyakit tertentu dan tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan tindakan.

 Alat – alat yang dipakai (alat kesehatan,linen dan lain – lain) :  Kotor atau kurang bersih atau tidak steril  Rusak atau tidak layak pakai  Penyimpanan kurang baik  Dipakai berulang dan lewat batas waktu (expired).

 Pasien  Kondisi sangat lemah  Kebersihan kurang  Menderita penyakit kronis atau menahun dan menderita penyakit menular.  Lingkungan :  Tidak ada sinar matahari atau penerangan yang masuk  Ventilasi sirkulasi kurang baik,  Ruangan lembab  Banyak serangga  Perhatikan kebersihan dan kelembaban, pembuangan limbah.

Mekanisme pertahanan saluran pernapasan terhadap infeksi  Glotis dan laring, refleks batuk, sekresi trakeobronkial, gerak mukosilier, imunitas humoral serta sistem fagositik yaitu makrofag alveolar dan neutrofil  Pneumonia terjadi bila sistem pertahanan tersebut terganggu, terdapat invasi mikroorganisme virulen atau mikroorganisme dalam jumlah sangat banyak.

 Sebagian besar VAP disebabkan oleh mikroaspirasi kolonisasi kuman pada mukosa orofaring.  Intubasi mempermudah masuknya kuman ke dalam paru serta menyebabkan kontaminasi dan kolonisasi di ujung pipa endotrakeal.  Bronkoskopi serat optik, penghisapan lendir sampai trakea maupun ventilasi manual dapat mendorong kontaminasi kuman patogen ke dalam saluran nafas bawah

Bundle VAP  Kebersihan tangan  5 moment dan 6 langkah dengan benar  Posisi pasien (30-45 ◦)  Cukup mengangkat kepala tempat tidur 30 ◦ menurunkan VAP sebesar 34% (AACN, 2007).  Kebersihan mulut (CHG 0.2% & bebas alkohol)  Manajemen sekresi oropharingeal dan trakheal  Prosedur ini dilakukan untuk mempertahankan patensi jalan napas, memudahkan penghilangan sekret jalan napas, merangsang batuk dalam, dan mencegah terjadinya pneumonia (Smeltzer, 2002).  Tentunya harus dengan closs suction  Pengkajian setiap hari “ sedasi dan ekstubasi”  Ganti tubing ventilator sesuai prosedur  Ganti vilter udara sesuai prosedur 3/4/2017

Ventilator Breathing Circuit  Alat ini berfungsi untuk menyambung dari Endotracheal Tube/Tracheostom y Tube dengan Alat bantu napas/Ventilator.  Tersedia untuk ukuran dewasa, anak.

Catheter Mouth with Extendible Tubing  Alat ini berfungsi untuk menghubungkan antara Endotracheal Tube/Tracheostomy Tube dengan Y piece Breathing Circuit Anesthesi/Ventilator

Bacteria Viral Filter+HME’s

Vital-Cath Dewasa

Vital-Cath bayi dan anak

TERIMA KASIH